Tinta Media: Kritikus
Tampilkan postingan dengan label Kritikus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kritikus. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 Mei 2022

MENJADI KRITIKUS POLITIK ITU BERAT, KAMU GA AKAN KUAT, BIAR SASTRAWAN POLITIK SAJA


Tinta Media - Ada salah satu anggota GWA Tokoh Nasional yang mempersoalkan kenapa penulis melakukan kritik terhadap semua tokoh terutama elit politik di negeri ini. Seolah, semua tokoh dalam pandangan penulis keliru. Atau mungkin saja mempersoalkan kenapa kok kerjaan penulis mengkritik terus.

Walaupun, motif dibalik komplain itu hanyalah agar penulis tidak mengkritisi Prabowo. Karena penulis tahu benar, dia pendukung Prabowo.

Lebih tepatnya, dia sebenarnya sedang mengeluh kenapa penulis juga mengkritisi Prabowo. Andaikan, penulis mengkritik semua tokoh kecuali Prabowo, penulis fikir orang tersebut akan nyaman dengan kritikan penulis.

Menjadi kritikus itu memang harus objektif. Diantara objektivitas seorang kritikus adalah mengkritik seluruh kebijakan dan semua tokoh terutama pejabat publik, yang merugikan masyarakat.

Kalau ada penulis, misalnya hanya mengkritik tokoh tertentu dan mengabaikan tokoh lainnya, berarti dia bukan berkedudukan sebagai kritikus melainkan sedang menjalankan peran buzzer. Sebab, kritik dirinya pada tokoh lainnya -dan mengecualikan tokoh tertentu - mengkonfirmasi ada kepentingan politik terhadap tokoh yang selamat dari kritikannya.

Atau, kalau ada tokoh pemerhati bangsa yang terus menulis untuk membela Anies Baswedan misalnya. Kemudian mengkritik semua hal yang mengevaluasi kinerja Anies, maka kedudukan orang yang seperti ini tidak dapat disebut kritikus melainkan bisa dikatakan sebagai buzzer. Buzzer Anies.

Karena penulis bukanlah buzzer maka penulis tidak ada kepentingan dengan seluruh tokoh nasional. Semua tidak lepas dari pengamatan dan kritikan penulis.

Penulis biasa mengkritik Jokowi, Prabowo, Ganjar Pranowo, Puan Maharani, Erick Thohir, Sandiaga Uno, Muhaimin Iskandar, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, dan semua nama lainnya. Konteks kritikan yang penulis sampaikan menggunakan kaidah: Saat keliru dikritik, saat benar didiamkan.

Jadi tidak ada kewajiban bagi kritikus untuk memuji. Misalnya, ada kebijakan yang sudah benar, ya tak perlu seorang kritikus membuat tulisan panjang lebar memberikan pujian dan sanjungan. Objektivitas seorang kritikus adalah jika kebijakan sudah benar ya cukup didiamkan.

Lalu fokus untuk membahas dan mengkritisi kebijakan atau perilaku yang keliru. Disitulah muncul kritik.

Ingat, pekerjaan kritikus itu berat. Selain harus memahami realitas kesalahan, kritikus juga harus menyampaikan solusi. Dan yang lebih penting, kritikus sejati tidak memiliki afiliasi, tidak ada bayaran, tidak ada motif menjadi komisaris, sehingga kritikan disampaikan murni untuk perbaikan.

Masalah yang dikritik mau mendengarkan atau tidak itu soal lain. Karena kritik selain bertujuan untuk mengoreksi juga memiliki tujuan untuk mencerdaskan masyarakat.

Boleh jadi objek dan subjek yang dikritik membatu. Namun akhirnya masyarakat menjadi paham tentang isu tertentu yang sedang dikritik.

Mengkritik bukan berarti mencari-cari kesalahan. Yang benar adalah menguraikan detail kesalahan seperti apa, kalau faktanya tidak ada kesalahan ya tidak dikritik.

Lalu ada pertanyaan, kenapa semua tokoh dalam pandangan penulis salah ? Jawabannya adalah, bahwa kritikan memang ditujukan fokus pada kesalahan dan pengkritik tidak akan menulis untuk memuji apa yang sudah benar, kecuali kalau seorang kritikus telah berubah menjadi buzzer.

Karena itu, untuk menyikapi kritikan cukup lakukan apa yang dikritik atau abaikan. Toh sekencang apapun kritikan tetaplah hanya sebuah kritik, tak bisa memaksa siapapun untuk mengikuti apa yang diinginkan oleh kritikus.

Ingat ! menjadi kritikus politik sejati itu berat, kamu tidak akan kuat. Biarlah sastrawan politik saja yang mengkritik, dan kamu cukup membaca ulasannya. [].

Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab