Tinta Media: Konservatisme
Tampilkan postingan dengan label Konservatisme. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Konservatisme. Tampilkan semua postingan

Rabu, 04 Mei 2022

KONSTRUKSI PEMIKIRAN DAN LOGIKA ISLAM SEBAGAI AGAMA


Tinta Media - Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai tradisional. Istilah ini berasal dari bahasa Latin, conservāre, melestarikan; "menjaga, memelihara, mengamalkan." Kesan kuno dan kolot konservatif itu dari makna melestarikan, menjaga dan memelihara itu. Kelompok agama seperti itu disebut kaum konservatif. Makanya, NU sudah lama dikenal sebagai kaum konservatif. 

Tapi belakangan, makna kaum konservatif jadi bergeser, yaitu menjadi dialamatkan pada kelompok yang pro, memperjuangkan dan mendukung ide-ide, pemikiran dan aspirasi keagamaan (Islam). Konservatisme Islam adalah istilah yang dikonstruksikan selain radikalisme Islam untuk mendeskripsikan Islam garis keras (hardliners).

Sejak runtuhnya Orde Baru, Islam Indonesia ditengarai mengalami 'conservative turn' (pembelokan ke arah konservatif). Beberapa gejala yang disebut-sebut misalnya konflik antar-agama di beberapa daerah, aksi teror menjelang Natal di beberapa Gereja, gerakan "terorisme Islam," upaya memasukkan Piagam Jakarta ke dalam tubuh Konstitusi, pemberlakuan perda syariah di daerah-daerah, konflik internal antara kubu puritan dan kubu progresif di tubuh NU dan Muhammadiyah, gejala konservatisme MUI (fatwa kesesatan Ahmadiyah dan paham sekularisme, pluralisme, dan liberalisme; keterlibatan dalam aksi demonstrasi jalanan menentang pornografi dan pornoaksi); menguatnya jaringan Islam konservatif lintas-negara terutama ideologi transnasionalisme seperti aspirasi syariat Islam dan khilafah serta upaya menghidupkan lagi cita-cita pendirian Negara Islam Indonesia (NII) dst.

Nampak, konservatisme Islam telah berubah makna dari Islam tradisi ke Islam radikal. Apapun istilah yang diciptakan, semuanya adalah upaya para sarjana Barat untuk mengkonstruksi Islam secara akademis sebagai analisis sosiologis tapi mengandung bias yang kuat.

Islam radikal, Islam konservatif, Islam militan dan fundamentalis, semuanya hanyalah konstruksi akademis dan stigma pemikiran tak ajeg yang tak akan berpengaruh pada kehidupan Islam itu sendiri. Islam sebagai agama yang hidup, di sisi lain, akan berkembang dan bergerak dengan logikanya sendiri untuk menunjukkan supremasi sebagai rahmatan lil 'alamin yang tak ada urusannya dengan konstruksi, stigma dan kategori-kategori para sarjana itu.***

Oleh: Moeflich H. Hart
Intelektual Muslim 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab