Tinta Media: Kemaksiatan
Tampilkan postingan dengan label Kemaksiatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kemaksiatan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 14 Agustus 2024

Aktivis: Sekularisme Induk Segala Kemaksiatan

Tinta Media - Aktivis Muslimah, Ety Sudarti Adillah menyebut induk dari segala kemaksiatan adalah sekularisme.

“Kemaksiatan yang paling besar atau bisa dikatakan bahwa itu adalah pangkal segala kemaksiatan, induk dari segala kemaksiatan adalah sekularisme, yaitu memisahkan agama dari kehidupan,” ujarnya dalam Liqo Muharam Mubaligah 1446 H bertajuk Perubahan Hakiki: Tinggalkan Demokrasi, Ittiba’ pada Nabi Saw, di Palembang, Ahad (28/7/2024)

Ia menjelaskan, memisahkan agama dari kehidupan maksudnya adalah saat mengurusi berbagai urusan, maka tidak berpedoman kepada aturan Allah Swt. Misalnya saat berekonomi, maka mengikuti ekonomi dari Barat.

“Buktinya apa? Buktinya kita pakai ekonomi ribawi. Nah, itu adalah kemaksiatan yang diakibatkan oleh sekularisme, memisahkan agama dengan kehidupan, seakan-akan kita menjalani hidup di dunia ini tidak perlu pakai Al-Quran dan Hadis,” paparnya.

Sementara itu, lanjutnya, yang menyebabkan sekularisme terus ada sehingga kerusakan terus langgeng adalah demokrasi.

“Inti dari demokrasi adalah manusia dibebaskan untuk membuat hukum. Apakah itu sesuai dengan Islam? Tidak. Kata Allah innil hukmu ilalilLah, hukum itu dari Allah. Demokrasi hukumnya oleh manusia. Ini satu hal yang menyebabkan kerusakan itu terus langgeng. Karena manusia diizinkan untuk membuat hukum,” ungkapnya.

Ety menilai, sistem kehidupan yang menjauhkan agama dari kehidupan harus diganti dengan kehidupan yang menjadikan agama sebagai sumber aturan dan sumber hukum bagi kehidupan. Sebab, inilah yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.

“Jadi Allah dan Rasul-Nya itu memerintahkan kita berhukum itu kepada hukum Allah, bukan hukum buatan PBB, bukan hukum buatan Amerika, bukan hukum pesanan Inggris, bukan undang-undang pesanan China. Bukan. Kita diminta Allah untuk menerapkan hukum Allah, yaitu syariah Islam,” terangnya.

Karena itu, lanjutnya, sejatinya sebuah perubahan bukan sekadar mengganti pemimpinnya, tetapi juga mengganti aturan yang dipakainya.

“Karena kalaupun pemimpinnya baik, tapi aturannya buatan Amerika yang tidak mengizinkan Islam mengatur negara, tetap saja yang dilaksanakan oleh pemimpin itu adalah aturan-aturan yang bukan berasal dari Allah, aturan buatan manusia,” jelasnya.

Ety mengutip perkataan Imam Al Ghazali, bahwa agama itu bagaikan fondasi, sementara kekuasaan (negara) adalah penjaganya. Maka, sesuatu yang tidak memiliki fondasi pasti akan roboh. Sebaliknya, sesuatu yang tidak memiliki penjaga pasti akan hilang.

“Kalau kita agama Islam, seharusnya kehidupan itu kehidupan yang rahmatan lil ‘alamin. Tapi karena tidak ada penjaga, negaranya tidak ada, maka akhirnya Islam hilang, syariat Islam ditinggalkan, Allah dan Rasul-Nya dilupakan oleh umatnya sendiri,” sesalnya.

Menurutnya, satu-satunya negara yang menegakkan hukum-hukum syariat Islam hanyalah Khilafah. “Tidak ada negara lain yang diciptakan dalam rangka menerapkan syariat Islam, tidak republik, tidak kekaisaran, tidak kerajaan, tidak parlementer, juga tidak demokrasi. Bahkan, demokrasi ini telah menjadikan syariat Islam ini hilang dari muka bumi,” tegasnya.

Dikutip dari Syekh Abdul Qadim Zallum, Ety mengatakan khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh umat Islam di dunia yang tugasnya menegakkan hukum-hukum syariat Islam.

“Khilafah inilah sistem pemerintahan atau negara yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, dicontohkan oleh Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, para Khalifah Bani Umayyah, Abbasiyah, dan Utsmaniyah sampai 1924 mereka menerapkan ini. Para ulama waktu itu, para sahabat, tidak pernah berpikir untuk mengganti sistem, karena ini adalah perintah Allah dan Rasul,” pungkasnya.[] Mia

Minggu, 06 Agustus 2023

Fatwa MUI, Bisakah Memberantas Kemaksiatan?

Tinta Media - Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengadakan acara Pembukaan Musyawarah Daerah (Musda) ke-9 MUI Kabupaten Bandung, di Hotel Sutan Raja Soreang, Sabtu (22/7/2023). Acara tersebut dihadiri oleh Bupati Bandung. 

Dalam sambutannya, Bupati mengungkapkan bahwa MUI lahir dengan latar belakang kesadaran bersama para pemimpin umat Islam akan kebutuhan untuk membina dan membimbing masyarakat muslim. Salah satu tugas MUI adalah memberikan fatwa atau pendapat hukum Islam, terkait permasalahan agama dan kehidupan masyarakat. 

Perlu diapresiasi bahwa Bupati Bandung sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Ketua MUI Provinsi Jawa Barat, bahwa apa pun yang berkaitan dengan kegiatan maupun komunitas LGeBT, Kabupaten Bandung menolaknya. Ini karena LGeBT tidak sesuai dengan kaidah Islam. 

Bupati Bandung berencana untuk merumuskan dan membahas bersama-sama MUI dan Kabag Hukum Pemkab Bandung untuk dibuat Perda larangan adanya LGeBT. Ini sebagai bentuk fatwa MUI. Terkait LGeBT yang merupakan kelainan orientasi seksual, para pendukung dan pelaku sangat massif menjadi sebuah gerakan, agar dapat diterima di masyarakat. 

Kaum LGeBT menyatakan bahwa mereka ingin hidup di dunia yang bebas dari segala jenis diskriminasi. Pernyataan itu dikutip dari Kedubes Inggris dalam instagramnya. Tentu saja dengan pernyataan tersebut, betapa ancaman LGeBT tidak bisa disepelekan dan didiamkan, karena akan membawa pada kerusakan yang luar biasa. Ini mengingat bahwa LGeBT sebagai penyakit atau gangguan jiwa yang bisa menular. Akan tetapi, penyakit ini pun sejatinya  bisa disembuhkan karena penularannya bukan melalui virus dan bakteri, tetapi melalui perubahan prilaku dan kebiasaan. 

Fatwa MUI tentang penolakan dan pelarangan yang berkaitan dengan kegiatan maupun komunitas LGeBT sangat diapresiasi, karena memang ulama harus menjadi garda terdepan dalam beramar ma'ruf nahi munkar. Juga kewajiban setiap muslim untuk beramar ma'ruf nahi munkar.

Di dalam Islam, perilaku LGeBT ini dihukumi haram. Akan tetapi, untuk memberantas perilaku LGeBT ini, tidak cukup dengan fatwa MUI  saja. Kita harus tahu akar permasalahan dari semua perilaku kemaksiatan ini, karena bukan hanya perilaku LGeBT saja yang harus diberantas. Akan tetapi, semua kemaksiatan yang semakin menjamur di negri ini. 

Keluarga, masyarakat dan negara berperan penting dalam menjadikan kehidupan ini aman, dan bermartabat. Sistem demokrasi kapitalisme yang mengusung kebebasan dengan ideologi sekularismenya, tentu saja semakin menjauhkan umat dari agama. Mereka hanya memikirkan kebahagiaan duniawi saja, yang sifatnya hanya sementara. Sedangkan kehidupan akhirat yang kekal mereka abaikan. 

Terkait peran ulama dalam kehidupan tentunya hal ini sangat penting, karena salah satu tugas ulama adalah membina dan membimbing umat menuju jalan yang diridai Allah Swt. Kedudukan ulama bagi umat adalah ibarat lentera yang menerangi dalam kegelapan dan obat bagi kejahilan. 

Saat ini ulama berada di tengah kondisi umat yang sangat mengenaskan akibat dominasi sistem demokrasi kapitalis yang terus membuat kerusakan. Kemaksiatan apa yang tidak ada di negri ini? Semuanya ada. Sungguh miris, hukum- hukum Allah mereka campakkan sehingga kehidupan diliputi dengan kerusakan dan kegelapan. 

Untuk memberantas berbagai kemaksiatan, termasuk LGeBT, tentunya harus ada kerjasama antara masyarakat, ulama, dan pemerintah. Sejatinya ulama dan pemerintah bersinergi, seiring sejalan membimbing dan membina masyarakat kepada ketakwaan. Ulama berperan menjadi penasihat penguasa, agar dalam menjalankan pemerintahan tidak menyelisihi aturan Islam. 

Negara seharusnya menjadi perisai atau junnah dari berbagai macam keburukan, sehingga masyarakat terjaga akidahnya. Tentu saja mereka akan meminimalisir kemaksiatan dan tindak kriminalitas. Inilah pentingnya peran ulama dalam pemerintahan.

Selain membina dan membimbing umat menuju jalan takwa, ulama juga berfungsi sebagai penasihat dan pengontrol penguasa agar bisa menjalankan aturan-aturan Islam, memberi sanksi tegas kepada pelaku kemaksiatan dan kriminalitas dengan hukum-hukum Islam, menegakan Islam secara kaffah, agar umat kembali dinaungi cahaya Islam. Dengan demikian, akan terwujud Islam rahmatan lil'alamiin. Wallahu'alam.

Oleh: Enung Sopiah, Sahabat Tinta Media

Minggu, 11 Desember 2022

Kemaksiatan Menghapus Keberkahan

Tinta Media - Sobat. Sebuah atsar yang dikemukakan oleh Imam Ahmad dalam kitabnya Az-Zuhd bahwa Allah Berfirman : “Sesungguhnya jika Aku ditaati maka aku menjadi ridha. Jika Aku ridha maka aku akan memberi keberkahan, sedangkan keberkahan-Ku tidak ada penghabisannya. Sebaliknya jika Aku didurhakai maka Aku akan murka. Jika Aku murka maka Aku akan melaknat, sedangkan laknatku berlaku sampai tujuh turunan.”

Sobat. Keluasan rezeki dan umur bukanlah karena banyak dan panjangnya umur. Bukan pula karena banyaknya bulan atau tahun. Akan tetapi, semuanya adalah karena berkah yang diperoleh.

وَأَلَّوِ ٱسۡتَقَٰمُواْ عَلَى ٱلطَّرِيقَةِ لَأَسۡقَيۡنَٰهُم مَّآءً غَدَقٗا لِّنَفۡتِنَهُمۡ فِيهِۚ وَمَن يُعۡرِضۡ عَن ذِكۡرِ رَبِّهِۦ يَسۡلُكۡهُ عَذَابٗا صَعَدٗا 

"Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak). Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat. (QS. Al-Jinn (72) : 16-17 )

Sobat. Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan bahwa siapa saja di antara manusia atau jin yang tetap berpegang dan menjalankan ketentuan-ketentuan Islam, Allah akan melapangkan rezekinya serta memudahkan semua urusan dunia mereka.
Dalam rangka melapangkan rezeki, Allah mengungkapkannya dengan kata "air yang segar", karena air itu adalah sumber kehidupan. Banyak air berarti kebahagiaan yang luas. Firman Allah:
 
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. (al-A'raf/7: 96)

Sobat. Allah menjelaskan dalam ayat ini bahwa mereka diberi kelapangan hidup untuk menguji dan mengamati siapa di antara mereka yang mensyukuri nikmat-Nya dan siapa pula yang mengingkarinya. Bagi yang mensyukurinya, Allah menyediakan balasan yang paling sempurna, dan bagi mereka yang mengingkari, Allah memberikan kesempatan dan mengundurkan siksa-Nya. Kemudian barulah Allah menjatuhkan azab-Nya. Dalam ayat yang lain, Allah berfirman:
 
Dan Aku memberi tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencana-Ku sangat teguh. (al-Qalam/68: 45)

Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa barang siapa yang berpaling dari Al-Qur'an dan petunjuk-Nya, tanpa mengikuti perintah-perintah-Nya serta tidak pula menjauhi larangan-larangan-Nya, Allah akan menyiksanya dengan azab yang paling dahsyat dan ia tidak dapat melepaskan diri daripada-Nya.

Sobat. Setiap kali seorang hamba berbuat maksiat, ia turun ke tingkatan yang lebih rendah, ia masih saja turun ke bawah sehingga ia menjadi bagian dari golongan yang terendah. Sebaliknya , jika ia melakukan ketaatan maka ia naik satu tingkatan. Dan, derajatnya masih terus meningkat sehingga termasuk ke dalam golongan illiyyin ( para hamba yang menempati derajat yang tinggi).

Sobat. Akibat buruk lainnya dari kemaksiatan adalah ia akan menghapuskan keberkahan umur, rezeki, ilmu dan keberkahan ketaatan. Secara umum, kemaksiatan itu akan menghapuskan keberkahan agama dan dunia. Maka engkau tidak akan mendapatkan keberkahan sedikit pun dari orang-orang yang berbuat maksiat, baik dari sisi agama maupun dunianya. Tidaklah keberkahan itu dihapuskan oleh Allah dari muka bumi melainkan karena adanya kemaksiatan-kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia.

Sobat. Umur seorang hamba itu adalah masa kehidupannya, sedangkan tidak ada kehidupan bagi orang yang berpaling dari Allah dan sibuk dengan selain-Nya. Bahkan kehidupan hewan saja bisa lebih baik daripada kehidupan manusia. Sesungguhnya kehidupan manusia tergantung kehidupan hati dan tuhnya. Tidak ada kehidupan bagi hatinya kecuali dengan mengenal Dzat yang telah menciptakannya, mencintai-Nya, beribadah hanya kepada-Nya semata, kembali ke jalan-Nya.

Barangsiapa yang kehilangan kehidupan ini maka ia kehilangan seluruh jenis kebaikan, sekalipun diganti dengan segala hal yang ada di dunia. Bahkan sebenarnya dunia ini seluruhnya tidak bisa dijadikan sebagai ganti dari jenis kehidupan ini. Dari segala sesuatu yang hilang dari seorang hamba, memang ada gantinya. Akan tetapi jika yang hilang darinya adalah Allah, tidak ada sesuatu pun yang bisa menjadi ganti.

Sobat. Segala sesuatu yang tidak untuk Allah maka keberkahannya tercabut. Karena sesungguhnya hanya Allahlah Dzat yang memberi keberkahan. Segala keberkahan itu berasal dari-Nya. Segala yang disandarkan kepada-Nya diberkahi, Firman-Nya diberkahi, Rasulu-Nya diberkahi, hamba-Nya yang beriman dan memberi manfaat kepada sesama juga diberkahi. Baitulharam diberkahi. Tempat anak panah-Nya di bumi, yaitu tanah Syam, adalah tanah yang penuh berkah.

۞إِنَّ ٱللَّهَ يُمۡسِكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ أَن تَزُولَاۚ وَلَئِن زَالَتَآ إِنۡ أَمۡسَكَهُمَا مِنۡ أَحَدٖ مِّنۢ بَعۡدِهِۦٓۚ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورٗا  

“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” ( QS. Fathir (35) : 41 )

Sobat. Allah melukiskan kebenaran dan keagungan kekuasaan-Nya. Dengan kekuasaan-Nya, langit tercipta tanpa tiang, dan gunung-gunung berdiri dengan kokoh. Allah menyebarkan makhluk melata (dabbah), manusia, dan hewan di atas bumi, seperti bunyi ayat:
 
Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi agar ia (bumi) tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. (Luqman/31: 10) 

Semuanya membuktikan kebesaran dan kekuasaan Allah Yang Mahaagung. Pengertian Allah menahan langit dan bumi ialah menahan langit itu dengan hukum gravitasi agar tidak guncang dan roboh, atau bergeser dari tempatnya. Allah memelihara dan mengawasi keduanya dengan pengawasan yang Dia sendirilah yang mengetahuinya. Semua benda-benda langit di jagat raya ini beredar menurut garis edarnya masing-masing. Para ahli ilmu astronomi dapat membuktikan bahwa tidak pernah terjadi benturan antara benda-benda angkasa itu satu dengan yang lain. Semuanya beredar menurut garis edarnya masing-masing. Keterangan lain yang menguatkan arti yang terkandung dalam ayat di atas yakni:
 
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan kehendak-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu kamu keluar (dari kubur). (ar-Rum/30: 25)

Kuatnya bangunan langit dan bumi itu sehingga tidak pernah mengalami kerusakan, keruntuhan, dan sebagainya adalah karena kekuasaan Allah juga. Jika Allah Yang Mahakuasa itu bermaksud menghancurkan bumi dan langit itu, tiada satu kekuatan pun dari makhluk yang sanggup mencegahnya. Demikianlah pula dijelaskan oleh ayat lain:
 
Tidakkah engkau memperhatikan bahwa Allah menundukkan bagimu (manusia) apa yang ada di bumi dan kapal yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit agar tidak jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. (al-hajj/22: 65)

Di samping sifat-Nya Yang Maha Perkasa itu, Allah juga mempunyai sifat rasa kasih sayang kepada hamba-Nya. Biarpun manusia di bumi ini kebanyakan kafir dan tidak mau tunduk pada pengajaran dan pedoman hidup menuju kesejahteraan dunia dan akhirat yang telah ditetapkan-Nya, namun azab dan murka Allah tiada segera diturunkan untuk menghukum kaum kafir dan pendurhaka. Kasih sayang Allah itu ialah selain menunda siksaan bagi orang kafir dan ingkar, juga sangat mudah memberi ampunan kepada siapa yang mau tobat dari segala kesalahannya, bagaimanapun besarnya perbuatan maksiat yang pernah dilakukannya. Allah Maha Perkasa, Maha Pengasih, dan Penyayang kepada seluruh hamba-Nya, baik terhadap orang mukmin maupun kafir.

Sobat. Dalam hadits yang diriwiyatkan oleh Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Dunia itu terlaknat, begitu juga apa saja yang ada di dalamnya; kecuali dzikir kepada Allah dan apa saja yang dicintai oleh Allah, serta orang yang berilmu atau yang sedang mempelajari ilmu.” ( HR Tirmidzi )

(Dr. Nasrul Syarif, M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)

Kamis, 08 Desember 2022

Hindari Kebodohan dan Kemaksiatan

Tinta Media - Sobat. Kebodohan adalah antonim dari kata Ilmu (mengetahui). Kebodohan adalah salah satu permasalahan terbesar di muka bumi. Kebodohan adalah ketidakmampuan seseorang untuk memvisualisasikan realitas yang terjadi. Dengan kebodohan, seorang bisa terjerumus dalam kesalahan, dosa, dan kekufuran, serta menentang ketuhanan, melanggar hak-hak manusia, dan tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban yang harus ia lakukan.

Sobat. Kebodohan membawa pemiliknya untuk melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan, meletakkan sesuatu tidak pada tempat yang tepat, serta terjatuh dalam kerendahan dan ketidak bergunaan. Kebodohan menyebabkan kerusakan, kerugian, dan bahaya. Nabi Musa AS  selalu berlindung dari kebodohan dengan doa,
وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوۡمِهِۦٓ إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تَذۡبَحُواْ بَقَرَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَتَّخِذُنَا هُزُوٗاۖ قَالَ أَعُوذُ بِٱللَّهِ أَنۡ أَكُونَ مِنَ ٱلۡجَٰهِلِينَ  
“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina". Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil".( QS. Al-Baqarah (2) : 67 )

Sobat. Ketika Nabi Musa memerintahkan Bani Israil untuk menyembelih sapi, mereka berkata kepada Nabi Musa, "Apakah kamu mempermainkan kami? Kami bertanya kepadamu tentang perkara pembunuhan, lalu kamu menyuruh kami menyembelih seekor sapi. Ini ganjil sekali dan jauh daripada yang kami maksudkan." Seharusnya Bani Israil menjalankan perintah Nabi Musa itu dan menyambutnya dengan patuh dan taat, kemudian mereka menunggu apa yang akan terjadi sesudah itu, tetapi mereka berbuat sebaliknya. 

Perkataan mereka itu sebagai bukti bahwa mereka sangat kasar tabiatnya dan tidak mengakui kekuasaan Allah. Nabi Musa menjawab, "Saya berlindung kepada Allah dari memperolok-olokkan manusia karena perbuatan itu termasuk perbuatan orang jahil, lebih-lebih bagi seorang rasul yang akan menyampaikan risalah dan hukum-hukum Allah kepada manusia."

Sobat. Wahyu pertama yang turun adalah kata “iqra’  bacalah. Hal ini menunjukkan bahwa Islam selalu mendorong umat untuk menuntut ilmu. Tidak akan terjadi perselisihan, peperangan, penumpahan darah, dan pengumpulan harta, kecuali disebabkan kebodohan. Jika kebodohan telah bersemayam pada diri seseorang, kebodohan menjadi jalan kerusakan dan kehancuran karena kebodohan menyebabkan beberapa musibah terjadi, sumber maksiat, pintu dosa, jembatan segala kekejian, dan penyakit dalam masyarakat. Bagaimana solusi untuk permasalahan ini?

Sobat. Berikut ini beberapa solusi  untuk mengatasi kebodohan :

1. Langkah pertama untuk mengentaskan kebodohan adalah mengakui kebodohan itu lalu memiliki keinginan dan tekad yang penuh untuk menuntut ilmu serta keluar dari zona kebodohan. Allah SWT telah memerintahkan Nabi Muhammad SAW dengan doa berikut karena keutamaan Ilmu dan keburukan kebodohan.
فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡحَقُّۗ وَلَا تَعۡجَلۡ بِٱلۡقُرۡءَانِ مِن قَبۡلِ أَن يُقۡضَىٰٓ إِلَيۡكَ وَحۡيُهُۥۖ وَقُل رَّبِّ زِدۡنِي عِلۡمٗا  
“Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan".( QS. Thaha (20) : 114 )

Sobat. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw ketika Jibril membacakan kepadanya beberapa ayat yang diturunkan, dia cepat-cepat membacanya kembali padahal Jibril belum selesai membacakan seluruh ayat yang akan disampaikan pada Nabi. Hal ini karena Nabi takut kalau dia tidak cepat-cepat mengulanginya, mungkin dia lupa dan tidak dapat mengingat kembali. 

Oleh sebab itu Allah melarangnya bertindak seperti itu, karena tindakan seperti itu mungkin akan lebih mengacaukan hafalannya sebab di waktu dia mengulangi membaca apa yang telah dibacakan kepadanya perhatiannya tertuju kepada pengulangan bacaan itu tidak kepada ayat-ayat selanjutnya yang akan dibacakan jibril padahal Allah menjamin akan memelihara Al-Qur'an dengan sebaik-baiknya, jadi tidak mungkin Nabi Muhammad lupa atau dijadikan Allah lupa kalau dia mendengarkan baik-baik lebih dahulu semua ayat-ayat yang dibacakan Jibril kemudian bila Jibril telah selesai membacakan seluruhnya, barulah Nabi membacanya kembali.

Ayat ini menegaskan bahwa Allah Yang Mahatinggi, Mahabesar amat Luas Ilmu-Nya yang dengan Ilmu-Nya itu Dia mengatur segala sesuatu dan membuat peraturan-peraturan yang sesuai dengan kepentingan makhluk-Nya, tidak terkecuali peraturan-peraturan untuk keselamatan dan kebahagiaan umat manusia. Dialah yang mengutus para nabi dan para rasul dan menurunkan kitab-kitab suci seperti Zabur, Taurat dan Injil serta Dia pulalah yang menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad saw. 

Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan berangsur-angsur bukan sekaligus sesuai dengan hikmah kebijaksanaan-Nya. Kadang-kadang diturunkan hanya beberapa ayat pendek saja atau surah yang pendek pula dan kadang-kadang diturunkan ayat-ayat yang panjang sesuai dengan keperluan dan kebutuhan pada waktu itu.

Mengenai hal ini Allah berfirman:

Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Qur'an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya.Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya Kami yang akan menjelaskannya. (al-Qiyamah/75: 16-19)

Mengenai jaminan Allah dan terpeliharanya Al-Qur'an tersebut dalam ayat:

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya. (al-hijr/15: 9)

Kemudian Allah menyuruh Nabi Muhammad saw agar berdoa supaya Dia memberikan kepadanya tambahan ilmu. Diriwayatkan oleh at-Tirmizi dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah berdoa seperti berikut:

Ya Allah. Jadikanlah ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku bermanfaat bagiku, ajarkanlah kepadaku ilmu yang berguna untukku dan berikanlah kepadaku tambahan ilmu. Segala puji bagi Allah atas segala hal, aku berlindung kepada Allah dari keadaan dan segala hal yang dilakukan oleh penghuni neraka. (at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Bazzar)

2. Melanjutkan aktivitas ilmiah, pendidikan, serta pengetahuan untuk  menggugah jiwa dan membangun kesadaran umat. Peringatkanlah mereka tentang bahaya kebodohan bagi diri sendiri dan masyarakat serta hindarkanlah mereka dari pengaruh kebodohan. Umat tidak akan pernah maju tanpa ilmu dan tidak akan mundur kecuali karena kebodohan.

3. Memenuhi segenap sarana pendidikan dan penyebaran pendidikan. Jadikanlah pendidikan umat sebagai program prioritas bagi individu, pemerintahan, dan masyarakat. Ahmad Syauqi panglima para penyair, berkata,” Dengan Ilmu dan harta, manusia membangun kerajaan. Namun seorang raja tidak akan bisa dibangun dengan kebodohan dan ketakutan.”

4. Meyakini bahwa kebodahan adalah penyakit besar di tengah masyarakat, serta bahayanya menimpa pribadi dan umat secara umum. Umat yang bodoh tidak akan bisa membangun kemuliaan, menciptakan peradaban, menjaga nilai-nilai keluhuran, dan menjaga kota.

5. Menasihati  anak-anak secara terus-menerus, mendorong mereka untuk belajar, serta menunjukkan nilai-nilai luhur dan keutamaan ilmu. Selain itu, laranglah serta tekankanlah untuk menghindari kebodohan, dampak dari kebodohan berupa kerusakan dunia dan akherat, serta bahaya yang ditimbulkan karena kebodohan dalam waktu dekat dan lambat.

6. Memenuhi perangkat-perangkat dalam keluarga untuk mengajarkan nilai-nilai keluhuran kepada anak-anak, serta mengangkat cita-cita untuk mencapai derajat keilmuan tertinggi.

7. Membuka kursus-kursus keahlian serta mempermudah metode pembelajaran dan praktek agar pendidikan sampai ke segenap penjuru negeri.

8. Memperhatikan bakat-bakat pembelajar dengan pengajaran, pendidikan, dan penghormatan agar kelak memiliki pengaruh kebangkitan, kemuliaan, serta kemajuan umat karena orang yang menonjol dalam ilmu dan pengetahuan berhak mendapatkan apresiasi  sebagaimana firman Allah :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ  

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( QS. Al-Mujadilah (58): 11 )

Sobat. Ayat ini memberikan penjelasan bahwa jika di antara kaum Muslimin ada yang diperintahkan Rasulullah saw berdiri untuk memberikan kesempatan kepada orang tertentu untuk duduk, atau mereka diperintahkan pergi dahulu, hendaklah mereka berdiri atau pergi, karena beliau ingin memberikan penghormatan kepada orang-orang itu, ingin menyendiri untuk memikirkan urusan-urusan agama, atau melaksanakan tugas-tugas yang perlu diselesaikan dengan segera.

Dari ayat ini dapat dipahami hal-hal sebagai berikut:

1. Para sahabat berlomba-lomba mencari tempat dekat Rasulullah saw agar mudah mendengar perkataan yang beliau sampaikan kepada mereka.

2. Perintah memberikan tempat kepada orang yang baru datang merupakan anjuran, jika memungkinkan dilakukan, untuk menimbulkan rasa persahabatan antara sesama yang hadir.

3. Sesungguhnya tiap-tiap orang yang memberikan kelapangan kepada hamba Allah dalam melakukan perbuatan-perbuatan baik, maka Allah akan memberi kelapangan pula kepadanya di dunia dan di akhirat.

Memberi kelapangan kepada sesama Muslim dalam pergaulan dan usaha mencari kebajikan dan kebaikan, berusaha menyenangkan hati saudara-saudaranya, memberi pertolongan, dan sebagainya termasuk yang dianjurkan Rasulullah saw.

Beliau bersabda:

Allah selalu menolong hamba selama hamba itu menolong saudaranya. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)

Berdasarkan ayat ini para ulama berpendapat bahwa orang-orang yang hadir dalam suatu majelis hendaklah mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam majelis itu atau mematuhi perintah orang-orang yang mengatur majelis itu.

Jika dipelajari maksud ayat di atas, ada suatu ketetapan yang ditentukan ayat ini, yaitu agar orang-orang menghadiri suatu majelis baik yang datang pada waktunya atau yang terlambat, selalu menjaga suasana yang baik, penuh persaudaraan dan saling bertenggang rasa. Bagi yang lebih dahulu datang, hendaklah memenuhi tempat di muka, sehingga orang yang datang kemudian tidak perlu melangkahi atau mengganggu orang yang telah lebih dahulu hadir. Bagi orang yang terlambat datang, hendaklah rela dengan keadaan yang ditemuinya, seperti tidak mendapat tempat duduk. Inilah yang dimaksud dengan sabda Nabi saw:

Janganlah seseorang menyuruh temannya berdiri dari tempat duduknya, lalu ia duduk di tempat tersebut, tetapi hendaklah mereka bergeser dan berlapang-lapang." (Riwayat Muslim dari Ibnu 'Umar)

Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman, taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, berusaha menciptakan suasana damai, aman, dan tenteram dalam masyarakat, demikian pula orang-orang berilmu yang menggunakan ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah. Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang beriman dan berilmu. Ilmunya itu diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya.

Kemudian Allah menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui semua yang dilakukan manusia, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Dia akan memberi balasan yang adil sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Perbuatan baik akan dibalas dengan surga dan perbuatan jahat dan terlarang akan dibalas dengan azab neraka.

9. Mengajak para pekerja professional dan orang-orang kaya untuk berpartisipasi membuka sekolah dan universitas. Ini adalah kewajiban Negara untuk menggapai kemaslahatan umum.

10. Bergaulah dengan para ahli ilmu, ahli Fiqih, serta bergaullah bersama ahli makrifat dan orang-orang yang memahami agama dengan baik, serta mengambil faedah dari keilmuan mereka.

Sobat. Artikel ini saya tutup dengan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim : “ Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menimba ilmu. Niscaya Allah akan mudahkan baginya, berkat amalan ini jalan menuju Surga.”

Sobat. Saydina Ali bin Abi Thalib pernah berpesan, “ Cukuplah dengan Ilmu kemuliaan  seseorang meskipun orang-orang bodoh tidak menganggapnya sebagai ahli ilmu. Cukuplah dengan kebodohan membuka aib seorang dan mengaku bahwa dirinya adalah ahli ilmu.”

Sobat. Ilmu adalah sumber kebahagiaan , karena melalui ilmu seseorang mengetahui apa yang terbaik bagi dirinya. Dengan Ilmu, maka semua keadaan yang Allah takdirkan kepada manusia, apakah miskin maupun kaya adalah baik semuanya. Sebaliknya tanpa ilmu, semua keadaan hidup, baik kaya atau miskin, adalah buruk semuanya.

( DR Nasrul Syarif M.Si.  Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur )
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab