Tinta Media: Khilafah
Tampilkan postingan dengan label Khilafah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Khilafah. Tampilkan semua postingan

Senin, 29 Januari 2024

Jurnalis: Ada Empat Macam Tragedi Pasca Runtuhnya Khilafah



Tinta Media - Mengenang 100 tahun pasca runtuhnya daulah Khilafah, jurnalis ideologis Joko Prasetyo (Om Joy) menyatakan ada empat macam tragedi. 

“𝑷𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂, 𝒅𝒊𝒓𝒖𝒏𝒕𝒖𝒉𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒉𝒊𝒍𝒂𝒇𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒓𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒓𝒂𝒈𝒆𝒅𝒊. Bagaimana tidak, kaum Muslim kehilangan pengurus urusannya (𝑟𝑎𝑎’𝑖𝑛) yang mengatur segala urusannya (𝑟𝑎’𝑖𝑦𝑎𝑡) dengan syariat Islam secara kaffah,” tuturnya kepada Tinta Media, Ahad (28/1/2024). 

Ini, lanjutnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw. riwayat Imam Bukhari, “Imam (Khalifah) adalah 𝑟𝑎𝑎’𝑖𝑛 (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya (𝑟𝑎’𝑖𝑦𝑎𝑡).”

“Sekaligus kehilangan perisai (𝑗𝑢𝑛𝑛𝑎ℎ) kaum muslim dari serangan kafir penjajah. Nabi Muhammad saw. bersabda, 'Sesungguhnya 𝑎𝑙-𝑖𝑚𝑎𝑚 (khalifah) itu perisai (𝑗𝑢𝑛𝑛𝑎ℎ), [orang-orang] akan berperang di belakangnya [mendukung] dan berlindung [dari musuh] dengan [kekuasaan]nya',” jelasnya membacakan hadis riwayat Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dan lain-lain.

Dengan runtuhnya khilafah, ucapnya, maka kaum Muslim kehilangan 𝑟𝑎𝑎’𝑖𝑛 dan 𝑗𝑢𝑛𝑛𝑎ℎ sekaligus. “Tentu saja ini merupakan tragedi!” Tegasnya. 

𝑲𝒆𝒅𝒖𝒂, 𝒕𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒉𝒊𝒍𝒂𝒇𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒓𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒐𝒃𝒆𝒍 𝒕𝒓𝒂𝒈𝒆𝒅𝒊. “Bila kaum Muslim tak merasa kehilangan, tentu saja tidak akan mencari atau menegakkannya kembali,” ungkapnya.  

Padahal menurutnya, segala kerusakan yang menimpa kaum Muslim di segala aspeknya saat ini berpangkal dari tidak ditegakkannya syariat Islam secara kaffah. 

“Syariat Islam secara kaffah mustahil tegak tanpa adanya Khilafah yang berfungsi sebagai 𝑟𝑎𝑎’𝑖𝑛 dan 𝑗𝑢𝑛𝑛𝑎ℎ tersebut. Disebut apa ini kalau bukan dobel tragedi?" tandasnya.

𝑲𝒆𝒕𝒊𝒈𝒂, 𝒕𝒂𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒈𝒂𝒌𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊 𝒌𝒉𝒊𝒍𝒂𝒇𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒓𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒓𝒊𝒑𝒆𝒍 𝒕𝒓𝒂𝒈𝒆𝒅𝒊. “Dikatakan tripel tragedi karena kaum Muslim tidak berjuang menegakkan kembali khilafah. Padahal secara 𝑠𝑦𝑎𝑟’𝑖 menerapkan syariat Islam secara kaffah merupakan fardhu kifayah, bahkan mahkota kewajiban. Karena tanpa adanya Khilafah, banyak kewajiban dalam Islam tidak bisa ditegakkan," tambahnya.

Sedangkan secara faktual, terangnya,  tidak memperjuangkan tegaknya kembali khilafah berarti membiarkan kaum Muslim terus menerus dirundung kenestapaan dalam segala aspeknya karena membiarkan kaum Muslim tanpa 𝑟𝑎𝑎’𝑖𝑛 dan 𝑗𝑢𝑛𝑛𝑎ℎ.

𝑲𝒆𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕, 𝒎𝒆𝒎𝒖𝒔𝒖𝒉𝒊 𝒑𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒏𝒆𝒈𝒂𝒌𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒉𝒊𝒍𝒂𝒇𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒓𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒖𝒂𝒓𝒕𝒆𝒕 𝒕𝒓𝒂𝒈𝒆𝒅𝒊. “Bila kaum Muslim malah memusuhi perjuangan penegakkan khilafah tentu saja ini merupakan kuartet tragedi,” tegasnya.

Dikatakan kuartet tragedi, ia menerangkan, karena bukan saja tidak merasa keruntuhan khilafah itu sebagai tragedi padahal jelas-jelas kaum Muslim jadi kehilangan 𝑟𝑎𝑎’𝑖𝑛 dan 𝑗𝑢𝑛𝑛𝑎ℎ.  

"Tak mau melaksanakan kewajiban, eh malah memusuhi saudaranya sendiri yang melaksanakan kewajiban dari agama yang dianutnya sendiri," herannya.

Oleh karena itu, ia mengingatkan  agar jangan menjadi bagian dari tragedi tersebut. Sebisa mungkin jadilah sebagai solusi, dengan kemampuan di bidang masing-masing, untuk menyadarkan kaum Muslim akan kewajiban menegakkan kembali khilafah. 

"𝐼𝑡 𝑖𝑠 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑡𝑜 𝑏𝑒 𝑜𝑛𝑒 𝑢𝑚𝑚𝑎ℎ, sekaranglah waktunya untuk menjadi umat yang satu di bawah naungan 𝑘ℎ𝑖𝑙𝑎𝑓𝑎ℎ '𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑖𝑛ℎ𝑎𝑗𝑖𝑛 𝑛𝑢𝑏𝑢𝑤𝑤𝑎ℎ. Allahu Akbar!" pungkasnya.[] Amar

Minggu, 21 Januari 2024

Khilafah Bagian dari Islam, Bukan Sebuah Ancaman



Tinta Media - Kata khilafah mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita, beberapa pro dan kontra jelas terlihat di masyarakat ketika membahas soal khilafah, ada yang menerima fakta bahwa khilafah merupakan bagian dari syariat Islam, dan sudah mencetak sejarah gemilang selama beberapa abad, namun ada juga yang mengatakan khilafah tak mungkin di terapkan di Indonesia, yang terdiri dari banyak agama, pun ada juga yang langsung menjudge ide khilafah merupakan pemecah belah NKRI, berasal dari kadal gurun, kaum radikal dan lainnya. 

Sebagian lagi justru dengan berapi-api menolak, mendiskriminasi, dan menghasut semua pihak untuk mengucilkan, membenci dan menjauhi para pengusung ide khilafah, mereka dianggap sebagai momok yang menakutkan, seakan akan keberadaan orang-orang yang memperjuangkan khilafah ini merupakan sebuah ancaman berbahaya, namun ancaman untuk siapa? 

Dari beritasatu.com, Jakarta 12/01/2024. Akademisi dari Center for Religious and Cross Cultural Studies (CRCS) Universitas Gajah Mada, Mohammad Iqbal Ahnaf, memperingati pemerintah dan masyarakat  agar waspada terhadap narasi bangkitnya khilafah. Ia juga mengatakan narasi khilafah sejauh ini hanya bersifat teoritis dan rentan. Iqbal juga mengatakan bahwa saat ini masyarakat lebih berpihak pada pemerintahan demokrasi pancasila, dan berharap masyarakat dapat berpikir kritis terhadap narasi yang bertentangan dengan pancasila. 

Akibat Sistem Sekuler dalam Kehidupan 

Masyarakat awalnya asing dengan kata khilafah, bahkan sama sekali tidak tahu dan tidak paham meskipun sudah di jelaskan sejarah panjang masa kekhalifahan, ini disebabkan sangat jauhnya masyarakat dari sejarah Islam, sejarah Islam di kaburkan dan di kuburkan oleh kaum kafir, mereka menghapus ajaran Islam dari sekolah-sekolah, dan hanya meninggalkan sedikit saja, yakni kisah-kisah dan beberapa tentang ibadah. 

Namun saat ini hampir semua masyarakat sudah pernah mendengar kata khilafah, bahkan sebagian sudah paham maksud dan tujuannya. Namun beberapa orang masih menolak atau meragukan khilafah akan tegak kembali, sebab mereka membandingkan dengan zaman sekarang yang sistemnya merupakan sistem sekuler kapitalis, yang tentu saja sangat bertolak belakang dengan sistem Islam. 

Saat ini genap sudah 100 tahun runtuhnya daulah khilafah terakhir yakni kekhilafahan Turki Ustmaniyah, yang di hancurkan oleh Mustafa Kemal melalui bantuan-bantuan penyusupan misionaris yang telah berjalan bertahun-tahun sebelum daulah runtuh. Turki di ubah menjadi negara republik, azan di ganti dengan bahasa Turki, perempuan tidak di wajibkan menutup aurat, dan khalifah terakhir di asingkan bersama keluarganya. 

Sejak saat itu lihatlah, tampak bagaimana keadaan dunia, terutama negeri-negeri Islam, mereka di jajah, di diskriminasi, di sesatkan dan dicekoki berbagai faham barat, mereka di jauhkan dari agamanya sendiri. Bagaimana akibatnya? Palestina sudah 75 tahun menderita oleh Yahudi yang mencoba merebut tanahnya, membunuh dan membumi hanguskan segalanya. Lihatlah Rohingya terombang-ambing di lautan mencari perlindungan, ketika di negaranya mereka dibunuh dan dilecehkan. 

Lihatlah Suriah, Kashmir, Uighur dan banyak negara Islam lainnya yang masih di jajah dan menderita. Mereka bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya, tak ada pelindung dan penjaga, sejak daulah terakhir runtuh. Dan lihatlah Indonesia dengan penduduk muslim terbanyak yang katanya sudah merdeka, bagaimana nasib rakyat miskin? masih adakah kejahatan dan pembunuhan? bagaimana hukum berlaku pada para koruptor? Apakah masyarakat sudah sejahtera? Padahal Indonesia telah lama menerapkan sistem demokrasi sekuler, namun hasilnya saat ini, ada begitu banyak kerusakan dalam segala bidang. 

Khilafah Wajib Di Perjuangkan Umat 

Meskipun propaganda dan fitnah terus mereka sebarkan, namun kebenaran akan tetap kokoh dan bertahan, hingga saat ini sudah banyak masyarakat yang menerima dan mau ikut berjuang menegakkan khilafah. Sebab umat sudah muak dengan  kezaliman dan kerusakan yang di timbulkan dari rezim pemerintahan saat ini. 

Khilafah bukanlah ancaman, bahkan dalil-dalil nya pun sudah jelas, ada di Surah Al Baqarah ayat 30, Surah An-Nur ayat 55, dan Surah An-Nisa ayat 59. Ayat-ayat mengenai sanksi (uqubat), politik, pendidikan, kesehatan, pergaulan, ekonomi, dan lainnya hanya bisa di laksanakan jika ada negara yang menaunginya. Sebab meskipun wajib, ada syarat dan ketentuan dalam pelaksanaannya, dan tidak boleh di lakukan sembarangan. Maka jelaslah kewajiban tadi tidak akan terlaksana tanpa adanya khilafah, dan jika belum ada maka wajib 'ain untuk memperjuangkannya. 

Imam Al-Qurthubi menyebut khilafah sebagai a'dzamul wajibat (kewajiban paling agung). Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani dan Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa khalifah adalah tajul furudh (mahkota kewajiban). Imam Al-Qurthubi juga menegaskan tidak ada perbedaan pendapat mengenai kewajiban mengangkat khalifah di kalangan para imam mazhab. 

Khatimah 

Jadi sudah jelas bahwa khilafah merupakan bagian dari syariat Islam, dan Allah Swt. mengatakan "penerapan syariat menjadikan alam semesta merasakan kerahmatan Islam" (QS. Al-Anbiya:107). 

Seharusnya yang di waspadai dan di lenyapkan adalah sistem sekuler kapitalis, yang saat ini di terapkan melalui sistem demokrasi, ini merupakan hukum buatan manusia yang tidak pernah di contohkan rasul, tidak ada dalam syariat Islam, dan sangat bertolak belakang dengan akidah Islam.
Wallahu A'lam Bisshowab.

Oleh : Audina Putri 
( Aktivis Muslimah) 

Dia, Aku, dan Kamu, Satu



Tinta Media - Seratus hari tanah itu terus membara
Angka itu terus bertambah naik
Anak-anak, lansia, dan perempuan
Menjadi syahid di jalan-Nya

Seratus hari bangsa kera itu membabi buta
Tank, roket, peluru silih berganti mengaum
Tanpa ada jeda, tiap hari dan tiap detiknya
Hanya kedustaan yang keluar dari mulutnya

Seratus hari sudah pemimpin di tempat saudara muslim tertunduk diam
Diam, hanya mengutuk dan mencela
Di mana pasukan Khalid? 
Di mana pasukan Saifudin Qutuz? 
Di mana pasukan Shalahudi Al Ayyubi? 
Yang menggetarkan bumi, hingga musuh tunggang-langgang mundur

Hari ini, seratus tahun tiada junnah
Yang melipur lara rakyat jelata
Meri'ayah seluruh pelosok negeri
Menjunjung syariat Islam di tempat tertinggi

Seratus tahun berlalu
Daulah terpecah jadi lima puluh negara
Nestapa terus menggelayut,
Kesedihan dan kesakitan menjadi sahabat sehari-hari
Dia, aku, dan kamu, berharap ini berakhir

Wahai ummah yang satu!
Wahai ummah yang terbaik!
Wahai ummah yang mempunyai Maha Pengasih, Maha Penyayang!
Wahai ummah yang rasul-Nya mencintai kita semua!

Serulah! Serulah kepada pemimpin Anda!
Serulah! Serulah kepada tokoh-tokoh Anda!
Serulah! Serulah kepada tentara-tentara Anda!
Hentikan kebinasaan ini, kemaksiatan ini!

Dia, aku, dan kamu, satu ummah
Dia, aku, dan kamu, satu daulah
Dia, aku, dan kamu, satu akidah
Islam yang Dia (Allah) beri nama



Oleh: Muhammad Nur
Sahabat Tinta Media

Jumat, 19 Januari 2024

Muncul Ajakan Mewaspadai Khilafah, MMC: Yang Seharusnya Diwaspadai Demokrasi



Tinta Media - Menanggapi munculnya ajakan untuk mewaspadai narasi kebangkitan Khilafah, Narator Muslimah Media Center (MMC) mengingatkan, yang seharusnya diwaspadai adalah sekularisme kapitalisme dengan sistem demokrasinya, bukan Khilafah. 

"Justru yang seharusnya diwaspadai dan dienyahkan adalah ideologi transnasional bernama sekularisme kapitalisme yang ditancapkan ke negeri ini melalui sistem demokrasi," ujarnya dalam Serba-serbi: Benarkah Narasi Khilafah Perlu Diwaspadai? Di kanal Youtube MMC, Selasa (16/1/2024). 

Narator lanjut menjelaskan, demokrasi adalah buatan manusia yang merupakan hasil berpikir orang-orang Eropa setelah mengalami penindasan oleh kerajaan dengan mengatasnamakan agama  yang bekerja sama dengan pihak gereja pada masa itu. 

"Sistem ini memisahkan agama dari kehidupan dan menjadikan manusia berdaulat atas hukum,"  jelasnya. 

Padahal, terang Narator, Allah Swt. telah memberi peringatan dalam Surah Thaha ayat 124 bahwa siapa saja yang berpaling dari peringatan (ayat-ayat) Allah maka mereka akan mendapatkan kehidupan yang sempit. 

"Dan terbukti, dalam penerapan sistem sekularisme kapitalisme demokrasi, umat hanya merasakan kerusakan nyata di berbagai bidang. Kezaliman oligarki di mana-mana, kebatilan tersebar luas atas nama kebebasan, negara lepas tanggung jawab terhadap urusan rakyat dan para kapital berkuasa atas segala sesuatu," bebernya. 

Maka, kata Narator, sangat aneh ketika ada seorang muslim tapi menolak Khilafah dengan membuat narasi yang menyesatkan pemikiran umat terkait Khilafah. Dan di saat yang sama, ucapnya,  malah membela mati-matian sekularisme kapitalisme demokrasi. Padahal sistem tersebut tidak pernah dicontohkan oleh Rasul saw., tidak ada dalam syariat Islam, bertolak belakang dengan akidah Islam dan hanya membawa kerusakan," urainya. 

Sebaliknya, ia pun menegaskan, seharusnya Khilafah tidak boleh dianggap sebagai ancaman, tapi sebuah kewajiban yang harus diperjuangkan. 

"Umat harus menyadari bahwa Khilafah adalah mahkota kewajiban. Inilah yang dikatakan oleh Syaikh Taqiyuddin  an-Nabahni dan Imam al-Ghazali," ucapnya. 

Imam al-Qurtubi pun, terangnya,  menyebut bahwa Khilafah sebagai 'adzhamul wajibat, yaitu kewajiban yang paling agung. 

"Sebab tanpa adanya institusi Khilafah (sebagai pelaksana), maka hukum-hukum Allah yang berkaitan dengan sistem politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, pergaulan dan sistem sanksi tidak akan pernah bisa terwujud," terangnya. 

Tak hanya itu, ucapnya, dengan penerapan syariat secara praktis oleh negara Khilafah, akan menjadikan alam semesta merasakan kerahmatan Islam sebagaimana disebut dalam  Al-Qur’an surah al-Anbiya ayat 107. 

"Juga datangnya keberkahan dari langit dan bumi untuk penduduk negeri berdasarkan al-Quran surah al-'Araf ayat 96," tandasnya. 

Sebelumnya, dikabarkan bahwa Akademisi dari Center for Religious and Cross-Cultural Studies (CRCS) Universitas Gadjah Mada, Mohammad Iqbal Ahnaf  mengingatkan pemerintah dan masyarakat untuk mewaspadai narasi-narasi kebangkitan Khilafah yang bertepatan dengan momentum 100 tahun keruntuhan Khilafah Islamiyah.[] Muhar

MMC: Luas Wilayah Kekuasaan Khilafah Mencapai Dua Pertiga Dunia



Tinta Media - Narator MMC mengatakan, luas wilayah kekuasaan Khilafah mencapai dua pertiga dunia. 

"Dari fakta sejarah luas kekuasaan Islam yang mencapai 2/3 dunia menunjukkan hasil dari  upaya mewujudkan hadis Rasulullah, juga sebagai upaya kaum muslim meraih gelar yang Allah sematkan yakni  khairu ummah (umat terbaik),” tuturnya dalam History Insight: Luas Wilayah Kekuasaan Khilafah Mencapai 2/3 Dunia, Selasa (16/1/2024) di kanal Youtube Muslimah Media Center. 

Narator mengutip hadis sahih riwayat Muslim nomor 2889, Ibnu Hiban nomor 6714 dan 7238, Tirmidzi nomor 2176, Abu Daud nomor 4252, yang  diriwayatkan Tsauban, ”Sesungguhnya Allah telah menghimpunkan untukku bumi, maka aku melihat ujung timur dan baratnya dan akan sampai kekuasaan umatku apa yang telah dihimpunkan darinya."  

“Kekuasaan Islam yang dijanjikan oleh Allah, tidak dengan mudah didapatkan, tapi harus dengan perjuangan dakwah, jihad, dan futuhat, seperti yang di contohkan Rasulullah SAW dan para khalifah setelahnya,” terangnya. 

Hanya saja, lanjutnya,  perlu dipahami luasnya  kekuasaan yang dijanjikan tersebut  tidak akan turun begitu saja, butuh usaha besar untuk meraihnya. Untuk itu, ucapnya, Allah memberikan petunjuk untuk meraih keagungan tersebut melalui utusannya dan dilanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin. 

"Rasulullah telah memberikan teladan dalam mencapai apa yang telah dijanjikan Allah dengan cara dakwah pemikiran yang akan mengubah pemikiran umat tentang  pentingnya  penerapan syariat Islam hingga umat menuntut penerapannya dalam kehidupan sebagaimana yang terjadi di Madinah," bebernya. 

Ia menambahkan, setelah berdirinya negara Islam di Madinah, Rasulullah saw. menyebarkan dakwah ke seluruh wilayah jazirah Arab. 

"Setelah berdirinya negara Islam di Madinah, Rasulullah menyebarkan dakwah Islam lebih luas lagi dan tidak jarang diperlukan pasukan dan jihad untuk menghilangkan para penghalang dakwah di wilayah-wilayah yang belum mengenal Islam di wilayah Jazirah Arab, hingga semua  tunduk di bawah kekuasaan Islam," bebernya. 

Menurutnya, dakwah dan jihad melalui berbagai penaklukan dilanjutkan oleh para khalifah setelah Rasulullah saw. sampai Islam meluas dari timur sampai barat. 


"Peristiwa penaklukan juga terjadi pada masa Khulafaur Rasyidin dan para khalifah setelahnya, di mana Khilafah Islam berhasil memfutuhati wilayah-wilayah kekuasaan imperium Persia, di sisi timur yang saat ini kita kenal sebagai daerah Irak dan Iran. Wilayah-wilayah kekuasaan Imperium Romawi di sisi barat di antaranya wilayah Palestina, Suriah, Libanon, Mesir dan sekitarnya juga berhasil difutuhati. Masa kekhilafahan Umawiyah dan Abbasiyah, kekuasaannya juga mencapai dataran Eropa. Andalusia di Eropa menjadi ikon kejayaan Islam," pungkasnya.[] Evi

Minggu, 31 Desember 2023

Solusi Bebaskan Palestina dan Negeri Islam Lainnya yang Dijajah, Tiada Pilihan Lain Selain Jihad dan Khilafah



Tinta Media - Solusi bebaskan Palestina dan negeri-negeri Muslim lainnya dari penjajahan secara militer itu tiada pilihan lain selain jihad dan khilafah. Jihad untuk mengusir entitas penjajah dari negeri kaum Muslim dan khilafah untuk memastikan negeri-negeri tersebut merdeka secara hakiki. Itulah solusi syar'i-nya.

Sedangkan secara faktual, memang tidak ada satu pun rezim negara bangsa di dunia Islam yang berdiri di atas puing-puing Khilafah Utsmani yang dapat diandalkan untuk mengenyahkan penjajahan di Palestina.

Bahkan rezim AS dan Eropa malah melegitimasi genosida brutal Zionis Yahudi ke Gaza dengan dalih sebagai balasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Padahal, secara faktual Hamas itu hanyalah membela diri dari pendudukan dan pembantaian yang kerap dilakukan anak emas negara Kristen Amerika Serikat kepada tanah dan penduduk Palestina selama puluhan tahun sejak negara Kristen Inggris membidani kelahiran entitas Zionis Yahudi di negeri yang diberkahi tersebut.

Hebatnya, rezim dunia Islam bukan hanya diam tetapi secara aktif membantu entitas penjajah Yahudi dengan terus menjalin hubungan ekonomi, alih-alih mengerahkan pasukan untuk berjihad membebaskan tempat suci umat Islam ketiga tersebut. Sedangkan rezim AS dan Eropa mengerahkan militernya untuk menyokong Zionis Yahudi.

Maka sangat aneh bila ada orang Islam yang masih berharap pada mereka untuk membela Palestina. Tiada pilihan lain, umat Islam memang harus bahu membahu menegakkan khilafah (kepemimpinan umum kaum Muslim sedunia yang menerapkan syariat Islam secara kaffah di dalam negeri serta menjadikan dakwah dan jihad sebagai asas politik luar negerinya).

Di bawah komando khalifah (kepala negara khilafah), kaum Muslim sedunia dimobilisasi berjihad untuk mengenyahkan entitas penjajah di Palestina dan negeri-negeri Islam lainnya yang juga saat ini tengah dijajah entitas penjajah lainnya, termasuk Arakan (Muslim Rohingya) yang dijajah rezim Budha Myanmar, Turkistan Timur (Muslim Uighur) yang dijajah rezim komunis Cina, dan Muslim Kashmir-Jammu yang dijajah rezim Hindu India. Allahu Akbar![]

Depok, 15 Jumadil Akhir 1445 H | 28 Desember 2023 M

Oleh: Joko Prasetyo
Jurnalis

Sabtu, 23 Desember 2023

Ulama Aswaja Gresik: Khilafah, Satu-satunya Solusi Masalah Palestina

Tinta Media - Ulama Aswaja Gresik Kasepuhan menegaskan, satu-satunya solusi permasalahan Palestina adalah Khilafah. 

“Bahwa satu-satunya solusi untuk permasalahan di Palestina dan di negeri-negeri muslim lainnya adalah Khilafah,” tutur Kyai Najib Perwakilan Ulama Aswaja Gresik dalam Multaqa Ulama Aswaja Gresik: Solusi Satu Negara Khilafah Menuntaskan Problematika di Palestina, Sabtu (16/12/2023) di kanal Youtube Dakwah Giri.

Ia mengungkap, khalifah yang akan mengerahkan pasukan untuk menyucikan bumi Palestina dengan mengenyahkan entitas Yahudi dan segala kejahatannya.

“Bahwa solusi-solusi yang ditawarkan, baik berupa dua negara, gencatan senjata dan yang lainnya wajib ditolak, sebab solusi-solusi tersebut merupakan agenda negara-negara penjajah,” tegasnya. 

Ia menuturkan, tentara atau pasukan kaum muslimin di negara mana pun wajib hukumnya untuk memberikan pertolongan kepada kaum muslimin dan mujahidin di Palestina dengan datang dan terjun di medan peperangan melawan pasukan musuh, yakni pasukan entitas Yahudi dan penyokongnya.

“Bahwa kaum muslimin di negeri-negeri muslim wajib hukumnya secara syar’i untuk mengangkat pemimpin yang benar-benar bisa bertindak sebagai junnah tempat berlindung bagi rakyatnya dan yang memimpin perang melawan musuh,” ungkapnya. 

Menurutnya, perjuangan Li i’lai kalimatillah secara syar’i dan aqli akan meraih keberhasilan apabila mengikuti thariqah Rasul serta dilakukan secara berjama’ah, berpartai.

Ia juga menuturkan, wajib hukumnya untuk memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

”Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah mendinding antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kalian akan dihimpunkan.” (QS. Al-Anfal: 24)

Campakkan Demokrasi 

Kiai Najib mengatakan, sistem demokrasi harus dibuang jauh-jauh sebab demokrasi adalah sistem kufur, warisan dari John Locke, Montesquae dan Jean Jacques Rousseau.

“Demokrasilah yang selama ini telah menciptakan para penguasa (baik legislatif, eksekutif maupun yudikatif) yang pro penjajah,” pungkasnya.[] Abu Muhammad 

 

 


Jumat, 15 Desember 2023

Kenapa Harus Khilafah?

Tinta Media- Tidak sedikit dari umat Islam sendiri alergi dengan Khilafah dan bahkan lebih memilih demokrasi untuk aspirasi politik mereka. Padahal, sudah terbukti bahwa politik dalam konteks demokrasi hanya untuk tujuan kekuasaan. Mereka berebut kekuasaan, mempertahankannya dengan segala cara, tapi lupa untuk mengurusi rakyat dengan kekuasaan yang didapat. Dalam Islam kekuasaan bukan tujuan tapi metode untuk mencapai tujuan yakni mengembalikan kehidupan Islam. Khilafah dibutuhkan agar bisa menerapkan Islam secara kaffah sehingga terwujudlah kehidupan Islami yang mendorong penduduk satu negeri beriman dan bertaqwa.

Ini juga dicontohkan Rasulullah saat tantangan dakwah yang begitu besar di Mekkah sehingga beliau dan para sahabat memutuskan hijrah ke Madinah. Kekuasaan sangat diperlukan untuk menghilangkan penghalang dakwah dan agar Islam bisa diterapkan secara kaffah. Penyebaran Islam begitu cepat saat Islam diemban oleh negara dengan dakwah dan jihad. Umat menyaksikan Islam sebagai rahmatan lil alamiin sehingga mereka berbondong-bondong masuk Islam. Oleh karena itu kita wajib memperjuangkan Khilafah agar kewajiban menerapkan Islam secara kaffah bisa dilaksanakan dan agar kehidupan Islami yang kita cita-citakan bersama bisa terwujud, sehingga pintu berkah dari langit dan bumi terbuka untuk penduduk satu negeri yang beriman dan bertaqwa seperti yang dijanjikan Allah SWT. dalam al-Qur'an Surat Al-A’raf Ayat 96.

Oleh: Mochamad Efendi
Sahabat Tinta Media

FKU Yogyakarta: Khilafah Solusi Syar'i atas Penderitaan Muslim Palestina


 
Tinta Media - Al-Habib Muhammad Nahl Al-Atthas dari Forum Komunikasi Ulama (FKU) Aswaja Daerah Istimewa Yogyakarta mengutarakan bahwa Khilafah adalah solusi syar'i atas penderitaan Muslim Palestina.
 
"Khilafah adalah solusi syar'i dalam menjawab penderitaan yang dialami muslim Palestina akibat penjajahan yang dilakukan oleh entitas Zionis-Yahudi," tuturnya dalam Multaqo Ulama Aswaja Daerah Istimewa Yogyakarta, Ahad (10/12/2023) di kanal Youtube FKU Aswaja Channel.
 
Menurutnya, kaum Muslim tidak bisa berharap pada PBB, karena hari ini PBB hanya diam. "Pada saat yang sama penguasa negeri-negeri Muslim terbelenggu dengan ikatan ashobiyah nasionalisme," ujarnya.
 
Hal ini, lanjutnya, membuktikan bahwa penguasa negeri-negeri Muslim telah berkhianat dengan perjuangan Umat Islam, terlebih lagi dengan adanya upaya untuk mengadakan normalisasi hubungan dengan Entitas Zionis-Yahudi.
 
"Kaum Muslim hanya bisa berharap dengan Khilafah, karena hanya Khilafah lah yang akan menghilangkan sekat-sekat nasionalisme, menyatukan negeri-negeri Islam dan mengusir penjajah dari dunia Islam," terangnya.
 
Dua Hal
 
Para kiai dan ulama juga menyampaikan seruan kepada kaum Muslimin untuk melaksanakan dua hal.

“Pertama, penyelesaian problem Palestina secara syar'i hanya bisa dilakukan dengan jihad, yaitu dengan mengerahkan segala kemampuan untuk memerangi siapapun yang memerangi kaum Muslimin," tukasnya.
 
Kedua, sebutnya, dengan meningkatkan daya dan upaya untuk mengangkat seorang imam atau Khalifah, yang akan menyatukan kaum muslimin dan negeri-negeri muslim.
 
"Serta menghilangkan sekat-sekat nasionalisme dan memerintahkan untuk jihad fisabilillah dalam membebaskan negeri-negeri Muslim yang terjajah," tandasnya.[]Ajira.
 
 

Senin, 11 Desember 2023

Soal Kepemimpinan



Tinta Media - Aku pernah bertanya soal kepemimpinan
Tapi mengapa tak pernah ada jawaban
Selain perpecahan 
dan permusuhan

Kata Pak Guru, sapu lidi dalam genggaman
Bisa menata halaman yang tak karuan
Umat tak 'kan raih kembali kekuatan dan kemuliaan
Saat negeri-negeri laksana hamparan pasir tak beraturan 

Tapi mengapa kau tolak
Gelora rindu umat yang bergejolak
Bait-bait dan seruan itu tak lain adalah syariat 
Dia tetapkan agar agama dan dunia jadi rahmat

Lalu, mengapa engkau hiraukan
Andaikan ada kata khilafah sekarang
Maka jalan-jalan akan selalu aman
Orang-orang lemah takkan jadi santapan dan rampasan

Indonesia dan dunia Islam memang
berada dalam krisis kepemimpinan 
Urusan manusia tidak pernah beres
Kata bahagia hanya obrolan beberapa SKS

Andai saja ada orang-orang mulia
Baik ulama maupun auliya
yang mengerti urusan akhirat dan dunia
dengan bijaksana memimpin dengan Al-Qur'an dan Sunnah-Nya

Tentu tiba kini saatnya pergi 
Tinggalkan rasa pahitnya sesat dan perkara keji
Raih mulia dengan Islami 
Maka umat pimpin dunia seantero negeri 

Ditulis pada Ahad, 10 Desember 2023
di sudut perumahan bernama Ar Raayah

Oleh: Mada W. Kusumah

Minggu, 10 Desember 2023

100 Tahun Dunia Tanpa Khilafah, UIY: Salah Satu Kegoncangan Besar adalah Berdirinya Negara Zionis



Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) menegaskan bahwa ketiadaan khilafah selama 100 tahun menjadi pangkal munculnya berbagai macam persoalan, salah satu kegoncangan besar itu adalah berdirinya negara zionis. 

“Ketiadaan khilafah itu menjadi pangkal munculnya berbagai macam persoalan. Disebutnya itu berbagai kegoncangan. Salah satu kegoncangan besar itu adalah berdirinya negara zionis,” ujarnya dalam diskusi di rubrik Focus to The Point bertema “Wajib Punya! Review Kalender 2024: 100 Tahun Dunia Tanpa Khilafah” yang tayang pada kanal Youtube UIY Official, Rabu (6/12/2023). 


UIY lebih lanjut memaparkan secara historis kemunculan negara zionis tersebut. “Theodor Herzl ketika datang kepada Sultan Abdul Hamid II itu mendapatkan penolakan yang sangat keras. Ketika dia datang ke Sultan Abdul Hamid II itu dia tahu bahwa Palestina itu bukanlah wilayah tak bertuan,” kisahnya. 

“Dan ternyata betul setelah Khilafah Utsmani itu runtuh 1924, 24 tahun kemudian, barulah cita-cita Theodor Herzl itu terwujud,” imbuhnya. 

UIY menyatakan bahwa berdirinya negara zionis tersebut menunjukkan bahwa dunia tanpa khilafah telah memunculkan banyak sekali tragedi, khususnya dunia Islam. “Bukan kita mau mengingat momen sedih itu atau momen tragis itu. Tetapi untuk mengingatkan kita bahwa kita ini sudah 100 tahun hidup tanpa khilafah. Itu penting,” pungkasnya.[] Hanafi

Jumat, 08 Desember 2023

𝐒𝐎𝐋𝐔𝐒𝐈 𝐏𝐄𝐌𝐁𝐄𝐁𝐀𝐒𝐀𝐍 𝐏𝐀𝐋𝐄𝐒𝐓𝐈𝐍𝐀 𝐈𝐓𝐔 𝐊𝐇𝐈𝐋𝐀𝐅𝐀𝐇, 𝐁𝐔𝐊𝐀𝐍 𝐍𝐄𝐆𝐀𝐑𝐀 𝐁𝐀𝐍𝐆𝐒𝐀

Tinta Media - Selain hukumnya fardhu kifayah, menegakkan khilafah untuk memobilisasi kaum Muslim berjihad membebaskan Palestina dari penjajahan merupakan solusi satu-satunya. 
.
Lihat saja, tidak ada satu pun dari 57 negara bangsa (nation state) yang berdiri di atas puing-puing khilafah termasuk negara bangsa Arab Saudi dan negara bangsa Indonesia yang tergerak untuk mengerahkan militernya mengusir entitas penjajah Zionis Yahudi dari tempat suci umat Islam ketiga tersebut. 
.
Karena menurut negara bangsa, itu memang bukan kewajibannya. Sedangkan khilafah, memang berfungsi untuk menjaga seluruh negeri kaum Muslim sedunia dari berbagai serangan kafir penjajah.[]
.
Depok, 24 Jumadil Awal 1445 H | 7 Desember 2023 M
.
Joko Prasetyo 
Jurnalis

Rabu, 06 Desember 2023

Bebaskan Palestina dengan Jihad dan Khilafah




Tinta Media - Memanas, agresi zionis Yahudi yang membabi buta ke jalur Gaza sehingga berimbas terjadinya peperangan dengan Hamas kian memantik reaksi para milisi pendukung Palestina untuk ikut melancarkan tindakan balasan. Fakta dari beberapa milisi yang membantu Hamas seperti, Houthi dipimpin oleh Abdul Malik Al-Houthi di Yaman. Hizbullah dipimpin oleh Hasan Nasrullah di Lebanon. Fatah dipimpin oleh Kholil Al-wazir. Sebagai wujud perlawanan  terhadap Zionis Yahudi, karena Negara Palestina sudah 75 tahun dijajah. (dunia.tempo.co, 22/11/2023).

Serangan itu juga merupakan bentuk pembelaan terhadap Masjidil Aqsha yang selama ini dikotori oleh perilaku Zionis Yahudi. Namun demikian, jihad Islam tersebut disebut sebagai kelompok teroris oleh Israel, Amerika Serikat juga negara Eropa dan kelompok-kelompok yang pro Israel lain nya.

Kelompok muslim menyadari kewajibannya untuk membela Palestina karena saudara sesama muslim, juga melindungi Masjidil Aqsha. Meski negara bersikap berbeda, namun umat Islam ibarat satu tubuh, sehingga satu keharusan membela saudara di Palestina yang teraniaya. Sangat disayangkan, negara yang seharusnya menjadi garda terdepan berperan lebih nyata dari langkah para milisi, bukan malah tidak berdaya sebagai penonton. 

Agresi Zionis Yahudi yang membabi buta ke jalur Gaza bukanlah di sebut perang, karena tentara zionis ini melakukan serangan brutal terhadap perempuan dan ribuan anak-anak, bayi, juga menyerang rumah sakit. Tapi ini lebih disebut sebagai pembantaian, karena musuh tidaklah seimbang. Palestina membutuhkan aksi nyata negara muslim, sudah seharusnya para penguasa negeri-negeri muslim mengirimkan pasukan militer ke Palestina untuk menghentikan genosida yang terjadi. 

Namun ini terhalang karena sekat-sekat nasionalisme yang membuat para penguasa negara muslim tidak dapat mengerahkan pasukan militer ke Palestina. Mereka hanya mencukupkan diri dengan berdoa, mengecam, memboikot produk serta mengirimkan bantuan dana kemanusiaan. Entitas Zionis tidak bisa dihentikan dengan cara diskusi diplomasi. 

Faktanya, sudah lebih dari 30 diplomasi yang dikeluarkan PBB, tetap saja Israel bengal dan tidak patuh terhadap hukum internasional. Buktinya entitas Zionis ini telah menjatuhkan bom fosfor putih yang dilarang di dunia internasional karena efek merusaknya yang dahsyat pada korban. Lebih kejamnya lagi, mereka menyebarkan hoaks kekejaman pasukan Hamas yang sama sekali tidak terbukti. Anehnya, masih ada kaum muslim di negeri ini yang membela Zionis. Lalu, apa solusi komprehensif untuk membebaskan Palestina dari penjajahan?

Bebaskan Palestina  

Islam menjadikan pembelaan adalah satu kewajiban yang harus dilakukan untuk melindungi tanah dan jiwa mereka dari perampokan dan penjajahan. Maka, satu-satunya cara untuk menghentikan kekejian kaum zionis adalah mengusir penjajah pergi dari tanah Palestina. Allah Swt. berfirman yang artinya: "Perangilah mereka dimana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusir kalian (QS. Al-Baqarah : 191).

Ayat di atas adalah cara yang harus dilakukan untuk mengusir penjajahan yaitu perang dengan jihad fii sabilillah. Umat Islam tidak bisa hanya mengandalkan sebagian kelompok milisi mujahiddin saja untuk berjihad melawan  kaum zionis. Sebab, yang dilawan ini adalah suatu kekuatan besar yang didukung oleh negara adidaya. Jadi tidak bisa juga hanya mencukupkan diri hanya berdoa tanpa adanya aksi nyata.

Bukankah Allah Swt. tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri? Juga tidak boleh hanya berfokus memboikot produk, mengirim obat-obatan atau bantuan materi lainya, karena ini bukanlah solusi tuntas terhadap akar masalah perampokan tanah Palestina. 

Tapi senyatanya militer harus dibalas dengan kekuatan militer juga. Jika kaum kafir saja bersatu untuk menumpahkan darah kaum muslim. Lantas, mengapa tidak dengan umat Islam yang memiliki kekuatan jauh lebih besar dibanding kaum kafir? Dr. Fika Komara dalam sebuah orasi ”Hari Aksi Perempuan Dunia untuk Palestina” pada Ahad (26/11) lalu mengatakan bahwa angkatan bersenjata Turki adalah kekuatan militer terbesar kedua di NATO. Pakistan memiliki kekuatan militer terbesar ke-6 di dunia dan angkatan udara terkuat ke-10. Arab Saudi memiliki lebih dari 700 pesawat tempur. Mesir memiliki lebih dari 4.000 personel militer aktif, dan lebih dari 1.000 pesawat militer.

Adapun hukum jihad menurut Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani rahimahullaah dalam kitabnya Al-Islamiyyah jilid 2 menyatakan bahasa jihad adalah fardhu'ain, jika kaum muslim diserang oleh musuh. Fardhu 'ain ini bukan hanya berlaku untuk muslim disekitar wilayah Palestina saja, tetapi kewajiban bagi seluruh kaum muslim di seluruh dunia. 

Umat Islam harus bangkit dan bersatu. Melihat realitas politik hari ini, tidak mungkin kaum muslim mengharapkan pihak lain apalagi PBB. Karena PBB lah  yang membidani berdirinya negara Yahudi di tanah Palestina. Di sinilah kaum muslim butuh peran negara yang bisa mewujudkan itu semua, karenanya harus ada yang menyeru tentara-tentara muslim di seluruh dunia untuk bersatu mengusir kaum penjajah Zionis di bumi Palestina.
 
Jadi, solusi akar masalah Negara Palestina hanya bisa diakhiri jika ada sebuah institusi pemersatu negeri muslim yang akan menyeru jihad kepada seluruh kaum muslimin untuk memerangi kafir harbi (kafir yang melakukan permusuhan kepada Islam). Negara tersebut tidak lain adalah Khilafah. Khilafahlah yang akan menyatukan negeri muslim di seluruh dunia dan mewujudkan pembelaan terbaik terhadap wilayah yang dirampas penjajah. Eksistensi Khilafah Islamiyyah adalah vital dan wajib bagi kaum muslim karena ia akan menjadi pelindung umat di seluruh dunia. 

Wallahua'lam bisshawab

Oleh: Eva Agustina
(Mubalighoh)

Selasa, 05 Desember 2023

Jihad dan Khilafah, Solusi Tuntas untuk Palestina



Tinta Media - Agresi militer Zionis Yahudi di Palestina, khususnya Jalur Gaza semakin brutal. Mereka membombardir Jalur Gaza dengan ribuan bom ke wilayah- wilayah pemukiman, pasar,  bahkan rumah sakit. Mereka juga menghancurkan sarana umum, seperti instalasi air serta listrik. Korban jiwa sudah mencapai puluhan ribu dengan korban terbanyak justru anak-anak. 

Serangan Zionis Yahudi ini sudah merupakan Genosida, tindakan untuk memusnahkan penduduk Gaza Palestina, bukan lagi serangan balasan melawan Hamas seperti yang mereka gembar-gemborkan. Ada sekitar 70 persen warga Gaza yang mengungsi, tetapi para pengungsi ini ditolak oleh negara tetangganya, yaitu Mesir dan Yordania dengan alasan nasionalisme dan mencegah meluasnya krisis tersebut ke negeri tetangga. Sungguh perbuatan yang tidak berperikemanusiaan.

Reaksi pemerintah terhadap palestina terwakili oleh imbauan Kemenag Bandung Cece Hidayat saat aksi kemanusiaan bagi Palestina (17/11 /2023). Cece mengimbau masyarakat untuk tidak pergi ke Palestina dengan alasan berjihad. Menurui, kita cukup membantu perjuangan masyarakat Palestina dengan memboikot produk-produk negara yang mendukung Zionis Yahudi saja. 

Sikap ini tidak jauh berbeda dengan sikap para pemimpin Arab dan negeri muslim lainnya.  Mereka hanya pintar mengecam dan mengutuk Zionis Yahudi, bahkan sebagian diam membisu sambil tetap menjalin hubungan dengan Zionis Yahudi. Mereka juga mengizinkan daerahnya dijadikan pangkalan militer Amerika Serikat yang notabene pendukung Zionis, mengizinkan daerahnya jadi jalur pasokan bahan bakar ke daerah Zionis Yahudi. 

Sungguh menyedihkan keberpihakan negeri-negeri muslim kepada kaum kufur ini, sementara rakyat Palestina harus berjuang sendirian. Kaum muslimin yang berempati pada rakyat Palestina tidak bisa berbuat banyak karena penguasa negerinya ternyata berada dalam kendali Amerika. 

Kebrutalan serangan Zionis Yahudi seharusnya dilawan dengan jihad oleh tentara-tentara muslim sampai mereka terusir dari tanah Palestina. Seharusnya, kaum muslimin di dunia bersatu, bukan diam tersekat oleh nasionalismenya.

Membela kaum muslimin Palestina adalah wajib karena sesama muslim adalah saudara, bagai satu tubuh, bila bagian yang satu tersakiti maka bagian yang lain ikut merasakan dan wajib membelanya. Rakyat Palestina saat ini bertempur sendirian ibarat semut melawan gajah. Mereka berada dalam penjajahan Zionis Yahudi laknatullah.

Berdasarkan pemikiran yang islami, solusi untuk mengakhiri penjajahan di Palestina adalah dengan bersatunya negeri-negeri muslim di dunia, untuk membatalkan semua perjanjian dan hubungan bilateral dengan Zionis Yahudi sehingga mereka tidak bisa mendikte negeri muslim, lalu menghentikan pasokan energi ke negeri Zionis,  boikot total semua kerja sama ekonomi dan kebudayaan, serta hentikan penggunaan dolar sebagai alat pembayaran internasional. 

Akan tetapi, itu hanya sebagian solusi yang diperlukan saat ini. Ke depannya, berdirinya Khilafah ala minhajji nubuwwah adalah solusi yang paling tepat karena hanya dengan Khilafah kaum muslimin terlindungi dari tangan-tangan jahat kaum kafir. 

Khilafah yang dipimpin oleh seorang Khalifah adalah solusi tepat untuk membebaskan kaum muslim dari kezaliman pihak manapun karena Khalifah laksana perisai. Kaum muslimin berperang di belakangnya dan dilindungi oleh dirinya (HR Muslim).  

Bila sekarang ada Khalifah, tentu dia sudah memimpin pasukan terbaik untuk berjihad ke Palestina, mengusir Zionis Yahudi dan membebaskan rakyat Palestina dari penjajahan sebagaimana yang dilakukan oleh Panglima Salahuddin al Ayyubi. 

Wallahu'alam bish shawaab.

Oleh: Heni
Sahabat Tinta Media

Khilafah, Solusi Tuntas Pembebasan Palestina



Tinta Media - Penjajahan entitas Yahudi atas Palestina masih berlangsung hingga menimbulkan banyak korban terutama dari warga Palestina. Apalagi, mereka juga menyerang hingga menghancurkan rumah penduduk, rumah sakit, sekolah, juga lahan pertanian. Disebutkan oleh Hamas, bahwa jumlah korban tewas di wilayah Palestina hampir 15 ribu, yakni mencapai 14.854 sejak perang dimulai pada 7 Oktober. Hamas mengatakan korban tewas terdiri dari 6.150 anak-anak dan 4.000 wanita, sedangkan 36.000 orang lainnya terluka.

Kementerian kesehatan mengatakan bahwa pihaknya tidak dapat memberikan data jumlah korban secara pasti, karena peperangan sengit yang menghambat pemulihan jenazah. (detikNews.com, 24/11/23)

Entitas Yahudi adalah Penjajah

Bentuk hipokrit Barat yaitu satu sisi mengancam segala bentuk penjajahan dan penindasan, di sisi lain membiarkan Palestina terjajah melalui legitimasi PBB yang mengakui zionis Yahudi sebagai “Negara Yahudi” di atas tanah Palestina.

Setidaknya ada tiga alasan kenapa entitas Yahudi layak disebut sebagai penjajah dan Palestina adalah milik kaum muslimin, yakni:

Pertama, Palestina adalah tanah kharajiyah yang didapatkan kaum muslimin dengan jiwa dan darah mereka.

Kedua, entitas Yahudi itu ibarat tamu tidak diundang dan hidup menumpang. Namun, setelah diberi tumpangan mereka justru ngelunjak dengan meminta tanah kepada Palestina sebagai pemilik tanah.

Ketiga, Palestina adalah milik kaum muslimin di seluruh dunia, bukan hanya milik bangsa Palestina. Di tanah yang diberkahi itu terdapat kiblat pertama kaum muslimin, tempat Rasul Isra' Mi'raj, ada makam para sahabat dan syuhada’, juga tempat tinggal para nabi. Maka layak jika Palestina disebut sebagai "Bumi para nabi".

Oleh karena itu, tidak layak bagi kaum muslimin meminta pertolongan kepada negara barat dan sekutunya. Apalagi mengharapkan pertolongan dari PBB. Sebab, meminta bantuan kepada negara barat dan PBB merupakan kesia-siaan, karena pada dasarnya mereka  tidak akan pernah berpihak pada Palestina dan kepentingan kaum muslimin. Barat selalu menampakkan standar ganda. Tidak satu pun negara barat yang berani menyebut entitas Yahudi sebagai teroris atau menyeret mereka ke pengadilan internasional.

Khilafah, Solusi Tunggal untuk Pembebasan Palestina

Solusi dua negara dan diplomasi sudah pasti bukan solusi hakiki. Membagi dua tanah untuk Palestina dan entitas Yahudi adalah bentuk pengkhianatan. Sebab, Palestina adalah tanah kharajiyah yang diperoleh dengan damai karena dengan sukarela bergabung ke dalam daulah Khilafah. Kemudian direbut oleh bangsa Romawi dan kembali direbut oleh kaum muslimin dengan darah dan jihad. Maka selamanya Palestina akan mejadi milik kaum muslimin.

Masalah Palestina adalah masalah kaum muslimin. Tidak ada seorang pun yang berhak menyerahkan tanah kharajiyah kepada pihak lain. Apalagi kepada penjajah dan zionis bengis seperti entitas Yahudi. Maka, yang harus dilakukan oleh kaum muslimin adalah memerangi kaum penjajah tersebut. 

Hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Perangi mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantara) tangan-tangan kalian, menghinakan mereka, serta akan menolong kalian atas mereka sekaligus melegakan hati kaum mukmin.” (TQS At-Taubah (9):14)

Walhasil, harus ada kekuasaan Islam yang menyerukan jihad fi sabilillah. Tidak ada solusi lain bagi Palestina selain Khilafah. Dengan Khilafah, sekat bangsa akan terurai, persatuan kaum muslim akan terwujud, akidah Islam menjadi pondasi kekuatan Islam.

Khilafah juga akan menyerukan jihad memerangi musuh-musuh Islam. Hanya jihad dan Khilafah solusi tunggal dan fundamental untuk Palestina dan negeri muslim lainnya yang masih terjajah.

Hanya Khilafah, rumah dan tempat aman bagi kaum muslim meminta perlindugan. Dengan Khilafah, maka kehormatan, nyawa, dan harta kaum muslimin bisa terjaga. Oleh karena itu, umat Islam tak boleh lengah dari perjuangan tegaknya bisyarah Rasulullah, yakni Khilafah ala minhajin nubuwwah. Wallahu a'lam!

Oleh: Titik Suyanti 
Pemerhati Masalah Global

Sabtu, 18 November 2023

MMC: Khilafah Berbeda dengan Demokrasi



Tinta Media - Khilafah adalah sebuah sistem pemerintahan Islam yang berbeda dengan demokrasi.

Hal tersebut diungkapkan oleh Narator Muslimah Media Center (MMC) dalam tayangan program All About Khilafah: Benarkah Semua Sistem Modern Diterima Syariah Islam? Di kanal YouTube MMC, Rabu (15/11/2023).

Pasalnya, Narator menjelaskan, kedaulatan atau penetapan hukum dalam khilafah berada di tangan syariah. "Bukan di tangan rakyat (manusia) sebagaimana dalam demokrasi," ucapnya.

Ia juga menyatakan, di dalam demokrasi, rakyat atau manusialah yang membuat hukum dan perundang-undangan (berdasarkan akalnya semata).

"Sebaliknya, Islam  menetapkan bahwa hukum dan perundang-undangan itu bukan buatan manusia. Tetapi (berdasarkan) hukum yang Allah turunkan," ulasnya.

Narator pun menegaskan bahwa demokrasi bukan berasal dari ajaran Islam.

"Demokrasi tidak dibangun berdasarkan akidah Islam. Tapi dibangun berdasarkan akidah sekulerisme atau pemisahan agama dari kehidupan," tegasnya memungkasi. [] Muhar
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab