Tinta Media: Kufur
Tampilkan postingan dengan label Kufur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kufur. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 Mei 2024

Petani Tergusur Akibat Sistem Kufur


Tinta Media - Siapa yang tidak kenal dengan sosok petani yang berjasa besar dalam produksi pertanian? Setiap butir beras adalah hasil kerja kerasnya. Namun, saat ini keberadaan petani sedang terancam oleh kehadiran mesin-mesin modern berteknologi canggih, bak pertanian di negara-negara maju.

Kementerian Pertanian berencana untuk membangun klaster pertanian modern yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dan juga perekonomian petani. Penggunaan mesin-mesin berteknologi pun dinilai mampu menghasilkan produksi padi tiga kali dalam setahun. Yang akan menggarap adalah para petani milenial. Pertanyaannya, efektifkah rencana tersebut?

Kemajuan teknologi tak bisa lagi terelakkan, mulai dari perabotan rumah tangga, alat komunikasi, kendaraan, hingga mesin produksi pertanian. Semua serba canggih. Sebenarnya tak ada yang salah dengan penggunaan sains atau teknologi di bidang pertanian jika itu benar-benar membawa kemaslahatan untuk masyarakat.

Namun, sayangnya kehadiran mesin berteknologi ini akan menggantikan posisi petani. Seperti yang kita ketahui bahwa pertanian adalah sumber kehidupan para buruh tani atau pemilik lahan. Pertanian adalah mata pencaharian mereka. Pemerintah tidak benar-benar memikirkan dampak yang akan terjadi pada kehidupan para petani. Bayangkan jika rencana ini terealisasi. Sudahlah upah buruh tani tidak seberapa, masih diperparah lagi harus kehilangan pekerjaannya. 

Negeri yang subur ternyata belum tentu makmur. Faktanya, negeri ini tak mampu memenuhi kebutuhan berasnya sendiri, sering terjadi kelangkaan produksi padi dengan alasan gagal panen akibat el nino. Hal ini yang mendasari rencana Mentan, untuk membangun klaster pertanian dengan kecanggihan mesin-mesinnya demi meningkatkan produksi sebanyak tiga kali lipat.

Inilah watak asli sistem sekuler kapitalisme. Yang dipikirkan hanya keuntungan saja, tanpa memikirkan bagaimana nasib para buruh tani yang terkena dampak teknologi. Orientasi sistem ini sebatas materi dan kesenangan duniawi.   

Penguasa yang lahir dari sistem ini pun menjadi materialistis. Apa pun atau siapa pun yang lebih menguntungkan akan diprioritaskan.

Hal yang paling dikhawatirkan dalam sistem ini adalah proyek besar yang rawan dijadikan bancakan bagi pihak-pihak yang terkait.

Di sisi lain, alih-alih demi meningkatkan perekonomian petani, survei menunjukkan bahwa 50.1 persen petani meminjam uang kepada individu, 29,3 persen ke bank, dan sisanya ke koperasi. Ini membuktikan bahwa para petani hidup dalam kesulitan ekonomi. 

Banyak petani sulit berproduksi akibat biaya produksi yang sangat tinggi. Menurut Survei Struktur Ongkos Usaha Tanaman Padi (BPS, 2017), komposisi pengeluaran petani padi terbesar adalah biaya tenaga kerja (48,95 persen), sewa lahan (26,36 persen), pupuk (9,4 persen), pestisida (4,3 persen), dan benih (3,8 persen). 

Dalam sistem kapitalisme, penguasa menjadikan kekuasaannya sebagai lahan bisnis. Hal ini membuat para petani terjerat pinjaman rentenir, bahkan terpaksa menjual lahannya dan menjadi buruh tani. Selama sistem rusak ini diterapkan, negara tidak akan mampu memberikan solusi terbaiknya. Rencana ini pun mustahil mampu meningkatkan perekonomian petani.

Rencana ini semakin menunjukkan ketidakpedulian penguasa akan nasib rakyat. Harusnya penguasa bertanggung jawab atas kehidupan rakyat agar lebih baik, bukan malah menghilangkan pekerjaan rakyat dan digantikan dengan mesin.

Harusnya pemerintah belajar dari sistem Islam yang paripurna dalam mengurus rakyat. Negara yang menerapkan sistem Islam (Khilafah) yang berlandaskan syariat Islam dan ajaran Rasulullah saw. mampu memecahkan setiap problem kehidupan. 

Politik ekonomi negara Islam bertujuan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan. Termasuk persoalan sektor pertanian, Khilafah akan memastikan ketersediaan padi memadai dan harga terjangkau. 

Ini dilakukan dengan memberikan insentif dan kebijakan yang mendukung produksi dan distribusi yang efisien seperti menyediakan secara gratis lahan untuk digarap, pupuk, benih, sarana dan prasarana pertanian, juga memberikan dukungan dalam penggunaan teknologi untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Dengan tidak mengganti peran para petani, penggunaan teknologi justru akan ikut mempermudah pekerjaan petani. Efisiensi waktu pun akan memberi dampak positif, yakni petani akan lebih punya waktu untuk beribadah, mendekatkan diri kepada Sang Maha Kuasa.

Khalifah sebagai raa'in akan memberikan jaminan kepada rakyat, termasuk petani. Khalifah akan memberikan bantuan dana atau sarana pendukung produksi pertanian, seperti mesin berteknologi yang akan diberikan cuma-cuma kepada petani tanpa menggusur peran mereka. Hal ini karena negara sadar betul bahwasanya petani punya posisi strategis dalam menjamin ketersediaan bahan pangan dalam negeri.

Maka dari itu, negara akan concern terhadap proses produksi, distribusi, hingga konsumsi demi meningkatkan produktivitas pertanian dan menyejahterakan masyarakat khususnya petani. Hanya dengan sistem sahih yaitu Khilafah, petani makmur tidak tergusur seperti dalam sistem kufur.
Wallahualam bishshawab.



Oleh: Neng Mae
Sahabat Tinta Media

Minggu, 21 Agustus 2022

Membenarkan Perkataan Dukun Berarti Mengkufuri Apa yang Diturunkan Nabi

Tinta Media - Viralnya Pesulap Merah membongkar trik-trik perdukunan ditanggapi  penulis buku Menyingkap Jin dan Dukun, Irfan Abu Naveed.
 
“Siapa yang mendatangi dukun  kemudian membenarkan apa yang diucapkan maka sungguh ia telah mengkufuri apa yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad saw,” tuturnya mengutip sebuah hadis dalam acara Kabar Petang: Geger! Trik Perdukunan Dibongkar, Selasa (16/8/2022) melalui kanal YouTube Khilafah News.
 
Di dalam ushul fikih jelas Irfan, kata al-kâhinan (dukun-dukun) cakupannya luas, bentuknya beragam, tapi ciri-cirinya sama yaitu mengabarkan berita gaib, berbicara tentang ramalan, berbicara tentang perjodohan, berbicara tentang kesialan dan pengasihan. “Inilah yang dikatakan oleh Nabi SAW orang yang membenarkan kedustaan mereka, prinsipnya telah mengkufuri apa yang telah Allah turunkan pada Nabi Muhammad saw,” jelasnya.
 
Ini, kata Irfan,  menjadi dalil yang jelas,  tegas dan pasti tidak multi tafsir keharaman kaum muslimin mendatangi, berkonsultasi, serta membenarkan perkataan-perkataan dukun.
 
Demokrasi
 
Irfan menilai, demokrasi  dengan prinsip kebebasannya menyuburkan praktek perdukunan. “Sesuatu yang munkar malah dilegalkan. Ini menunjukkan demokrasi bertentangan dengan Islam,” tandasnya.
 
Dalam Islam, tandas Irfan, tidak ada tempat untuk merusak akidah umat, ini menunjukkan keagungan ajaran Islam, berbeda dengan  demokrasi yang menghinakan.
 
“Di alam demokrasi fenomena tersebarnya praktik perdukunan, hingga majalah khusus perdukunan, dilegalkan. Dunia perdukunan masuk dalam entertaimen seperti ramalan-ramalan. Hal semacam inilah yang mendatangkan murka Allah SWT,” tegas Irfan.  
 
Dalam Islam, tandas Irfan,  praktik-praktik  ritual yang lahir dari tradisi perdukunan, siapa pun pelakunya dan apa pun jenis perbuatannya  yang dibungkus dengan keyakinan khurafat maka termasuk dalam tindakan yang wajib dicegah.
 
“Penguasa harusnya menjadi pihak yang paling aktif menjaga akidah umat sekaligus menjadi pihak yang menegakkan sanksi bagi pelaku keburukan semacam itu,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 
 
 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab