Tinta Media: Lelah
Tampilkan postingan dengan label Lelah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lelah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 Februari 2024

Lelah Menulis Dapat Surga?



Tinta Media - Lelah adalah aktivitas dunia yang pasti akan dialami manusia saat ini. Apa pun aktivitas manusia pasti akan lelah, kerja lelah, pengangguran lelah, tidak menulis lelah, menulis lelah, tidur lelah, duduk  lelah, bahkan tidak melakukan apa pun lelah. Karena karakter dunia adalah berisi tentang kelelahan tiada henti sampai nanti masuk ke Alam keabadian. Berbeda dengan surga yang semuanya serba mudah tanpa merasa lelah bisa mendapatkan sesuatu tanpa susah payah. 

Menulis adalah aktivitas melelahkan yang mencurahkan segala problematika pemikiran yang kelak akan menjadi tonggak peradaban baru, yang kelak akan menjadi tunas bagi institusi sebuah ideologi, dan yang akan menjadi mercusuar lintas peradaban. Maka pemikiran yang benar hanya akan menjudi ilusi pepesan kosong ketika tidak disampaikan dan ditulis. Maka aktivitas menulis menjadi kewajiban bagi yang ingin mendobrak peradaban kufur dan menyesatkan, karena seorang pengemban pemikiran itu pasti akan mati, sementara tulisan itu abadi sampai hari kiamat nanti jika Allah Swt menghendaki. 

Maka pemikiran memiliki dampak yang signifikan bagi perubahan besar yang terjadi didunia ini. Mengembangkan pemikiran adalah bagian dari pengembangkan diri (self development) yang menjadi turunan (terintergral). Maka harapannya pengembangkan diri (Self development) yang akan menjadi fokus menulis. Pengembangan diri  (self development) diri seseorang akan mengubah pola pikir dan pola sikap terhadap sesuatu. Apabila pola pikir itu diarahkan dengan benar,  dipastikan akan mampu merobohkan benteng kokoh  kesesatan (kekufuran) sistem,  yang insya Allah akan hancur sampai ke akar-akarnya. Maka pengembangan diri (self devolopment) yang dimaksud adalah akidah Islam yang akan ditanamkan secara permanen dalam otak manusia sebagai proccesor otak manusia, yang kedepannya agar terinstal secara utuh dan kuat. Sehingga seorang manusia memiliki sikap yang islami dalam level kehidupan sebagai pribadi, masyarakat maupun negara. 

Maka menulis yang benar, pasti merepotkan, melelahkan, tapi lelah yang didapat akan mengantarkan ke tempat yang jauh melebihi langit angkasa. Karena lelah menulis pemikiran yang benar akan mengantarkan ke tempat keabadian yang tidak mampu dibayangkan oleh pemikiran manusia itu sendiri. Karena surga adalah tempat di mana lelah sudah hilang. Sebuah kenikmatan yang tidak akan sanggup digambarkan oleh kejeniusan pemikiran itu sendiri. Sebuah kenikmatan abadi yang dijanjikan oleh penguasa langit dan bumi Ilahi Robbi. Maka, menulislah jika merasa amalmu saat ini tidak cukup untuk mendapatkan surga yang abadi. 

Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu KELELAHAN, atau penyakit, atau kekhawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya” (HR. Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573) 

Oleh : Aris Mayhendra
Sahabat Tinta Media

Minggu, 24 September 2023

Lelah Ahli Surga dalam Menggapai Surga

Tinta Media - Tak ada cita-cita tanpa berkorban. Tak mungkin lulus sekolah apalagi kuliah tanpa berjuang. Dan berjuang pastinya berkorban. Takkan diraih gaji tanpa bekerja. Bahkan pencuri pun berjuang untuk meraih barang curian. Apalagi cita-cita meraih surga, pastinya harus berjuang dan berkorban sehingga muncul lelah yang tak pernah cukup hingga husnul khatimah.

Meraih surga, bukan hal mudah, yang cukup diraih dengan angan-angan dan malas-malasan. Penduduk surga adalah orang-orang yang diuji dengan berbagai perjuangan dan pengorbanan, yang mencapekkan jiwa, raga dan pikiran, lalu mereka lulus ujian. Penduduk surga adalah, pejuang tangguh, orang-orang rela berkorban tanpa pamrih kecuali cinta Robb mereka.

أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَٰذِبِينَ

"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?
Sungguh! Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut, 2-3)"

Oleh karena itu, dalam banyak ayat, Allah menceritakan apa sebabnya mereka bisa masuk surga. Yaitu karena kesabaran mereka menahan lelah demi memperjuangkan surga.

أُوْلَٰٓئِكَ يُجۡزَوۡنَ ٱلۡغُرۡفَةَ بِمَا صَبَرُواْ وَيُلَقَّوۡنَ فِيهَا تَحِيَّةٗ وَسَلَٰمًا

"Mereka itu akan diberi balasan dengan tempat yang tinggi (dalam surga) atas kesabaran mereka, dan di sana mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam." (QS. Al-Furqan : 75)

وَجَزَىٰهُم بِمَا صَبَرُواْ جَنَّةٗ وَحَرِيرٗا * مُّتَّكِـِٔينَ فِيهَا عَلَى ٱلۡأَرَآئِكِۖ لَا يَرَوۡنَ فِيهَا شَمۡسٗا وَلَا زَمۡهَرِيرٗا

"Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabarannya (berupa) surga dan (pakaian) sutera. Di sana mereka duduk bersandar di atas dipan, di sana mereka tidak melihat (merasakan teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang berlebihan." (QS. Al-Insan : 12 – 13)

Berjuang untuk surga dengan lelah dalam konsistensi diatas aqidah dan mengamalkan syariah. Hanya dengan beriman dan beramal Sholih maka kita berpeluang masuk surga.

Salah satu amal Sholih yang sangat besar keutamaan nya adalah dakwah. Dakwah bukan sembarang dakwah tapi dakwah untuk melanjutkan kehidupan Islam dengan terlaksananya syariat Islam secara kaffah. 

Moga kita Istiqomah ya Sobat! []

Oleh: Ustadz Abu Zaid
Tabayyun Center 

Jumat, 07 April 2023

Kejarlah, Meskipun Lelah!

Tinta Media - Ramadan bulan istimewa dan hanya orang pilihan yang bisa meraihnya. Aktivitas yang dimulai sejak sahur ini memerlukan kekuatan dan kesabaran, kemudian lanjut salat Subuh, tak lupa tilawah hingga waktu syuruq dengan menjalankan salat sunah sampai menjelang waktu dhuha. Demikianlah amalan para salafush saleh, teladan bagi siapa saja yang ingin lelahnya kelak berbuah manis, yaitu surga.

Siang hari, di tengah panas dan menahan haus serta lapar, para suami mencari nafkah sebagai kewajiban yang harus dijalankan. Para istri membersamai anak-anak yang masih kecil berlatih puasa. Mereka harus kreatif untuk mengalihkan perhatian anak-anak agar tidak minta makan dan minum. 

Sungguh, ini adalah aktivitas yang tidak sederhana karena mereka punya visi mulia, yaitu menjalankan firman-Nya agar keluarga terhindar dari api neraka di mulai sejak dini.
“Wahai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari azab api neraka ... (TQS at Tahrim ayat 6).

Lelah pasti, tetapi mereka paham bahwa menjalankan berbagai ketaatan di bulan Ramadan akan mendatangkan rahmat, ampunan, dan berlipatnya pahala. Mereka mengejar keutaman karena yakin dengan apa yang telah disabdakan Rasulullah saw. 

"Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah ta’ala berfirman (yang artinya),

“Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku." (HR. Muslim).

Sungguh menakjubkan apa yang dilakukan seorang mukmin. Mereka rela menahan nafsu semata ingih meraih pahala dan rida-Nya. Mereka tak gampang terbujuk rayu dengan dunia yang fana ini, karena kenikmatan dunia ini terbatas. Mereka hanya ingin meraskan kehidupan yang kenikmatannya tidak terbatas, yaitu surga.

Namun, tak jarang kita dapati, hari ini umat lslam tidak mengejar pahala. Jangankan mengejar, mereka justru terperosok dalam kemaksiatan yang membawa pada kesengsaraan. Tawuran antar anak muda, mencuri, membunuh, membegal, korupsi, perselingkuhan, zina, aborsi, korupsi, dan banyak lagi tindak kriminal lain masih merajalela di tengah bulan istimewa ini.

Harusnya, di bulan mulia ini mereka bertaubat menyesali perbuatan dan bersegera menuju ampunan. Akan tetapi, hal tersebut hanya berlaku pada sebagian kecil seorang muslim, karena sebagian besar mereka masih terlena dan masa bodoh dengan ketaatan.
Sedih dan memprihatinkan melihat kondisi umat lslam. Sejatinya mereka umat yang terbaik. Namun, dalam sistem kapitalisme, umat menjadi terpuruk dalam banyak hal.

Sistem yang meninggalkan agama dalam pengaturan kehidupan membuat manusia tak terkecuali umat lslam terseret maksiat tanpa mereka sadari. Mereka jauh dari syariat dengan alasan banyaknya orang lain melakukan, tanpa melihat lagi apakah yang dilakukan benar atau salah, halal ataukah haram.

Terbukti, Ramadan yang harusnya diisi dengan banyak ketaatan seperti shaum, salat Tarawih, menjaga lisan, dan perbuatan lain agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan, tetapi umat tetap dalam kondisi yang memprihatinkan. Tempat perbelanjaan atau mall lebih ramai dari masjid, majelis ilmu dihadiri jika sempat, nasihat dianggap basi, membaca Qur’an jika sempat, bahkan mereka lebih sibuk untuk menyiapkan pernak-pernik menjelang Idul Fitri. Lebih miris lagi, banyak yang tidak berpuasa tanpa alasan yang dibolehkan syariat.

Tak salah jika umat lslam lemah, enggan, dan malas dalam ketaatan, karena semua itu bisa didapat ketika ada ilmu menyertai. Tanpa ilmu, mustahil mereka bisa melihat kebenaran dan mengejarnya. Jauhnya ilmu menjadikan mereka menggangap apa yang dilakukan sudah benar, padahal justru membawa pada kemurkaan.

Pandangan hidupnya sempit karena mengejar yang sementara. Harusnya, kesibukan dan kelelahannya adalah berlari menuju akhirat, yaitu pahala. Maka, janganlah menyesal ketika kelak akan merasakan kelelahan dan penderitaan yang tak terperi dan abadi, azab jahannam.
Allahu a’lam

Oleh: Umi Hanifah
Sahabat Tinta Media
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab