Tinta Media: Lensa Daerah
Tampilkan postingan dengan label Lensa Daerah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lensa Daerah. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 Desember 2022

Ustazah L. Nur Salamah Jelaskan tentang Takzim terhadap Ilmu dan Ahli Ilmu

Tinta Media - Pengasuh Kajian Mutiara Ummat Ustazah L. Nur Salamah menjelaskan tentang mengagungkan (takzim) terhadap ilmu dan ahli ilmu.

"Ketahuilah bahwa seorang penuntut ilmu tidak akan memperoleh ilmu, dan tidak dapat mengambil manfaat dari ilmu, kecuali dengan mengagungkan, memuliakan, atau menghormati ilmu dan para ahlinya dan menghormati para ustaz atau guru," tegasnya pada kajian Kitab Adab Ta'limu Al Muta'alim Thoriqotu Ta'lum, Selasa (29/11/2022). 

Ia menjelaskan beberapa contoh dalam menghormati ilmu.  "Beberapa contoh memuliakan ilmu salah satunya dengan tidak meletakan buku sembarangan, tidak sejajar dengan kaki ataupun bokong. Begitu pun dalam menyentuh kitab suci Al-Quran, diharuskan berwudhu dan membawanya dengan hati-hati sebagai tanda memuliakan kalam Allah," bebernya.

Dalam menghormati guru, bukan diilustrasikan seperti penghormatan saat upacara. Penghormatan atau memuliakan guru juga dengan memuliakan keluarganya. Contoh paling dekat dengan bertegur sapa yang santun kepada anak-anaknya. 

"Seseorang tidak akan sampai pada suatu tujuan kecuali dengan penghormatan, dan tidak akan terjatuh atau gagal kecuali dengan meninggalkan sikap penghormatan," ungkapnya. 

Ia juga mengajak agar para penuntut ilmu senantiasa menjaga sikap dan adab, berusaha menjadi orang yang lebih baik lagi agar tidak gagal dalam menuntut ilmu. 

"Tidak sedikit ditemui kegagalan para penuntut ilmu. Baik santri maupun pengajar karena tidak belajar bagaimana cara memuliakan ilmu dan adab-adab dalam menuntut ilmu. Sistem kehidupan hari ini yakni kapitalisme sekuler membuat orientasi pendidikan adalah bisnis," ujarnya. 

Fakta yang sering ditemukan di lapangan salah satunya menjadikan buku sebagai lahan bisnis. Hampir setiap bulan para siswa atau santri diwajibkan membeli buku bacaan baru, padahal materi dalam buku yang lama belum tuntas dipelajari sudah diwajibkan membeli buku baru. Alhasil buku yang menumpuk berujung dijual ke pemulung. 

"Kemudian dikatakan, penghormatan itu lebih baik dari pada taat. Artinya orang yang hormat pasti taat, karena ada guru atau tidak adanya guru dihadapannya ia senantiasa menjaga adab-adabnya," tegasnya. 

"Tidaklah kamu melihat bahwa seseorang tidak kafir hanya dengan kemaksiatan, dan sesungguhnya seseorang dapat kafir dengan meninggalkan penghormatan," ungkapnya. 

Menurutnya, seseorang dikatakan kafir bahkan bisa terkategori murtad ketika meninggalkan penghormatan, misalnya berani menistakan Al-Quran, melecehkan para nabi dan ulama, serta merendahkan Islam. "Jika ada institusi sebuah negara Islam maka pelaku penista agam harus dipenggal kepalanya," tegasnya.

"Ali bin Abi Thalib berkata, " Aku adalah hamba atau budak bagi orang yang mengajariku satu huruf, jika mau ia boleh menjualku, dan jika mau ia membebaskanku. Perkataan Ali bin Abi Thalib menunjukkan penghormatannya yang luar biasa kepada gurunya. Ia memasrahkan dirinya karena ingin menjadi penuntut ilmu yang berhasil dan membawa keberkahan. Tidak ada istilah mantan guru sekali pun hanya mengajarkan satu hadist atau satu huruf sekalipun," pungkasnya. [] Reni Adelina/Nai

Sabtu, 19 November 2022

Ustazah L. Nur Salamah Jelaskan Pentingnya Memilih Teman

Tinta Media - Aktivis Muslimah Kota Batam sekaligus penulis dan reporter Tinta Media kembali menjelaskan tentang pentingnya memilih teman dalam menuntut ilmu atau pun hidup bermasyarakat. Penjelasan ini masih merujuk dari Kitab Adab Ta'limu Al Muta'alim Thoriqotu Ta'alum. Hal ini disampaikan saat menjadi pembicara pada kajian rutin mingguan Kajian Mutiara Ummat, Selasa (15/11/2022). 

"Pentingnya memilih teman dalam menuntut ilmu atau pun bermasyarakat. Maka pilihlah teman yang mempunyai semangat atau bersungguh-sungguh," tegasnya.

Selain semangat, lanjutnya, harus memiliki sifat wara' (berhati-hati) atau senantiasa menjaga dirinya, lisannya, sikap dan perilakunya dari sesuatu yang meragukan hingga hal-hal yang diharamkan.

Tidak hanya itu, ia juga mengatakan agar memilih teman yang memiliki tabiat lurus. "Memilih teman harus yang memiliki tabiat lurus. Artinya pilihlah teman yang memiliki kebiasaan yang baik, yang tidak suka melakukan perbuatan sia-sia, seperti hobi menggunjing," ujarnya.

Bunda, sapaan akrabnya juga menyampaikan ketika memilih teman harus yang mudah dalam memahami ilmu (mudah paham).
"Adapun dalam memilih teman seyogyanya, selayaknya yang mudah memahami. Yang mudengan. Jangan yang DDR (Daya Dong Rendah)," candanya.

Dan larilah, kata Bunda, (menjauh) dari teman yang malas, banyak alasan, cerewet, perusak, dan suka memfitnah. Maksudnya, tetap bersikap baik kepada mereka, namun sekadarnya saja. Tidak menjadikannya teman karib.

Dalam penjelasan kajian ini ditutup dengan nasihat seorang penyair. 

"Tentang seseorang jangan kau tanya, cukup lihat siapa temannya. Karena seseorang itu mengikuti teman dekatnya," pungkasnya. [] Reni Adelina/Nai

Minggu, 13 November 2022

Ustazah L. Nur Salamah Jelaskan Syarat-syarat Menuntut Ilmu

Tinta Media - Aktivis Muslimah Kota Batam sekaligus Penulis dan Reporter Tinta Media menjelaskan tentang syarat-syarat dalam menuntut ilmu pada Kitab Adab Ta'limu Al Muta'alim Thoriqotu Ta'alum. Hal ini disampaikan saat menjadi pembicara pada Kajian Mutiara Ummat, Selasa (8/11/2022). 

"Untuk mendapatkan manisnya dan keberkahan ilmu, tentu ada syarat-syarat dalam menuntut ilmu yang harus dipenuhi," tegasnya.

Syarat-syarat menuntut ilmu ada enam perkara. Ini dikutip dari syair Ali bin Abi Thalib dan nasihat dari Imam Syafi'i. 

"Dikutip dari syair Ali bin Abi Thalib dan nasihat Imam Syafi'i bahwa syarat-syarat menuntut ilmu ada enam perkara. Pertama kecerdasan. Kedua adalah semangat atau kemauan. Ketiga adalah kesabaran atau kesungguhan. Keempat adalah perbekalan/ biaya. Kelima adalah petunjuk guru atau bersahabatlah dengan guru. Keenam adalah waktu yang lama," terangnya.

Perkara yang pertama adalah kecerdasan. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda tentang kecerdasan. Kalau mengikuti Albert Einstein, cerdas adalah yang jago ilmu sains. Namun di dalam Islam berbeda. "Kecerdasan terbagi tiga. Pertama orang yang jenius, kedua orang yang cerdas dan ketiga orang yang idiot. Orang yang jenius memiliki daya pikir di atas rata-rata seperti Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani. Lalu orang yang cerdas adalah orang yang selalu berusaha menuntut ilmu dan senantiasa mengingat tentang kematian. Lalu sibuk mempersiapkan bekal amal untuk menghadap Allah SWT, dan yang ketiga adalah orang idiot yang sudah tergambar sebelumnya," terangnya. 

Perkara kedua adalah semangat atau kemauan. Meluangkan waktu untuk senantiasa belajar bukan menunggu waktu luang baru belajar. "Sebagai penuntut ilmu harus memiliki sifat tamak dalam artian positif. Tamak dan rakus terhadap ilmu itu bukan tamak dalam hal materi dan duniawi. Bukan pula tamak dalam urusan harta dan jabatan," tegasnya.

Dalam hal menuntut ilmu, karanya, terutama mengkaji Islam haruslah bersemangat. Meluangkan waktu untuk belajar dan bukan menunggu waktu luang. "Penuntut ilmu juga diharuskan bersikap tamak dan rakus dalam hal menambah ilmu. Misalnya merasa tidak cukup dengan hanya belajar Kitab Ta'limu Al-Muta'alim saja, ingin menambah pelajaran Bahasa Arab atau kitab-kitab lainnya," bebernya.

Perkara yang ketiga adalah kesabaran atau kesungguhan. "Dalam menuntut ilmu pastinya dibutuhkan kesabaran atau kesungguhan. Meluruskan niat belajar karena Allah tidak asal-asalan. Ilmu yang telah diperoleh dicatat, diamalkan dan disebarkan," tegasnya. 

Perkara yang keempat adalah perbekalan (biaya). Menuntut ilmu tentu memerlukan biaya. "Dalam menuntut ilmu harus ada perbekalan (biaya) yang dikeluarkan. Baik dalam memenuhi sarana dan prasarana belajar atau biaya akomodasi dan lainnya," tambahnya. 

Perkara yang kelima adalah petunjuk dari guru atau bersahabatlah dengan guru. "Dalam perkara menutut ilmu agama tidak bisa mengandalkan sosial media. Atau sekedar kata orang. Harus mengikuti petunjuk guru atau bersahabat dengan guru. Proses belajar juga harus adanya talqiyan fikriyan, yakni proses berpikir dan tanya jawab. Harus bertemu langsung antara guru dan murid," imbuhnya.

Syarat yang terakhir dalam menuntut ilmu adalah membutuhkan waktu yang lama dan panjang. 

"Secara fitrah, belajar itu memerlukan waktu yang lama dan panjang. Maka butuh ketekunan dan jangan terburu-buru dalam memahami sebuah ilmu," pungkasnya. [] Reni Adelina/Nai

Selasa, 01 November 2022

Ustazah Zimira: Anak sebagai Investasi Masa Depan

Tinta Media - Aktivis Muslimah Kota Batam sekaligus Praktisi Pendidikan Ustazah Zimira, S.Pd. menerangkan bahwa anak dapat dijadikan investasi masa depan. 

"Saat ini hampir semua orang tua menaruh harapan kepada anaknya untuk dijadikan investasi di masa depan," tegasnya dalam kajian rutin bulanan yang diselenggarakan oleh Forum Muslimah Perindu Surga (Formusda), Ahad (30/10/2022). 

Setiap orang tua, katanya, tentunya memiliki keinginan atau harapan terhadap anak-anaknya baik di dunia maupun di akhirat. "Sebagai contoh dalam urusan dunia, sebagai orang tua tentunya menginginkan anaknya menjadi pribadi yang disiplin, mandiri, bertanggung jawab, memiliki prestasi akademi, pekerjaan yang bagus, dan mendapatkan pasangan hidup yang soleh atau soleha. Begitu pun dalam urusan akhirat, orang tua juga menginginkan anak-anaknya menjadi pendakwah, penghafal Al-Quran, sehingga tidak sedikit orang tua yang memasukan anaknya ke pondok pesantren," tambahnya 

Namun kekhawatiran orang tua makin bertambah seiring masa tua menghampiri. Melihat fakta sekarang, tidak sedikit anak yang menelantarkan orang tuanya. Sehingga orang tua berpikir jika sudah tua maka anaklah yang akan merawatnya. "Tidak sedikit orang tua yang khawatir saat sudah lemah anak yang dirawatnya, dengan mudah menelantarkannya," bebernya. 

Ia menjelaskan bahwa menjadikan anak sebagai investasi tidaklah salah. Justru yang membuat salah adalah cara pandang dalam mendidik anak. Semuanya itu sangat berpengaruh karena adanya sistem kapitalis sekuler yang mendominasi kehidupan hari ini. Sistem kehidupan yang menjauhkan seseorang dari Islam. 

"Fenomena ini muncul karena kehidupan di bawah dominasi kapitalis sekuler. Sehingga orang tua beranggapan keliru bahwa dengan merawat dan membesarkan anak-anak sebatas balas budi dan hubungan materi. Padahal dalam Islam berbuat baik kepada orang tua adalah perintah Allah Swt., maka dalam merawat orang tua nantinya berdasarkan keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT, bukan karena balas budi semata," ungkapnya. 

Oleh sebab itu,  kata Ustazah Zimira, untuk mewujudkan generasi terbaik agar menjadi investasi dunia maupun akhirat dibutuhkan peran dari orang tua dalam mendidiknya. Lalu adanya peran masyarakat sebagai kontrol, dan terpenting adalah peran negara sebagai fasilitator dan menjaga kehidupan rakyatnya ketika sudah renta, lemah dan tidak mampu bekerja lagi. Selain itu negara juga wajib memperbaiki sistem kehidupan hari ini. Yakni mengganti sistem kapitalis sekuler dengan sistem yang bersumber dari Islam. 

"Keluarga adalah tempat anak tumbuh dan berkembang, maka peran orang tua dalam mendidik anak sangatlah berpengaruh. Orang tua tidak boleh berhenti belajar, teruslah menggali ilmu agama. Sehingga adanya teladan dari orang tua yang bersumber dari pendidikan Islam yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dalam mendidik anak-anaknya. Peran masyarakat juga berpengaruh sebagai kontrol untuk saling mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Kemudian disusul dengan pentingnya peran negara yang siap memfasilitasi dan membiayai orang tua yang sudah renta, lemah dan tidak mampu bekerja, sehingga orang tua tidak bergantung pada anak-anaknya dalam pemenuhan kehidupan sehari-hari. Negara pun wajib memperbaiki sistem kehidupan hari ini yang bersumber dari Islam agar terciptanya individu-individu yang taat dan beriman kepada Allah Swt., dan Rasul-Nya, " pungkasnya. [] Reni Adelina/Nai

Minggu, 30 Oktober 2022

Dzikro Maulidurrosul, Gus Tuhu: Mampu Melibas Pemikiran-pemikiran Kuffur

Tinta Media - Adanya peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW (Dzikro Maulidurrosul), Gus Tuhu Pengasuh Majelis Taklim Al-Mustanir Probolinggo mengatakan seharusnya mampu melibas pemikiran-pemikiran kuffur.

“Mestinya Dzikro Maulidurrosul hari ini mampu melibas pemikiran-pemikiran kuffur, melibas segala bentuk kegelapan kemudian hanya ada pilihan menuju cahaya Islam,” ujarnya dalam acara Live Streaming Multaqa Maulid Ulama Aswaja 1444 H: Transformasi Dari Kegelapan Kapitalisme / Demokrasi / Komunisme Menuju Cahaya Islam, di Kanal YouTube NgajiPro ID, Senin (24/10/2022).

Karena menurutnya, peneladanan Nabi Muhammad SAW secara kaffah (totalitas), harus meniru meneladani dari segala aspek kehidupannya, tidak berhenti di sosok pribadi saja. Seperti peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW pada masa Salahuddin Ayyubi Mantan Sultan Mesir yang mampu menumbuhkan semangat untuk mengusir orang-orang kafir dari Daulah Islam.

“Maka, tidak ada pilihan bagi kita, kecuali meniru meneladani Nabi Muhammad SAW dari segala aspek kehidupan, kita harus mulai mengatakan kepada masyarakat, kita wajib meniru Nabi SAW secara keseluruhan nya,” bebernya.

“Kalau sudah peringatan maulid Nabi Muhammad SAW bisa seperti itu, maka itulah peringatan yang bermanfaat dan berkah,” imbuhnya.

Bahwa hari ini adalah masa kegelapan, katanya, maka kaum Muslimin harus bertransformasi menuju cahaya Islam yaitu Islam Kaffah, melalui jalan dakwah yang bersifat revolusioner yang dapat merubah sistem, politik, dan tatanan sosial, bukan dakwah secara parsial.

“Masalahnya, kita semua sudah faham atau merasakan bahwa sekarang ini masa kegelapan atau tidak? Karena masih banyak dari kaum Muslimin menikmati yang namanya Demokrasi” ujarnya.

“Maka mengikuti Nubuwah SAW yang sering disebut sebagai bisyaroh rasulullah SAW, maka inilah yang menjadi masa depan cemerlang bagi kaum Muslimin. Semua tenaga, dakwah dan semangat Umat diarahkan menyongsong tegaknya syari’at Islam, itulah hakikat kita menuju cahaya masa depan,” pungkasnya. [] Lukman Indra Bayu

Sabtu, 29 Oktober 2022

Ustaz Nurul Muyasir: Rasulullah SAW Contoh Sosok Pemimpin dari Segala Aspek Kehidupan

Tinta Media - Dewan Asatiz Pondok Pesantren Al-Amri Probolinggo Ustaz Nurul Muyasir mengungkapkan bahwa Rasulullah SAW sebagai contoh pemimpin dari segala aspek kehidupan. 

“Rasullulah adalah sosok seorang pemimpin dari segala aspek, beliau adalah pemimpin di masjid, beliau adalah pemimpin di pemerintahan, bahkan beliau adalah pemimpin di medan perang,” ungkapnya dalam acara Live Streaming Multaqa Maulid Ulama Aswaja 1444 H: Transformasi Dari Kegelapan Kapitalisme / Demokrasi / Komunisme Menuju Cahaya Islam, di kanal YouTube NgajiPro ID, Senin (24/10/2022). 

Menurutnya, Rasulullah SAW pemimpin luar biasa, patut untuk di contoh dalam segala aspek kehidupan, Allah SWT turunkan dengan segala macam syari’at sebagai pedoman dan patokan yang jelas dalam kehidupan ini. ”Semoga dengan adanya sosok mulia nabi Muhammad SAW hidup kita lebih menjadi terarah, dari jalan jahiliyah menuju jalan kebenaran yaitu cahaya Islam,” tututnya.

“Sebagaimana dalam firman Allah SWT surah Al-Ahzab Ayat 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah” imbuhnya.

Lanjutnya, contoh kesabaran dan kelembutan Rasulullah SAW dalam mengahadapi rintangan dakwah dengan cacian dan mengintimidasi secara fisik dengan lemparan kotoran kepada nya. Begitu juga segala macam ucapan dari Rasullulah adalah kebenaran tanpa adanya dusta, sehingga dijuluki sebahai Al-Amin (dapat dipercaya).

Ia juga melanjutkan, anjuran untuk mensyukuri nikmat yang diberikan dengan adanya sosok suri teladan, mengajarkan penghambaan yang hakiki kepada sang pencipta yaitu Allah SWT.

 “Yang memberirikan jalan kebenaran dari jalan kegelapan kepada jalan kebenaran Islam, yang telah memberikan contoh suri teladan dengan segala syari’at yang Allah SWT turunkan kepada beliau,” tutupnya.[] Lukman Indra Bayu 

Wajib Mencontoh Cara Rasulullah SAW untuk Meraih Cita-cita Tranformasi dari Kegelapan ke Cahaya Islam

Tinta Media - Menanggapi fenomena kerusakan moral yang terjadi saat ini, Pengasuh Majelis Taklim Kajian Ahad Malam Lumajang Kiai Nur Huda menjelaskan cara untuk meraihi cita-cita sebuah tranformasi keadaan dari kegelapan ke cahaya Islam.

”Oleh karena itu, untuk meraih cita-cita berpindah tranformasi keadaan dari kegelapan ke cahaya Islam, kita wajib mencontoh cara Rasulullah SAW,” ujarnya dalam acara Live Streaming Multaqa Maulid Ulama Aswaja 1444 H: Transformasi Dari Kegelapan Kapitalisme / Demokrasi / Komunisme Menuju Cahaya Islam, di kanal YouTube NgajiPro ID, Senin (24/10/2022).

Ia melanjutkan, cara Rasullulah SAW dalam mengubah keadaan di Makkah yang dikenal dengan zaman jahiliyah sebelum daulah tegak adalah dengan dakwah politik, dengan pemikiran dan tanpa kekerasan.

“Dakwah beliau adalah dakwah politik, begitu juga dakwah pemikiriran, dan untuk mewujudkan cita-cita yang mulia, Rasulullah SAW selama periode Mekkah sebelum daulah tegak, beliau menempuh jalan tanpa kekerasan, kita bisa lihat di kitab-kitab siroh,” ungkapnya.

“Karena begitulah Rasulullah SAW merubah semuanya dari kegelapan menuju cahaya hanya dengan dakwah,” imbuhnya.

Lalu ia mecontohkan, tentang keadaan yang menimpa keluarga yasir dalam menghadapi dakwah di Makkah dengan penuh siksaan, Rasulullah SAW menghiburnya mejanjikan surga untuk seluruh keluarganya. Begitu juga sikap sabar Rasulullah SAW ketika mendapati Umar ra menbacakan kitab Taurat dihadapan para sahabatnya.

“Walaupun ujian sedemikian rupa Nabi SAW untuk meraihi cita-citanya dengan cara tanpa kekrasan. Oleh karena itu, cara Nabi yang semcam ini harus wajib kita tiru, dalam sebuah peristwa tentang wajibnya meniru Nabi ini pernah terjadi setelah perang Khaibar,” tutupnya.[] Lukman Indra Bayu

Kamis, 06 Oktober 2022

Kiai Budiman: Ideologi Selain Islam Wajib Diingkari

Tinta Media - Pengasuh Pondok Pesantren Al Ghuroba Patemon Probolinggo Kiai Budiman menyampaikan Ideologi yang datangnya bukan dari Islam maka wajib diingkari.

“Ideologi Komunis dan Ideologi Kapitalis ini tidak datangnya dari Islam dan wajib kita ingkari,” ujarnya dalam acara Multaqo Ulama Aswaja Tapal Kuda Probolinggo: Mengingat Tragedi G30S/PKI,Bahaya Mafsadat Dan Mudharat Ideologi Ciptaan Manusia, Pembelajaran Dari Pemberontakan PKI, Saatnya Kembali Kepada Islam Kaffah, Jumat (30/9/2022) di kanal YouTube Rumah Inspirasi Perubahan.

Karena menurutnya, orang beriman yang mengingkari Ideologi selain dari Islam, tidak diterima dan tidak diridhoi Allah swt.

"Karena syarat orang yang beriman itu adalah:
فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْ ۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ ﴿البقرة : ۲۵۶
Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 256),” jelasnya.

Begitu juga dengan sesuatu yang bertentangan dengan syari’at, lanjutnya, harus diingkari karena pasti akan menimbulkan kerusakan, seperti kekejaman Komunisme pada tahun 1948 yang memakan banyak korban dari orang Islam. 

“Jangan kalian menganggap enteng Ideologi komunis ini, karena ini berkaitan dengan Aqidah dan keimanan kita, kalau membiarkan masuk selain ideologi islam, bagaimana nasib kita dan anak cucu kita? Maka kehancuran akan datang pada diri kita dan anak cucu kita,” pungkasnya.[] Lukman Indra Bayu 

Selasa, 04 Oktober 2022

Ustaz Nurul Muyassir: Ideologi Kapitalisme dan Komunisme Tak Layak Dijadikan Sistem untuk Mengatur Kehidupan

Tinta Media - Ustaz Nurul Muyassir Dewan Asatidz PP Kyai Sekar Al Amri menjelaskan, ideologi Kapitalisme dan Sosialisme yang mengusai dunia saat ini tidak bisa dijadikan sebagai sitem untuk mengatur kehidupan ini.

“Maka kedua mabda’(Ideologi) tersebut tidak bisa dijadikan sistem dalam mengatur kehidupan di dunia ini,” ujarnya dalam acara Multaqo Ulama Aswaja Tapal Kuda Probolinggo: Mengingat Tragedi G30S/PKI,Bahaya Mafsadat Dan Mudharat Ideologi Ciptaan Manusia, Pembelajaran Dari Pemberontakan PKI, Saatnya Kembali Kepada Islam Kaffah, di kanal YouTube Rumah Inspirasi Perubahan

Karena menurutnya, ideologi tersebut bersumber dari akal yang penuh dengan kepentingan dan perselisihan, menentukan baik dan buruk suatu perbuatan manusia, sehingga mempengaruhi jalannya sistem dan aqidah diembannya.

“Aqidah Kapitalisme dibangun berdasarkan ide pemisahan antara kehidupan dan  agama, sehingga agama tidak boleh mengatur suatu kehidupan, agama hanya mempunyai otoritas untuk mengatur kehidupan dengan Tuhan hya semata dalam  sisi spiritual dan ritual belaka,” tuturnya.

“Sedangakan Sosialisme Komunisme dibangun berdasarkan materi, alam, manusia dan kehidupan semuanya itu adalah materi. Mereka menafikkan adanya pencipta sang Kholiq Allah SWT, dengan begitu mereka jelas menolak agama,” imbuhnya.

Komunisme justru seperti menciptakan agama baru dengan menyembah dan mengagungkan materi, katanya. Agama adalah candu yang bisa merusak masyarakat, maka sistem kehidupannya kemudian dibangun berdasarkan akal yang hampa dari ajaran agama.

Oleh karena itu, ia mengajak untuk kembali kepada Ideologi Islam dengan memahami Islam secara Kaffah agar membentengi dari pemahaman yang rusak. Walaupun saat ini belum ada satu negara pun yang mengembannnya, sehingga tidak tampak Islam yang utuh dan konperhensif.

“Sekali lagi, marilah kia memahami Islam secara kaffah agar Islam menjadi mulia, sebagimana Islam memimpin dunia kurang lebih 13 abad lama nya,” tutupnya.[] Lukman Indra Bayu

Selasa, 23 Agustus 2022

Ulama Aswaja Gresik: Indonesia Terpuruk, Sebab Campakkan Hukum Allah dan Mengkriminalisasi Ulama

Tinta Media - Ulama Aswaja  Gresik Kiai Adam Cholil Al-Bantaniy menyampaikan bahwa kondisi dunia, termasuk Indonesia sedang tidak baik-baik saja sebab mencampakkan hukum Allah dan nengkriminalisasi para ulama. 

"Kalau kita menyaksikan bagaimana keadaan dunia di saat sekarang ini, dan juga termasuk negeri kita. Saat ini kondisi sedang tidak baik-baik saja. Bahkan kondisinya sangat memprihatinkan dari berbagai aspek. Mulai dari persoalan kesejahteraan, tindak kriminal, berbagai macam ketimpangan, kemaksiatan yang merajalela, dan lain-lain. Dan paling penting adalah dicampakkannya hukum-hukum Allah SWT dan dikriminalisasinya para ulama yang mengemban dakwah," ungkapnya dalam multaqo ulama Aswaja Gresik secara live di kanal YouTube Dakwah Giri yang bertema 'Fasad Akibat Ulah Manusia, Kembali Kepada Syariah', Sabtu (20/8/2022).

Menurutnya, ini adalah suatu fakta yang tidak bisa dipungkiri di dunia saat sekarang ini. "Indonesia telah merdeka selama 77 tahun, namun belum menunjukkan tanda-tanda  akan menjadi negeri sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT. Yaitu baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur, negeri yang di tengah penduduknya turun rahmat dan barakah Allah dari langit dan juga keluar dari bumi," paparnya.

Indonesia, menurutnya, mengalami persoalan hukum yang sangat memprihatinkan. "Baru-baru ini bagaimana kita menyaksikan para penegak hukum yang seharusnya melindungi rakyat, yang seharusnya menjadi contoh dalam melaksanakan hukum itu, tetapi kita melihat justru merekalah orang yang terdepan melakukan pelanggaran hukum," bebernya.

Kasus penembakan seorang polisi oleh oknum polisi lainnya, menurutnya, mengungkap betapa bobroknya institusi tersebut. Padahal Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk berbuat adil kepada sesamanya. 

"Bagaimana kita menyaksikan dulu pengawal ulama ditembak mati bahkan disiksa. Kita ingat KM 50 dan pelakunya tidak terungkap ataupun ada yang ditangkap, namun kemudian dibebaskan. Karena dikatakan kalau itu suatu kejadian yang memang sesuai dengan prosedur sehingga tidak bisa disalahkan," sebutnya.

Akan tetapi, lanjutnya, Allah SWT mendengar doa-doa orang yang dizalimi  dan Allah SWT. membersihkan kekasih-kekasihNya dari tuduhan yang mereka tuduhkan.

"Ternyata sekarang semua tuduhan itu kembali kepada yang menuduh ini, tentu saja harusnya menjadi barang renungan bagi kita bahwasanya Allah SWT tidak akan pernah tinggal diam atau apa yang dilakukan oleh manusia di muka bumi, bahwa kerusakan itu akan menimpa manusia ketika manusia mengabaikan aturan-aturan dari Allah SWT," pungkasnya.[] Wafi

Minggu, 31 Juli 2022

Inilah Alasan Poliandri Diharamkan dalam Islam

Tinta Media - Terkait kasus pengusiran seorang perempuan di Riau karena tuduhan poliandri, Narator MMC mengungkapkan bahwa di dalam Islam poliandri diharamkan karena bertujuan menjaga nasab manusia.

"Di dalam Islam, poliandri memang diharamkan. Hal ini bertujuan untuk menjaga nasab manusia," tuturnya di kanal YouTube Muslimah Media Center, Hitam Putih Kehidupan: Dituduh Poliandri, Seorang Perempuan di Riau Diusir Warga dari Rumah, Rabu (27/7/2022).

Narator melanjutkan, Allah SWT berfirman yang artinya: "Dan (diharamkan juga atas kalian menikahi) perempuan yang bersuami, kecuali hamba sahaya perempuan (tawanan perang) yang kamu miliki sebagai ketetapan Allah atas kamu." (QS. An-Nisa : 24).

"Selasa malam, 7 Juni 2022 di Desa Seberang Taluk, Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, tampak riuh warga berbondong-bondong keluar rumah untuk melihat seorang perempuan yang tengah diusir karena dituduh melakukan poliandri. Kejadian ini direkam oleh warga dan menjadi viral di sosial media. Terlihat kerumunan warga menggiring dua orang lelaki dan satu perempuan dari sebuah rumah menuju mobil. Saat ketiganya berjalan keluar rumah, warga sekampung tampak berteriak mencemooh mereka.Tampak kedua pria tersebut menggendong anak masing-masing, sementara wanita tersebut berjalan sendiri menuju mobil," papar narator.

Narator menjelaskan, Kepala Desa Seberang Taluk, Kuswanto, membenarkan adanya pengusiran ini. "Namun, dia menyatakan belum ada bukti apakah perempuan itu melakukan poliandri. Namun warga sekitar sudah tidak nyaman dengan kelakuan si wanita yang sering terlihat berjalan bergantian dengan kedua pria tersebut. Akhirnya warga mengusir perempuan itu dan kedua prianya," terang Narator. 

"Beberapa faktor seperti ekonomi, jarak dengan suami yang jauh, tidak terpenuhi nafkah lahir dan batin, usia suami yang sudah lanjut, ataupun rumah tangga yang tidak harmonis, dijadikan alasan seorang perempuan melakukan poliandri. Apalagi kondisi masyarakat sekarang sakit akibat cara pandang sekuler liberal," ujarnya. 

Cara pandang ini, lanjutnya, membuat masyarakat krisis keimanan. Agama bukan lagi menjadi kontrol individu dan sosial, sebab agama telah dipisahkan dari kehidupan. Manusia berjalan di muka bumi ini dengan sombong mengikuti hawa nafsunya. 

"Alhasil, faktor-faktor yang menjadi alasan seorang perempuan untuk poliandri tadi, masih tetap terpelihara di tengah-tengah masyarakat. Sekalipun beberapa tempat memberi sanksi sosial kepada pelaku poliandri, namun sanksi ini tak lantas membuat pelaku jera. Pelaku pun tidak merasa berdosa ketika melakukan poliandri. Karena cara pandang hidup sekuler liberal tidak mengenal batas dosa dan pahala," simpulnya. 

Narator pun menilai, seperti inilah gambaran masyarakat yang sakit akibat paham sekuler liberal dijadikan sistem kehidupan. Sangat berbeda dengan sistem Islam yaitu Khilafah ketika diterapkan untuk mengatur masyarakat. 

"Dalam Khilafah, baik individu masyarakat dan negara akan diselimuti keimanan dalam setiap aktivitas mereka. Sehingga tidak ada satupun amal perbuatan mereka yang tidak terkait dengan hukum syariat," ungkap narator.

Ia pun menegaskan, maka ketika seorang istri mendapati kekurangan suaminya seperti impoten, maka buka poliandri solusi yang mereka ambil. Mereka paham poliandri hukumnya haram.

"Pasangan tersebut akan berikhtiar untuk berobat terlebih dahulu, sabar menerima qadha (takdir). Jika semua sudah dilalui, namun pada akhirnya kedua belah pihak memutuskan untuk bercerai, maka perbuatan itu halal bagi mereka. Begitu pula alasan lain seperti himpitan ekonomi, suami jauh, dan lain sebagainya, akan diselesaikan sesuai dengan ketentuan hukum syariat, bukan hawa nafsu belaka," bebernya.

Narator menambahkan, masyarakat khilafah pun tidak akan main hakim sendiri ketika melihat ada yang berbuat kemaksiatan seperti poliandri. Mereka akan memastikan terlebih dahulu apakah perbuatan tersebut benar-benar dilakukan. Karena hal tesebut bagian dari Amar ma'ruf nahi munkar. "Jika benar dugaan tersebut, masyarakat bisa melapor kepada lembaga negara Khilafah yang menangani kasus seperti ini. Sehingga para pelaku mendapat sanksi, pembinaan dan bisa bertobat," tandasnya.

"Seperti inilah khilafah mencegah terjadinya poliandri di tengah masyarakat yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh sistem sekuler liberal sekarang," pungkasnya.[] Willy Waliah

Jumat, 22 Juli 2022

Ulama Aswaja Tapal Kuda Ungkap Urgensi Penegakan Khilafah


Tinta Media - Menanggapi penderitaan di dunia saat ini akibat cengkraman penjajahan negara-negara adidaya berideolagi Kapitalisme, Ulama Aswaja Tapal Kuda mengungkapkan urgensi menegakkan Khilafah menurut para Ulama.

“Sementara itu, para Ulama juga menjelaskan tentang urgensitas Khilafah dan kewajiban menegakkannya,” ujarnya dalam acara Multaqo Ulama Aswaja Tapal Kuda: Khilafah di Mata Fuqoha, Negara Terkuat di Masa Depan, Kamis (21/7/2022), di kanal YouTube Bromo Bermartabat.

Khilafah Islamiyah adalah sistem kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim di dunia untuk menerapkan hukum-hukum Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia, katanya, sampai para sahabat lebih mendahulukan membaiat Kholifah daripada merawat jenazah Rasulullah SAW.

“Al-Allamah Al-Imam Ibnu Hajar Al-Haitamiy Al-Makkiy Asy-syafi’i menyatakan:

اِعْلَمْ أَيْضًا أَنَّ الصَّحَابَةَ رِضْوَانَ اللهِ تَعَالَى عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ أَجْمَعُوْا عَلَى أَنَّ نَصْبَ الْإماَمِ بَعْدَ اِنْقِرَاضِ زَمَنِ النُّبُوَّةِ وَاجِبٌ بَلْ جَعَلُوْهُ أَهَمَّ الْوَاجِبَاتِ حَيْثُ اشْتَغَلُوْا بِهِ عَنْ دَفْنِ رَسُوْلِ اللهِ وَاخْتِلَافِهِمْ فِي التَّعْيِيْنِ لَا يُقْدَحُ فِي الْإجْمَاعِ الْمَذْكُوْرِ

Ketahuilah pula bahwa pada Sahabat ridhwanallahi Ta'ala 'alaihim semuanya sepakat bahwa mengangkat seorang imam setelah berakhirnya zaman kenabian adalah wajib. Bahkan mereka telah menjadikannya (mengangkat Khalifah) sebagai kewajiban paling penting ketika mereka lebih sibuk dengannya (proses pemilihan dan pengangkatan Khalifah) dari pada memakamkan jenazah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Perbedaan mereka dalam penentuan (siapa yang menjadi Khalifah) tidak menghapus Ijma' yang telah disebutkan,” bebernya.

Ulama dari bebagai daerah Tapal Kuda seperti Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang ini juga menjelaskan bahwa Ahlu Sunnah, Murji’ah dan Khawarij bersepakat untuk mentaati Imamah (Kholifah) yang adil menegakkan hukum Allah SWT dalam segala urusannya.

“Al-Hafidz Abu Muhammad Ali Ibn Ahmad Ibn Hazem Adz-Dhahiri berkata:

اتّفق جَمِيع أهل السّنة وَجَمِيع المرجئة وَجَمِيع الشِّيعَة وَجَمِيع الْخَوَارِج على وجوب الْإِمَامَة وَأَن الْأمة وَاجِب عَلَيْهَا الانقياد لإِمَام عَادل يُقيم فيهم أَحْكَام الله ويسوسهم بِأَحْكَام الشَّرِيعَة الَّتِي أَتَى بهَا رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم حاشا النجدات من الْخَوَارِج

'Ahlus Sunnah, seluruh murji’ah, dan seluruh khawarij sepakat atas wajibnya imamah dan bahwa sesungguhnya umat Islam itu wajib atasnya untuk terikat dengan seorang Imam yang adil yang di dalamnya ditegakkan hukum Allah serta mengurus mereka dengan hukum-hukum syariat yang Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam datang dengan syariah tersebut ..yang mengejutkan firqah al Najdat dari kalangan khawarij (juga menyetujuinya)…' Itulah Daulah Khilafah Islamiyyah yang merupakan wa'dun minallah janji dari Allah dan Busyra Rasulillah kabar gembira dari Rasulullah,” jelasnya.

Dalil-dalil yang menunjukkan kewajiban mendirikan Khilafah sangat banyak, dari Al-Quran, As-Sunnah, dan Ijma' Sahabat, katanya. Dalil Al-qur’an surat Al-Maidah ayat 49.

وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ

"Hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang telah Allah turunkan, janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka, dan berhati-hatilah terhadap mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian wahyu yang telah Allah turunkan kepadamu." (QS. Al-Maidah: 49), Mafhum-nya adalah hendaknya kaum Muslim mewujudkan seorang hakim (penguasa) setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam untuk memutuskan perkara di tengah-tengah mereka sesuai dengan wahyu yang telah Allah turunkan,” bebernya.

Dalil As-Sunnah, lanjutnya, diriwayatkan oleh Nafi’ bahwa Nabi Muhammad SAW mewajibkan kaum Muslimin agar dipundaknnya terdapat baiat kepada Khalifah bukan kepada yang lain dan mensifati sebagai orang mati seperti kematian Jahiliah yang tidak ada baiat.

“la berkata: Abdullah bin Umar telah berkata kepadaku: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, pernah bersabda:

مَنْ خَلَعَ يَداً مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اَللَّهَ يَوْمَ اَلْقِيَامَةِ لاَ حُجَّةَ لَهُ وَ مَنْ مَاتَ وَ لَيْسَ فِي عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً

"Siapa saja yang melepaskan tangan dari ketaatan, la akan menjumpai Allah pada Hari Kiamat kelak tanpa memiliki hujjah, dan siapa saja yang mati, sedangkan di pundaknya tidak terdapat baiat (kepada Khalifah), maka ia mati seperti kematian Jahiliah." (HR. Muslim),” ungkapnya.

Oleh karena itu, Ulama aswaja tapal kuda mengajak kaum Muslimin untuk turut berjuang menegaggak Khilafah sebgai tajul furudl (mahkota kewajiban) dengan metode Nabi SAW lakukan.

“Maka, hendaknya kaum muslimin memperjuangkan tegaknya Khilafah, yang merupakan tajul furudl mahkotanya kewajiban. Dengan mengikuti dan menyesuaikan metode yang telah diteladankan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam; yang bersifat fikriyah, siyasiyah, la madiyah, tidak dengan kekerasan,” pungkasnya.[] Lukman Indra Bayu

Jumat, 15 Juli 2022

Kiai Muhammad Bajuri: Semua Kezaliman yang Terjadi Akibat Kemaksiatan


Tinta Media - Pengasuh Majelis Taklim Darun Nafais Pasuruan, Kiai Muhammad Bajuri menuturkan semua kezaliman yang dirasakan umat saat ini akibat dari kemaksiatan.

“Semua kezaliman yang terjadi dan dirasakan oleh umat saat ini adalah akibat dari kemaksiatan,” ungkapnya di acara Multaqo Ulama Aswaja Tapal Kuda: Rencana Kenaikan Tarif Dasar Listrik, Pertalite, LPG 3 Kg Adalah Kezaliman, Selasa (6/7/2022) di Pasuruan.
 
Ia mengutip hadis Rasulullah SAW  riwayat  Ibnu Majah dan At-Thabrani dari sahabat Abdullah bin Umar r.a. tentang lima perkara yang jika terjadi, maka akan mendatangkan berbagai bencana, kerusakan dan kezaliman.
 
“Bagaimana kalian, jika lima perkara menimpa kalian? Aku berlindung pada Allah SWT agar itu tidak terjadi di tengah-tengah kalian, dan kalian tidak mengalaminya," ungkapnya. 

Pertama, tidaklah kekejian (zina) itu nampak pada suatu kaum, yang mereka lakukan dengan terang-terangan, kecuali akan muncul di tengah-tengah mereka tha’un (penyakit menular) dan kelaparan yang belum pernah sedahsyat itu terjadi pada kaum-kaum sebelum mereka,” ucapnya menukil hadis.
 
Kedua, lanjutnya, tidaklah suatu kaum enggan menunaikan zakat, kecuali mereka akan dihalangi dari hujan atas mereka. Dan jikalau bukan karena Allah SWT sayang pada binatang, maka Allah SWT tidak akan turunkan hujan bagi mereka.
 
Ketiga, tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan ditimpa dengan kemarau panjang, beban hidup yang berat dan penguasa yang zalim.
 
Keempat, tidaklah para pemimpin mereka berhukum dengan selain yang Allah  turunkan, kecuali Allah jadikan mereka dikuasai oleh musuh-musuhnya, lalu mereka (para musuh) mengambil sebagian apa yang mereka miliki,” ungkapnya.
 
Kelima, lanjutnya, dan tidaklah mereka mengabaikan Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya kecuali Allah jadikan mereka diselimuti kerusakan dan ketakutan.
 
Akibat Sistem Demokrasi 

Muhammad Bajuri menilai, kemaksiatan-kemaksiatan sebagaimana disebutkan dalam hadis itulah yang sedang terjadi sehingga berbagai bencana, kerusakan dan kezaliman terus menghantui umat di negeri yang penduduknya mayoritas Muslim ini. “Dan penyebab dari semua ini adalah sistem demokrasi,” jelasnya.
 
“Semua itu terjadi karena diterapkannya sistem demokrasi, sistem yang memberi ruang pada oligarki untuk mengekploitasi dengan bebas dan rakus atas kekayaan alam negeri ini. Sistem yang membuat rezim bebas membuat aturan yang hanya menguntungkan dirinya dan kelompoknya sendiri, serta sistem yang memaksa umat untuk bermaksiat dengan meninggalkan aturan yang berasal dari Tuhan Pencipta alam ini,” urainya.
 
Terakhir, ia mengajak dan menyeru seluruh yang hadir khususnya dan seluruh kaum Muslim pada umumnya, untuk mencampakkan demokrasi, biang dari semua kerusakan dan kezaliman yang terjadi di dunia ini.
 
“Untuk itu, mari kita campakkan demokrasi, dan terapkan Islam kafah yang pasti akan mendatangkan kebaikan dan kehidupan penuh berkah. Namun, Islam kafah ini mustahil bisa diwujudkan, kecuali dengan sebuah sistem pemerintahan warisan Rasulullah SAW  yaitu Khilafah ‘ala min hâj an nubuwah.,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 

Sabtu, 11 Juni 2022

Kajian Kitab Nashaihul Ibad, Yuk Ngaji Sidoarjo: Allah Haramkan Kezaliman


Tinta Media - Melanjutkan kajian Kitab Nashaihul Ibad karya Syeikh Nawawi Al-Bantani, Pengasuh MT Nurul Iman Tanggulangin, Sidoarjo KH Khozin Mubarak menuturkan sebuah hadits qudsi, bahwasanya Allah SWT telah mengharamkan kezaliman.

"Berbuat zalim atau menzalimi satu dengan yang lain, enggak boleh, diharamkan" tegasnya dalam Kajian Kitab Nashaihul Ibad, pertemuan kedua bersama Teman Yuk Ngaji Sidoarjo, Kamis (8/6/2022) di Mushalla Baburrayan.

"Kriteria zalim itu sesuatu yang sebenarnya menyalahi aturan Allah" sambungnya, seraya menyampaikan hadits qudsi yang diijazahkan oleh Al-'Alamah Syeikh Muhammad Al-Khatib, Ibnu Utsman bin Abbas bin Utsman, dari gurunya bersambung kepada Abu Dzar Al-Ghifari, dari Rasulullah SAW, yang artinya,

'Sungguh Aku telah mengharamkan berbuat zalim atas diri-Ku, dan Aku jadikan kezaliman di antara kamu sesuatu yang diharamkan, maka janganlah kamu saling menzalimi.'

Dengan kata lain, apabila suatu hukum memiliki sifat zalim, berarti menurutnya, salah satu faktor penyebabnya cenderung dikarenakan tidak berhukum dengan syariat Allah. 

"Kalau kita sudah tidak berhukum atau tidak memakai syariat Allah, sudah pasti termasuk di dalamnya itu kezaliman" terangnya dalam kajian bulanan, di hari Kamis pekan kedua tersebut.

Sebagaimana pula diterangkan Allah SWT di dalam firman yang artinya, 'Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.' QS. Al-Maidah: 45.

Sehingga ia menegaskan, keadilan adalah bagian dari syari'at Allah SWT. "Bagaimana bisa adil, wong sudah enggak mau ngikuti perintah Allah. Pasti di sana ada ketidakadilan," ucapnya menyinggung hukum yang diterapkan saat ini.

Dan yang terpenting menurutnya, khitab atau dalil yang disampaikan kepada Rasulullah tersebut, sebenarnya berlaku umum. "Karena (dalam bentuk) jamak. Yaa 'ibadii, bukan yaa 'abdi," jelasnya.

Kesesatan

Berikutnya, lanjut Kiai Khozin, hadits tersebut juga memuat tentang kesesatan makhluk. "Kamu semua sesat kecuali yang telah Aku beri petunjuk padanya. Maka mintalah kamu petunjuk kepada-Ku, Aku akan berikan petunjuk kalian," kutipnya.

Begitu pula dengan rasa lapar dan yang hidup tanpa berpakaian (ketika lahir). Atas dasar itu umat diperintahkan untuk senantiasa meminta rizki hanya kepada Allah SWT. 

"Ketika lahir, pada hakikatnya orang tua menyusui itu juga karena Ar-Rahim Allah saja," tukasnya.

"Kalau tidak karena sifat welas Allah yang diberikan kepada orang tua, mungkin ditinggal bayinya," sambungnya sedikit berseloroh.

Pun demikian dengan rasa bersalah dan dosa. Pasalnya, manusia yang notabene tempatnya salah dan dosa memiliki kecenderungan nafsu yang menurut Kiai Khazin, berpotensi berbuat kesalahan. 

"Maka itu Allah memberikan ampunan apabila manusia meminta dan bertobat kepada-Nya," timpalnya, sembari mengimbau apabila sudah berniat tidak mengulangi kesalahan, seorang Muslim jangan pernah sekalipun ingin mengulangi.

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri," ucapnya menukil QS. Al-Baqarah: 222.

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.," tambahnya yang juga mengutip Al-Qur'an tepatnya Surat Ali Imran ayat 133.

Lantaran itu, ia pun mengajak kaum Muslimin untuk tidak bersikap sombong, hanya karena tidak bersedia bertobat mengakui segala kesalahan dan dosanya.

Maka itu juga, sambung Kiai Khozin, salah satu dari tujuh golongan yang kelak di Yaumul Akhir diberikan naungan, sementara tidak ada perlindungan kecuali dari Allah SWT, adalah seorang laki-laki yang menangis ketika sendiri mengingat dosa-dosanya.

"Namun yang pertama sebenarnya adalah kepada imam (pemimpin/penguasa) yang adil," tegasnya.

Sama halnya terkait ketakwaan maupun kemungkaran penduduk bumi, mulai dari Nabi Adam hingga manusia terakhir, atau juga dari kalangan jin, sejatinya tidak akan menambah atau mengurangi kekuasaan dan kemuliaan Allah SWT sedikitpun.

"Ini menunjukkan Allah enggak butuh kita, justru kita semua yang butuh Allah," ujarnya.

Kemudian masih dalam hadits tersebut, dikatakan, 'Barang siapa yang menemukan kebaikan hendaknya memuji Allah SWT. Barang siapa menemukan kejelekan, janganlah sekali-kali mencela kecuali terhadap dirinya sendiri.'

Hadits Kedua

Terakhir, berkenaan dengan hadits kedua. Dari Abdullah bin Amru bin Ash, Nabi SAW bersabda tentang sebab memperoleh Husnul Khatimah, yang artinya, 

'Orang-orang yang pengasih akan dikasihani (Tuhan) yang Maha Pengasih, Maha Suci dan Maha Tinggi (Allah), sayangilah orang yang ada di muka bumi, niscaya orang yang ada di langit (para Malaikat) akan mengasihimu.' (HR.Muslim)

Tak hanya manusia, sambung Kiai Khozin menyampaikan, tetapi meliputi binatang yang kita tidak disuruh membunuhnya. 

Adapun binatang-binatang yang dianjurkan dibunuh adalah binatang fasik yang haram untuk dimakan yakni ular, gagak, tikus, anjing galak, burung elang.

Dengan demikian, manusia harus berkasih sayang terhadap sesama dan makhluk hidup pada umumnya. Yaitu, dengan mencintainya dan berdoa bagi mereka agar mendapatkan rahmat Allah serta magfirah-Nya. 

"Dengan begitu, niscaya malaikat yang ada di langit, yang jumlahnya melebihi penduduk bumi akan mengasihi kita," pungkasnya. []Zainul Krian

Sabtu, 14 Mei 2022

Kiai Khozin: Inti Nasaihul Ibad adalah Nasihat-Nasihat


Pengasuh MT Nurul Iman Tanggulangin, Sidoarjo, Kiai Khozin Mubarok menerangkan, inti dari kitab Nashaihul Ibad adalah nasihat-nasihat.

"Kitabnya berupa nasihat, pencucian jiwa dalam bahasa yang lain, juga tergantung yang menamai dari sisi apa, tetapi intinya itu berupa nasihat-nasihat," terangnya dalam Kajian Perdana Kitab Nashaihul Ibad bersama Teman Yuk Ngaji Sidoarjo, Kamis (12/5/2022) di Mushalla Baburrayan.

Sebelumnya, berkenaan pencucian jiwa dimaksud, kata Kiai Khozin, bisa disebut juga dengan tasawuf atau nafsiyah (pola sikap).

Lebih lanjut, di dalam kajian yang rencananya digelar setiap bulan, Kamis pekan kedua tersebut, ia menerangkan Nashaihul Ibad dari segi nama yang merupakan jamak dari kata nashiha. Sehingga nashaihu berarti nasihat-nasihat.

Sedangkan ibad, lanjutnya, dari kata abdun, yang bermakna hamba. "Asal katanya abada, ya'budu, ibadata," jelasnya seraya menambahkan bahwa orang yang melakukan disebut abidun, dengan jamaknya ibadun.

"Sama dengan kayak nashiha, itu nasihat satu. Kalau nasihat-nasihat menjadi nashaihu. Dua kata yang dijadikan satu, nashaihul ibad, jadi nasihat-nasihat atas para hamba," tegasnya.

Kitab Nasaihul Ibad, menurut Kiai Khozin adalah kitab yang tidak asing. Bahkan menjadi andalan serta rujukan di pesantren-pesantren.

Penulisnya adalah Syekh Muhammad Imam Nawawi Al-Bantani, ulama besar yang lahir pada 1815 M di Kampung Tanara, sebuah desa kecil di Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. "Beliau ini salah satu ulama Jawa Nusantara yang kemudian sampai akhir hayat beliau menamatkan keilmuannya di Arab Saudi," sebutnya.

"(Pun) sampai menjadi imam Masjidil Haram," imbuhnya dengan mengatakan, ketika wafat, beliau dimakamkan di Al Ma'la, sebelah timur Masjidil Haram, yang juga merupakan komplek pemakaman istri Rasulullah SAW, Syayidatina Khadijah RA.

Semasa hidup, keilmuan Syekh Muhammad Imam Nawawi Al-Bantani tidak diragukan lagi. "Bahkan para ulama ada yang menggelarinya sebagai An Nawawi ats tsani (kedua). Di mana Imam An Nawawi yang pertama itu, beliau yang mensyarah Sahih Muslim," ungkapnya.

Atas dasar itu Kiai Khozin menuturkan, Imam An Nawawi asal Nusantara dimaksud pun tidak kalah cerdas dan 'alim. "Beliau juga kitabnya sangat produktif ternyata. Ratusan judul kitab telah beliau lahirkan. Bahkan pernah diuji di Al Azhar," bebernya.

Selain itu, lanjutnya, karya beliau juga sangat banyak. Mulai di bidang tafsir, tauhid, syarah hadits, termasuk Kitab Nasaihul Ibad, berikut kumpulan hadits Rasulullah SAW yang terkandung di dalamnya.

Beliau, Syekh Muhammad Imam Nawawi Al-Bantani, ia katakan juga banyak mencuplik maqalah para sahabat khulafaur rasyidin hingga tabi'in atau generasi setelah para sahabat.

Sebutlah masalah keilmuan dan ketakwaan yang secara ditimbang, kata Kiai Khozin seperti yang pernah disampaikan Rasulullah SAW, keimanan seluruh penduduk di dunia belum bisa menandingi beratnya keimanan Abu Bakar as-Shiddiq.

Belum lagi dari sisi keberanian, kedermawanan para sahabat dan generasi setelahnya. "Layak kalau Rasul sampai menyebut khairu ummatiy qarni (generasi terbaik di masa beliau SAW)" ucapnya.

Lantas menegaskan definisi generasi terbaik, tandasnya, tidak lain adalah generasi para sahabat yang memang dibina langsung oleh Rasulullah.

Namun di sisi lain, Kiai Khozin mengungkapkan, terdapat salah satu riwayat hadits yang menyatakan ada generasi jauh setelah tabi'in yang justru dianggap sebagai saudara oleh Rasulullah SAW, serta dipastikan mendapat ihtiram kemuliaan.

"Sungguh beruntung orang yang bisa menyaksikanku, dan beriman kepadaku. Tetapi dikatakan lagi, sungguh beruntung (sampai 7 kali Rasul mengatakan) bagi orang yang tidak menyaksikan aku tetapi mau beriman kepadaku," kutipnya dari hadist riwayat Bukhari.

Artinya, yang punya peluang sebagai umat dibanggakan di hadapan para sahabat, yang notabene Rasul membanggakan sahabat dengan sebaik-baiknya generasi adalah orang-orang yang menempuh jalan, 'ala manhaj an nubuwwah di masa setelah tabi'in hingga sekarang.

"Padahal belum ada waktu itu kan, masih nanti, masih jauh. Alhamdulillah kita ini (semoga) menjadi generasi terbaik," harapnya.

Berlanjut mengawali kajian Kitab Nasaihul Ibad, Kiai Khozin di dalam muqaddimah berharap, para pengemban dakwah Islam kafah senantiasa menjadi pribadi-pribadi seperti halnya dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW.

"Mempunyai sifat-sifat yang bagus nantinya, yang ini juga kita butuhkan dalam rangka untuk li i'la'i kalimatillah, yang mengagungkan kalimat Allah SWT. Terutama dalam memahami Islam dengan benar yang tidak berhenti di situ, juga nanti kita sampaikan kepada masyarakat banyak, terutama di lingkungan sekitar kita," pungkasnya.[] Zainul Krian

Jumat, 15 April 2022

Kapan Yuk Ngaji Sidoarjo, Ustaz Anshari Angkat Tema 'Bagaimana Jika Islam Tak Pernah Ada?'

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1kBitrWnDrVNeergTa-nUaHiom4QifO--

Tinta Media - Ustaz Ahmad Anshari, trainer 'Yuk Ngaji' mengangkat tema jika Islam tak ada, tatanan kehidupan manusia di dunia bisa dipastikan hancur. "Jika Islam tak pernah ada, (tatanan) dunia akan hancur," ujarnya dalam Kajian Pekanan (Kapan) Yuk Ngaji Sidoarjo: World Without Islam, Ahad (10/4/2022) yang dilangsungkan di Mushalla Baburrayan.

Untuk bisa dipahami, ia pun melontarkan beberapa pertanyaan yang menurutnya sederhana berkenaan dengan tema itu. Tetapi sebagaimana sindiran pihak yang menurutnya kurang suka dengan Islam, ia menyarankan agar peserta dalam menjawabnya nanti tanpa membawa-bawa agama.

Di antaranya, jika Islam tak pernah ada, dengan tangan apa manusia makan; bagaimana posisi buang air besar (poop) yang benar; cara punya suami atau istri yang setia; mendidik anak yang baik; hingga bagaimana cara paling adil membagi harta waris?

Untuk yang pertama, terlepas dengan tangan kanan atau kiri, kidal atau tidak, serta pernah diajari atau belum, efeknya, kata Anshari memulai, hal itu tak terlalu bermasalah. Sebab, memang pada faktanya urusan cara makan kembali kepada masing-masing individu.

"Hebatnya, terkait makan dan cebok bisa jadi dilakukan dengan tangan yang sama," selanya diikuti tawa peserta.

Tetapi apabila merujuk pada tuntunan Islam, tentu hal yang menurut banyak orang termasuk sepele, berdampak besar kehidupan. Karenanya ia menambahkan, hal itu bergantung kebiasaan yang diajarkan sejak kecil.

Perlu diketahui, kajian pekanan (Kapan) Yuk Ngaji Sidoarjo sebelumnya dilakukan secara daring. Namun kali ini, dengan kondisi sudah memungkinkan kendati dilakukan dengan prokes ketat, Kapan Yuk Ngaji digelar offline dengan pemateri dari Malang berikut belasan peserta malam itu.

Hanya di Yuk Ngaji

Berikutnya, persoalan posisi postur ketika poop. "Ternyata anggapan posisi poop dengan duduk termasuk hal yang modern karena alasan kemajuan teknologi," tukasnya dengan sedikit bercanda, 

"Hanya di Yuk Ngaji, persoalan _poop_ saja dibahas." senyum Anshari.

Pasalnya, terkait posisi _poop,_ ternyata dengan dalih kemajuan zaman, di berbagai tempat publik sudah disediakan fasilitas WC duduk.

Padahal berdasarkan suatu riset di Stanford University, Amerika Serikat, posisi terbaik ketika poop adalah dengan jongkok. "Di balik posisi duduknya BAB, menimbulkan banyak masalah. Ada bagian organ tubuh yang terjepit (menggangu saluran pembuangan)," ulasnya sambil menampilkan ilustrasi berupa video di monitor yang telah disediakan.

Maka itu, lanjut Anshari, untuk mengatasi masalah-masalah yang kemudian muncul dari posisi duduk, oleh Stanford lantas dibuatlah alat sederhana berupa pijakan kaki yang dirancang sedemikian rupa hingga postur menyerupai posisi jongkok, dengan tetap menggunakan WC duduk.

Namun yang paling penting dipahami, terang Anshari, sebelum Stanford menjelaskan posisi terbaik adalah jongkok, ternyata sekitar 1400 tahun lalu, Nabi SAW sudah mengajarkan posisi tersebut adalah postur terbaik dan menyehatkan.

"Pertanyaannya, Nabi itu tahu karena ada kemajuan teknologi di masa itu atau dari mana?" interaksinya dengan peserta training tplyang serempak menjawab, dari Allah.

Meski benar demikian, ia prihatin terhadap sebutan orang saat ini terhadap era kenabian yang justru sarat dengan stigma. "Sering disebut sama orang-orang sekarang zaman unta," sedihnya dengan kembali menyinggung tentang keinginan para pendengki Islam, jangan bawa-bawa agama seperti di awal tadi.

"Enggak cuma itu. Bahkan Islam itu ketika kita berbicara tentang Islam, sering dilabeli intoleran, radikal, termasuk ekstremis, teroris," imbuhnya.

Maka itu, ia membagikan informasi agar umat lebih mengetahui bahwa sejarah pernah mencatat, pernah terjadi genosida yang kabarnya, hingga 100 juta jiwa suku Indian di Benua Amerika, lalu pembantaian ratusan ribu jiwa suku Aborigin di Australia, serta pengeboman atom di kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang dengan berbagai kehancurannya.

"Kenapa kok umat muslim yang dituduh ektremis, teroris, radikal dan intoleran. Kita yang enggak pernah melakukan itu, tetapi kita yang dituduh," ulasnya prihatin.

Itulah mengapa Islam kemudian mengatur perang. "Jangankan membunuh anak-anak, wanita, orang tua. Tumbuhan saja di dalam Islam tidak boleh dirusak. Apalagi di tengah-tengah kota," jelasnya yang lantas mengatakan bahwa di luar Islam, perang, ternyata tidak diatur sebagaimana ketentuan di dalam Islam.

Apalagi bicara tentang postur ketika BAB yang sebenarnya, Islam telah mempelopori dalam hal kemajuan teknologi sejak sangat lama. 

Begitupun dengan kemajuan teknologi yang lain. Sebutlah penemu lensa, dasar-dasar sistem pesawat terbang, ilmu kedokteran, hingga arsitektur yang ternyata sudah menggunakan sistem teknologi pegas untuk mengantisipasi dampak buruk dari gempa, yang oleh ilmuwan Jepang, baru di abad 19 diaplikasikan.

Tetapi lagi-lagi, kata Anshari, ketika umat Islam mengajak kembali ke syariat, dijawab 'kamu pingin kembali ke zaman unta lagi?'

Selanjutnya..

Selanjutnya, jika Islam tak pernah ada, bagaimana cara mempunyai suami atau istri agar setia?

Berkenaan itu, ia bilang, kaya raya ataupun penampilan yang _good looking_ sekalipun tidak menjamin sebuah pernikahan bisa terhindar dari permasalahan bahkan tidak sedikit pasangan terjerembab ke dalam jurang perceraian.

Begitu pun cara mendidik anak yang oleh sebagian besar masyarakat berkeyakinan, setelah menyekolahkan ke sekolah-sekolah modern bertaraf internasional maupun _boarding school,_ seorang anak akan menjadi lebih baik.

Padahal meski di pesantren dengan SPP yang mahal sekalipun, kata Anshari, faktanya tak menjamin tidak munculnya penyimpangan ketertarikan seksual (LGBT) di kalangan anak didik, misalnya.

Malah anehnya, seperti diberitakan, para petinggi Google, Apple, Yahoo, HP hingga eBay, justru mengirim anak-anaknya ke sekolah yang sama sekali tak punya komputer

Hal sama juga di lakukan para petinggi di dunia IT. "Mereka membela Keputusan Waldorf untuk tak memperkenalkan komputer ke anak-anak mereka," tandas Anshari.

Kemudian, berkenaan dengan pertanyaan bagaimana cara paling adil dalam membagi waris. "Pembagian waris tanpa agama, sangat berpotensi konflik. Karena masing-masing ahli waris merasa diperlakukan tidak adil," ucapnya.

Oleh karena itu, dari pemaparan semua pertanyaan-pertanyaan tadi, Anshari menyampaikan pertanyaan yang bobotnya lebih berat dari pertanyaan sebelumnya. "Jika masalah sepele saja tidak sanggup manusia putuskan solusinya, mungkinkah manusia sanggup menjawab permasalahan besar seperti, bagaimana menuntaskan kemiskinan, menghilangkan korupsi, menyejahterakan rakyat?," cetusnya.

Maka dari itu, tutur Anshari, Allah SWT kemudian menurunkan Islam sebagai tuntunan tatanan kehidupan, sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur'an, yang artinya,

"Katakanlah: "Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang menunjuki kepada kebenaran?" Katakanlah "Allah-lah yang menunjuki kepada kebenaran". Maka apakah orang-orang yang menunjuki kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk? Mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?" (QS. Yunus: 35) 

Lantaran itu, umat manusia, lantas diwajibkan untuk senantiasa belajar. "Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan," tutupnya mengutip perkataan Imam Syafi'i RA. []Zainul Krian
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab