Tinta Media: Kuasai
Tampilkan postingan dengan label Kuasai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kuasai. Tampilkan semua postingan

Kamis, 09 Maret 2023

Kuasai dan Milikilah Ilmu

Tinta Media - Sobat. Beberapa hari kemarin saya membersamai kegiatan mengisi liburan sekolah dengan kegiatan tadabur alam melalui SAE Young Camp 2022 dan Family Gathering di sekitar pegunungan Penanggungan. Mereka saya ajak menemukan dan menggali impian mereka, kemudian membuat peta sukses hidup menuju kebahagiaan, keberkahan dan kemuliaan. Salah satu syarat dalam meraih impian atau cita-cita adalah selain memiliki Visi Akherat dan Visi Dunia adalah senantiasa meningkatkan kompetensi dengan menguasai dan memiliki Ilmu, mengembangkan skill, dan membangun karakter-karakter yang unggul.

Sobat. Suatu saat ketika Abu Hurairah lewat suatu pasar yang ramai sekali orang dan sibuk sekali di dalamnya kemudian beliau menyapa mereka. “Saudaraku, alangkah sibuknya  kalian. Sayang sekali kalian ramai-ramai berada di sini, padahal sekarang Rasulullah SAW  sedang  membagikan harta karun yang paling berharga.  Mengapa kalian tidak ingin ikut mengambilnya,” kata Abu Hurairah.

Rasa penasaran mereka membuat mereka bertanya, “Di mana wahai Abu Hurairah?” Tanya mereka.   Di sana. Di masjid.” Jawab Abu Hurairah sambil menunjuk ke satu arah.
Merasa tertarik dengan informasi itu beberapa orang meninggalkan pasar menuju tempat yang ditunjuk oleh Abu Hurairah yaitu masjid. Sedang Abu Hurairah tetap berdiri di tempatnya menunggu orang-orang itu kembali.

Benar juga, tidak beberapa lama mereka kembali lagi ke pasar menemui Abu Hurairah. Nampak sekali, kekecewaan di wajah mereka.
“Wahai Abu Hurairah. Kami datang ke masjid, tapi kami tidak melihat ada sesuatu yang dibagikan Rasulullah SAW.” Ujar mereka.
“Apakah kalian tidak melihat orang banyak?” Tanya Abu Hurairah. “ Ya kami melihat banyak orang. Ada yang sedang sholat, ada yang membaca Al-Quran…”

Apakah kalian tidak melihat kerumunan orang yang mengelilingi Rasulullah SAW. Ya kami melihat mereka.”

Abu Hurairah berkata, “Orang itu sedang mengitari Rasulullah SAW yang sedang membagikan harta yang tak ternilai harganya. Rasulullah membagi-bagikan ilmunya kepada mereka. Bukankah ilmu adalah harta yang sangat mahal.”  Orang-orang itu hanya terdiam mendengar penjelasan Abu Hurairah, mereka tidak marah lantaran yang disampaikan Abu Hurairah memang benar apa adanya.

Sobat. Dalam kehidupan manusia, pengetahuan memiliki posisi yang teramat signifikan. Hampir di seluruh dimensi kehidupan, bisa dipastikan, setiap manusia senantiasa membutuhkan pengetahuan. Tak peduli apakah dia seorang petunia atau jenderal, seorang nelayan atau pedagang, seorang sopir ataukah insinyur. Semuanya membutuhkan pengetahuan.

Sobat. Carilah jejak-jejak orang yang ilmunya membuatnya bertambah takut kepada Allah, yang perbuatannya membuatnya bertambah arif, dan yang akalnya membuat makrifat nya semakin bertambah.

Sobat.  Dalam Al-Quran sebagai dasar untuk perintah belajar dan menuntut ilmu adalah firman Allah SWT :

ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ  

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” ( QS. Al-Álaq (96): 1-5 )

Sobat. Allah memerintahkan manusia membaca (mempelajari, meneliti, dan sebagainya.) apa saja yang telah Ia ciptakan, baik ayat-ayat-Nya yang tersurat (qauliyah), yaitu Al-Qur'an, dan ayat-ayat-Nya yang tersirat, maksudnya alam semesta (kauniyah). Membaca itu harus dengan nama-Nya, artinya karena Dia dan mengharapkan pertolongan-Nya. Dengan demikian, tujuan membaca dan mendalami ayat-ayat Allah itu adalah diperolehnya hasil yang diridai-Nya, yaitu ilmu atau sesuatu yang bermanfaat bagi manusia.

Sobat. Allah menyebutkan bahwa di antara yang telah Ia ciptakan adalah manusia, yang menunjukkan mulianya manusia itu dalam pandangan-Nya. Allah menciptakan manusia itu dari 'alaqah (zigot), yakni telur yang sudah terbuahi sperma, yang sudah menempel di rahim ibu. Karena sudah menempel itu, maka zigot dapat berkembang menjadi manusia. Dengan demikian, asal usul manusia itu adalah sesuatu yang tidak ada artinya, tetapi kemudian ia menjadi manusia yang perkasa. Allah berfirman:
 
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. (ar-Rum/30: 20)

Asal usulnya itu juga labil, zigot itu bisa tidak menempel di rahim, atau bisa terlepas lagi dari rahim itu, sehingga pembentukan manusia terhenti prosesnya. Oleh karena itu, manusia seharusnya tidak sombong dan ingkar, tetapi bersyukur dan patuh kepada-Nya, karena dengan kemahakuasaan dan karunia Allah-lah, ia bisa tercipta. Allah berfirman menyesali manusia yang ingkar dan sombong itu:
 
Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata! (Yasin/36: 77)

Menurut kajian ilmiah, 'alaqah merupakan bentuk perkembangan pra-embrionik, yang terjadi setelah percampuran sel mani (sperma) dan sel telur. Moore dan Azzindani menjelaskan bahwa 'alaqah dalam bahasa Arab berarti lintah (leech) atau suatu suspensi (suspended thing) atau segumpal darah (a clot of blood). Lintah merupakan binatang tingkat rendah, berbentuk seperti buah per, dan hidup dengan cara menghisap darah. Jadi 'alaqah merupakan tingkatan (stadium) embrionik, yang berbentuk seperti buah per, di mana sistem kardiovaskuler (sistem pembuluh-jantung) sudah mulai tampak, dan hidupnya tergantung dari darah ibunya, mirip dengan lintah. 'Alaqah terbentuk sekitar 24-25 hari sejak pembuahan. Jika jaringan pra-embrionik 'alaqah ini diambil keluar (digugurkan), memang tampak seperti segumpal darah (a blood clot like). Lihat pula telaah ilmiah pada penjelasan Surah Nuh/71 ayat 14.

Sobat. Allah meminta manusia membaca lagi, yang mengandung arti bahwa membaca yang akan membuahkan ilmu dan iman itu perlu dilakukan berkali-kali, minimal dua kali. Bila Al-Qur'an atau alam ini dibaca dan diselidiki berkali-kali, maka manusia akan menemukan bahwa Allah itu pemurah, yaitu bahwa Ia akan mencurahkan pengetahuan-Nya kepadanya dan akan memperkokoh imannya.

Sobat. Di antara bentuk kepemurahan Allah adalah Ia mengajari manusia mampu menggunakan alat tulis. Mengajari di sini maksudnya memberinya kemampuan menggunakannya. Dengan kemampuan menggunakan alat tulis itu, manusia bisa menuliskan temuannya sehingga dapat dibaca oleh orang lain dan generasi berikutnya. Dengan dibaca oleh orang lain, maka ilmu itu dapat dikembangkan. Dengan demikian, manusia dapat mengetahui apa yang sebelumnya belum diketahuinya, artinya ilmu itu akan terus berkembang. Demikianlah besarnya fungsi baca-tulis.

Sobat. Ilmu itu menjaga kita, sementara kita  harus menjaga harta. Ilmu lebih utama dari harta karena ilmu merupakan pusaka para Rasul, sedangkan harta pusaka Qarun dan Firaun. Harta membuat hati keras, sedangkan ilmu membuat hati bercahaya. Pada saat di akherat pemilik harta akan dihisab, sementara pemilik ilmu akan memperoleh syafaát. Harta akan hancur manakala ditimbun, sementara ilmu tak akan rusak walau ditimbun zaman. Pemilik harta banyak musuhnya, pemilik ilmu banyak  temannya. Demikian beberapa penjelasan sayyidina Ali mengenai kelebihan ilmu dibanding harta.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana Universitas Islam Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab