Tinta Media: Kezaliman
Tampilkan postingan dengan label Kezaliman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kezaliman. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 16 Desember 2023

UIY: Orang-Orang Rohingya Terpaksa Pergi karena Menanggung Kezaliman Luar Biasa


 
Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY)  menilai, orang-orang Rohingya adalah orang-orang tertindas yang terpaksa pergi dari tempat asalnya karena menanggung kezaliman yang luar biasa demi menyelamatkan agama (Islam) dari fitnah.
 
“Mereka orang-orang Rohingya terpaksa pergi dari kediamannya karena menanggung kezaliman yang luar biasa dari rezim Aung San Suu Kyi demi menjaga agama (Islam) dari fitnah,” ucapnya dalam Focus To The Point: Stop Narasi Kebencian Terhadap Muslim Rohingya! Di kanal Youtube UIY Official, Kamis (14/12/2023).
 
UIY membeberkan, bentuk kezaliman yang diterima sangat banyak seperti dibakar rumahnya, muslimahnya dipaksa melepas kerudung, saat berpuasa dipaksa berbuka, dan banyak lagi sehingga harus pergi dari wilayah asalnya.
 
“Ini sesuai tuntunan agama bahwa kalau kita dizalimi maka harus mempertahankan jiwa, harta, dan utamanya adalah agama. Jadi bisa dikatakan mereka semacam hijrah dalam suasana ketertindasan yang luar biasa,” tuturnya prihatin.
 
Orang-orang Rohingya menurut UIY, sebenarnya berusaha untuk kembali ke tempat asal moyangnya dulu di Bangladesh namun ditolak, kemudian ke Thailand juga ditolak, dan akhirnya diterima di Aceh.
 
“Ketika mereka sampai di Aceh pun sebenarnya sempat ditolak tapi kemudian pada waktu itu tahun 2014-an, wakil presiden Yusuf Kalla mengatakan untuk menerima mereka meskipun untuk sementara,” ungkapnya.
 
Saat timbul banyak permasalahan ketika mengungsi di Aceh, UIY menandaskan penting untuk mendudukkan kembali persoalan ini adalah bagaimana kita menolong saudara yang sedang tertindas.
 
“Ini harus menjadi bagian dari ciri seorang muslim yang bersaudara dengan muslim yang lain di antaranya, bahwa kita harus menolong mereka yang terzalimi dan mencukupi kebutuhannya,” paparnya.
 
UIY menambahkan, perlu treatment atau perlakuan tambahan kepada mereka yaitu mereka harus dibina dan dididik agar tumbuh rasa syukur dan berterima kasih ketika mendapatkan pertolongan setelah mengalami penderitaan yang luar biasa.
 
“Pembinaan ini penting untuk memunculkan sikap, adab, dan akhlak yang baik di tengah kesulitan. Selain itu juga untuk menumbuhkan rasa qonaah bahwa bantuan yang diberikan ya sesuai dengan kemampuan yang membantu,” ulasnya.
 
UIY menegaskan bahwa kezaliman terhadap kaum muslimin di Burma menunjukkan kelemahan atau ketidakberdayaan umat Islam menolong saudara sesama muslim karena tidak memiliki junnah atau pelindung.
 
“Inilah yang terjadi ketika umat Islam tidak memiliki pelindung. Jadi mestinya ini semua membawa kita kepada kesadaran pentingnya kembali hadir al-junnah yang tak lain adalah imam, amirul mukminin, atau khalifah,” pungkasnya.[] Erlina

Sabtu, 13 Mei 2023

FDMPB: Umat Islam Seperti Buih, Tidak Akan Pernah Sepi dari Kezaliman

Tinta Media - Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa FDMPB Dr Ahmad Sastra, M.M. menyatakan bahwa selama umat Islam menjadi seperti buih, tidak akan pernah sepi dari kezaliman.

"Selama umat Islam menjadi seperti buih, maka tidak akan pernah sepi dari kezaliman yang akan menimpanya," tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (4/5/2023).

Menurutnya, umat Islam di dunia seolah tidak pernah sepi didera ujian. Ujian yang bertubi-tubi, datang silih berganti. Namun seperti biasa, dunia internasional hanya bisa terbungkam melihat kezaliman ini. Jika diibaratkan, umat Islam saat ini bagaikan makanan yang diperebutkan dan memang tidak bisa menjaga dirinya sendiri. "Kita tahu bahwa tidak ada makanan yang bisa balas menggigit yang memakannya," ujarnya.

Sementara, lanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang umat Islam bercerai berai: "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa jahiliah), ketika kamu musuh, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan nikmat Allah kamu menjadi bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk," ucapnya.

Ia menjelaskan bahwa makna ayat tersebut untuk menyeru kepada seluruh umat Islam agar memegang teguh tali Allah, yaitu agama Islam, dan tidak bercerai-berai. Dalam konteks ini, bercerai-berai dapat diartikan sebagai perpecahan dan perbedaan yang tidak seharusnya terjadi dalam umat Islam, baik itu dalam hal keyakinan, praktek ibadah maupun dalam hal-hal lain yang berkaitan dengan agama.

Ia melanjutkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala mengingatkan umat Islam untuk selalu ingat akan nikmat-Nya yang telah menyatukan hari umat, sehingga umat menjadi bersaudara dalam Islam. Dengan berpegang teguh pada agama dan persaudaraan dalam Islam, umat Islam akan terhindar dari perpecahan dan keretakan dan dapat mengancam keutuhan dan keberlangsungan umat Islam sebagai umat yang bersatu dan kuat. "Salah satu cara agar tidak bercerai berai sehingga tidak berdaya seperti buih adalah menjadikan Al-Qur'an dan As Sunnah sebagai pedoman hidup dalam semua aspek kehidupan," jelasnya.

"Barangsiapa yang Allah hendak memuliakannya, maka Dia akan memberikan pemahaman dalam agama. Aku adalah orang yang membagi-bagi warisan, dan Al Qur'an adalah warisan yang kusamakan. Maka, apabila datang padamu dua perkara, kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang pada keduanya. Umatku tidak akan berkumpul pada kesesatan. Maka, jika kamu melihat perbedaan dalam urusan mereka, maka berpeganglah urusan yang paling kuat berdasarkan dalil-dalil yang Sahih," tukasnya.

Ia mengatakan bahwa dalam hadis tersebut, Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam menyatakan bahwa Al-Qur'an dan Sunnah nya adalah dua perkara yang tidak akan pernah menyesatkan umat Islam jika dipegang dengan benar. Namun, jika terdapat perbedaan pendapat di antara umat Islam, maka umat yang memegang perkara yang paling kuat berdasarkan dalil-dalil yang Shahih adalah yang benar. Hal ini menunjukkan bahwa umat Islam yang mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah dengan benar tidak akan berpecah belah atau menjadi seperti buih yang terbawa arus. "Sayangnya kini umat Islam sedang berlayar di lautan kapitalisme demokrasi yang membuatnya terus terombang ambing," bebernya.

Ia menegaskan pentingnya untuk diingat bahwa hadits ini harus dipahami dalam konteks yang tepat dan tidak boleh digunakan untuk memecah belah umat Islam atau mengadu domba satu sama lain. 

"Sebagai umat Islam kita harus senantiasa berusaha untuk mencari pemahaman yang benar dalam agama dan berpegang pada Al-Qur'an dan Sunnah dengan penuh kesadaran dan keikhlasan yang akan membawa kepada persatuan umat Islam di dunia dalam satu kepemimpinan di bawah naungan khilafah Islamiyah," serunya.

Perintah Taat

"Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul-Nya, dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berselisih pendapat dalam sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya," (QS An Nisa: 59).

Ia menjelaskan bahwa ayat ini mengajarkan pentingnya taat dan patuh kepada Allah, Rasul-Nya, dan pemimpin yang adil di antara umat Islam. Jika terjadi perselisihan atau perbedaan pendapat dalam suatu masalah, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menginstruksikan agar masalah tersebut harus dikembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya, yaitu melalui Al-Qur'an dan hadits. "Hal ini dimaksudkan agar keputusan yang diambil didasarkan pada hukum Allah yang berlaku dalam agama Islam, dan bukan atas dasar kepentingan pribadi atau kelompok," jelasnya.

Ayat ini juga, lanjutnya, menekankan pentingnya kebersamaan dan persatuan dalam umat Islam, sehingga ketika terjadi perbedaan pendapat, maka harus diselesaikan secara bijak dan damai tanpa harus menimbulkan permusuhan atau konflik yang dapat merugikan umat Islam secara keseluruhan. 

"Dalam hal ini, mengembalikan permasalahan kepada Allah dan Rasul-Nya juga merupakan jalan terbaik untuk menjaga persatuan dan kebersamaan dalam umat Islam serta memastikan keputusan yang diambil sesuai dengan ajaran agama Islam,' tandasnya.[] Ajira

Jumat, 15 Juli 2022

Kiai Muhammad Bajuri: Semua Kezaliman yang Terjadi Akibat Kemaksiatan


Tinta Media - Pengasuh Majelis Taklim Darun Nafais Pasuruan, Kiai Muhammad Bajuri menuturkan semua kezaliman yang dirasakan umat saat ini akibat dari kemaksiatan.

“Semua kezaliman yang terjadi dan dirasakan oleh umat saat ini adalah akibat dari kemaksiatan,” ungkapnya di acara Multaqo Ulama Aswaja Tapal Kuda: Rencana Kenaikan Tarif Dasar Listrik, Pertalite, LPG 3 Kg Adalah Kezaliman, Selasa (6/7/2022) di Pasuruan.
 
Ia mengutip hadis Rasulullah SAW  riwayat  Ibnu Majah dan At-Thabrani dari sahabat Abdullah bin Umar r.a. tentang lima perkara yang jika terjadi, maka akan mendatangkan berbagai bencana, kerusakan dan kezaliman.
 
“Bagaimana kalian, jika lima perkara menimpa kalian? Aku berlindung pada Allah SWT agar itu tidak terjadi di tengah-tengah kalian, dan kalian tidak mengalaminya," ungkapnya. 

Pertama, tidaklah kekejian (zina) itu nampak pada suatu kaum, yang mereka lakukan dengan terang-terangan, kecuali akan muncul di tengah-tengah mereka tha’un (penyakit menular) dan kelaparan yang belum pernah sedahsyat itu terjadi pada kaum-kaum sebelum mereka,” ucapnya menukil hadis.
 
Kedua, lanjutnya, tidaklah suatu kaum enggan menunaikan zakat, kecuali mereka akan dihalangi dari hujan atas mereka. Dan jikalau bukan karena Allah SWT sayang pada binatang, maka Allah SWT tidak akan turunkan hujan bagi mereka.
 
Ketiga, tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan ditimpa dengan kemarau panjang, beban hidup yang berat dan penguasa yang zalim.
 
Keempat, tidaklah para pemimpin mereka berhukum dengan selain yang Allah  turunkan, kecuali Allah jadikan mereka dikuasai oleh musuh-musuhnya, lalu mereka (para musuh) mengambil sebagian apa yang mereka miliki,” ungkapnya.
 
Kelima, lanjutnya, dan tidaklah mereka mengabaikan Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya kecuali Allah jadikan mereka diselimuti kerusakan dan ketakutan.
 
Akibat Sistem Demokrasi 

Muhammad Bajuri menilai, kemaksiatan-kemaksiatan sebagaimana disebutkan dalam hadis itulah yang sedang terjadi sehingga berbagai bencana, kerusakan dan kezaliman terus menghantui umat di negeri yang penduduknya mayoritas Muslim ini. “Dan penyebab dari semua ini adalah sistem demokrasi,” jelasnya.
 
“Semua itu terjadi karena diterapkannya sistem demokrasi, sistem yang memberi ruang pada oligarki untuk mengekploitasi dengan bebas dan rakus atas kekayaan alam negeri ini. Sistem yang membuat rezim bebas membuat aturan yang hanya menguntungkan dirinya dan kelompoknya sendiri, serta sistem yang memaksa umat untuk bermaksiat dengan meninggalkan aturan yang berasal dari Tuhan Pencipta alam ini,” urainya.
 
Terakhir, ia mengajak dan menyeru seluruh yang hadir khususnya dan seluruh kaum Muslim pada umumnya, untuk mencampakkan demokrasi, biang dari semua kerusakan dan kezaliman yang terjadi di dunia ini.
 
“Untuk itu, mari kita campakkan demokrasi, dan terapkan Islam kafah yang pasti akan mendatangkan kebaikan dan kehidupan penuh berkah. Namun, Islam kafah ini mustahil bisa diwujudkan, kecuali dengan sebuah sistem pemerintahan warisan Rasulullah SAW  yaitu Khilafah ‘ala min hâj an nubuwah.,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 

Selasa, 28 Juni 2022

MMC: Kebijakan BPJS Kesehatan adalah Bentuk Kezaliman Jaminan Kesehatan di Sistem Kapitalisme


Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) menuturkan bahwa kebijakan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan merupakan bentuk kezaliman jaminan kesehatan di sistem kapitalisme.

“Kebijakan BPJS adalah bentuk kezaliman sistem kapitalisme kepada rakyat dari sektor jaminan kesehatan,” tuturnya dalam program Serba Serbi MMC: Iuran BPJS Bakal Menyesuaikan Gaji, Kesehatan Gratis Hanya Mimpi Dalam Kapitalisme, Rabu (22/6/2022) di kanal Youtube Muslimah Media Center.

Menurutnya, otak-atik kebijakan yang menguntungkan korporat adalah ciri khas kepemimpinan sistem kapitalisme.
“Inilah ciri khas kepemimpinan di sistem kapitalisme yang menguntungkan korporat. Sebab penguasa sesungguhnya dalam sistem ini bukanlah negara, melainkan korporat,” ucapnya.

Ia menilai BPJS Kesehatan sebagai bukti dari otak-atik kebijakan yang menguntungkan korporat. Awalnya sebagai bentuk kepedulian negara, pemerintah memposisikan BPJS Kesehatan sebagai badan hukum publik dengan dasar pasal 7 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011. Tetapi ternyata BPJS adalah asuransi kesehatan nasional yang dikendalikan oleh swasta.
“Pada awalnya BPJS dipromosikan sebagai bentuk kepedulian negara terhadap pelayanan kebutuhan vital masyarakat. Padahal sejatinya klaim itu hanyalah kedok sebab pada praktiknya BPJS bukanlah jaminan kesehatan nasional akan tetapi asuransi kesehatan nasional yang dikendalikan oleh swasta,” tuturnya.

Ia mengkritisi bahwa program BPJS merupakan pengalihan tanggung jawab penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Dan menyerahkan regulasinya ke pihak asuransi kesehatan.

“Harusnya tanggung jawab penyelenggara pelayanan kesehatan ada di pundak pemerintah. Tetapi atas nama gotong royong, perusahaan asuransi mewajibkan rakyat membayar iuran dahulu setiap bulannya dan hanya peserta yang membayar premi saja yang akan dapat pelayanan kesehatan,” kritiknya.

“Jelas ini adalah sebuah bentuk kezaliman bahkan lebih dari itu,” lanjutnya.

Konsep BPJS ini baginya sangat bertentangan dengan Islam.“Karena Islam melarang adanya asuransi,” ucapnya.

Aturan BPJS sering kali mengubah aturan ketika terjadi sengkarut persoalan seperti defisit, korupsi, layanan yang banyak mendapat kritikan, dan lain-lain, rakyatlah yang harus bertanggung jawab. “Aturan premi diubah dengan menaikkan harga, kemudian saat aturan ini dirasa tidak begitu menguntungkan maka kebijakan diubah dengan penghapusan kelas. Konsekuensinya peserta BPJS kelas 3 harus membayar lebih mahal daripada iuran saat ini,” tuturnya.

Ia menilai peleburan BPJS Kesehatan ini akan memberatkan masyarakat terutama yang selama ini menjadi peserta kelas 3. Apalagi kondisi ekonomi belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi.

Badan Jaminan Kesehatan Nasional atau BPJS Kesehatan dikabarkan akan melebur pelayanan rawat inap ruang kelas 1, 2, dan 3 menjadi kelas standar (KRIS). Menurutnya, peleburan ini, iuran nantinya akan ditentukan dari besar pendapatan peserta. “Dengan peleburan ini, iuran nantinya akan ditentukan dari besar pendapatan peserta,” ujarnya.

Ia membeberkan penjelasan anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) Asih Eka Putri bahwa iuran disesuaikan dengan memperhatikan keadilan dan prinsip asuransi sosial sesuai dengan besar penghasilan.

“Inilah bentuk gotong royong sosial yang diinginkan oleh Undang-Undang SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional) atau sistem jaminan sosial nasional,” katanya.

Ia melanjutkan pernyataan dari Asih Eka Putri bahwa kriteria KRIS masih dalam proses finalisasi. “Saat ini masih dalam menunggu diselesaikannya revisi Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang jaminan kesehatan,” pungkasnya.[] Ageng Kartika
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab