Tinta Media: Lawan
Tampilkan postingan dengan label Lawan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lawan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 25 April 2024

Hentikan Genosida, Lawan Isr4el dan Amerika



Tinta Media - Idulfitri 1445H ternyata belum membawa kedamaian di Timur Tengah. Kobaran api konflik di kawasan itu makin membara dengan serangan balasan Iran terhadap para Isr4el pada 14 April 2024. Ya, serangan Zionis Yahudi terhadap Iran pada tanggal 1 April 2024 telah menyulut api peperangan karena menewaskan  dua jendral Iran dan 14 orang lainnya. Keberanian Iran tersebut perlu didukung agar para Zionis tidak lagi sombong dan angkuh sehingga segera menghentikan kebrutalannya terhadap rakyat Palestina.

Sungguh, tindakan isr4el selama ini tidak manusiawi. Semua itu harus dihentikan. Jika kekejaman Zionis Yahudi tidak bisa dihentikan dengan cara damai, maka jalan satu-satunya adalah dengan memeranginya. Pada dasarnya, mereka tidak mengerti bahasa damai karena memang tak punya hati dan perasaan hingga bisa melakukan berbagai kekejaman tanpa belas kasih.

Tak hanya isr4el, Amerika Serikat yang selama ini mendukung aksi genosida terhadap Gaza juga harus diperangi. Pasalnya, dua negara tersebut sama-sama busuk, baik dilihat dari sisi HAM maupun keadilan. Sebagaimana dilansir Al Jazeera pada 15/4/2024 bahwa Amerika telah menyerang lebih dari 80 drone Iran yang diarahkan ke para Zionis. Sudah saatnya Amerika dijatuhkan dari kedudukannya sebagai negara adi daya. Sesungguhnya tentara kaum muslimin mampu mengalahkan dua negara tersebut dengan mudah jika semua mau bersatu.

Sudah saatnya dunia, terutama negara-negara kaum muslimin memberi pelajaran kepada Isr4el dan Amerika agar menghentikan penjajahan dan penindasan terhadap rakyat Palestina. Para pemimpin negara kaum muslimin hendaknya mendukung penuh tindakan Iran yang berani meluncurkan ratusan drone ke wilayah-wilayah yang dikuasai Isr4el. Bahkan, bukan hanya mendukung, tetapi turut berperan aktif dalam peperangan hingga kedua negara congkak tersebut bertekuk lutut. 

Negara-negara yang berbatasan dengan Palestina seperti Saudi Arabia, Mesir, Lebanon, Suriah, dan Jordania mestinya juga melakukan hal serupa dengan yang dilakukan Iran. Negara-negara tetangga Palestina hendaknya bersatu, bersama-sama melawan Isr4el dan mengusirnya dari tanah Palestina. 

Para pemimpin negara-negara tersebut harusnya berani memerintahkan militernya untuk memerangi Zionis sebagai bentuk perlawanan. Serangan harus dibalas dengan serangan yang serupa dan seimbang sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 194 yang artinya:

“Oleh sebab itu, barang siapa menyerang kamu, maka seranglah ia sesuai dengan serangannya terhadap kamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (TQS. Al-Baqarah: 194)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah membolehkan bahkan memerintahkan untuk melakukan perlawanan terhadap musuh-musuh Islam dengan kekuatan yang seimbang. Tentu saja hal itu dibutuhkan sebuah institusi politik yang mampu membuat umat bersatu dan bangkit dengan ikatan yang benar, yaitu akidah Islam. 

Sementara itu, saat ini negeri-negeri kaum muslimin terkotak-kotak dengan rasa nasionalisme. Para pemimpinnya hanya menyeru, mengutuk secara lisan kekejaman Zionis tanpa perbuatan nyata dalam bentuk perlawanan. Mereka seolah berempati, tetapi hanya menyaksikan penderitaan saudara sesama muslim, padahal sebenarnya mampu berbuat lebih. 

Seharusnya pemimpin negeri kaum muslimin menyeru jihad ketika mengetahui saudara sesama muslim dizalimi tanpa melihat wilayah. Ketika seruan jihad tersebut dilantangkan, tentu rakyat akan tunduk patuh melaksanakannya. 

Namun, semua itu tidak pernah dilakukan ketika rakyat Palestina mengalami genosida oleh Zionis Yahudi. Padahal, Rasulullah pernah bersabda bahwa mereka kelak akan dihinakan ketika tidak menolong mukmin lain yang sedang dihina di hadapannya. 

Berikut hadis Riwayat Ahmad berkaitan dengan hal tersebut.

“Siapa saja yang menyaksikan seorang mukmin dihinakan di hadapannya, tetapi tidak menolong mukmin tersebut, padahal dia mampu, Allah pasti akan menghinakan dirinya di hadapan seluruh makhluk-Nya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)

Oleh karena itu, saatnya umat Islam bersatu dan bangkit melawan. Butuh sikap keras dan tegas dunia terutama para pemimpin kaum muslimin terhadap Isr4el dan Amerika. Hal ini penting dilakukan karena dua negara ini sama-sama buruk dan busuk. Namun, semua ini hanya bisa dilakukan jika umat disatukan dalam naungan negara Islam, yaitu khilafah. Di bawah kepemimpinannya, khalifah yang memegang teguh syari’at Islam akan mampu membangkitkan umat, menyeru jihad fii sabbilillah hingga kemenangan diraih atas rida Allah Swt. Semoga semua ini segera terwujud, aamiin. 
Allahu a’lam bish shawab.[]


Oleh: R. Raraswati
(Aktivis Dakwah, Penulis Lepas)

Minggu, 31 Maret 2024

Tidak Ada Lawan Abadi dalam Politik

”Keep Your Friends Close But Your Enemies Closer"
“Tetap dekati kawan-kawanmu tetapi lebih dekatlah ke musuh-musuhmu" 

Tinta Media - Saya patut menduga banyak masyarakat yang kecewa melihat tingkah pola politisi pasca pemilu. Ekspektasi berlebihan dalam politik sekuler seperti Peribahasa bagai pungguk merindukan bulan artinya "Mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi/mustahil untuk digapai atau diraihnya.

Dalam dunia politik sekuler sangat terang benderang dipertontonkan tanpa rasa malu sedikit pun untuk melakukan hal-hal yang tidak beretika, bermoral dan koruptif. Politik memang keras, sadis bahkan terkadang tidak bermoral dan berperikemanusiaan. Teman bisa saling “makan” apalagi lawan (Homo Homini Lupus). 

Benar kata orang dalam berpolitik tidak ada teman dan lawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi. Dengan kata lain, dalam politik tidak ada musuh yang abadi dan tidak ada teman yang selamanya.

Peristiwa politik yang dipertontonkan kepada publik, semakin membuktikan bahwa setiap detik bisa saja berubah sehingga wajar saja publik meyakini partai- partai politik tanah sudah mengalami degradasi moral politik bukan lagi demi kemaslahatan rakyat dan kebaikan bersama melainkan kepentingan pribadi dan kelompok yang dikedepankan mengatasnamakan rakyat. 

Kepentingan rakyat dan bangsa hanya sekedar menjadi jargon-jargon politik seperti “demi rakyat”, “demi kepentingan bangsa”, “demi kedaulatan” dan lain sebagainya.

pertanyaannya apakah benar bahwa hakikat para politisi untuk kesejahteraan rakyat atau sebaliknya merebut dan membagi- bagi kekuasaan itu kepada pribadi per pribadi serta kelompok kepentingan?

Sepertinya kita mesti memikirkan ulang, apakah politik sekuler masih layak untuk dipertahankan?

Demikian.



Oleh: Chandra Purna Irawan 
(Ketua LBH Pelita Umat)

Sabtu, 10 Februari 2024

Lawan Propaganda demi Selamatkan Bangsa



Tinta Media - Moral remaja saat ini kian rusak. Tak heran, saat ini marak kasus-kasus yang membuat kita geram. Hal ini membuat orang tua khawatir kalau-kalau kerusakan remaja tersebut menular ke anak-anak lain yang rusakan.

Banyak kasus remaja beredar di media sosial, seperti hamil di luar nikah. Dari kasus ini saja tercatat 15 ribu siswi hamil pada 2 Februari 2023 lalu. Tidak hanya itu, kasus judi online tidak kalah mengkhawatirkan dan menjadi perbincangan masyarakat. Bagaimana tidak mengkhawatirkan, jumlah yang terlibat judi online saja terbilang sangat banyak
     
PPATK telah menemukan 3,2 juta orang terlibat judi online dengan total deposit 150 juta selama setahun terakhir. Bahkan, sepanjang 2017-2022, menurut PPATK terdapat sekitar 157 juta transaksi judi online dengan total perputaran 150 triliun.
     
Parahnya lagi, masih banyak kasus kerusakan moral remaja yang lain, seperti konsumsi narkoba, LGBT, tawuran, dan lain sebagainya. Mereka menganggap bahwa semua itu merupakan suatu hal yang wajar atau lumrah, bahkan sampai dijadikan tren remaja.

Rusaknya moral remaja saat ini disebabkan oleh pola pikir mereka yang telah dikuasai pemikiran sekularisme dan liberalisme. Sekularisme telah berhasil membuat remaja menganggap bahwa agama hanya sebatas penentram hati. Itu pun kebanyakan tidak melaksanakan kewajiban, meskipun sekadar salat Jumat.
    
Demikian pula dengan liberalisme, pemikiran ini berhasil membuat remaja enggan peduli dengan syariat (hukum Islam). Cara berpakaian, bagaimana bersosialisasi, bahkan apa yang mereka makan serta minum tidak mengikuti syariat dan los dengan keharaman yang ada. 

Lebih parah lagi, dari dua pemikiran tersebut, sekularis dan liberalis dapat menyeret pemikiran remaja ke jalan yang menyimpang dari yang benar, bahkan sampai mengeluarkan mereka dari agama yang haq (benar).

Perang Pemikiran
     
Banyak yang mengatakan bahwa saat ini kita telah damai, tidak ada peperangan, padahal tidak. Saat ini kita justru sedang dalam medan perang. Mau tidak mau, kita akan masuk dalam perang ini, yaitu ghazwul fikr (perang pemikiran).
     
Musuh-musuh Islam telah melontarkan berbagai propaganda guna memperlemah akidah umat Islam, khususnya para pemuda yang selalu disebut sebagai penerus generasi. Mereka terus-menerus melontarkan pemikiran produk mereka, seperti sekularisme-liberalisme untuk menjaga agar eksistensi khilafah tidak bangkit kembali.
     
Dengan demikian, kita harus melawan propaganda musuh-musuh Islam dengan dakwah, mengungkap kebatilan, serta menyeru pada kebenaran. Ini karena berdakwah menyeru pada kebaikan dan melarang kemungkaran adalah kewajiban yang dibebankan kepada umat terbaik, yaitu umat Islam.
     
Telah banyak metode berdakwah yang telah dilakukan oleh para da'i, salah satunya menulis. Menulis adalah sarana berdakwah yang paling ampuh dalam melawan propaganda serta pemikiran yang dikirim oleh musuh-musuh Islam.
     
Oleh karena itu, dakwah tidak ada kata tidak bisa. Semuanya pasti bisa karena dakwah adalah kewajiban bagi umat terbaik, yakni umat Islam. Jika tidak bisa dengan menulis, maka serulah pada masyarakat. Jika tidak bisa berbicara di depan publik, maka biarkan penamu menari di atas kertas. Namun, jika tidak bisa keduanya, maka harus bisa salah satunya.
     
Maka dari itu, berdakwahlah untuk menyelamatkan ideologi para pemuda. Berdakwahlah untuk mengembalikan kejayaan Islam yang telah lama tiada. Sesungguhnya, kebangkitan suatu bangsa terletak pada ideologi yang dianut para pemuda.

Oleh: Aizar
Sahabat Tinta Media

Rabu, 31 Agustus 2022

Kenaikan Harga BBM adalah Bentuk Kezaliman: Harus Dilawan

Tinta Media - Pemerintah berencana menaikkan harga BBM dengan sangat fantastis. Viral di berbagai medsos skema kenaikan BBM Pertalite bakal menjadi Rp 10.000. Memang masih tanda tanya. Berbarengan dengan itu, sebahagian muslim bernarasi tentang rencana kenaikan harga BBM, sebagai sebuah qadha (ketetapan) Allah SWT yang harus diterima apa adanya dengan sikap sabar. 

Menyoal itu, artikel ini bermaksud memberikan pendapat yang berimbang pada perspektif berbeda tentang rencana kenaikan harga apakah mesti dihadapi dengan sikap sabar seluruh kaum muslimin Indonesia?

Untuk melihat duduk persoalannya, dalam perspektif Islam, seharusnya kita mencermati dahulu fakta hukumnya kemudian bisa menarik kesimpulan amal yang harus dilakukan. Artinya, seorang muslim harusnya tidak boleh mencampuradukkan dua fakta berbeda lantas mengambil kesimpulan amal yang sama. Sikap sabar memang merupakan amal yang harus dimiliki oleh seorang muslim yang mengedepankan ketakwaan. Tetapi mendudukkan sikap sabar tentu saja harus proporsional sesuai dengan fakta-fakta yang dihadapi kaum muslimin.

Jihad misalnya, merupakan kewajiban syariah yang sudah ditetapkan secara pasti, tidak boleh ada penafsiran lain. Maka fakta kaum muslimin Palestina yang wilayahnya diduduki secara militer oleh tentara Israel, Yahudi laknatullah, sudah menjadi kewajiban kaum muslimin Palestina untuk mengangkat senjata, melakukan jihad guna mengusir tentara Yahudi laknatullah. Bahkan semua ulama sepakat, haram hukumnya kaum muslimin di Palestina, duduk diam berpangku tangan, sembari bersabar menerima kondisi ditindas secara militer oleh tentara Yahudi Israel Laknatullah.

Kembali kesoal rencana kenaikan BBM oleh pemerintah. Sebahagian kaum muslimin menyangka kondisi tersebut adalah kondisi sama halnya dengan fenomena naiknya harga barang pada masa Baginda Rasulullah SAW, sehingga baginda Nabi menolak usulan sahabat untuk menetapkan harga barang sebab dalam kondisi harga-harga barang di pasar merangkak naik.

Jelas, kita tidak boleh menyamakan fakta rencana kenaikan BBM oleh pemerintah dengan kondisi paceklik harga pasar. Sekali lagi merupakan dua fakta berbeda. Kenaikan harga barang di pasaran adalah fakta tidak seimbangnya antara permintaan konsumen dengan distribusi barang di pasaran. Paceklik naiknya harga barang di pasar, murni merupakan sebuah kondisi pasar yang mana merupakan terjadinya ketidakseimbangan antara besarnya permintaan konsumen dengan terbatasnya ketersediaan barang, sehingga ketetapan Allah SWT berlaku, terjadilah paceklik naiknya harga barang yang tidak bisa dihindarkan. Pada fakta hukum demikian, negara atau pemerintah tidak boleh melakukan langkah pematokan harga. Sebagaimana hjadits baginda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang menetapkan harga, yang menyempitkan dan melapangkan rezeki, Sang Pemberi rezeki. Sementara aku berharap bisa berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada seorang pun dari kalian yang menuntutku disebabkan kezalimanku dalam urusan darah maupun harta.” (HR. Ahmad 12591, Abu Daud 3451, Turmudzi 1314, Ibnu Majah 2200, dan dishahihkan Al-Albani).

Lantas bagaimana dengan rencana pemerintah menaikkan harga BBM? Untuk menjawabnya, kita harus memahami keberadaan BBM dalam tinjauan Syariah, sebagaimana dijelaskan Syeikh Allamah Taqiyuddin An Nabhani dalam dua master pice kitab beliuau, yaitu nizahmul iqthishodiy dan al-Amwal fi Daulah. 
Dalam penjelasan dua kitab tersebut, BBM pada prinsipnya bukanlah barang komoditas yang patut dikomersialkan, sama seperti barang komoditas lainnya di pasar-pasar konvensional pada umumnya. Kebanyakan kaum muslimin menyangka bahwa BBM dan sejenisnya masuk kategori barang-barang yang dapat dikomersilkan di pasar-pasar konvensional. Padahal pandangan ini keliru besar. Keberadaan BBM seperti minyak tanah, bensin, pertalite, pertamax, gas elpiji, dan sejenis itu, dalam perspektif fiqih menurut Sheikh Allamah Taqiyuddin An Nabhani, masuk kategori barang tambang yang jumlahnya sangat banyak dan tidak terbatas sehingga komoditas BBM dan sejenisnya itu, masuk kategori kepemilikan umum (al-milkiyatul Aam), terlarang bahkan haram untuk menjadikannya sebagai barang komoditas yang diperdagangkan secara bebas layaknya barang komoditas lainnya di tengah masyarakat. 
Sebab BBM merupakan bagian dari kepemilikan umum, maka perspektif syariah melarang keras diperjualbelikan secara komersil. Ia adalah milik umat sebagaimana sabda Baginda Rasulullah: Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api (HR Abu Dawud dan Ahmad).
BBM dalam konteks hadits tersebut, dapat dianalogikan sebagai api atau energi yang digunakan oleh umat manusia, sebagai komoditas yang hanya digunakan untuk kemaslahatan masyarakat, tidak untuk dikomersialisasikan apalagi dikuasai oleh geng oligarki atas nama perusahaan swasta baik domestik maupun asing. Negara berkewajiban menjadi fasilitator untuk mendistribusikan BBM kepada seluruh masyarakat sebisa mungkin baik secara gratis ataupun dengan harga yang murah.

Berbeda dengan konsep kepemilikan ekonomi menurut cara pandang ekonomi kapitalisme, yang bertentangan dengan syariat Islam. Kapitalisme berpandangan bahwa semua barang yang memiliki nilai keekonomian, adalah diserahkan kepada harga pasar, dengan demikian setiap individu, konglomerasi, dan oligarki dapat menguasainya dengan cara bersaing secara bebas dalam mekanisme pasar. Demikian halnya BBM dalam pandangan ekonomi kapitalisme, ia merupakan komoditas yang mestinya juga dapat dikomersialisasikan. Sehingga negara yang bertumpu kepada ekonomi kapitalisme, meniscayakan sebagai komoditas yang harus didistribusikan kepada rakyat dengan mekanisme jual beli memlalui motif untung dan rugi. Konsep ekonomi kapitalistik inilah yang menimbulkan ketidakadilan ekonomi serta kezhaliman di tengah umat.

Atas dasar pandangan demikian, perlu diluruskan bahwa keberadaan BBM merupakan milik umum, tentu saja sangat dilarang bagi pemerintah untuk berjual beli dengan rakyatnya. Sehingga, rencana menaikkan harga BBM adalah bentuk kezaliman pemerintah terhadap rakyatnya. Ini harus dicegah. Tidak boleh seorang muslim berdiam diri dengan kezaliman pemerintah terhadap rakyatnya dengan alasan sabar. Proporsi sabar dalam konteks ini bukan pada tempatnya. Letak kesabaran paling tepat dalam konteks demikian, adalah bersabar menyampaikan dakwah kepada pemerintah bahwa tindakan rencana menaikkan harga BBM adalah zalim serta merupakan pelanggaran syariah. Allah berfirman dalam Quran Surah al-Ashr “… saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya tetap di atas kesabaran”.

Memang benar Allah SWT telah menetapkan kadar rezeki seseorang, tidak akan bergeser, meskipun harga-harga pangan naik. Harus diingat bahwa tidak ada kaitannya antara kadar rezeki seseorang dengan kewajiban menyampaikan dakwah ketika terjadi kezaliman. 

Adapun Firman Allah: “Perintahkahlah keluargamu untuk shalat dan bersabarlah dalam menjaga shalat. Aku tidak meminta rizki darimu, Aku yang akan memberikan rizki kepadamu. Akibat baik untuk orang yang bertaqwa.” (QS. Thaha: 132). Ayat ini konteksnya berbeda, tidak bisa merupakan cocoklogi dengan kesabaran seorang muslim terkait kenaikan harga BBM. Ayat ini, sejatinya memerintahkan sabar untuk menjaga shalat dalam kondisi apapun, sedangkan ucapan Aku tidak meminta rizki darimu, beberapa ahli tafsir menyebutkan bahwa itu merupakan kalimat seseorang yang sedang menyerukan dakwah Islam, dengan tidak mengharapkan imbalan dunia apapun.

Kata kuncinya bahwa rencana menaikkan harga BBM, merupakan bentuk pelanggaran syariah yang berimplikasi kezaliman. Harus dicegah dan disuarakan. Penulis sangat khawatir, jangan sampai mendiamkan kezaliman dengan alasan sabar, berdampak Allah SWT nanti meminta pertanggungjawaban seorang muslim ketika membiarkan kemungkaran. Baginda Nabi SAW menyampaikan pesan: Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 49]

Oleh: Abu Muhammad Asyraf Mikhail Othello
Indonesia Justice Monitor


Selasa, 16 Agustus 2022

UIY: Ini yang Harus Dilakukan untuk Melawan Dominasi Amerika

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY)  menyebut setidaknya ada dua hal yang harus dilakukan untuk melawan dominasi Amerika.
 
“Pertama,  terkait dengan mata uang dan yang kedua terkait dengan fungsi uang ,” ungkapnya di acara Fokus UIY Official: AS Resesi, Dunia Berubah, Ahad (7/8/2022) melalui kanal  Youtube UIY Official.
 
UIY mengatakan,  ini hari uang itu tidak hanya digunakan sebagai alat tukar, tapi dijadikan juga sebagai komoditas.
 
“Komoditas yang paling nyata adalah dengan pembungaan. Setiap transaksi  simpan pinjam itu selalu di situ ada interest. Interest itulah yang kemudian menjadi nafas industri keuangan mereka,” jelasnya.  
 
Jadi lanjutnya, pertama,  harus ada keputusan untuk menghentikan semua pengkomoditasan uang. “Saya kira dunia harus memikirkan bagaimana caranya uang itu dikelola tanpa melibatkan lagi unsur-unsur bunga, interest atau semacam itu,” tandasnya.
 
Kedua, soal mata uang. UIY menyebut ada dua soal mata uang, pertama mata uang kertas dan kedua pemakaian dolar.
 
“Mata uang kertas itu sendiri sudah masalah karena uang itu dia kertas , menjadi uang oleh karena ada keputusan politik yang mengatakan bahwa ini barang berharga yang sebenarnya nilai intrinsiknya itu hanya Katakanlah, berapa sen mungkin 100 sen kurang kalau untuk dollar,  itu bisa bernilai 100 dolar. Disitu ada masalah!,” tegasnya seraya mengatakan sudah begitu, dunia menggunakan dolar lagi.
 
Jadi, lanjutnya, kalau ingin menyelesaikan masalah secara fundamental, maka kembali kepada mata uang yang riil yaitu mata uang yang memang  punya nilai intrinsik, bukan berdasar legal tender. Bisa menggunakan dinar dan dirham atau mata uang emas dan perak.
 
“Kita harus kembali lagi kepada dua tadi, yaitu fungsi  mata uang dan yang kedua mata uangnya sendiri, jenis mata uang. Stop mata uang kertas, stop mata uang dolar. Jika itu bisa dilakukan kapitalisme selesai, selesai Amerika,” tandasnya.
 
Membangun Peradaban
 
UIY menegaskan, kalau mengikuti rumus yang diberikan oleh Al-Qur'an, kewajiban umat Islam itu mendatangkan yang haq,  baru kemudian yang batil itu akan runtuh. “Ketika yang haq itu tidak ada kemudian yang batil itu runtuh, dia  akan digantikan oleh kebatilan yang lain,” ujarnya dengan memberikan contoh ketika komunisme runtuh muncul kapitalisme, bukan Islam.
 
“Tugas utama umat Islam membangun agenda sendiri, membangun peradaban sendiri, membangun kekuatan  politik sendiri, membangun institusi politik sendiri,  yang dengan kekuatan itu semua, tegak peradaban Islam,” tegas UIY meyakinkan.
 
"Amerika tahu hal ini, karena itulah mereka mewaspadai setiap potensi pertumbuhan kesadaran apalagi kesadaran  politik global.  Itu mereka hantam sebelum membesar,” tegasnya.
 
Ia lalu mencontohkan, pidato George Bush yang memberi warning kepada dunia tentang bakal tegaknya Khilafah. “NIC (Dewan Intelejen Amerika) juga begitu, bahkan Toni Blair juga mengatakan serupa,” terangnya.  
 
"Itu menunjukkan bahwa mereka tahu. Bahwa hegemoni yang mereka nikmati sekarang  itu bukanlah hegemoni  tanpa tandingan, dia akan menjadi sesuatu yang akan bisa dikalahkan ketika ada  pesaing yang sangat kuat," tambahnya. 
 
“Mereka tahu potensi besar itu bakal datang dari dunia Islam yang dari segi geografi sangat strategis  wilayahnya, dari segi demografis jumlah umat islam sangat besar, dengan pertumbuhan yang luar biasa, ada kantong-kantong  kecerdasan di sana, ada sumber daya alam  yang luar biasa dan yang pasti ada sejarah yang menunjukkan pada generasi muslim ini hari bahwa mereka pernah berjaya di masa lalu,” ungkapnya.  
 
Kejayaan itu, terangnya, bertumpu pada ajaran Islam, ajaran yang  tidak pernah berubah.

"Dan itulah yang mereka ketahui. Karena itu, mereka berusaha  merusak itu semua, merusak sejarahnya, merusak pemahaman sejarah, merusak  pemahamannya, lalu muncul radikalisme, moderasi Islam segala macam,” tambahnya.

Itu semua, menurut UIY, untuk menghambat generasi muda Islam  bergerak menuju  titik yang mereka khawatirkan yaitu kesadaran politik Islam.
 
“Di titik itulah  akan menjadi kebangkitan yang akan menjadi persoalan besar bagi mereka, kebangkitan Islam, kebangkitan fundamental yaitu melalui tegaknya  kembali kehidupan Islam di bawah  institusi Islam khilafah Islam,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 
 
 
 
 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab