Selasa, 19 Desember 2023
Sabtu, 09 Desember 2023
Ilusi Zero Stunting di Tengah Kemiskinan dan Penyelewengan Dana Penanganan
Senin, 04 Desember 2023
Penanggulangan Inflasi dan Kemiskinan Ekstrem ala Kapitalisme-Sekularisme Terbukti Gagal
Minggu, 12 November 2023
Angka Kemiskinan Meninggi, Bansos Malah Dikurangi
Selasa, 10 Oktober 2023
Catatan KTT G20, Di Balik Green Screen Ada Ratusan Ribu Orang Miskin
Tinta Media - Publik dunia tersentak saat KTT G20 di New Delhi ternyata pemerintah New Delhi menyembunyikan kemiskinan yang dialami oleh ratusan ribu orang di ibukota negaranya. Pemerintah India menutup kawasan kumuh atau kawasan miskin itu dengan green screen atau penutup berwarna hijau seolah-olah ini adalah satu sambutan kepada delegasi yang datang. Aktivis Muslimah, Iffah Ainur Rochmah memberikan catatan, di balik green screen ternyata ada ratusan ribu orang miskin.
“Di balik green screen itu ada ratusan ribu orang yang sedang mengalami kemiskinan dan bertolak belakang dengan apa yang dibanggakan oleh negaranya sebagai negara dengan ekonomi terkuat di wilayah Selatan,” ungkapnya, dalam Muslimah Talk: Di Balik Layar Hijau KTT G20 India Tersembunyi Puluhan Ribu Warga Miskin, di kanal Youtube Muslimah Media Center, Sabtu (7/10/2023).
Ia menambahkan, yang menyembunyikan borok hasil pembangunan kapitalistik bukan hanya India.
“Di Amerika, sudah terekspos ke publik bagaimana orang-orang miskin, tunawisma, orang-orang yang terlantar karena tidak mendapatkan akses sumber daya ekonomi, ternyata dibiarkan. Dan jumlah mereka bukan ratusan ribu lagi, tapi jutaan hingga belasan juta,” bebernya.
Bahkan, lanjutnya, di kawasan paling elit untuk pengembangan teknologi di sekitar Silicon Valley Amerika, itu juga ada kawasan-kawasan kumuh yang sudah sering terekspos, padahal sangat dekat dengan pusat masuknya uang untuk menambah jumlah hitungan pemasukan negara.
“Demikian pun di Cina, beberapa tahun lalu Cina pernah kedapatan memindahkan sekitar 2 juta penduduk dari kawasan kumuh ke tempat tertentu yang pemindahan itu tidak bermakna mereka lebih sejahtera,” terangnya.
Tidak Manusiawi
Menurut Iffah, kepemimpinan ideologi kapitalisme termasuk dalam sistem ekonominya tidak manusiawi. “Semua itu karena manusia tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan sistem yang adil,” kritiknya.
Bicara soal ekonomi, sambungnya, manusia punya naluri untuk mengembangkan kekayaan, naluri untuk memperbanyak harta yang dimiliki.
“Kalau dikembalikan kepada apa yang dipikirkan oleh manusia sebagai sistem terbaik yang sanggup mereka rancang, maka tetap bahwa sistem ekonomi yang dibuat oleh manusia itu akan eksploitatif yakni akan ada kecenderungan untuk mengeksploitasi atau mengambil keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya, dari sumber daya alam maupun sumber daya ekonomi,” bebernya.
Karena itu, simpulnya, sistem ekonomi kapitalistik ataupun sistem ekonomi buatan manusia yang lain cenderung akan eksploitatif.
“Bahkan di dunia barat itu kita kenal ada prinsip homohominilupus, yaitu prinsip manusia yang satu bisa memakan manusia yang lain asalkan punya kemampuan,” imbuhnya.
Dalam sistem ekonomi seperti ini, ucapnya, akan terus terjadi ketidakstabilan, akan ada konflik, akan ada penindasan dan perlawanan dari pihak yang tertindas. Dan ini memunculkan ketidaktenangan pada semua pihak.
“Ketika seseorang menikmati keuntungan dari hasil membodohi, mengeksploitasi, ataupun memanipulasi kemaslahatan orang lain, pasti akan ada rasa tidak tenang,” terangnya.
Demikian juga pada level negara, ulasnya, boleh jadi negara-negara yang disebut sebagai negara dengan ekonomi terkuat tadi mendapatkan banyak sekali keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dibolehkan atau diizinkan oleh sistem kapitalisme.
“Tetapi apa yang dilakukan oleh sistem kapitalisme ini mengeksploitasi negara lain, mengeksploitasi manusia yang lain. Perdagangan bebas membuat ada persaingan tidak sehat. Perampokan sumber daya alam atas nama investasi juga terus terjadi,” urainya.
Maka negara-negara kapitalistik ini, jelasnya, bukan hanya akan menerima kemarahan atau kebencian dari negara-negara yang menjadi korban kerakusan dan eksploitasi sistem ekonominya, tapi juga akan mendapatkan kritik dan protes dari rakyatnya sendiri. “Pada titik tertentu rakyat akan menyadari mereka hidup dan mendapatkan keuntungan dari hasil perampokan yang dilakukan oleh negaranya di atas prinsip-prinsip kapitalistik,” tambahnya.
Menurutnya, negara yang menggunakan sistem ekonomi kapitalisme akan terus diliputi oleh kondisi ketidakstabilan sosial, ketidakstabilan politik, dan bahkan akan terus mendapatkan guncangan dari bangsa-bangsa ataupun negara-negara lain yang menjadi korbannya.
Sistem Islam
Dalam pandangan Iffah, sistem terbaik yang bisa mengayomi, menyejahterakan dan membuat dunia stabil tidak lain adalah sistem Islam. Dari sistem Islam, ujarnya, lahir sistem ekonomi Islam yang menjelaskan bahwa Allah Taala memerintahkan kepada negara untuk memberlakukan prinsip-prinsip ekonomi yang ditetapkan oleh syariat.
“Negara harus memiliki regulasi yang memastikan semua pihak baik individu, organisasi ataupun kelompok usaha, perusahaan-perusahaan, baik perusahaan dalam negeri maupun perusahaan asing atau aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara lain, semuanya harus diarahkan untuk tunduk kepada sistem ekonomi Islam,” terangnya.
Pemberlakuan sistem ekonomi Islam, lanjutnya, tidak hanya diberlakukan oleh Khilafah tapi juga akan menjadi role model yang dicontoh oleh negara-negara lain di dunia.
“Negara-negara lain di dunia akan menyesuaikan aktivitas ekonominya ketika berhubungan dengan negara Khilafah tadi dengan prinsip-prinsip yang diambil oleh kaum muslimin yang ditetapkan oleh syariat,” jelasnya.
Dalam pandangan Iffah, pemberlakuan sistem ekonomi Islam bukan hanya menyejahterakan, tetapi akan semakin memperbesar pemasukan negara, ketersediaan lapangan kerja, terwujud keadilan ekonomi yang akan dinikmati oleh muslim maupun nonmuslim.
“Karena itu, kita membutuhkan hadirnya kembali sistem ekonomi Islam. Sistem ekonomi Islam tidak akan mengedepankan gengsi dengan ukuran materialistik, tetapi akan mampu memberikan pelayanan, memastikan terealisirnya kesejahteraan bagi seluruh individu rakyat tanpa kecuali,” bangganya.
Iffah berharap, kerinduan hadirnya sistem Islam harus ditindaklanjuti dengan ikhtiar melakukan perubahan.
“Memperkenalkan kembali sistem ekonomi Islam dan terus
memupuk kesadaran dan keinginan untuk kembali terwujudnya sistem politik
Islam,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
Jumat, 15 September 2023
Kemiskinan Ekstrem Hanya Bisa Diatasi dengan Sistem Islam
Minggu, 03 September 2023
Asia Pasifik Dilanda Kemiskinan Ekstrem, Butuh Solusi Sistemik
Kamis, 31 Agustus 2023
Kapitalisme, Biang Kerok Kemiskinan Ekstrem Asia Pasifik
Tinta Media - Penduduk Asia Pasifik dikabarkan jatuh dalam jurang kemiskinan yang ekstrem. Pandemi
Covid-19 tahun lalu yang kemudian memicu inflasi, menjatuhkan hampir 68 juta
penduduk Asia sehingga masuk dalam kategori miskin. Lantas, apa sebetulnya yang
menjadi penyebab utama kemiskinan akut yang kini melanda?
Akibat
Tata Kelola ala Kapitalisme, Kemiskinan Makin Mengancam
Bank
Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) menuliskan dalam laporannya,
bahwasanya diperkirakan ada sekitar 152,2 juta penduduk Asia berada dalam garis
kemiskinan ekstrem. Jumlah tersebut meningkat 67,8 juta dibandingkan sebelum
pandemi dan inflasi (detiknews.com, 25/8/2023).
Kemiskinan
ekstrem ini ditandai dengan jumlah pendapatan yang sangat minim, yakni sekitar
Rp32.000/ hari atau berkisar di bawah angka Rp1 juta/ bulan. Angka ini pun
kemungkinan akan lebih kecil lagi saat sudah dikonversi dengan adanya kenaikan
inflasi akibat perang Ukraina yang melumpuhkan rantai ketersediaan makanan
secara global.
Mirisnya,
fakta tentang kekayaan suatu kelompok justru naik drastis. Kelompok yang
memiliki kekayaan lebih dari 30% (UNHW/Ultra High Net Worth) justru mengalami
pertumbuhan substansial hampir 51% dalam tahun 2017 hingga 2022
(CNNIndonesia.com, 24/8/2023).
Betapa
buruk realitas yang ada. Kemiskinan semakin mencekik rakyat. Hidup serba sulit.
Sementara di sisi lain, orang yang memiliki kekayaan melimpah semakin kaya.
Kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin semakin dalam. Inilah dampak
dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme. Sistem ini hanya menitikberatkan
keuntungan materi sebagai fokus utama, tak peduli dengan keadaan masyarakat
secara umum.
Dalam
sistem kapitalisme, negara gagal mengelola sumber daya yang ada. Negara
menetapkan legalitas dalam privatisasi dan swastanisasi sumber daya alam yang
seharusnya optimal dipergunakan rakyat. Namun sayang, sistem destruktif ini
justru menjadikan sumber daya milik rakyat sebagai obyek bisnis ala kapitalis
yang menguntungkan korporasi oligarki.
Setiap
kebutuhan hidup harus dibayar mahal oleh rakyat. Sementara, lapangan pekerjaan
sulit. Keadaan ekonomi pun makin terjepit. Wajar saja, keadaan rakyat makin
memprihatinkan. Kemiskinan kian akut dan tak terkendali.
Karena
itu, tak layak sistem rusak ini dijadikan sandaran dalam pengaturan kehidupan,
karena hanya sengsara yang tercipta. Kezaliman pun merajalela. Semestinya
sistem ini segera dicampakkan, kemudian diganti dengan sistem yang amanah
mengurusi seluruh urusan rakyat.
Islam,
Satu-satunya Solusi
Islam
adalah aturan yang mengatur kehidupan secara sistematis. Islam tak sekadar
aturan beribadah saja. Namun, syariat Islam adalah aturan menyeluruh yang
memiliki konsep utuh untuk mengurusi semua urusan umat. Hanya dengan sistem
Islam-lah, kemiskinan ekstrem mampu terurai sempurna, yaitu sistem Islam dalam
wadah Khilafah ala minhaj an nubuwwah.
Khilafah
memiliki konsep bahwa setiap urusan rakyat adalah prioritas utama yang harus
sesegera mungkin dipenuhi. Ini karena keselamatan nyawa rakyat adalah tanggung
jawab Khalifah, pemimpin dan perisai umat.
Ibnu
Umar ra. berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Setiap
orang adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya. Seorang kepala negara akan dimintai pertanggungjawaban perihal
rakyat yang dipimpinnya (HR. Bukhari Muslim)
Dalam
sistem Islam, setiap sumber daya yang dimiliki rakyat wajib dikelola negara,
kemudian dipergunakan oleh rakyat secara luas dan optimal. Praktik privatisasi
dan swastanisasi sumber daya alam, dilarang oleh negara karena hal ini akan
melahirkan kesengsaraan dalam hidup rakyat.
Rasulullah
saw. bersabda,
"Kaum
muslimin berserikat dalam tiga perkara, yaitu padang rumput, air, dan api"
(HR.
Abu Dawud dan Ahmad)
Ketiga
hal tersebut, yaitu padang rumput, air, dan api, merupakan fasilitas umum yang
dilarang kepemilikannya secara individu atau sekelompok orang karena ketiga
sumber kehidupan tersebut mampu menopang kehidupan dan hajat hidup orang
banyak. Larangan Khalifah pun tegas atas hal tersebut karena dampak dari
privatisasi adalah kemiskinan yang tak pernah berhenti, seperti yang saat ini
terjadi.
Sistem Islam-lah, satu-satunya solusi sistemik atas kemiskinan akut yang kini terjadi. Hanya dengannya, nyawa rakyat terjaga. Hanya dengannya, seluruh kepentingan rakyat terpenuhi secara sempurna. Berkah dan rahmat Allah Swt. pun melimpah di seluruh belahan bumi. Wallahu a'lam bisshawab.
Oleh: Yuke Octavianty, Forum Literasi Muslimah Bogor