Wisuda Santri dan Makna Kesuksesan Hakiki
Tinta Media - Bahagia dan haru, mungkin kata itu dapat mewakili perasaan calon wisudawan dan wisudawati, Pondok Pesantren Baron, Nganjuk, Jawa Timur, yang akan melaksanakan resepsi akhirus sannah pada tanggal 17 Juni 2023. Bagaimana tidak, hari itu merupakan hal istimewa yang ditunggu-tunggu setelah tiga tahun menuntut ilmu.
Diakui atau tidak, wisuda akhirus sannah merupakan agenda tahunan untuk melepas para santri atau pelajar menuju jenjang pendidikan selanjutnya. Acara ini seolah menjadi wajib setiap tahunnya, baik di lembaga pendidikan umum maupun yang berbasis pesantren.
Sukses ala Sekuler Kapitalisme
Jika kita renungkan bersama, benarkah wisuda adalah sebuah kesuksesan? Memang, tidak semua orang berpikir demikian, namun bagi sebagian yang lain, masih menganggap bahwa wisuda dengan nilai akademis yang tinggi dan berbagai predikat yang disandang adalah sebuah kesuksesan. Padahal, seharusnya yang terpenting dalam diri seorang santri atau pelajar adalah memiliki adab dan akhlak yang baik terhadap siapapun.
Nilai tidak lebih hanyalah angka di sebuah kertas, bukan penentu kesuksesan di masa depan. Sehingga jangan merasa bangga dengan berbagai penghargaan dan jangan pula bersedih dan menangis hanya karena tak mendapat penghargaan dan nilai seperti yang diharapkan. Ingatlah nilai yang kita dapatkan saat ini tak akan menjamin apapun dikemudian hari.
Para santri yang sebentar lagi menjadi wisudawan, tidak dari mereka yang belum memiliki pandangan untuk melangkah lebih jauh. Kebahagiaan yang dirasakan oleh para calon wisudawan seringkali dibarengi dengan rasa bingung dan bimbang. Bingung untuk menentukan langkah selanjutnya yang harus ditapaki.
Tak sedikit pondok pesantren yang juga mengadakan acara wisuda ini, namun seringkali para alumninya seolah telah kehilangan jati dirinya sebagai seorang santri dan seorang muslim. Sebagian besar dari mereka yang ketika terjun di masyarakat seolah menjadi liar tak terkendali. Mereka lupa bahwa tugas mereka adalah membuat perubahan, bukan malah diubah oleh dunia luar. Jangankan untuk mengubah masyarakat, tujuan menuntut ilmu saja kadang belum dipahaminya. Begitulah kira-kira wajah asli dari sekularisme, yaitu sebuah pandangan yang memisahkan aturan agama dari kehidupan. Kemudian kapitalisme, yang menganggap bahwa nilai dan sesuatu yang bersifat duniawi adalah tujuan hidup dan standar kebahagiaan.
Kesuksesan Hakiki
Berbeda dengan Islam, santri atau generasi muda adalah harapan terbesar umat untuk mengubah dunia. Mari kita lihat lingkungan sekitar, kini dunia sedang tidak baik-baik saja. disadari atau tidak. itu adalah tugas kita sebagai remaja perubahan untuk memperbaiki keadaan tersebut.
Peran besar kita tidak hanya belajar semata, namun lebih dari itu semua. Mengedukasi umat agar mereka paham terhadap Islam, dan mengambilnya sebagai aturan hidup, agar umat paham tentang Islam secara keseluruhan. Dengan demikian, apabila semua telah sepakat bahwa Islam adalah sistem terbaik yang harus diterapkan, maka InsyaAllah penegakan syariat Islam akan lebih mudah terwujud.
Nah, sebagai seorang muslim, tentu kita memiliki sebuah visi yang tak hanya untuk kepentingan dunia, melainkan juga di akhirat kelak. Yakni menjadi manusia bervisi surga. Sehingga kita memandang lebih jauh dan lebih luas, bahwa kesuksesan bukan hanya di dunia, melainkan juga di akhirat.
Karena sesungguhnya kesuksesan adalah ketika Allah SWT rida atas amal dan perbuatan yang telah kita lakukan di dunia, dan menempatkan kita di surgaNya kelak. Oleh karena itu, kita jangan hanya fokus pada kesuksesan dunia, namun harus mempersiapkan amal terbaik agar kita kelak sukses di akhirat. Adapun orang tua dan guru yang sukses adalah mampu mencetak generasi yang memiliki syakhsiyyah Islam atau kepribadian Islam, yaitu memiliki pola pikir dan pola sikap yang Islami. Agar ketika nanti waktunya tiba untuk kita menghadap Allah, kita layak untuk Allah matikan dalam keadaan husnul khatimah dan syahid di jalanNya. Aamiin.
Wallahu a'lam bish showwab
Oleh : Naila Ahmad Farah Adiba
Santri Peduli Generasi