Menanti Kepastian Nasib Korban Gempa
Tinta Media - Bulan telah berlalu, bahkan tahun baru saja berganti. Euforia pergantian tahun nyatanya tidak dirasakan oleh korban Gempa Cianjur karena kehidupan mereka masih terkatung-katung dan masih berada dalam ketidakpastian.
Satu bulan sudah gempa bumi berkekuatan Magnitude 5,6 mengguncang Cianjur, Jawa Barat. Sejumlah warga masih bertahan di tenda-tenda pengungsian demi menanti kepastian untuk memulai kehidupan normal yang pulih seperti sebelum terjadi gempa.
Di Desa Cibeureum, Kecamatan Cugenang, masih ada beberapa warga yang belum menerima dana stimulan perbaikan rumah. Hal itu lantaran proses pendataan yang tidak akurat, sehingga harus diulang. (BBC.com, 22/12/22)
Ketidakoptimalan pemerintah dalam periayahan korban gempa begitu tampak. Apalagi persoalan utama adalah rumah tinggal. Seharusnya, pemerintah bergerak cepat untuk menyelesaikannya, karena Cianjur merupakan sesar gempa.
Ditambah lagi berbagai masalah juga dialami para korban gempa selain masalah tempat tinggal. Banyak korban yang merasa gamang memulai kehidupan barunya. Terlebih ketika belum mendapatkan kepastian mengenai rencana relokasi.
Meskipun Desa Cibeureum adalah satu dari sembilan desa yang menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang dilalui oleh patahan aktif sesar Cugenang, sumber gempa merusak pada 21 November lalu. Namun, belum diketahui secara pasti di titik-titik mana di desa-desa itu yang harus dikosongkan dan tidak boleh dihuni. Jadi, masyarakat juga belum mendapatkan kepastian apakah mereka termasuk yang akan direlokasi atau tidak.
Semua ketidakpastian tersebut menyebabkan warga merasa jenuh dengan aktivitas mereka yang dianggap belum mampu melakukan apa-apa. Masalah rumah dan relokasi bukan satu-satunya masalah. Mereka juga merasa trauma terhadap bencana yang menimpa. Begitu banyak dampak yang diderita oleh korban gempa. Artinya, banyak juga PR pemerintah yang harus dikerjakan.
Pentingnya memberikan perlindungan dan periayahan pada korban gempa menjadikan pemerintah dituntut untuk bergerak cepat dan optimal. Oleh karena itu, pemerintah harus benar-benar fokus dalam menangani permasalahan ini. Tak boleh sedikit pun lengah, apalagi abai hingga lalai menyelesaikannya. Sebab, persoalan ini bukan hanya menyangkut kebutuhan rakyat, tetapi juga terkait seluruh aspek kehidupan mereka yang harus dikembalikan pasca terampas oleh bencana.
Tugas berat? Ya, karena itulah harus dikerjakan dengan serius dan penuh rasa ikhlas. Harus pula dilakukan semata-mata demi Allah, bukan demi penilaian manusia. Sebab, kelak di hari perhitungan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah bagaimana tugas pemimpin ditunaikan.
Sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad Saw yang artinya: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sebagai pemimpin dari penduduk yang mayoritas beragama Islam, tentu wajib menjadikan tokoh-tokoh pemimpin muslim sebagai tauladan. Ada banyak sekali para pemimpin muslim baik Khulafaur Rasyidin maupun para Khalifah setelahnya yang begitu bertanggung jawab dalam mengurus urusan rakyatnya dikarenakan takut kepada Allah. Salah satu pemimpin tersebut yang sangat masyhur adalah kisah kepemimpinan Umar bin Khattab ketika memanggul gandum.
Pada suatu malam, Umar bin Khattab berpatroli demi memantau kondisi rakyatnya. Alangkah teririsnya hati beliau mendengar tangisan seorang anak yang ternyata karena sedang kelaparan. Anak itu terus menangis menanti masakan ibunya yang tak kunjung masak, karena sang ibu ternyata sedang memasak batu akibat tidak memiliki bahan makanan untuk dimasak.
Umar bin Khattab terus menangis dan kembali ke Madinah menuju Baitul Mal. Beliau merasa begitu takut akan murka Allah akibat dosa yang telah menelantarkan rakyatnya hingga kelaparan. Beliau mengambil gandum dan memikulnya sendiri untuk diberikan pada keluarga yang sedang kelaparan tadi. Tatkala seorang pengawal meminta agar membawakan gandum tersebut, Umar pun menolak karena khawatir tak akan mampu memikul dosanya di akhirat. Bagi Umar lebih baik memikul gandum di dunia meskipun berat dan jarak yang begitu jauh, daripada harus memikul dosa di hari kiamat yang pastinya lebih berat dari dunia.
Begitu kuat keimanan seorang Khalifah Umar bin Khattab sehingga menjadikannya begitu takut berdosa jika mengabaikan kebutuhan rakyat. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan keimanan yang kuat seorang pemimpin akan berupaya dengan optimal untuk memenuhi seluruh kebutuhan dan mengurus urusan rakyatnya.
Seyogianya para pemimpin negeri ini pun melakukan hal yang sama dengan Khalifah Umar dalam kesungguhan mengurus rakyat. Suasana keimanan harus dapat diwujudkan agar mampu mengkristal dalam hati sanubari para pemimpin negeri. Namun, suasana keimanan tersebut sulit terwujud bahkan mustahil terwujud dalam sistem Kapitalis seperti yang sedang diterapkan saat ini. Maka tak ada jalan lain untuk mewujudkan keimanan kuat tersebut harus ditopang oleh sebuah sistem yang ideal yakni Islam. Dengan begitu, setiap problematika umat akan dapat terpecahkan sesuai aturan yang Allah tetapkan. Wallahu a'lam!
Oleh: Wida Nusaibah
Pemerhati Masalah Sosial