Tinta Media: Kesadaran
Tampilkan postingan dengan label Kesadaran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesadaran. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 19 Agustus 2023

Membangun Kesadaran Jiwa

Tinta Media - Sobat. Allah SWT berfirman :
يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفۡسُ ٱلۡمُطۡمَئِنَّةُ ٱرۡجِعِيٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةٗ مَّرۡضِيَّةٗ فَٱدۡخُلِي فِي عِبَٰدِي وَٱدۡخُلِي جَنَّتِي  

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.” ( QS. Al-Fajr (89) : 27-30 )

Sobat. Dalam ayat-ayat ini, Allah memanggil jiwa yang tenang dan damai ketika diwafatkan, yaitu jiwa yang suci karena iman dan amal saleh yang dikerjakannya, sehingga memperoleh apa yang dijanjikan Allah kepadanya. Jiwa itu diminta Allah untuk pulang memenuhi panggilan-Nya dengan menghadap kepada-Nya kembali dengan perasaan puas dan senang karena telah memenuhi perintah-perintah-Nya waktu hidup di dunia. Allah juga puas dan senang kepadanya karena sudah menjalankan perintah-perintah-Nya. Setelah datang kepada-Nya, jiwa itu dipersilakan Allah masuk ke dalam kelompok hamba-hamba-Nya, yaitu ke dalam surga-Nya.

Sobat. Bagaimana membangun kesadaran jiwa ? sehingga kita menjadi orang-orang yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas.

1. Kenali kekuatan jiwa Anda. Sobat, seringkali kita lebih mengenal orang lain dibandingkan mengenali diri kita sendiri. Kesibukan kita membahas orang lain, membuat kita lupa membahas kekuatan dan kekurangan diri kita sendiri. Jiwa yang pada hakikatnya adalah mulia, karena kelemahan diri kita akhirnya terkotori. Dalam hadits disebutkan, “Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.”

2. Kuasai diri anda secara penuh. Dalam setiap diri manusia terdapat pikiran, hati, dan jiwa. Ketiganya menjadi kekuatan seorang manusia di atas rata-rata. Ketiganya memiliki makanan (gizi) masing-masing yang berbeda. Pikiran membutuhkan suplemen belajar dan senantiasa berpikir positif, jika kita tidak mau belajar dan selalu negative, kita akan mengalami ketidakseimbangan. Selain pikiran diri juga memiliki hati. Gizi untuk hati adalah cinta dan kasih sayang, semakin kita kering dari cinta semakin kita kurang seimbang. Sebaliknya, semakin kita penuh dengan cinta, kita akan memiliki kesimbangan penuh. Inti kasih sayang adalah memberi tanpa berharap kembali.

3. Kasihi diri Anda. Memberikan kasih bukan berarti kasihan. Memberikan kasih artinya Anda memberikan sisi terbaik dengan cinta kepada orang lain. Banyak orang bisa memaafkan kesalahan orang lain, namun tidak bisa memaafkan kesalahannya sendiri. Tidak ada manusia yang tidak pernah luput dari salah dan khilaf, namun yang terpenting adalah jangan mengulangi kesalahan Anda. Bayangkan diri anda sendiri, lihatlah dengan jelas, lalu maafkanlah diri anda, dan biarkan beban-beban itu pelan-pelan luntur menjadi sebuah catatan indah masa lalu.

4. Kumpullah bersama orang-orang ikhlas. Sobat. Jangan lengah di tengah carut marutnya kondisi saat ini, luangkan waktu untuk berkumpul dengan orang-orang ikhlas – para perindu kebenaran, pencari keberkahan, dan pemilik hati yang ikhlas. Mengapa ini penting? Berkumpul bersama mereka melatih Anda menjadi pribadi yang pandai bersyukur dan ikhlas, karena makanan jiwa adalah keikhlasan itu sendiri.

5. Kembalikanlah kepada Allah. Sobat. Tak penting  seberapa jauh Anda sudah melangkah menggapai kesuksesan, jika jalan Anda selalu sulit dan buntu,kembalilah kepada Allah. Terkadang, kita menyebutnya  sebagai masalah, padahal mungkin saja itu hanya berupa ujian dari-Nya agar kita naik ke tempat yang lebih mulia dan hebat. Kesucian jiwa dipelihara dengan jalan senantiasa ingat dan kembali kepada-Nya, itulah yang menyebabkan jiwa senantiasa tertawa bahagia dengan kesenangan sejati.

6. Kejarlah kejernihan, tinggalkan kebusukan. Sobat. Menjadi pribadi yang jernih tidaklah mudah. Kejernihan dibentuk oleh latihan-latihan kita yang terus-menerus dengan keyakinan sejati. Melatih kejernihan dengan dengan cara berpikir positif, berperasaan positif, dan berperilaku positif.  Kejernihan kita lama kelamaan akan tertekan jika kita membiasakan kebusukan-kebusukan. Sepertinya kebusukan dibangun oleh kebohongan kecil kita, terus kita tutupi, dan membentuk kebohongan besar yang akhirnya menjadi kebusukan terencana. Membuang kebusukan merupakan pintu menuju kejernihan.

7. Kikis kebencian Anda dengan memaafkan. Sobat. Kebencian ibarat kopi yang membuat air satu gelas besar menjadi hitam,  apa yang kita bangun bertahun-tahun terkadang hancur oleh kebencian kita. Kebencian terkadang selalu muncul setiap kali kita memiliki niat mulia. Kebencian membuat kolam hati kita keruh dan ikan-ikan keindahan menjadi mati olehnya. Meski sulit, cobalah memaafkan, kalau anda gagal, cobalah anda latih terus menerus. Pada saat anda berhasil memaafkan, maka kasih sayang-Nya akan datang kepada anda tanpa anda duga sama sekali.

Allah SWT berfirman :
۞وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَٰحِشَةً أَوۡ ظَلَمُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ ذَكَرُواْ ٱللَّهَ فَٱسۡتَغۡفَرُواْ لِذُنُوبِهِمۡ وَمَن يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمۡ يُصِرُّواْ عَلَىٰ مَا فَعَلُواْ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ أُوْلَٰٓئِكَ جَزَآؤُهُم مَّغۡفِرَةٞ مِّن رَّبِّهِمۡ وَجَنَّٰتٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ وَنِعۡمَ أَجۡرُ ٱلۡعَٰمِلِينَ 

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” ( QS. Ali Imran (3) : 133-136 )

Sobat. Allah menyuruh agar kaum Muslimin bersegera meminta ampun kepada-Nya bila sewaktu-waktu berbuat dosa dan maksiat, karena manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Seorang Muslim tidak akan mau mengerjakan perbuatan yang dilarang, tetapi kadang-kadang karena kuatnya godaan dan tipu daya setan dia terjerumus ke dalam jurang maksiat, kemudian ketika sadar akan kesalahannya dan menyesal atas perbuatan itu dia lalu bertobat dan mohon ampun kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dosanya. Allah adalah Maha Penerima tobat dan Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Bila seorang Muslim selalu menaati perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dan segera bertobat bila jatuh ke jurang dosa dan maksiat, maka Allah akan mengampuni dosanya dan akan memasukkannya nanti di akhirat ke dalam surga yang amat luas sebagai balasan atas amal yang telah dikerjakannya di dunia yaitu surga yang disediakan-Nya untuk orang yang bertakwa.

Sobat. Ayat ini langsung menjelaskan sifat-sifat orang yang bertakwa, yaitu: Pertama: Orang yang selalu menafkahkan hartanya baik dalam keadaan berkecukupan maupun dalam keadaan kesempitan (miskin), sesuai dengan kesanggupannya. Menafkahkan harta itu tidak diharuskan dalam jumlah yang ditentukan sehingga ada kesempatan bagi si miskin untuk memberi nafkah. Bersedekah boleh saja dengan barang atau uang yang sedikit nilainya, karena itulah apa yang dapat diberikan tetap akan memperoleh pahala dari Allah swt.

 yang bersedekah dengan sebiji bawang.
Diriwayatkan oleh Aisyah Ummul Mukminin bahwa dia bersedekah dengan sebiji anggur, dan di antara sahabat-sahabat Nabi ada Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:

"Peliharalah dirimu dari api neraka meskipun dengan menyedekahkan sepotong kurma, dan perkenankalah permintaan seorang peminta walaupun dengan memberikan sepotong kuku hewan yang dibakar." (Riwayat Ahmad dalam Musnad-nya). )

Bagi orang kaya dan berkelapangan tentulah sedekah dan dermanya harus disesuaikan dengan kesanggupan. Sungguh amat janggal bahkan memalukan bila seorang yang berlimpah-limpah kekayaannya hanya memberikan derma dan sedekah sama banyaknya dengan pemberian orang miskin. Ini menunjukkan bahwa kesadaran bernafkah belum tertanam di dalam hatinya. 

Allah berfirman:

Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan. (ath-thalaq/65:7).

Sifat kikir yang tertanam dalam hati manusia hendaklah diberantas dengan segala macam cara dan usaha, karena sifat ini adalah musuh masyarakat nomor satu. Tak ada satu umat pun yang dapat maju dan hidup berbahagia kalau sifat kikir ini merajalela pada umat itu. Sifat kikir bertentangan dengan perikemanusiaan.

Oleh sebab itu Allah memerintahkan untuk menafkahkan dan menjelaskan bahwa harta yang ditunaikan zakatnya dan didermakan sebagiannya, tidak akan berkurang bahkan akan bertambah. Firman Allah:

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.¦ (al-Baqarah/2:276).

Imam Gazali menjelaskan bahwa memerangi suatu sifat yang buruk haruslah dengan membiasakan diri melawan sifat itu. Jadi kalau orang akan memberantas sifat kikir dalam dirinya hendaklah dia membiasakan berderma dan memberi pertolongan kepada orang lain. Dengan membiasakan diri akan hilanglah sifat kikirnya dengan berangsur-angsur.

Kedua: Orang yang menahan amarahnya. Biasanya orang yang memperturutkan rasa amarahnya tidak dapat mengendalikan akal pikirannya dan ia akan melakukan tindakan-tindakan kejam dan jahat sehingga apabila dia sadar pasti menyesali tindakan yang dilakukannya itu dan dia akan merasa heran mengapa ia bertindak sejauh itu. Oleh karenanya bila seseorang dalam keadaan marah hendaklah ia berusaha sekuat tenaga menahan rasa amarahnya lebih dahulu. Apabila ia telah menguasai dirinya kembali dan amarahnya sudah mulai reda, barulah ia melakukan tindakan yang adil sebagai balasan atas perlakuan orang terhadap dirinya.

Apabila seseorang telah melatih diri seperti itu maka dia tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang melampaui batas, bahkan dia akan menganggap bahwa perlakuan yang tidak adil terhadap dirinya itu mungkin karena khilaf dan tidak disengaja dan ia akan memaafkannya. Allah menjelaskan bahwa menahan amarah itu suatu jalan ke arah takwa. Orang yang benar-benar bertakwa pasti akan dapat menguasai dirinya pada waktu sedang marah.

Siti Aisyah pernah menjadi marah karena tindakan pembantunya, tetapi beliau dapat menguasai diri, karena sifat takwa yang ada padanya. Beliau berkata, "Alangkah baiknya sifat takwa itu, ia bisa menjadi obat bagi segala kemarahan." Nabi Muhammad saw bersabda, "Orang yang kuat itu bukanlah yang dapat membanting lawannya tetapi orang yang benar-benar kuat ialah orang yang dapat menahan amarahnya." Allah berfirman:
... Dan apabila mereka marah segera memberi maaf. (asy-Syura/42:37).

Ketiga: Orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan kesalahan orang lain sedang kita sanggup membalasnya dengan balasan yang setimpal, adalah suatu sifat yang baik yang harus dimiliki oleh setiap Muslim. Mungkin hal ini sulit dipraktekkan karena sudah menjadi kebiasaan bagi manusia membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi bagi manusia yang sudah tinggi akhlak dan kuat imannya serta telah dipenuhi jiwanya dengan ketakwaan, maka memaafkan kesalahan itu mudah saja baginya.

Mungkin membalas kejahatan dengan kejahatan masih dalam rangka keadilan tetapi harus disadari bahwa membalas kejahatan dengan kejahatan pula tidak dapat membasmi atau melenyapkan kejahatan itu. Mungkin dengan adanya balas membalas itu kejahatan akan meluas dan berkembang.

Bila kejahatan dibalas dengan maaf dan sesudah itu diiringi dengan perbuatan yang baik, maka yang melakukan kejahatan itu akan sadar bahwa dia telah melakukan perbuatan yang sangat buruk dan tidak adil terhadap orang yang bersih hatinya dan suka berbuat baik. Dengan demikian dia tidak akan melakukannya lagi dan tertutuplah pintu kejahatan.

Keempat: Orang yang berbuat baik. Berbuat baik termasuk sifat orang yang bertakwa maka di samping memaafkan kesalahan orang lain hendaklah memaafkan itu diiringi dengan berbuat baik kepada orang yang melakukan kesalahan.

Diriwayatkan oleh al-Baihaqi, ada seorang jariah (budak perempuan) milik Ali bin Husain menolong tuannya menuangkan air dari kendi untuk mengambil wudu. Kemudian kendi itu jatuh dari tangannya dan pecah berserakan. Lalu Ali bin Husain menatap mukanya seakan-akan dia marah. Budak itu berkata, "Allah berfirman:
... Dan orang-orang yang menahan amarahnya ... (Ali 'Imran/3:134)."

Ali bin Husain menjawab, "Aku telah menahan amarah itu." Kemudian budak itu berkata pula, "Allah berfirman:
Dan memaafkan (kesalahan) orang lain ... (Ali 'Imran/3:134)."
Dijawab oleh Ali bin Husain, "Aku telah memaafkanmu." Akhirnya budak, itu berkata lagi, "Allah berfirman:
Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan. (Ali 'Imran/3:134)."
Ali bin Husain menjawab, "Pergilah kamu aku telah memerdekakanmu," demi mencapai keridaan Allah.

Demikianlah tindakan salah seorang cucu Nabi Muhammad saw terhadap kesalahan seorang budak karena memang dia orang yang mukmin yang bertakwa, tidak saja dia memaafkan kesalahan budaknya bahkan pemberian maaf itu diiringinya dengan berbuat baik kepadanya dengan memerdekakannya.

Sobat. Setelah Allah menjelaskan sikap penghuni surga ketika menghadapi orang lain, maka Dia menjelaskan sikap mereka terhadap diri sendiri. Mereka adalah orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji, yaitu dosa besar yang akibatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, pembunuhan, dan riba, atau menzalimi diri sendiri dalam bentuk pelanggaran apa pun yang akibatnya hanya pada pelaku saja, baik dosa tersebut dilakukan dengan sengaja atau tidak, maka segera mengingat Allah dan bertobat, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. 

Sobat. Sungguh Allah Maha Pengampun, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan setelah bertobat mereka tidak meneruskan atau mengulangi perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui dan menyadari akibat buruk dari perbuatan dosa dan menyadarkan mereka untuk segera bertobatBalasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surgasurga dengan penuh kenikmatan, keindahan dan kedamaian. Salah satu gambaran keindahan surga ialah di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal saleh.

Sobat. Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surgasurga dengan penuh kenikmatan, keindahan dan kedamaian. Salah satu gambaran keindahan surga ialah di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal saleh.

Sobat.  Setelah Allah meminta manusia tidak mengulangi dan larut dalam dosa, ayat ini meminta mereka memerhatikan keadaan umat terdahulu dan kesudahan mereka. Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunah-sunah Allah, yaitu hukum-hukum kemasyarakatan yang tidak mengalami perubahan, yaitu barang siapa melanggar perintah Allah dan RasulNya akan merugi, dan yang menegakkannya akan sukses.  Karena itu berjalanlah kamu ke segenap penjuru bumi dan perhatikanlah bukti-bukti sejarah yang ada, untuk dijadikan pelajaran bagaimana kesudahan dan akibat buruk yang dialami orang yang mendustakan para rasul. 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana Universitas Islam Tribakti Lirboyo.

Minggu, 20 November 2022

Urgensitas Kebangkitan Kesadaran Umat

Tinta Media - Sobat. Yang paling ditakutkan terjadi atas suatu umat, ialah bila umat tersebut kehilangan kesadaran. Hal ini sangat berbahaya karena umat bisa menjadi mangsa kaum munafik dan permainan kaum petualang. Tanpa kesadaran, umat gampang dipermainkan ke arah mana pun, patuh kepada siapa saja yang sedang berkuasa, dan diam seribu bahasa sekalipun ditindas dengan kejam.

Sobat. Kehilangan kesadaran mengakibatkan umat tidak dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya, tidak mampu membedakan antara kawan dan lawan, antara pemberi nasehat dan pengecoh. Tanpa kesadaran, mereka akan mudah tersandung batu secara berulang-ulang , tidak dapat mengambil pelajaran dari pengalaman, tidak cepat tanggap terhadap segala macam bencana yang menimpa, bahkan tetap percaya dan simpatik terhadap pembohong, penipu, dan otoriter yang egois.

Sobat. Tanpa kesadaran umat akan tetap meletakkan kepercayaan kepada penguasa dholim meskipun sudah nyata merugikan dan menimbulkan kerusakan.

Sobat. Sekali lagi saya ingatkan pada kita semua ketiadaan kesadaran umat itulah yang menyebabkan politikus menyeleweng dan pemimpin yang berkhianat berhasil melarikan diri. Para pemimpin dan kaum politisi yang demikian menjadi leluasa untuk melakukan penipuan, pengkhianatan, serta petualangan. Mereka inilah memanfaatkan kebodohan rakyat dan hilangnya kesadaran bangsa.

Sobat. Alam kemanusiaan yang luas kembali mengharapkan kebangkitan kalian wahai kaum muslimin, sebab Andalah yang dipilih Allah untuk memimpinnya , dan Andalah yang telah dipilih Allah untuk menurunkan Hidayat-Nya. Terutusnya Rasulullah Muhammad SAW adalah pembuka pintu masa baru dalam sejarah bangsa Anda dalam sejarah dunia seluruhnya. Juga sudah membuka zaman baru bagi hari depan anda sekalian dan juga hari depan dunia ini seluruhnya.

Sobat. Oleh karena itu, embanlah kembali tugas dakwah Islam yang sudah pernah kalian emban dahulu itu. Dan hendaklah kalian senantiasa siap mengorbankan segala-galanya untuk kepentingan dakwah, dan berjuanglah di jalan tempat berpijaknya para Nabi dan Rasul itu. Ingatlah selalu bahwa Allah telah berfirman melalui seorang Nabi dan Rasul yang mulia yang dilahirkan di tengah-tengah kamu:

وَجَٰهِدُواْ فِي ٱللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِۦۚ هُوَ ٱجۡتَبَىٰكُمۡ وَمَا جَعَلَ عَلَيۡكُمۡ فِي ٱلدِّينِ مِنۡ حَرَجٖۚ مِّلَّةَ أَبِيكُمۡ إِبۡرَٰهِيمَۚ هُوَ سَمَّىٰكُمُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ مِن قَبۡلُ وَفِي هَٰذَا لِيَكُونَ ٱلرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيۡكُمۡ وَتَكُونُواْ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِۚ فَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱعۡتَصِمُواْ بِٱللَّهِ هُوَ مَوۡلَىٰكُمۡۖ فَنِعۡمَ ٱلۡمَوۡلَىٰ وَنِعۡمَ ٱلنَّصِيرُ 

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (QS. Al-Hajj (22) : 78 )

Sobat. Dalam ayat ini Allah juga memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar berjihad di jalan Allah dengan sungguh-sungguh, semata-mata dilaksanakan karena Allah dan janganlah kaum Muslimin merasa khawatir dan takut kepada siapa pun dalam berjihad selain kepada Allah.

Ada empat macam jihad di jalan Allah yaitu:

1. Jihad dalam arti mempertahankan diri dari serangan musuh, sebagaimana firman Allah:
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. (al-Baqarah/2: 190)

2. Jihad dalam arti menegakkan agama Allah dan untuk meninggikannya, sebagaimana firman Allah:

Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (al- Anfal/8: 39)

3. Jihad dengan arti berusaha melepaskan diri dari godaan setan, yang mengarah kepada masalah kemanusiaan seperti menolong orang, bertugas untuk kebaikan dan lain sebagainya, sebagaimana firman Allah:
Orang-orang yang beriman, mereka berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan Tagut, maka perangilah kawan-kawan setan itu, (karena) sesungguhnya tipu daya setan itu lemah. (an-Nisa`/4:76)

4. Jihad dengan arti memerangi hawa nafsu, sebagaimana diterangkan dalam hadis Nabi: Dari Jabir ia berkata, "Telah datang kepada Rasulullah saw suatu kaum yang baru dari peperangan. Maka beliau bersabda, "Kamu datang dengan kedatangan yang baik, kamu telah datang dari jihad yang kecil dan akan memasuki jihad yang besar." Seseorang berkata, "Apakah jihad yang besar itu?" Rasulullah menjawab, "Perjuangan hamba melawan hawa nafsu." (Riwayat al-Khatib al-Baghdadi)

Pada mulanya peperangan itu dibenci oleh kaum Muslimin, sebagaimana firman Allah:
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. (al-Baqarah/2: 216)

Sekalipun perang itu dibenci oleh kaum Muslimin, tetapi karena tujuannya untuk mempertahankan diri dan menegakkan agama Allah, maka peperangan itu dibolehkan dan kaum Muslimin harus melakukannya. Dalam pada itu Allah melarang kaum Muslimin melakukan perbuatan-perbuatan yang melampaui batas dalam peperangan.

Sobat. Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah telah memilih umat Muhammad untuk melakukan jihad. Perintah itu datang karena agama yang dibawa Muhammad adalah agama yang telah disempurnakan Allah, yang di dalamnya terdapat ketentuan-ketentuan tentang Jihad. Hal ini merupakan pertolongan Allah kepada Nabi Muhammad beserta umatnya.

Sobat. Allah menerangkan bahwa agama yang telah diturunkan-Nya kepada Muhammad itu bukanlah agama yang sempit dan sulit, tetapi adalah agama yang lapang dan tidak menimbulkan kesulitan kepada hamba yang melakukannya. Semua perintah dan larangan yang terdapat dalam agama Islam bertujuan untuk melapangkan dan memudahkan hidup manusia, agar mereka hidup berbahagia di dunia dan di akhirat. Hanya saja hawa nafsu manusialah yang mempengaruhi dan menimbulkan dalam pikiran mereka bahwa perintah-perintah dan larangan-larangan Allah itu terasa berat dikerjakan.

Rasulullah saw mengatakan bahwa agama Islam itu mudah, orang-orang yang memberat-beratkan beban dalam agama akan dikalahkan oleh agama sendiri, sebagaimana tersebut dalam hadis:

Dari Abi Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau bersabda, "Sesungguhnya agama itu mudah dan sekali-kali tidak akan ada seorang pun yang memberatkan agama, kecuali agama itu akan mengalahkannya. Karena itu kerjakanlah dengan benar, dekatkanlah dirimu, gembiralah, dan mohonlah pertolongan di pagi dan petang hari serta waktu berpergian awal malam." (Riwayat al-Bukhari)

Rasulullah saw pernah memberikan suatu peringatan yang keras kepada suatu golongan yang memberatkan beban dalam agama, sebagaimana tersebut dalam hadis.
Dari `Aisyah ra, ia berkata, "Rasulullah saw pernah membuat sesuatu, lalu beliau meringankannya, lalu sampailah hal yang demikian kepada beberapa orang sahabat beliau. Seolah-olah mereka tidak menyukainya dan meninggalkannya. Maka sampailah persoalan itu pada beliau. Beliau lalu berdiri berpidato dan berkata: Apakah gerangan keadaan orang-orang yang telah sampai kepada mereka tentang sesuatu perbuatan yang aku meringankannya, lalu mereka tidak menyukainya dan meninggalkannya? Demi Allah (kata Rasululah): Sesungguhnya aku adalah orang yang paling tahu di antara mereka tentang Allah dan orang yang paling takut di antara mereka kepada-Nya." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Diriwayatkan bahwa beberapa orang sahabat Rasul ingin menandingi beliau, sehingga ada yang berkata, "Aku akan puasa setiap hari." Yang lain lagi berkata, "Aku tidak akan mengawini perempuan." Maka sampailah hal itu kepada Rasulullah, lalu beliau bersabda:

Apakah gerangan keadaan orang yang telah mengharamkan perempuan, makan dan tidur? Ketahuilah, sesungguhnya aku salat dan tidur, berpuasa dan berbuka puasa serta menikahi perempuan-perempuan. Barangsiapa yang benci kepada sunnahku, maka ia bukanlah termasuk umatku. (Riwayat an-Nasa`i)

Dengan keterangan hadis-hadis di atas nyatalah bahwa agama Islam adalah agama yang lapang, meringankan beban, tidak picik dan tidak mempersulit. Seandainya ada praktek dan amalan agama Islam yang memberatkan, picik dan sempit, maka hal itu bukanlah berasal dari agama Islam, tetapi berasal dari orang yang tidak mengetahui hakikat Islam itu.

Dalam kehidupan sehari-hari terlihat masih banyak kaum Muslimin yang belum memahami dengan baik tujuan Allah menurunkan syariat-Nya kepada Nabi saw. Seperti Allah mensyariatkan shalat dengan tujuan agar manusia terhindar dari perbuatan keji dan mungkar, tetapi sebagian kaum Muslimin merasa berat mengerjakan salat yang lima waktu itu, bahkan ada di antara mereka yang mengatakan bahwa salat itu menganggu waktu berharga bagi mereka. Demikian pula pendapat mereka tentang ibadah-ibadah lainnya.

Kemudian Allah menerangkan bahwa agama yang dibawa Muhammad itu adalah sesuai dengan agama Ibrahim, nenek moyang bangsa Arab dan kedua agama itu sama-sama bersendikan ketauhidan. Seakan-akan Allah memperingatkan kepada bangsa Arab waktu itu, "Hai bangsa Arab, kamu mengaku memeluk agama yang dibawa nenek moyangmu Ibrahim, karena itu ikutilah agama yang dibawa Muhammad, agama yang berazaskan tauhid, tidak ada kesempitan dan kepicikan di dalamnya. Dan Allah menamakan orang-orang yang memeluk agama tauhid dengan "muslim"."

Dalam ayat ini disebutkan bahwa Rasulullah saw menjadi saksi di hari Kiamat atas umatnya. Maksudnya ialah dia bersaksi bahwa ia telah menyampaikan risalah Allah kepada mereka, menyeru mereka agar beriman kepada Allah dan agar mereka tetap berpegang teguh kepada agama Allah, serta beribadah kepada Allah dan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhkan larangan-larangan-Nya. Sedangkan kaum Muslimin menjadi saksi atas manusia di hari Kiamat kelak, maksudnya ialah mereka telah melakukan seperti yang telah dilakukan Rasul atas mereka, yaitu mereka telah menyeru manusia agar beriman, menyampaikan agama Allah, melakukan tugas yang dibebankan Allah dan Rasul kepada mereka dengan sebaik-baiknya. Setelah itu mereka menyerahkan urusan mereka kepada Allah, apakah ajakan mereka diterima atau ditolak.

Sebagian Ahli tafsir dalam menafsirkan ayat ini menyatakan bahwa kaum Muslimin menjadi saksi atas manusia termasuk di dalam persaksian mereka atas umat-umat terdahulu, yang telah diutus kepada mereka Rasul-rasul. Mereka mengetahui hal itu dari Allah melalui Al-Qur'an yang menerangkan bahwa Rasul dahulu telah menyampaikan agama yang bedasar tauhid kepada mereka.
Semua perintah Allah yang disebutkan itu dapat dilaksanakan dengan baik, agar umat Muhammad yang ditugaskan menjadi saksi terhadap manusia pada hari Kiamat dapat melakukan persaksian itu dengan sebaik-baiknya, maka Allah memerintahkan kepada mereka:

1. Selalu melaksanakan salat yang lima waktu, karena salat menjauhkan manusia dari perbuatan keji dan mungkar dan merupakan penghubung yang kuat antara Tuhan yang disembah dengan hamba-Nya.

2. Menunaikan zakat, agar dapat membersihkan jiwa dan harta, agar mempersempit jurang antara si kaya dan si miskin.

3. Berpegang teguh dengan tali Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhkan segala larangan-Nya.

Sobat. Alangkah agungnya perkembangan sejarah bangsa Arab karena terutusnya Rasulullah Muhammad SAW, yaitu sejak beliau mengumandangkan surat al-Isra’ dengan perjalanan mikraj dengan bahasa yang amat gamblang, indah dan bermutu.

Surat Al-Isra’ mengandung kisah mikraj dan pernyataan bahwa Rasulullah Muhammad SAW adalah Nabi dari dua kiblat, Imam bagi seluruh dunia timur dan dunia barat yang meneruskan ajaran para Nabi dan Rasul sebelumnya dan sebagai Imam atau pemimpin dari generasi-generasi umat manusia berikutnya.

Sobat. Harapan dunia agar tidak mengalami kerusakan dan kehancuran hanya kepada Islam dan Kaum Muslimin. Dengan keteguhan Iman, kekuatan risalah Islam dan pertolongan Allah SWT dunia Islam pasti akan sanggup memalingkan dunia dari kejahatan kepada kebaikan, dari gejolak api peperangan dan penghancuran kepada ketenangan dan perdamaian. 

Pimpinan dunia Islam tetap berhak dipandang sebagai pimpinan yang paling besar pengaruhnya dan paling kuat dalam sejarah peradaban dunia. Berkat keikhlasan kaum muslimin saat itu dalam mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia. Maka sadarlah dan bangkitlah untuk membangun kesadaran politik kaum muslimin untuk mengambil kembali kepemimpinan dunia dengan Islam yang membawa Rahmatan Liláalamin.

(DR. Nasrul Syarif, M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab