Tinta Media: Korporasi
Tampilkan postingan dengan label Korporasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Korporasi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 24 Desember 2023

Investasi untuk Korporasi, Rakyat Gigit Jari




Tinta Media - Presiden Joko Widodo membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) di balai Kartini Jakarta, Kamis (07/12/2023). Rapat ini pun dihadiri oleh Bupati Bandung Dadang Supriatna. Dalam sambutannya, Presiden Jokowi menekankan kembali pentingnya investasi bagi perekonomian tanah air Indonesia demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah. Presiden Jokowi meminta agar para kepala daerah dapat mendorong investasi di daerahnya masing-masing.

Berkenaan dengan harapan presiden, Bupati Bandung Dadang Supriatna juga sempat menyampaikan aspirasi kepada pemerintah pusat dalam kegiatan Rakornas Investasi tersebut. Ia sangat berharap bahwa pemerintah pusat dapat membantu Kabupaten Bandung untuk mendorong dan meningkatkan investasi. 

Untuk bisa mendukung investasi di Kabupaten Bandung, pemerintah kabupaten Bandung telah menyelesaikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) 24 kecamatan dari 31 kecamatan di Kabupaten Bandung.

Sering kali kita mendengar bahwa investasi bertujuan untuk meningkatkan pembangunan dan memperbaiki kondisi ekonomi negara. Hal ini juga diklaim dari asumsi-asumsi bahwa perbaikan ekonomi secara linier dapat meningkatkan kesejahteraan untuk rakyat. Alhasil, demi meningkatkan pembangunan, pemerintah mempersilahkan para investor untuk berinvestasi dalam berbagai bidang, terutama tempat-tempat wisata.

Melalui investasi, para korporat dengan mudah mendikte kebijakan pemerintah tanpa mempedulikan masyarakat. Ini bukti yang sangat nyata adanya lingkaran kekuasaan yang jelas menghubungkan kepentingan pengusaha dan penguasa. Sementara, rakyat dijadikan tumbal untuk kepentingan orang-orang yang bermodal besar. Seberapa pun keras kita melakukan perlawanan, rakyat akan kalah oleh kekuatan uang dan juga kekuasaan. 

Wajar juga jika ada pertanyaan, sebetulnya negara ini milik siapa? Jika betul semua proyek pembangunan dan investasi yang memicu konflik lahan adalah demi kesejahteraan rakyat kebanyakan, tetapi rakyat yang mana yang dimaksudkan karena faktanya rakyat hidup menderita? Berbagai fasilitas dan infrastruktur nyaris tidak dinikmati oleh rakyat. 

Hal ini memang sejalan dengan realitas bahwa paradigma kekuasaan hari ini hanya berlandaskan asas sekularisme kapitalisme neoliberal yang begitu mengagungkan kapital dan kebebasan segelintir orang. Negara dalam sistem ini hanya sebagai regulator semata yang tak mengurus apalagi melindungi rakyat dalam berbagai aspek kehidupan.

Oleh karena itu, sangat penting menghadirkan paradigma pembangunan yang berbasis pada sistem Islam sebagai alternatif tunggal. Dengan menelaah secara saksama dan teliti, akan terlihat komparasi paradigmatik antara sistem Islam dan kapitalisme. 

Dalam Islam, prinsip pembangunan tidak tegak atas pilar yang membawa mudharat bagi rakyat, sebab prinsip pelayanan pemerintah terhadap rakyat merupakan amanah yang akan Allah hisab kelak. 

Tidak ada pengalihan peran negara terhadap individu dalam pemerintahan Islam sebab hal itu adalah bentuk pelanggaran terhadap syariat Islam. Alhasil, seorang penguasa harusnya memiliki mentalitas negarawan yang amanah dalam melayani dan mengurus rakyat. 

Sistem Islam diterapkan demi kemaslahatan rakyat. Seluruh kebijakannya berpijak pada konsep-konsep pemikiran yang lahir dari Sang Khalik. Pembangunan dalam sistem Islam meniscayakan kepada peran negara. Penyediaannya menjadi tanggung jawab negara secara independen, tidak tergantung pada asing.

Pembangunan dalam sistem Islam akan dibiayai oleh negara dan diserahkan pada ahlinya dengan memenuhi pandangan pada dunia keruangan secara keseluruhan. Negara pun akan memastikan pembangunan yang tepat guna sesuai kebutuhan rakyat dan negara, tanpa campur tangan asing atau pihak swasta dalam pembangunannya. Oleh sebab itu, penerapan sistem Islam jelas membawa kesejahteraan bagi masyarakat secara khusus dan rahmat bagi seluruh alam. 

Wallahu'alam bishawaab.

Oleh: Yuni Irawati 
(Ibu Rumah Tangga)

Kamis, 21 September 2023

Sistem Kapitalisme Hanya Mementingkan Pihak Korporasi Bukan Melayani Rakyat

Tinta Media - Dalam sistem kapitalisme, pemerintah dinilai hanya sebagai regulator yang hanya mementingkan pihak korporasi dan bukan melayani rakyat. 

“Sikap pemerintah ini semakin menunjukkan jati dirinya yang hakiki yakni sebagai regulator yang hanya berpihak kepada kepentingan korporasi bukan melayani rakyat,” ujar narator Muslimah Media Center (MMC) dalam Serba-Serbi MMC, Kasus Rempang: Rakyat Jadi Korban Kerakusan Oligarki, Senin (18/9/2023).

Menurutnya, hal ini terjadi karena penguasa menerapkan sistem kapitalisme dalam mengatur kehidupan bernegara sehingga terjadi ketidakadilan.

“Sistem kapitalisme hanya menjadikan rakyat sebagai korban proyek oligarki sebab pembangunan yang berlangsung lebih berpihak kepada oligarki bukan melayani rakyat,” pungkasnya.[] Langgeng Hidayat

Minggu, 13 November 2022

Hentikan Siaran TV Analog, MMC: Efisiensi Frekuensi Menguntungkan Korporasi

Tinta Media - Muslimah Media Center (MMC) menilai keputusan Pemerintah lewat Kementerian komunikasi dan Informatika yang secara resmi menghentikan siaran televisi terestrial analog dan menggantinya dengan siaran digital untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) per Kamis dini hari pada 3 November 2022 sebagai efisiensi frekuensi akan menguntungkan korporasi.

“Layanan telekomunikasi tidak murni disediakan oleh pemerintah, namun juga ada kendali industri. Maka adanya efisiensi frekuensi akan menguntungkan korporasi telekomunikasi,” tutur narator dalam Serba-Serbi MMC TV Analog Resmi Dihentikan, Siapa Yang Diuntungkan? Di Kanal YouTube Muslimah Media Center, Ahad (6/11/2022).

Hal ini senada dengan penilaian Pengamat Ekonomi dari Institute For Development of Economics and Finance (indef) Nailul Huda bahwa migrasi ini juga bisa menguntungkan dari sisi pengembangan telekomunikasi dari 4G ke 5G. “Meski hanya terbatas di daerah-daerah tertentu karena pita frekuensi bisa dipakai industri telekomunikasi,” nilainya.
 
Narator menambahkan, di balik gemerlap kecanggihan teknologi digital akan ada masyarakat yang tak melek teknologi dan tetap saja harus berkutat dengan hidup berteknologi manual atau beban hidup mereka akan semakin bertambah hanya karena untuk mendapatkan layanan tersebut.

“Inilah atmosfer kehidupan dalam sistem kapitalisme, pemilik teknologi adalah yang punya modal besar dan mayoritas mereka adalah swasta. Karena bagi kapitalisme teknologi adalah komoditas ekonomi, orang harus mengeluarkan sejumlah uang untuk dapat menikmati teknologi,” jelasnya.
 
Akibatnya, menurut Narator lambat laun manusia malah dianggap tak punya fungsi. “Hanya gara-gara mereka gagap teknologi atau gaptek,” ujarnya.

Hal ini dinilai Narator sangat berbeda dengan sistem Khilafah dalam memandang urusan teknologi. “Faktanya teknologi adalah instrumen pendukung kehidupan, sehingga makin luas teknologi semestinya berbanding lurus dengan makin luas pula penyediaan lapangan pekerjaan dan pengelolaan kehidupan yang baik,” nilainya.
 
“Kondisi demikianlah yang akan diciptakan oleh Khilafah, sebab keberadaan Khilafah adalah pelayan bagi warga negaranya,” tuturnya.

Ia mencontohkan kebutuhan telekomunikasi dalam Khilafah, kebutuhan tersebut merupakan salah satu jenis infrastruktur. Lebih detail Syekh Abdul qodim Zalum dalam buku Sistem Keuangan Negara Khilafah menjelaskan sarana pelayanan pos, surat-menyurat, telepon, kiriman kilat, tele, sarana televisi perantara satelit dan lain-lain merupakan salah satu jenis infrastruktur milik negara yang disebut dengan marafiq. 
“Marofik adalah bentuk jamak dari mirfaq yaitu seluruh sarana yang dapat dimanfaatkan di pedesaan, provinsi maupun yang dibuat oleh negara, selama sarana tersebut bermanfaat dan dapat membantu,” jelasnya.

“Marafiq ‘ammah ialah seluruh sarana umum yang disediakan negara agar dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat,” lanjutnya.

Maka perkembangan TV analog ke digital dan efisiensi pengguna frekuensi, menurutnya semata-mata akan dikembangkan untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. “Pengembangan ini akan dibiayai oleh Khilafah yang dananya berasal dari Baitul Mal pos kepemilikan negara,” paparnya.

Ia menjelaskan sumber pos kepemilikan negara berasal dari harta ‘ushur, kharaj, ghanimah, jizyah dan sejenisnya. “Tanggung jawab penuh dari khilafah dalam menyediakan layanan publik telekomunikasi akan membuat masyarakat Siap dengan berbagai transformasi teknologi,” jelasnya.
 
“Apalagi telekomunikasi sebagai salah satu perangkat media akan menjadi perhatian, maka efisiensi frekuensi yang disinyalir mempercepat perkembangan internet akan digunakan untuk kepentingan media,” tambahnya.

Media dalam Khilafah dinilai Narator memiliki peran strategis dalam melayani ideologi Islam.

“Di luar negeri, media Khilafah akan berfungsi untuk menyebarkan Islam baik dalam suasana perang maupun damai, untuk menunjukkan keagungan ideologi Islam dan sekaligus untuk membongkar kebobrokan ideologi kufur buatan manusia,” terangnya.

Hal ini, menurutnya akan semakin menampakkan kewibawaan khilafah di kancah politik internasional. “Sedangkan di dalam negeri, media akan digunakan sebagai sarana untuk membangun masyarakat Islam yang kokoh, yakni mengedukasi umat dengan tsakofah Islam, berita keseharian, ilmu, sains dan teknologi maupun informasi politik Islam, informasi politik dalam dan luar negeri,” pungkasnya.[] Raras
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab