Tinta Media: Kesepakatan
Tampilkan postingan dengan label Kesepakatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesepakatan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 Juli 2022

SPIRIT 1 JUNI PEMAKSAAN, 18 AGUSTUS PENGKHIANATAN, KESEPAKATAN UMAT ISLAM ADALAH SYARIAT ISLAM DALAM PIAGAM JAKARTA 22 JUNI 1945



Tinta Media - "Agar penjabaran terhadap seluruh falsafah dalam perikehidupan berbangsa dan bernegara itu kita tidak dikooptasi oleh kepentingan kepentingan politik tertentu maka mau tak mau kita kita mempelajari spirit kelahiran Pancasila 1 Juni,"
[Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, 4/7]

Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengingatkan bahwa masyarakat harus mempelajari spirit kelahiran Pancasila berdasarkan pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 agar tak salah tafsir. 

Dalam Seminar Nasional bertema "Meneguhkan Pancasila sebagai Falsafah Bangsa dan Dasar NKRI" yang digelar Majelis Kridatama Pancasila di Yogyakarta, Senin lalu (4/7), Hasto yang juga Pembina Majelis Kridatama Pancasila menjadi pembicara kunci bersama Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Yudian Wahyudi. Ketua Umum Majelis Kridatama Hanief S. Ghafur dan Wakil Kepala BPIP Dr. Karjono pun ikut menjadi pembicara.

Hasto menyoroti bagaimana sekarang sesama anak bangsa mudah saling berantem dan mencela. Menurutnya, kemunduran dari spirit kebangsaan karena dulu Indonesia telah outward looking, melihat keluar dan tidak hanya jago kandang, begitu katanya.

Hasto tak perlu bicara tentang spirit 1 Juni, karena hal itu merupakan pemaksaan tafsir dasar bernegara, yang bisa diperas menjadi Trisila hingga Ekasila, sebagaimana tertuang dalam visi misi PDIP. 

Spirit 1 Juni adalah pemaksaan tafsir sepihak yang menegasikan kesepakatan atas penerapan syariat Islam yang disepakati dalam Piagam Jakarta, 22 Juni 1945.

Hasto juga tak perlu mengajak kembali ke tanggal 18 Agustus, karena 18 Agustus adalah tafsir sepihak yang merupakan pengkhianatan terhadap kesepakatan atas penerapan syariat Islam yang disepakati dalam Piagam Jakarta, 22 Juni 1945.

Hasto tak perlu mengajari bagaimana menjaga persatuan dan spirit membangun bangsa, apalagi bicara dengan kaca mata global untuk melihat dunia secara utuh. Kami umat Islam telah memiliki pengalaman 13 Abad mengatur dunia dengan syariat Islam dan memimpin peradaban manusia.

Pembelahan, saling tikai dan mencela itu akibat adanya kezaliman dan pengkhianatan. Hasto harusnya bicara, agar tak ada lagi kezaliman di negeri ini. Atau memohon dengan berderai air mata, agar Harun Masiku segera menyerahkan diri ke KPK.

Hasto juga bisa mengingatkan kadernya Joko Widodo, yang membuat malu bangsa Indonesia dalam kancah pergaulan dunia, karena kebohongannya soal pesan Ukraina terhadap Rusia. Tak perlu berlindung dibalik tafsir Pancasila yang tak jelas rujukannya, kemudian memaksa segenap elemen umat Islam mengikuti tafsir 1 Juni dan meninggalkan syariat Islam.

Kami telah komitmen, untuk mengikuti jejak perjuangan kakek buyut kami yang berjuang memerdekakan bangsa ini dengan spirit Jihad dan visi menegakkan syariat Islam. Kami teguh mengikuti kesepakatan kakek buyut kami, yang menandatangani kesepakatan penerapan syariat Islam pada 22 Juni 1945. Kami juga tak terikat, dengan pengkhianatan syariat Islam 18 Agustus 1945.

Sudahlah, ambil jalan masing-masing. Kami Umat Islam memiliki landasan perjuangan sendiri, yakni syariat Islam. Karena itu, Hasto tak perlu bersilat lidah untuk menutupi berbagai masalah yang mendera bangsa Indonesia dengan dalih rujukan tafsir sepihak dan memaksa pada fatwa 1 Juni 1945.[]
.
Follow Us Ahmad Khozinudin Channel
https://heylink.me/AK_Channel/

Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab