Kamis, 04 Juli 2024
Jumat, 21 Juni 2024
Kelaparan Parah Tingkat Tinggi, Dunia Butuh Solusi
Tinta Media - Kekacauan terjadi menggerogoti stabilitas pangan dunia. Bukan hanya satu wilayah, krisis pangan merembet hingga ke belahan dunia lainnya. Kelaparan global pun tak terelakkan. Jutaan manusia mengalami kelaparan parah, hingga kekurangan gizi melanda berbagai wilayah di belahan dunia. Lantas, apa penyebab utama terjadinya kelaparan akut ini, dan solusi apa yang sebenarnya dibutuhkan untuk memutus rantai permasalahan?
Dikutip dari cnbcindonesia , Organisasi Pangan Dunia atau FAO yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan masih banyak kelaparan akut yang di alami oleh sedikitnya 59 negara atau wilayah, dengan jumlah 1 dari 5 orang di negara itu, mengalami kelaparan akibat krisis pangan akut. Jumlah orang kelaparan pada 2023 meningkat sebanyak 24 juta orang dari tahun sebelumnya.
Upaya mendesak pimpinan negara-negara dunia untuk mengambil langkah pendekatan transformatif yang menyatukan tindakan perdamaian dunia, pencegahan perang, dan pembangunan ketahanan pangan yang dilakukan oleh Global Network Against Food Crises, untuk mengatasi masalah ini menjadi opsi awal dan dianggap menjadi solusi komprehensif, namun mungkinkah akan terlaksana sesuai dengan yang diharapkan?
Menelisik dari penerapan sistem tata kelola ekonomi ala kapitalisme yang saat ini masih eksis digunakan oleh hampir keseluruhan negara di dunia, solusi demikian tidak akan mencapai puncak penyelesaian dari masalah yang dihadapi saat ini. bukan tanpa sebab, melainkan semenjak munculnya sistem kapitalis sebagai dasar tata kelola negara, mekanisme yang dijalankan tidak menjamin kesejahteraan bagi masyarakatnya. Melainkan hanya memberikan keuntungan pada kalangan tertentu.
Sebaliknya, penerapan sistem kapitalis menjadi akar munculnya permasalahan cabang yang menjadi faktor terjadinya krisis pangan dan juga kelaparan akut. Akibat tata kelola sistem ini, permasalahan cabang seperti kelangkaan lapangan pekerjaan, akibat berbagai lapangan pekerjaan lebih memprioritaskan para pekerja asing, atau para penguasa yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh pemilik perusahaan. Selain itu, rendahnya jumlah upah yang diberikan kepada para pekerja menjadi faktor kemiskinan, yang berujung pada ketidakmampuan rakyat memenuhi kebutuhan pokoknya. Sistem ekonomi kapitalis hanya akan memberikan keuntungan terbesar kepada para oligarki, dan berlaku zalim terhadap rakyat.
Dari beberapa permasalahan tersebut, rakyat seolah diminta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, berjuang untuk bertahan hidup sementara hak haknya direbut paksa oleh para oligarki. Masyarakat kehilangan pelindung utama, negara yang harusnya menjadi perisai seakan berbalik menjajah lewat penguasaan atas hak dan kewajiban yang seharusnya didapatkan oleh rakyat.
Hal ini salah dalam pandangan Islam. Islam memosisikan negara benar-benar sebagai pelindung utama dan tempat pengaduan atas kesusahan yang dialami oleh masyarakat, sistem ekonomi yang berjalan sesai dengan syariat Islam menjaga hak dan kewajiban masyarakat. Memastikan kesejahteraan dirasakan oleh seluruh warga negaranya.
Kesejahteraan masyarakat diraih melalui pelayanan pemerintah dengan memberikan lapangan pekerjaan yang terjamin bagi setiap warga negara. Membiayai hidup orang yang tidak memiliki harta dan pekerjaan, memotivasi untuk mampu produktif dengan memfasilitasi kebutuhannya. Hak dan kewajiban pekerja, berkedudukan sama tanpa ada pembeda, perihal upah, disesuaikan dengan standar kebiasaan masyarakat, serta tetap berpatokan pada hukum syara’. Ini untuk memastikan setiap pekerja mendapatkan upah sesuai dengan apa yang memang menjadi haknya secara utuh. Sehingga, setiap masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidup, tetap produktif, dan terfasilitasi segala yang dibutuhkan.
Penerapan sistem ekonomi Islam menjadi solusi konkret atas permasalahan yang saat ini dilanda dunia. Namun, tidak mungkin sistem Islam hadir di tengah-tengah sistem kufur seperti kapitalisme. Sistem ekonomi Islam hanya mampu dijalankan secara total oleh negara yang di dalamnya diterapkan hukum Islam. Masyarakat dunia saat ini menderita dan kehilangan perisai untuk dijadikan tumpuan. Membiarkan umat berjuang sendiri di tengah kesengsaraan adalah bentuk yang nyata. Memutuskan rantai kesengsaraan ini hanya mampu dilakukan oleh daulah khilafah yang di dalamnya berlaku penerapan hukum Allah, pencipta sekaligus pengatur terbaik seluruh ciptaannya.
Wallahualam bishowaab.
Oleh : Olga Febrina, Mahasiswi, Pegiat Literasi dan Aktivis Dakwah
.
Sabtu, 19 Agustus 2023
Memahami Akar Permasalahan, Mengapa Kekeringan dan Kelaparan Masih Ada di Indonesia?
Minggu, 06 Agustus 2023
Kelaparan di Papua di Tengah SDA Berlimpah
Kamis, 03 Agustus 2023
Enam Warga Papua Meninggal karena Kelaparan, Pamong Institute: Jangan Sampai Bertambah
Tinta Media - Berkaitan dengan meninggalnya enam warga Papua karena kelaparan, Direktur Pamong Institute Wahyudi Al-Maroky berharap jangan sampai bertambah.
“Jangan sampai ada tambahan rakyat yang meninggal karena kelaparan. Itu tidak boleh terjadi!
Oleh karena itu, pemerintah dengan segala perangkatnya harus segera mengambil kebijakan cepat,” tuturnya di Bincang Bersama Sahabat Wahyu: Papua Sayang, 6 Meninggal karena Kelaparan, Penguasa Gagal Sejahterakan Papua? Melalui kanal You Tube Qolbu Dakwah, Selasa (1/8/2023).
Wahyudi menambahkan, kepala negara yang paling bertanggung jawab dalam hal ini melindungi segenap warganya, sehingga kepala negara harus segera mengambil kebijakan yang cepat, tegas, dan tepat.
“Rakyat Papua tidak layak untuk bisa kelaparan karena dia hidup di atas tanah yang begitu kaya raya, yang mestinya diurus dengan baik dan kekayaannya digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat, terutama rakyat Papua dan seluruh rakyat Indonesia,” harapnya.
Ia berharap, para pemimpin segera mawas diri, menghisab diri, sebelum diperhitungkan dan dihisab oleh Allah Swt. di yaumil akhir.
“Berbagai kesalahan yang terjadi jangan diulangi. Berbagai persoalan yang belum selesai segera diselesaikan. Segera tuntaskan janji-janjinya yang belum tertunaikan, ssebelum ditagih di akhirat nanti yang akan lebih menyulitkan dirinya,” ucapnya memberikan nasehat.
Wahyudi juga berharap, agar rakyat tidak tinggal diam jika pemerintah tidak melakukan tugasnya dengan baik, tapi harus mengingatkan. “Masyarakat juga bisa menggalang dana untuk meringankan saudara-saudara kita di Papua,” imbuhnya.
Menurut Wahyudi, tidak ada salahnya kalau para pemimpin mencontoh para khalifah dalam keseriusannya mengurus rakyat.
“Tidak ada ruginya para pemimpin mencontoh Khulafaur Rasyidin bagaimana mengurus rakyat dengan baik, dan semoga tidak terjadi kelaparan lagi di Papua, juga daerah lain,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun.