Tinta Media: Kitab
Tampilkan postingan dengan label Kitab. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kitab. Tampilkan semua postingan

Selasa, 17 Oktober 2023

Rasulullah SAW, Manusia yang Terbaik dan Pembawa Kitab yang Mulia

Tinta Media - Sobat. Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya melainkan Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya dan bahwasanya Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya.

Sobat. Pilihan Allah kepada orang yang terbaik untuk menerima wahyu-Nya, yang terpilih untuk menyampaikan misi-Nya, yang termulia dari seluruh ciptaan-Nya untuk membuka pintu rahmat-Nya, menjadi pamungkas bagi para Nabi-Nya, dan menjadikannya sebagai utusan yang mendunia dibandingkan para utusan-Nya sebelumnya, yang selalu diingat di dunia dan memberikan syafaat di akherat kelak, yang akhlaknya membentuk keindahan jiwa, yang merupakan makhluk yang paling diridhoi-Nya di dunia dan akherat, dan yang terbaik nasab dan kedudukannya jatuh kepada Muhammad sebagai hamba dan utusan-Nya.

Sobat. Kita mengetahui bahwa kemuliaan akhlaknya yang merupakan kenikmatan khusus dari-Nya memberikan manfaat yang menyeluruh kepada seluruh umat manusia, baik masyarakat umum maupun khusus, baik di dunia maupun di akherat.

Allah SWT berfirman :

لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولٞ مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٞ رَّحِيمٞ  

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” ( QS. At-Taubah (9) : 128 )

Sobat. Ayat ini sekalipun khusus ditujukan kepada bangsa Arab di masa Nabi, tetapi juga ditujukan kepada seluruh umat manusia. Semula ditujukan kepada orang Arab di masa Nabi, karena kepada merekalah Al-Qur'an pertama kali disampaikan, karena Al-Qur'an itu dalam bahasa Arab, tentulah orang Arab yang paling dapat memahami dan merasakan ketinggian sastra Al-Qur'an. Dengan demikian mereka mudah pula menyampaikan kepada orang-orang selain bangsa Arab. Jika orang-orang Arab sendiri tidak mempercayai Muhammad dan Al-Qur'an, tentu orang-orang selain Arab lebih sukar mempercayainya.

Ayat ini seakan-akan mengingatkan orang-orang Arab, sebagaimana isinya yang berbunyi, "Hai orang-orang Arab, telah diutus seorang Rasul dari bangsamu sendiri yang kamu ketahui sepenuhnya asal-usul dan kepribadian-nya, serta kamu lebih mengetahuinya dari orang-orang lain."
Sebagian mufassir menafsirkan perkataan "Rasulun min anfusikum" dengan hadis:

Bersabda Rasulullah saw, "Sesungguhnya Allah telah memilih Bani Kinanah dari keturunan Ismail, dan memilih suku Quraisy dari Bani Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari suku Quraisy, dan Allah telah memilihku dari Bani Hasyim." (Riwayat Muslim dan at-Tirmidzi dari Wasilah bin Asqa)

Dari ayat dan hadis di atas dapat dipahami tentang kesucian keturunan Nabi Muhammad saw, yang berasal dari suku-suku pilihan dari bangsa Arab. Dan orang-orang Arab mengetahui benar tentang hal ini.

Nabi Muhammad saw yang berasal dari keturunan yang baik dan terhormat mempunyai sifat-sifat yang mulia dan agung, yaitu:

1. Nabi merasa tidak senang jika umatnya ditimpa sesuatu yang tidak diinginkan, seperti dihinakan karena dijajah dan diperhamba oleh musuh-musuh kaum Muslimin, sebagaimana ia tidak senang pula melihat umatnya ditimpa azab yang pedih di akhirat nanti.

2. Nabi sangat menginginkan agar umatnya mendapat taufik dari Allah, bertambah kuat imannya, dan bertambah baik keadaannya. Keinginan beliau ini dilukiskan oleh Allah dalam firman-Nya:

Jika engkau (Muhammad) sangat mengharapkan agar mereka mendapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan mereka tidak mempunyai penolong. (an-Nahl/16: 37)

Dan Allah berfirman:

Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya. (Yusuf/12: 103)

3. Nabi selalu belas kasihan dan amat penyayang kepada kaum Muslimin. Keinginannya ini tampak pada tujuan risalah yang disampaikannya, yaitu agar manusia hidup berbahagia di dunia dan akhirat nanti.
 Dalam ayat ini Allah memberikan dua macam sifat kepada Nabi Muhammad, kedua sifat itu juga merupakan sifat Allah sendiri, yang termasuk di antara "asmaul husna", yaitu sifat "rauf" (amat belas kasihan) dan sifat "rahim" (penyayang) sebagai tersebut dalam firman-Nya:

...Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. (al-Baqarah/2: 143)

 Pemberian kedua sifat itu kepada Muhammad menunjukkan bahwa Allah menjadikan Muhammad sebagai Rasul yang dimuliakan-Nya.

Allah SWT berfirman :

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِٱلذِّكۡرِ لَمَّا جَآءَهُمۡۖ وَإِنَّهُۥ لَكِتَٰبٌ عَزِيزٞ لَّا يَأۡتِيهِ ٱلۡبَٰطِلُ مِنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَلَا مِنۡ خَلۡفِهِۦۖ تَنزِيلٞ مِّنۡ حَكِيمٍ حَمِيدٖ  

“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Quran ketika Al Quran itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” ( QS. Fushshilat (41) : 41-42 ).

Sobat. Pada ayat ini diterangkan tanda-tanda orang-orang yang ingkar itu ialah mengingkari ayat-ayat Allah, dan mengingkari Al-Qur'an ketika disampaikan kepada mereka. Mereka akan memperoleh ganjaran yang setimpal dengan kekafiran mereka itu.
Kemudian Allah menerangkan bahwa Al-Qur'an itu adalah sebuah kitab yang mulia, yang tidak dapat dibatalkan isinya, dan tidak dapat diubah-ubah sedikit pun.

Sobat. Ayat ini menegaskan bahwa tidak ada sesuatu pun yang membatalkan ayat-ayat Al-Qur'an, walaupun itu kitab-kitab Allah yang terdahulu, seperti Taurat, Zabur, dan Injil, dan tidak satu pun kitab Allah yang datang setelah Al-Qur'an. Arti ini sesuai dengan pendapat Sa'id bin Jubair dan al-Kalbi.

Pada akhir ayat ini diterangkan bahwa seluruh Al-Qur'an itu benar, tidak ada yang salah sedikit pun, karena Al-Qur'an berasal dari Allah, Tuhan semesta alam. Semua yang berasal dari Allah adalah benar belaka, tidak ada satu pun yang kurang, yang salah, atau tidak sempurna. Dia Mahabijaksana dan Maha Terpuji.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Sabtu, 24 Desember 2022

Ustazah L. Nur Salamah Jelaskan Bentuk-Bentuk Penghormatan kepada Guru

Tinta Media - Pengasuh Kajian Mutiara Ummat sekaligus Aktivis Muslimah Ustazah L. Nur Salamah menjelaskan kembali tentang bentuk-bentuk penghormatan kepada guru. 

"Diantara bentuk-bentuk penghormatan kepada seorang guru maka janganlah berjalan di depan guru atau mendahului guru kita, tidak menduduki tempat duduknya, dan janganlah memulai pembicaraan di hadapannya kecuali dengan izinnya (tidak memotong pembicaraan guru apalagi saat guru menjelaskan materi, bahasa sederhananya tidak ada forum di dalam forum)," tegasnya pada kajian Kitab Adab Ta'limu Al Muta'alim Thoriqotu Ta'lum, Selasa (20/12/2022). 

Ia juga menjelaskan bentuk penghormatan kepada guru yang lain yakni menjaga lisan dengan tidak banyak bicara, jangan merasa lebih tahu, atau merasa lebih pintar dari pada guru. 

"Tidak banyak berbicara di hadapan guru, janganlah merasa lebih tahu dan lebih pintar daripada guru. Jika pun ada hal-hal yang kurang pas dalam penyampaian guru maka biarkan guru menyelesaikan pembicaraannya, setelah itu mintalah izin kepadanya untuk menyampaikan sesuatu yang kurang pas tadi dengan cara yang ahsan atau secara baik dan sopan," bebernya. 

Tidak diperkenankan menghadirkan banyak pertanyaan saat kondisi guru sedang kelelahan, temukan waktu yang tepat untuk bisa saling berdiskusi bersama guru. 

"Tidak banyak bertanya tentang sesuatu ketika kondisi guru sedang tampak kelelahan, dan haruslah sebagai seorang pelajar kita memperhatikan waktu untuk berdiskusi bersama guru. Misalnya tidak meminta pendapatnya saat waktu guru tersebut sedang beristirahat. Carilah waktu yang tepat," imbuhnya. 

Selain itu bentuk-bentuk penghormatan kepada guru, ialah memperhatikan adab ketika mengunjungi rumah sang guru. 

"Janganlah mengetuk pintunya beberapa kali, akan tetapi bersabarlah menanti hingga guru tersebut keluar," pesannya.

Fenomena ini, ujarnya, telah dicontohkan oleh Sahabat Abdullah bin Abbas, beliau merupakan sepupu dari Rasulullah Saw. ketika Abdullah bin Abbas ingin mengunjungi rumah sang guru. 

"Beliau dengan sabar menunggu sang guru keluar dari pintu rumahnya. Sorban yang ia kenakan rela ia bentangkan di depan pintu rumah sang guru. Ia tidak ingin menganggu sang guru. Sungguh sikap rendah hatinya dan adabnya Abdullah bin Abbas dapat dijadikan teladan," tutupnya. [] Reni Adelina/Nai

Senin, 19 Desember 2022

Ustazah L. Nur Salamah: Ingin Anak Jadi Alim, Muliakan Para Fuqaha yang Terasing

Tinta Media - Pengasuh Kajian Mutiara Ummat Ustazah L. Nur Salamah menjelaskan kembali, ketika menginginkan seorang anak menjadi alim, hendaknya memuliakan atau perhatikan fuqaha (ulama yang faqih fiddiin) yang terasing. 

"Adapun guru kami Asy-Syekh Al-Imam Sadiduddin Asy-Syirazi berkata, siapa yang menginginkan anaknya menjadi seorang alim, hendaknya ia memperhatikan para fuqaha' (ulama yang faqih fiddin) yang terasing, menghormati mereka, mengagungkan mereka, dan memberi mereka sesuatu," ungkapnya pada kajian Kitab Adab Ta'limu Al Muta'alim Thoriqotu Ta a'lum, Selasa (13/12/2022). 

Penjelasan ini menunjukkan adanya peran para penuntut ilmu untuk saling memperhatikan para ulama yang faqih fiddin atau pun pihak keluarganya. "Sebagai penuntut ilmu, hendaknya kita memberikan perhatian, penghormatan, atau memuliakan para fuqaha (ulama yang faqih fiddin) yang terasing. Pada zaman dahulu para ulama ketika menuntut ilmu bukan waktu yang singkat. Bertahun-tahun, bahkan sampai belasan tahun meninggalkan istri dan anak-anaknya demi menuntut ilmu. Jika kita mendapati yang demikian maka seyogyanya kita memperhatikannya. Salah satu caranya dengan mencukupi kebutuhannya sesuai kadar kemampuan kita," bebernya. 

Bunda, sapaan akrabnya juga memberikan contoh lain yang mudah dipahami. "Contoh lain adalah ketika kita menemukan para ulama atau kiyai yang yang mengajar di suatu tempat yang jauh dari masyarakat (katakan sebuah perkampungan yang tidak layak) maka tugas kita hendaknya memperhatikan atau merawat kehidupannya. Sembari memuliakan para ulama maka mohonlah doa kepada Allah agar anak cucu keturunan kita menjadi orang yang alim, dan faqih fiddin," imbuhnya. 

"Jika kita menginginkan anak kita menjadi seorang alim maka rawatlah para penuntut ilmu. Berikan mereka makanan, minuman, atau pun hadiah. Jika anak kita belum alim dan faqih fiddin, maka Insya Allah cucu kita yang menjadi alim dan faqih fiddin," pungkasnya. [] Reni Adelina/Nai

Sabtu, 10 Desember 2022

Ustazah L. Nur Salamah Jelaskan Hak Guru untuk Dihormati (Ditakzimkan)

Tinta Media - Pengasuh Kajian Mutiara Ummat Ustazah L. Nur Salamah menjelaskan tentang hak guru untuk dihormati (ditakzimkan). 

"Dalam sebuah syair dikatakan. Aku melihat bahwa hak yang paling hak adalah haknya seorang mu'allim (guru). Ialah hak yang paling wajib dijaga oleh setiap muslim. Sungguh Ia berhak untuk diberikan hadiah sebagai bentuk penghormatan (pentakziman) dengan seribu dirham untuk setiap huruf yang ia ajarkan," ungkapnya pada kajian Kitab Adab Ta'limu Al Muta'alim Thoriqotu Ta'lum, Selasa (6/12/2022). 

Satu dirham, imbuhnya, sama dengan tiga gram perak. Jika satu gram perak harganya 5000, maka tiga gram perak sama dengan 15000 kali 1000, jatuhnya 15 juta untuk satu huruf yang diajarkan. Sungguh luar biasa Islam memuliakan dan menghargai ilmu dan guru.

Namun realita hari ini profesi menjadi guru dipandang sebelah mata. "Era modern saat ini, profesi guru yang mulia dipandang sebelah mata. Gaji yang tak mencukupi untuk kebutuhan hidup membuat banyak guru harus bekerja mencari pekerjaan sampingan. Sistem kehidupan hari ini dengan kebijakan yang tidak sesuai dengan Islam adalah cerminan bahwa ilmu dan ahli ilmu (guru) belum dihormati atau ditakzimkan seutuhnya," tegasnya. 

Bunda, sapaan akrabnya, juga menjelaskan bahwa posisi guru sama seperti dengan orang tua. Wajib untuk dihormati atau ditakzimkan. 

"Sesungguhnya orang yang mengajarimu satu huruf yang kamu butuhkan dalam urusan agama, sejatinya ia adalah bapakmu atau orang tuamu dalam agama. Tidak ada istilah mantan orang tua. Selamanya harus tetap dihormati walaupun mungkin pernah berbuat tidak baik atau bahkan menerlantarkan kita, tetap saja harus dihormati dan ditakzimkan," bebernya. 

Terakhir, ia menegaskan bahwa guru mempunyai kedudukan sama seperti orang tua kita yang harus dimuliakan. "Baik guru maupun orang tua dalam Islam sama kedudukannya untuk senantiasa kita muliakan atau takzimkan," pungkasnya. [] Reni Adelina/Nai

Senin, 05 Desember 2022

Ustazah L. Nur Salamah Jelaskan tentang Takzim terhadap Ilmu dan Ahli Ilmu

Tinta Media - Pengasuh Kajian Mutiara Ummat Ustazah L. Nur Salamah menjelaskan tentang mengagungkan (takzim) terhadap ilmu dan ahli ilmu.

"Ketahuilah bahwa seorang penuntut ilmu tidak akan memperoleh ilmu, dan tidak dapat mengambil manfaat dari ilmu, kecuali dengan mengagungkan, memuliakan, atau menghormati ilmu dan para ahlinya dan menghormati para ustaz atau guru," tegasnya pada kajian Kitab Adab Ta'limu Al Muta'alim Thoriqotu Ta'lum, Selasa (29/11/2022). 

Ia menjelaskan beberapa contoh dalam menghormati ilmu.  "Beberapa contoh memuliakan ilmu salah satunya dengan tidak meletakan buku sembarangan, tidak sejajar dengan kaki ataupun bokong. Begitu pun dalam menyentuh kitab suci Al-Quran, diharuskan berwudhu dan membawanya dengan hati-hati sebagai tanda memuliakan kalam Allah," bebernya.

Dalam menghormati guru, bukan diilustrasikan seperti penghormatan saat upacara. Penghormatan atau memuliakan guru juga dengan memuliakan keluarganya. Contoh paling dekat dengan bertegur sapa yang santun kepada anak-anaknya. 

"Seseorang tidak akan sampai pada suatu tujuan kecuali dengan penghormatan, dan tidak akan terjatuh atau gagal kecuali dengan meninggalkan sikap penghormatan," ungkapnya. 

Ia juga mengajak agar para penuntut ilmu senantiasa menjaga sikap dan adab, berusaha menjadi orang yang lebih baik lagi agar tidak gagal dalam menuntut ilmu. 

"Tidak sedikit ditemui kegagalan para penuntut ilmu. Baik santri maupun pengajar karena tidak belajar bagaimana cara memuliakan ilmu dan adab-adab dalam menuntut ilmu. Sistem kehidupan hari ini yakni kapitalisme sekuler membuat orientasi pendidikan adalah bisnis," ujarnya. 

Fakta yang sering ditemukan di lapangan salah satunya menjadikan buku sebagai lahan bisnis. Hampir setiap bulan para siswa atau santri diwajibkan membeli buku bacaan baru, padahal materi dalam buku yang lama belum tuntas dipelajari sudah diwajibkan membeli buku baru. Alhasil buku yang menumpuk berujung dijual ke pemulung. 

"Kemudian dikatakan, penghormatan itu lebih baik dari pada taat. Artinya orang yang hormat pasti taat, karena ada guru atau tidak adanya guru dihadapannya ia senantiasa menjaga adab-adabnya," tegasnya. 

"Tidaklah kamu melihat bahwa seseorang tidak kafir hanya dengan kemaksiatan, dan sesungguhnya seseorang dapat kafir dengan meninggalkan penghormatan," ungkapnya. 

Menurutnya, seseorang dikatakan kafir bahkan bisa terkategori murtad ketika meninggalkan penghormatan, misalnya berani menistakan Al-Quran, melecehkan para nabi dan ulama, serta merendahkan Islam. "Jika ada institusi sebuah negara Islam maka pelaku penista agam harus dipenggal kepalanya," tegasnya.

"Ali bin Abi Thalib berkata, " Aku adalah hamba atau budak bagi orang yang mengajariku satu huruf, jika mau ia boleh menjualku, dan jika mau ia membebaskanku. Perkataan Ali bin Abi Thalib menunjukkan penghormatannya yang luar biasa kepada gurunya. Ia memasrahkan dirinya karena ingin menjadi penuntut ilmu yang berhasil dan membawa keberkahan. Tidak ada istilah mantan guru sekali pun hanya mengajarkan satu hadist atau satu huruf sekalipun," pungkasnya. [] Reni Adelina/Nai

Senin, 28 November 2022

Ustazah L. Nur Salamah: Hindari Teman yang Malas!

Tinta Media - Aktivis Muslimah Kota Batam sekaligus pemateri dalam Kajian Mutiara Ummat kembali menjelaskan tentang pentingnya memilih teman yakni menghindari teman yang malas dalam semua keadaan. Penjelasan ini masih merujuk dari Kitab Adab Ta'limu Al Muta'alim Thoriqotu Ta'lum, Selasa (22/11/2022). 

"Dari seorang ulama dalam syairnya disebutkan, jangan berteman dengan orang malas dalam kondisi apapun," tegasnya. 

Bunda, sapaan akrabnya juga menegaskan jangan jadikan orang pemalas sebagai teman karib. Malas dalam mengkaji Islam, malas berbuat kebaikan, dan malas menuntut ilmu. 

"Betapa banyak orang sholeh rusak lantaran rusaknya teman karibnya. Teman yang malas dalam berbuat kebaikan. Kebaikan yang dimaksud adalah mengajak kita dalam ketaatan kepada Allah, hidup yang bertambah kebaikan dan dimatikan dalam keadaan khusnul khotimah. Begitulah standar kebaikan dalam pandangan Islam bukan pandangan manusia," tuturnya. 

Maka dalam memilih teman wajib selektif dan berhati-hati. Orang yang tidak baik, bodoh dan usil bagaikan penyakit yang cepat menular. Ia menjelaskan dengan ilustrasi bahwa penularannya lebih cepat daripada virus. 

"Penyakit bodoh cepat menular kepada orang yang kuat, maka harus berhati-hati," ungkapnya. 

"Seperti bara api yang diletakkan di atas abu, akan padam juga. Ungkapan ini dicontohkan seperti kayu bakar, api akan membara ketika banyak kayu kering, akan terus hidup, namun ketika kayu kering tersebut hanya sebatang saja, maka api itu akan padam dengan sendirinya. Begitulah dalam memilih teman, teman yang rusak sebaiknya ditinggalkan. Ketika kita meninggalkan teman yang rusak tersebut, ia tidak akan memiliki kekuatan dan pada akhirnya akan padam dengan sendirinya," ujarnya.

Dalam sebuah hadist dikatakan, "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam). Namun, kedua orang tuanya yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi."

"Setiap bayi yang lahir dalam keadaan fitrah (Muslim). Muslim artinya adalah orang yang berserah diri. Mau jadi apa kedepannya tergantung bagaimana orang tuanya, lingkungannya dan masyarakatnya. Ibarat sebuah kertas yang putih. Jika dihiasi dengan tulisan yang indah maka akan menjadi lembaran yang indah. Sebaliknya, jika kertas tersebut dicoret asal-asalan maka akan menjadi sampah yang tak berguna," bebernya.

Ia mengingatkan peran orang tua terutama ibu sangat menentukan masa depan anak. Mau jadi pemenang atau pecundang. Maka benteng pertahanan terakhir adalah keluarga. Pun diperkuat dengan adanya peran masyarakat dan negara yakni menjadikan agama sebagai landasan kehidupan. Mencampakkan sistem sekuler menjadi sistem Islam 

Pembahasan ini ditutup dengan syair dalam hikmah dengan bahasa Persia. "Teman yang jahat lebih buruk dan berbahaya daripada ular berbisa. Demi Allah, Zat yang Maha Tinggi lagi Maha Suci. Teman yang jahat menyeretmu ke neraka Jahim. Teman yang baik mengajakmu ke surga Na'im," ungkapnya. 

"Jika anda mencari ilmu dan ahlinya, (mencari) orang hadir yang mengabarkan yang tidak hadir. Maka pelajarilah bumi dengan nama-namanya. Dan nilailah seorang teman dari temannya," pungkasnya.[] Reni Adelina/Nai

Sabtu, 19 November 2022

Ustazah L. Nur Salamah Jelaskan Pentingnya Memilih Teman

Tinta Media - Aktivis Muslimah Kota Batam sekaligus penulis dan reporter Tinta Media kembali menjelaskan tentang pentingnya memilih teman dalam menuntut ilmu atau pun hidup bermasyarakat. Penjelasan ini masih merujuk dari Kitab Adab Ta'limu Al Muta'alim Thoriqotu Ta'alum. Hal ini disampaikan saat menjadi pembicara pada kajian rutin mingguan Kajian Mutiara Ummat, Selasa (15/11/2022). 

"Pentingnya memilih teman dalam menuntut ilmu atau pun bermasyarakat. Maka pilihlah teman yang mempunyai semangat atau bersungguh-sungguh," tegasnya.

Selain semangat, lanjutnya, harus memiliki sifat wara' (berhati-hati) atau senantiasa menjaga dirinya, lisannya, sikap dan perilakunya dari sesuatu yang meragukan hingga hal-hal yang diharamkan.

Tidak hanya itu, ia juga mengatakan agar memilih teman yang memiliki tabiat lurus. "Memilih teman harus yang memiliki tabiat lurus. Artinya pilihlah teman yang memiliki kebiasaan yang baik, yang tidak suka melakukan perbuatan sia-sia, seperti hobi menggunjing," ujarnya.

Bunda, sapaan akrabnya juga menyampaikan ketika memilih teman harus yang mudah dalam memahami ilmu (mudah paham).
"Adapun dalam memilih teman seyogyanya, selayaknya yang mudah memahami. Yang mudengan. Jangan yang DDR (Daya Dong Rendah)," candanya.

Dan larilah, kata Bunda, (menjauh) dari teman yang malas, banyak alasan, cerewet, perusak, dan suka memfitnah. Maksudnya, tetap bersikap baik kepada mereka, namun sekadarnya saja. Tidak menjadikannya teman karib.

Dalam penjelasan kajian ini ditutup dengan nasihat seorang penyair. 

"Tentang seseorang jangan kau tanya, cukup lihat siapa temannya. Karena seseorang itu mengikuti teman dekatnya," pungkasnya. [] Reni Adelina/Nai

Minggu, 13 November 2022

Ustazah L. Nur Salamah Jelaskan Syarat-syarat Menuntut Ilmu

Tinta Media - Aktivis Muslimah Kota Batam sekaligus Penulis dan Reporter Tinta Media menjelaskan tentang syarat-syarat dalam menuntut ilmu pada Kitab Adab Ta'limu Al Muta'alim Thoriqotu Ta'alum. Hal ini disampaikan saat menjadi pembicara pada Kajian Mutiara Ummat, Selasa (8/11/2022). 

"Untuk mendapatkan manisnya dan keberkahan ilmu, tentu ada syarat-syarat dalam menuntut ilmu yang harus dipenuhi," tegasnya.

Syarat-syarat menuntut ilmu ada enam perkara. Ini dikutip dari syair Ali bin Abi Thalib dan nasihat dari Imam Syafi'i. 

"Dikutip dari syair Ali bin Abi Thalib dan nasihat Imam Syafi'i bahwa syarat-syarat menuntut ilmu ada enam perkara. Pertama kecerdasan. Kedua adalah semangat atau kemauan. Ketiga adalah kesabaran atau kesungguhan. Keempat adalah perbekalan/ biaya. Kelima adalah petunjuk guru atau bersahabatlah dengan guru. Keenam adalah waktu yang lama," terangnya.

Perkara yang pertama adalah kecerdasan. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda tentang kecerdasan. Kalau mengikuti Albert Einstein, cerdas adalah yang jago ilmu sains. Namun di dalam Islam berbeda. "Kecerdasan terbagi tiga. Pertama orang yang jenius, kedua orang yang cerdas dan ketiga orang yang idiot. Orang yang jenius memiliki daya pikir di atas rata-rata seperti Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani. Lalu orang yang cerdas adalah orang yang selalu berusaha menuntut ilmu dan senantiasa mengingat tentang kematian. Lalu sibuk mempersiapkan bekal amal untuk menghadap Allah SWT, dan yang ketiga adalah orang idiot yang sudah tergambar sebelumnya," terangnya. 

Perkara kedua adalah semangat atau kemauan. Meluangkan waktu untuk senantiasa belajar bukan menunggu waktu luang baru belajar. "Sebagai penuntut ilmu harus memiliki sifat tamak dalam artian positif. Tamak dan rakus terhadap ilmu itu bukan tamak dalam hal materi dan duniawi. Bukan pula tamak dalam urusan harta dan jabatan," tegasnya.

Dalam hal menuntut ilmu, karanya, terutama mengkaji Islam haruslah bersemangat. Meluangkan waktu untuk belajar dan bukan menunggu waktu luang. "Penuntut ilmu juga diharuskan bersikap tamak dan rakus dalam hal menambah ilmu. Misalnya merasa tidak cukup dengan hanya belajar Kitab Ta'limu Al-Muta'alim saja, ingin menambah pelajaran Bahasa Arab atau kitab-kitab lainnya," bebernya.

Perkara yang ketiga adalah kesabaran atau kesungguhan. "Dalam menuntut ilmu pastinya dibutuhkan kesabaran atau kesungguhan. Meluruskan niat belajar karena Allah tidak asal-asalan. Ilmu yang telah diperoleh dicatat, diamalkan dan disebarkan," tegasnya. 

Perkara yang keempat adalah perbekalan (biaya). Menuntut ilmu tentu memerlukan biaya. "Dalam menuntut ilmu harus ada perbekalan (biaya) yang dikeluarkan. Baik dalam memenuhi sarana dan prasarana belajar atau biaya akomodasi dan lainnya," tambahnya. 

Perkara yang kelima adalah petunjuk dari guru atau bersahabatlah dengan guru. "Dalam perkara menutut ilmu agama tidak bisa mengandalkan sosial media. Atau sekedar kata orang. Harus mengikuti petunjuk guru atau bersahabat dengan guru. Proses belajar juga harus adanya talqiyan fikriyan, yakni proses berpikir dan tanya jawab. Harus bertemu langsung antara guru dan murid," imbuhnya.

Syarat yang terakhir dalam menuntut ilmu adalah membutuhkan waktu yang lama dan panjang. 

"Secara fitrah, belajar itu memerlukan waktu yang lama dan panjang. Maka butuh ketekunan dan jangan terburu-buru dalam memahami sebuah ilmu," pungkasnya. [] Reni Adelina/Nai

Minggu, 21 Agustus 2022

Kapan Tarjih Dilakukan? Ini Penjelasannya

Tinta Media - Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani mengatakan, “Bila ada satu peristiwa terdapat dua dalil yang sama-sama layak, yang satu menunjukkan hukum haram misalnya, sementara satu lagi mubah, maka saat itu perlu proses tarjih (memilih dalil yang lebih kuat),” ungkapnya dalam Kitab Syakhshiyah Islam Jilid 1, Bab Kekuatan Dalil,  cetakan ke 6 Tahun 2003, Penerbit Hizbut al-Tahrir.
 
Keharusan mentarjih dan beramal dengan dalil yang lebih rajih, kata Syaikh Taqi berdasarkan Ijma’ Sahabat.
 
Para Sabahat, jelas Syaikh Taqi,  pernah merajihkan hadis dari Aisyah ra mengenai bertemunya dua khitan (kemaluan). “Apabila satu khitan bertemu dengan khitan lainnya (bersetubuh), maka wajib mandi. Aku telah melakukannya bersama Rasulullah saw. kemudian kami mandi”, daripada hadis Abu Said al-Khudri yang berkata bahwa Nabi  saw. bersabda: “Sesungguhnya air (mandi junub) disebabkan (terpancarnya) air (mani).”
 
Syaikh Taqi memberikan alasan, istri-istri Nabi SAW dalam perkara itu lebih mengetahui perbuatan Nabi daripada laki-laki.
 
“Barang siapa yang mencermati dan memantau perjalanan ijtihad para sahabat secara sungguh-sungguh akan mengetahui betul (tanpa keraguan) bahwa para sahabat selalu mewajibkan beramal dengan yang lebih rajih dari dua dalil dzani tanpa mendla’ifkan keduanya,” terangnya.
 
Tidak Sah
 
Hanya saja Syaikh Taqi menjelaskan tarjih tidak sah dilakukan kecuali  pada kondisi tidak mampu beramal menggunakan kedua dalil tersebut secara bersama-sama.
 
“Jika keduanya bisa diamalkan, maka lebih utama mengamalkan keduanya daripada melalaikan salah satu dari keduanya,” tandasnya seraya memberikan alasan hukum asal dari suatu dalil adalah dilaksanakan bukan dilalaikan.
 
Syaikh Taqi juga menegaskan bahwa  mengamalkan dua dalil wajib dengan cara yang telah ditunjuk oleh nash.
 
Ia memberikan contoh mengamalkan dua dalil yang bertentangan bisa dilihat dari sabda Rasulullah saw. “Apakah kalian tidak ingin kukabarkan sebaik-baik saksi? Yaitu yang memberikan kesaksiannya sebelum ditanya.” Dan Sabda Rasulullah saw. “Kemudian dia menyebarkan kebohongan meski dia bersumpah, padahal dia tidak diminta bersumpah. Dan dia bersaksi padahal dia tidak diminta bersaksi.”
 
Satu sisi, jelas Syaikh Taqi, Rasul memuji orang yang bersaksi sebelum diminta persaksian, di sisi lain Rasul mencela orang yang bersaksi sebelum diminta kesaksian.
 
“Pujian Rasul terhadap orang yang bersaksi sebelum diminta kesaksiannya adalah bagian dari  nash bahwa dia diperintahkan oleh Allah. Dan celaan Rasul terhadap orang yang bersaksi sebelum diminta kesaksiannya, juga bagian dari nash yang dilarang oleh Allah,” ucapnya memberikan contoh.
 
Hal ini, lanjutnya, menunjukkan adanya pertentangan (ta’aarudl) antara dua dalil. Penggabungan (al-jama’) antara dua dalil itu adalah bahwa kesaksian yang menyangkut hak-hak Allah diperintahkan oleh Syâri’ untuk bergegas menunaikannya tanpa diminta.
 
“Dan kesaksian yang menyangkut hak dari hak-hak hamba dilarang oleh Syâri’ untuk menyatakan kesaksiannya sebelum diminta bersaksi,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 

Minggu, 10 Juli 2022

Ustaz Furqon Ungkap Keutamaan Basmalah


Tinta Media - Pimpinan Pondok Pesantren Nibrosul Ulum Ustaz Muhammad Furqon Syalthout mengungkap keutamaan basmalah dalam kitab Lubabul Hadis. 

"Bab ketiga Kitab Lubabul Hadits ini menerangkan tentang keutamaan membaca Bismillahir Rohmanir Rohim," tuturnya dalam kajian kitab Lubabul Hadis bab tiga “Keutamaan Basmalah ”, karya Al Allamah Imam Jalaluddin Kamaluddin As Suyuthi, Sabtu (2/7/2022), di Pondok Pesantren Nibrosul Ulum Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo. 

Pertama, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidaklah seorang hamba mengucapkan Bismillahir Rohmanir Rohim, kecuali setan meleleh seperti melelehnya timah di atas api”. 

Kedua, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Tidaklah seorang hamba mengucapkan Bismillahir Rohmanir Rohim, kecuali Allah SWT memerintah malaikat Kiromal Katibin (Malaikat yang bertugas mencatat amal perbutan manusia) untuk mencatat 400 kebagusan di buku catatan amalnya”. 

Ketiga, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Barang siapa yang mengucapkan Bismillahir Rohmanir Rohim sekali, maka tidaklah tersisa dari dosa-dosanya sebesar dzarrah”. 

Selain membaca, kata Ustaz Furqon, di dalam kitab ini juga diterangkan keutamaan bagia siapa saja yang menuliskan kalimat Basmalah kemudian membaguskan tulisannya.

Keempat, Muhammad SAW bersabda:
“Barang siapa menulis Bismillah, kemudian dia membaguskan (tulisan itu) sebagai bentuk pengagungan kepada Allah, maka diampuni baginya dosa yang terdahulu (telah dilakukan) dan dosa yang akhir (akan dilakukan)”. 

"Bukan hanya puasa yang menghapus dosa yang telah lalu dan yang akan datang. Menulis bismillah pun juga sama," tuturnya. 

Kelima, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Jika salah satu di antara kamu sekalian menulis Bismillahir Rohmanir Rohim, maka hendaklah dia memanjangkan kalimat Ar-Rohman (Maha Pengasih)”. 

Keenam, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah SWT, telah menghiasi langit dengan bintang-bintang, Dia menghiasi malaikat dengan Malaikat Jibril, Dia menghiasi surga dengan bidadari dan istana, Dia menghiasi para nabi dengan Nabi Muhammad SAW, dia menghiasi hari-hari dengan hari Jumat, Dia menghiasi malam-malam dengan malam lailatul qodar, Dia menghiasi bulan-bulan dengan Bulan Ramadhan, Dia menghiasi masjid-masjid dengan Ka’bah, Dia menghiasi kitab-kitab dengan Al-Qur’an, dan Dia menghiasi Al-Qur’an dengan Bismillahir Rohmanir Rohim”. 

Ketujuh, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Barang siapa mengucapkan, Bismillahir Rohmanir Rohim, maka namanya ditulis termasuk golongan al-abroor (orang-orang yang berbuat baik), dan dia terbebas dari orang kufur (sifat orang kafir) dan nifaq (sifat orang munafiq)”. 

Kedelapan, Muhammad SAW bersabda:
“Barang siapa mengucapkan, Bismillahir Rohmanir Rohim, maka Allah mengampuni baginya dosa yang terdahulu (akan dilakukan)”. 

Kesembilan, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Apabila kamu semua berdiri maka ucapkanlah, Bismillahir Rohmanir Rohim, dan Shollallahu ala Sayyidina Muhammad wa ala alihi washohbihi wasallam (Semoga Allah memberikan rohmat kepada Baginda Muhammad beserta keluarga dan sahabat beliau, dan juga kesejahteraan), maka sesungguhnya manusia yang akan ghibah (menggunjing) kamu semua, maka Sang Raja (Allah SWT) akan mencegah mereka dari hal itu (gunjingan mereka)”. 

Kesepuluh, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Apabila kamu semua duduk dalam sebuah majelis, maka ucapkanlah,  Bismillahir Rohmanir Rohim, dan Shollallahu ala Sayyidina Muhammad wa ala alihi washohbihi wasallam (Semoga Allah memberikan rohmat kepada Baginda Muhammad beserta keluarga dan sahabat beliau, dan juga kesejahteraan), karena sesungguhnya orang yang melakukannya maka Allah akan memasrahkan malaikat kepadanya yang mencegah mereka (orang-orang) dari ghibah (menggunjing) sehingga mereka tidak menggunjing kepadamu semua”. 

Kemudian Ustaz Furqon mengajak untuk mengamalkan ini, yaitu mengucapkan kalimat bismillahirrohmaanirrohiim (karena sangat mudah dan sederhana sekali) setiap akan melakukan sesuatu baik pada saat berdiri maupun duduk. "Supaya kita mendapatkan keutamaannya," tegasnya.

Ustaz Furqon juga mengajak untuk mengamalkan ini dengan istiqomah (salah satu amalan yang kita persembahkan kepada Allah) dengan tujuan untuk bertaqorrub kepada Allah. "Mendekatkan diri kita sedekat dekatnya kepada Allah SWT," pungkasnya.[] *Achmad Muit*

Rabu, 15 Juni 2022

Orang Cerdas Senantiasa Ingat Kematian


Tinta Media - Pengasuh kajian kitab Nashaihul 'Ibad, Ustaz Khozin Mubarok menuturkan orang yang cerdas adalah orang yang senantiasa mengingat kematian.

"Orang yang cerdas adalah orang yang senantiasa mengingat kematian," ujarnya dalam acara Karomah Fajar: Bekal Terbaik Seorang Mukmin, Jumat (9/6/2022) melalui Kaffah Channel.

"Seorang mukmin bila mengingat kematian, dia tidak loyo tetapi semakin semangat dalam bertaqwa kepada Allah SWT. Tidak mau melanggar aturan-aturan Allah, semangat bekerja, berdakwah, dan semangat dalam melakukan kebaikan lainnya," lanjutnya.

Ia mengutip perkataan Abu Bakar Ash-Shiddiq bahwa apabila orang meninggal tanpa adanya bekal, maka seolah-olah orang tersebut mengarungi samudera tanpa perahu, jadi tenggelam. "Yang dimaksud bekal disini adalah amal shaleh atau amal yang Allah telah perintahkan. Adapun semua amal yang dilakukan manusia sebenarnya untuk kepentingan manusia sendiri jika dilakukan dengan ikhlas dan ridlo maka akan menjadi amal shaleh," ujarnya.

Ia menjelaskan, orang yang cerdas adalah orang yang beramal untuk kehidupan setelah kematian. "Dan kebahagiaan seorang mukmin itu ketika dia bisa bermanfaat kepada orang lain. Dan kemanfaatan yang terbesar adalah mengajak mereka beriman kepada Allah," pungkasnya.[] Yupi UN

Sabtu, 11 Juni 2022

Kajian Kitab Nashaihul Ibad, Yuk Ngaji Sidoarjo: Allah Haramkan Kezaliman


Tinta Media - Melanjutkan kajian Kitab Nashaihul Ibad karya Syeikh Nawawi Al-Bantani, Pengasuh MT Nurul Iman Tanggulangin, Sidoarjo KH Khozin Mubarak menuturkan sebuah hadits qudsi, bahwasanya Allah SWT telah mengharamkan kezaliman.

"Berbuat zalim atau menzalimi satu dengan yang lain, enggak boleh, diharamkan" tegasnya dalam Kajian Kitab Nashaihul Ibad, pertemuan kedua bersama Teman Yuk Ngaji Sidoarjo, Kamis (8/6/2022) di Mushalla Baburrayan.

"Kriteria zalim itu sesuatu yang sebenarnya menyalahi aturan Allah" sambungnya, seraya menyampaikan hadits qudsi yang diijazahkan oleh Al-'Alamah Syeikh Muhammad Al-Khatib, Ibnu Utsman bin Abbas bin Utsman, dari gurunya bersambung kepada Abu Dzar Al-Ghifari, dari Rasulullah SAW, yang artinya,

'Sungguh Aku telah mengharamkan berbuat zalim atas diri-Ku, dan Aku jadikan kezaliman di antara kamu sesuatu yang diharamkan, maka janganlah kamu saling menzalimi.'

Dengan kata lain, apabila suatu hukum memiliki sifat zalim, berarti menurutnya, salah satu faktor penyebabnya cenderung dikarenakan tidak berhukum dengan syariat Allah. 

"Kalau kita sudah tidak berhukum atau tidak memakai syariat Allah, sudah pasti termasuk di dalamnya itu kezaliman" terangnya dalam kajian bulanan, di hari Kamis pekan kedua tersebut.

Sebagaimana pula diterangkan Allah SWT di dalam firman yang artinya, 'Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.' QS. Al-Maidah: 45.

Sehingga ia menegaskan, keadilan adalah bagian dari syari'at Allah SWT. "Bagaimana bisa adil, wong sudah enggak mau ngikuti perintah Allah. Pasti di sana ada ketidakadilan," ucapnya menyinggung hukum yang diterapkan saat ini.

Dan yang terpenting menurutnya, khitab atau dalil yang disampaikan kepada Rasulullah tersebut, sebenarnya berlaku umum. "Karena (dalam bentuk) jamak. Yaa 'ibadii, bukan yaa 'abdi," jelasnya.

Kesesatan

Berikutnya, lanjut Kiai Khozin, hadits tersebut juga memuat tentang kesesatan makhluk. "Kamu semua sesat kecuali yang telah Aku beri petunjuk padanya. Maka mintalah kamu petunjuk kepada-Ku, Aku akan berikan petunjuk kalian," kutipnya.

Begitu pula dengan rasa lapar dan yang hidup tanpa berpakaian (ketika lahir). Atas dasar itu umat diperintahkan untuk senantiasa meminta rizki hanya kepada Allah SWT. 

"Ketika lahir, pada hakikatnya orang tua menyusui itu juga karena Ar-Rahim Allah saja," tukasnya.

"Kalau tidak karena sifat welas Allah yang diberikan kepada orang tua, mungkin ditinggal bayinya," sambungnya sedikit berseloroh.

Pun demikian dengan rasa bersalah dan dosa. Pasalnya, manusia yang notabene tempatnya salah dan dosa memiliki kecenderungan nafsu yang menurut Kiai Khazin, berpotensi berbuat kesalahan. 

"Maka itu Allah memberikan ampunan apabila manusia meminta dan bertobat kepada-Nya," timpalnya, sembari mengimbau apabila sudah berniat tidak mengulangi kesalahan, seorang Muslim jangan pernah sekalipun ingin mengulangi.

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri," ucapnya menukil QS. Al-Baqarah: 222.

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.," tambahnya yang juga mengutip Al-Qur'an tepatnya Surat Ali Imran ayat 133.

Lantaran itu, ia pun mengajak kaum Muslimin untuk tidak bersikap sombong, hanya karena tidak bersedia bertobat mengakui segala kesalahan dan dosanya.

Maka itu juga, sambung Kiai Khozin, salah satu dari tujuh golongan yang kelak di Yaumul Akhir diberikan naungan, sementara tidak ada perlindungan kecuali dari Allah SWT, adalah seorang laki-laki yang menangis ketika sendiri mengingat dosa-dosanya.

"Namun yang pertama sebenarnya adalah kepada imam (pemimpin/penguasa) yang adil," tegasnya.

Sama halnya terkait ketakwaan maupun kemungkaran penduduk bumi, mulai dari Nabi Adam hingga manusia terakhir, atau juga dari kalangan jin, sejatinya tidak akan menambah atau mengurangi kekuasaan dan kemuliaan Allah SWT sedikitpun.

"Ini menunjukkan Allah enggak butuh kita, justru kita semua yang butuh Allah," ujarnya.

Kemudian masih dalam hadits tersebut, dikatakan, 'Barang siapa yang menemukan kebaikan hendaknya memuji Allah SWT. Barang siapa menemukan kejelekan, janganlah sekali-kali mencela kecuali terhadap dirinya sendiri.'

Hadits Kedua

Terakhir, berkenaan dengan hadits kedua. Dari Abdullah bin Amru bin Ash, Nabi SAW bersabda tentang sebab memperoleh Husnul Khatimah, yang artinya, 

'Orang-orang yang pengasih akan dikasihani (Tuhan) yang Maha Pengasih, Maha Suci dan Maha Tinggi (Allah), sayangilah orang yang ada di muka bumi, niscaya orang yang ada di langit (para Malaikat) akan mengasihimu.' (HR.Muslim)

Tak hanya manusia, sambung Kiai Khozin menyampaikan, tetapi meliputi binatang yang kita tidak disuruh membunuhnya. 

Adapun binatang-binatang yang dianjurkan dibunuh adalah binatang fasik yang haram untuk dimakan yakni ular, gagak, tikus, anjing galak, burung elang.

Dengan demikian, manusia harus berkasih sayang terhadap sesama dan makhluk hidup pada umumnya. Yaitu, dengan mencintainya dan berdoa bagi mereka agar mendapatkan rahmat Allah serta magfirah-Nya. 

"Dengan begitu, niscaya malaikat yang ada di langit, yang jumlahnya melebihi penduduk bumi akan mengasihi kita," pungkasnya. []Zainul Krian
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab