Tinta Media: Kekayaan
Tampilkan postingan dengan label Kekayaan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kekayaan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 30 Desember 2023

Sudahkah Kita Mensyukuri Kekayaan Kita?



Tinta Media - Pernahkah Anda berpikir berapa kekayaan setiap orang jika dihargai dengan uang? 

Saat mata kita sehat, kita tak pernah berpikir betapa berharga mata kita. Coba saja andai suatu saat mata Anda, karena satu sebab kecelakaan tertentu, menjadi buta. Kebetulan Anda memiliki tabungan miliaran rupiah. Apa yang Anda lakukan? Anda pasti akan membayar berapa pun untuk mengembalikan penglihatan Anda. Tak peduli jika untuk itu tabungan Anda terkuras nyaris habis. Saat kaki kita sehat dan normal, kita pun mungkin jarang berpikir betapa bernilai kaki kita itu. Namun, pernahkah Anda membayangkan andai suatu saat, karena satu sebab musibah tertentu, kaki Anda harus diamputasi? Saya yakin, jika kebetulan Anda orang kaya, Anda akan sanggup mengeluarkan ratusan juta atau bahkan miliar rupiah asal kaki Anda tidak diamputasi serta kembali sehat dan normal seperti sedia kala. Bagaimana pula jika satu sebab bencana tertentu wajah Anda yang ganteng/cantik tiba-tiba harus menerima kenyataan rusak parah tak berbentuk akibat terbakar hebat atau terkena air keras? Saya yakin, Anda pun akan rela melepaskan harta apa saja yang Anda miliki asal wajah Anda bisa kembali ganteng/cantik seperti sedia kala.

Sudah banyak bukti, orang-orang kaya sanggup mengorbankan hartanya sebanyak apa pun demi mengembalikan kesehatannya; demi sembuh dari penyakit jantung, kanker, kelumpuhan, kecacatan dll. Bahkan demi mengembalikan agar kulitnya menjadi kencang, agar keriput di wajah bisa hilang, dll banyak orang rela merogoh sakunya dalam-dalam.

Jika sudah demikian, semestinya kita sadar, betapa kayanya setiap diri kita hatta jika secara materi kita orang miskin. 

Karena itu amat pantaslah jika Allah SWT dalam al-Quran surat ar-Rahman berkali-kali mengajukan pertanyaan retoris kepada kita: Fa bi ayyi âlâ’i Rabbikumâ tukadzibân (Nikmat Tuhanmu manakah yang kau dustakan)? 

Pertanyaannya: Sudahkah semua itu kita syukuri? Sudah berapa lama kita luangkan waktu untuk beribadah dan ber-taqarrub kepada-Nya? Ataukah kita malah rajin bermaksiat kepada-Nya? Sudah berapa besar pengorbanan kita untuk agama-Nya? Sudah berapa banyak harta milik-Nya yang kita infakkan di jalan-Nya atau membantu sesama? Ataukah kita gunakan sebagian besar harta itu di jalan yang sia-sia dan tak berguna sekadar demi memuaskan syahwat dan kesenangan dunia yang sesungguhnya hanya sesaat saja?

Wa mâ tawfîqî illâ billâh wa ’alayhi tawakkaltu wa ilayhi unîb. []

Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar

(Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor).

Sabtu, 04 November 2023

Kekayaan Pejabat Meningkat, Rakyat Tetap Melarat


Tinta Media - Di negeri yang bersistem demokrasi kapitalisme, harta kekayaan seseorang meningkat saat menjabat sebagai pemangku kebijakan bukanlah hal yang mengejutkan. Hal ini banyak dijumpai, baik di tingkat desa, daerah, ataupun tingkatan paling atas di pemerintahan.

Salah satunya adalah pemberitaan yang sedang ramai diperbincangkan mengenai kekayaan Bupati Bandung Dadang Suptiatna yang meningkat drastis pasca dua tahun memimpin. Tokoh Pemuda Kabupaten Bandung serta Ketua DPD Korps Alumni KNPI Kabupaten Bandung, Tubagus Topan Lesmana menilai hal ini sangat (metrojabar.pikiran-rakyat.com, 16/10/2023).

Berdasarkan data Laporan Harta Kekayaan Penyelengaara Negara (LHKPN) sebagaimana di laman elhkpn.kpk.go.id, jumlah kekayaan Bupati Bandung bertambah sebesar Rp600 juta. Pada tahun 2021 jumlah total harta kekayaannya sebesar Rp8.884.850.872. Sedangkan pada tahun 2022 sebesar Rp9.492.804.928. Ini artinya, dalam kurun setahun, jumlah harta kekayaannya mengalami peningkatan sebesar Rp607.954.056. 

Jika mengingat kembali data LHKPN dalam waktu pelaporan harta kekayaan selama setahun dari periode 31-30 Desember 2020, terdapat 5 pejabat atau menteri yang kekayaannya meningkat selama pandemi yaitu: 

Pertama, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono harta kekayaannya naik Rp481.530.801.537. 

Kedua, Menko Marves Luhut Binsar mengalami kenaikan sebanyak Rp67.747.603.287. 

Ketiga, Menhan Prabowo Subianto, tercatat kenaikannya sebesar Rp23.382.958.500. 

Keempat, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate jumlah kenaikan sebesar Rp17.764.059.042. 

Kelima, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, kenaikannya sebanyak Rp10.221.697.693. (Kompas.com, 13/09/2023)

Tak ketinggalan, laman CNBC Indonesia (12/4/2023), juga merilis 10 pejabat terkaya, di antaranya ada menteri hingga bupati. Bisa jadi, inilah alasan mengapa kursi pemerintahan dalam sistem Demokrasi Kapitalisme selalu jadi ajang perebutan, meskipun pencalonan untuk menduduki kursi panas pemerintahan dalam sistem ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. 

Deretan kekayaan fantastis pejabat serta kenaikan harta kekayaan yang tidak kalah fantastis pula ketika menjabat cukup membuat rakyat kecil tersenyum getir. Seakan para wakil rakyat telah berhasil mewakili kesejahteraan rakyat, di saat rakyat harus menelan kenaikan harga berbagai bahan pokok, BBM, listrik, pendidikan, kesehatan. Belum lagi masyarakat dihadapkan pada permasalahan PHK massal di berbagai lini industri. 

Melihat jumlah kekayaan yang meningkat pesat, jumlah uang rakyat yang dipakai untuk menggaji mereka tentunya tidak mengecewakan. Terlepas dari mereka sebagai pengusaha, memiliki bisnis sampingan, ataupun dari maraknya kasus-kasus korupsi yang menghiasi perilaku para pejabat di sistem demokrasi kapitalisme ini. Kondisi ini berbalik dengan nasib rakyat yang tetap pada garis kemiskinan.

Dalam pesta lima tahunan, suara rakyat bak dituhankan. Sistem demokrasi ini menghantarkan harapan untuk duduk di kursi kebijakan, kemudian mengantarkan pada napas kapitalisme. Para pejabat dan wakil rakyat beralih menjadi regulator antara kapitalis dan rakyat. Hal ini menjadikan rakyat sebagai objek bagi kapitalis dalam mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya. Sistem demokrasi kapitalisme inilah yang menjadikan perselingkuhan antara pemangku kebijakan dengan pemilik kepentingan. Rakyat menjadi korban kebijakan, nihil akan kesejahteraan. 

Dalam sistem demokrasi kapitalisme, slogan 'Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin' sepertinya akan nampak nyata menjadi slogan abadi. Sistem ini meniscyakan bahwa pejabat makin kaya dan rakyat makin miskin. Negeri ini dijuluki sebagai surga dunia karena keberlimpahan kekayaan alamnya dan dikenal dengan zamrud khatulistiwa. Kondisi inieharusnya mampu menyejahterakan anak cucu negeri. Namun nyatanya, rakyat Indonesia telah terbiasa bergelud hidup miskin di tengah kekayaan negerinya. 

Kapitalisme liberal melalui para pengusungnya menyebabkan berbagai kekayaan alam yang terkandung di negeri ini dikuasai oleh asing dan aseng. Negeri ini juga rentan didominasi oleh asing dan aseng melalui utang luar negeri. Hal ini karena sistem kapitalisme telah membebaskan orang-orang yang bermodal besar (para kapitalis) untuk menguasai apa pun, tidak peduli melanggar syariat atau. 

Ada aset atau kekayaan yang semestinya milik umum, misalnya sumber daya alam adalah milik rakyat, tetapi dikuasai sendiri oleh para konglomerat. Tidak ada sepeser pun keuntungan untuk rakyat. Semua masuk ke kantong pribadi mereka. Inilah maksud dari makna bebas tanpa batas.

Berbeda dengan sistem Islam. Sistem ini berdiri di Madinah dan dipimpin langsung oleh Rasulullah saw. yang membawa aturan dari Sang Pencipta manusia untuk mengatur seluruh kehidupan umat manusia. Dialah suri teladan terbaik. 

Islam mengatur dari hal kecil sampai besar, mulai dari bangun tidur hingga membangun negara. Sepeninggal Rasulullah, kepemimpinan negara Islam dilanjutkan oleh para Khalifah yang bertahan hingga 13 abad lamanya. 

Dalam Islam memang tidak ada larangan bagi seseorang untuk memiliki kekayaan yang melimpah. Akan tetapi, ada batasan kekayaan. 

Pembagian kekayaan dibagi menjadi 3 kelompok, yakni kekayaan negara, kekayaan umum (milik rakyat), dan kekayaan individu. Semuanya diatur sesuai syariat Islam. Aturan dari Sang Pencipta meniscayakan kesejahteraan meliputi seluruh makhluk-Nya, membawa rahmat bagi seluruh alam. 

Para pejabat yang diangkat dalam sistem Islam berkewajiban menjalankan hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah, yakni menerapkan Islam secara sempurna (kaaffah). 

Dari sistem inilah lahir pemimpin-pemimpin yang amanah, peka terhadap kondisi rakyat, sebab mereka menyadari bahwa setiap tugasnya akan dimintai pertanggungjawaban sehingga tidak akan mengabaikan sedikit pun urusan rakyat. Mereka senantiasa fokus mengurusi kepentingan umat dan tidak akan berpikir untuk memupuk harta demi kepentingan pribadi dengan memanfaatkan kekuasaannya.

Seperti kisah teladan Khalifah Umar bin Abdul Azis, beliau justru menyerahkan hartanya untuk kas negara (baitul mal). Selain itu, beliau juga menolak untuk tinggal di istana. Bahkan, Umar meminta istrinya, yakni Fatimah bin Abdul Malik untuk menyerahkan perhiasan-perhiasan ke baitul mal. 

Khalifah Umar hanya fokus untuk mengurusi kepentingan rakyat, sehingga rakyat yang dipimpinnya pun mencapai kemakmuran. Kemakmurannya terlihat saat amil zakat berkeliling mencari di tiap perkampungan hingga ke Afrika untuk membagikan zakat. Akan tetapi, mereka tak menjumpai satu pun orang yang mau menerima zakat. Ini karena pada saat itu negara dalam keadaan surplus. Bahkan, di masa Umar juga, negara memberikan subsidi untuk setiap individu, seperti membiayai pernikahan warga dan menebus utang-piutang di antara mereka.

Kesempurnaan pengaturan Islam secara kaffah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan para khalifah setelahnya seharusnya mampu memberi jawaban kondisi rakyat hari ini. 

Sementara, sistem demokrasi kapitalisme seakan menjadi peluang besar atau lahan basah bagi pejabat yang ingin memperkaya diri. Pada akhirnya, pilihan ada pada umat, ingin selamanya bergelud dengan sistem yang terbukti semakin jauh dari kata sejahtera ataukah bangkit dari keterpurukan untuk mengembalikan pengaturan kehidupan kembali kepada aturan Pencipta manusia seutuhnya. WalLaahu a'lam bish-shawaab.

Oleh: Nia Kurniasari
Sahabat Tinta Media

Senin, 07 Agustus 2023

IJM: Miris! Kekayaan Pejabat Bertambah, Rakyat Semakin Susah


Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana menyesalkan kekayaan pejabat semakin bertambah ditengah rakyat banyak yang susah.
 
"Miris! Apabila kekayaan pejabat bertambah ditengah rakyat banyak yang susah, kemiskinan dan pengangguran masih tinggi, dan banyak rakyat sulit mendapatkan kebutuhannya," tuturnya di kanal Youtube Justice Monitor: Kerja Belum Tentu Becus, Gaji Ahok Bikin Susah Rakyat,  Jumat (4/8/2023).
 
Ia menegaskan,  pendapat diatas muncul karena  ada pemberitaan bahwa Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ditetapkan kembali menjadi komisaris utama Pertamina, dengan gaji miliyaran.

"Gaji atau honorarium dari komisaris utama, yakni US$ 46,48 juta atau senilai dengan Rp 702,67 M. Jumlah ini dibagi tujuh orang sesuai jumlah komisaris. Artinya Ahok mendapt gaji Rp 100,3 M per tahun, atau dalam per bulan sekitar Rp 8,3 M," ungkapnya.
 
Agung melanjutkan, sebagian publik mendesak pertamina untuk segera mengklarifikasi gaji komisaris utama PT. Pertamina. “Tak hanya itu sejumlah pihak pun meminta BPK RI mengaudit anggaran pertamina, apakah sudah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Jangan sampai penerimaan negara dari sumber daya alam negara dinikmati dan menjadi  bancakan segelintir orang," kritiknya.
 
Agung menjelaskan, sesuai konstitusi, kekayaan alam yang dikuasai negara harus digunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Bukan kemakmuran segelintir orang, para pengurus BUMN migas.
 
“jangan sampai keputusan ini melukai rasa keadilan rakyat. Ditengah masyarakat yang kesulitan mendapatkan gas melon 3kg bersubsidi dan harga BBM yang kembali naik, kemiskinan dan pengangguran masih tinggi, dan banyak rakyat sulit mendapatkan kebutuhannya," ungkapnya.
 
Tak hanya itu, lanjutnya, masih banyak rakyat yang sulit untuk makan, biaya berobat dan pendidikan yang dianggap mahal.  “Mereka harus banting tulang hanya untuk sekadar makan. Jangan sampai kekayaan alam yang melimpah ini hanya dinikmati segelintir orang," pungkasnya. [] Citra Salsabila.

Minggu, 14 Agustus 2022

Pencapaian Kekayaan Material Suatu Umat Bergantung pada Pemikiran dan Pelestarian Pemikiran

“Dalam kitab Al Nizhomul al iqtishodi Syekh Taqiyuddin An Nabhani menyatakan bahwa pencapaian kekayaan material suatu umat bergantung pada pemikiran dan pelestarian pemikiran umat tersebut,” tutur Narator History Insight: Mimar Sinan, Arsitek Berpengaruh Sepanjang Masa, Selasa (9/8/2022) di kanal YouTube Muslimah Media Center(MMC). 

Tinta Media - Menurutnya, jika kekayaan material suatu bangsa hancur, maka dengan cepat mereka akan mampu memulihkannya kembali selama mereka memlihara kekayaan pemikiran mereka. “Umat Islam harus menyadari bahwa sejak runtuhnya khilafah Islamiyah mereka telah meninggalkan kekayaan pemikirannya,” jelasnya.

Narator mengungkap kaum kafir Barat dengan sigap melakukan berbagai cara untuk melenyapkan pemikiran Islam dari diri umat Islam. “Pemikiran tersebut tidak lain adalah ideologi Islam yang pernah membangun peradaban Islam gemilang selama belasan abad lamanya,” ungkapnya.

“Apalagi keruntuhan khilafah Islamiyah telah menjadikan kaum kafir barat dengan antek-anteknya dengan leluasa menerapkan ideologi kapitalisme sekuler yang bertentangan dengan Islam di negeri-negeri Muslim,” tambahnya.
 
Ia menjelaskan bahwa ini semakin menambah kekacauan pemikiran Islam dalam diri umat. 
“Bahkan umat melupakan jati dirinya sebagai khoiru umat yang pernah memiliki negara khilafah yang menjadi perisai mereka,” jelasnya.

“Tak heran jika hari ini, kekayaan materi yang masih ada di negeri-negeri muslim saat ini hanya menjadi peninggalan yang tidak mampu memberikan gambaran kebesaran umat Islam dan memberikan pengaruh pada kehidupan umat Islam. Umat Islam masih tetap tertinggal, tertindas hingga terjajah oleh negara-negara barat,” jelasnya lebih lanjutnya.

Mimar Sinan

Narator menyampaikan bahwa kebesaran peradaban Islam di masa kekhilafahan telah meninggalkan bangunan-bangunan megah yang penuh dengan arsitek-arsitek jenius. 
“Sebagian besar dari bangunan tersebut masih menjadi rujukan dan referensi dalam perancangan dan pengembangan infrastruktur masa modern,” tuturnya.

Narator memberi contoh salah satu arsitek yang paling berpengaruh di masa Islam khususnya di masa Khilafah Utsmaniyah adalah Mimar Sinan.

“Arsitek kebanggaan Kerajaan Utsmani ini banyak meninggalkan warisan-warisan pembangunan yaitu 90 masjid besar di seluruh wilayah kekuasaan Utsmani ,50 masjid kecil, 57 perguruan tinggi, 8 jembatan dan berbagai gedung-gedung sarana publik di seluruh wilayah kekuasaan Khilafah Utsmani,” paparnya.

“Ia juga mewarisi murid-murid hebat yang berhasil membangun masjid Sultan Ahmad atau dikenal dengan blue Mouse Turki dan Taj Mahal di India,” imbuhnya.
 
Ia mengungkap di saat arsitek-arsitek dari negeri lainnya tidak mampu membuat sebuah bangunan yang lebih atau setara dengan keindahan Hagia Sophia, saat itulah Mimar Sinan mampu keluar dari pakem dan standar yang telah dibuat oleh para arsitek terdahulu dan membuat bangunan yang lebih monumental.

“Salah satu masjid besar yang fenomenal yang menjadi karyanya adalah Masjid Sultan Sulaiman,” ungkapnya.

Dijelaskannya bahwa saat itu proyek besar Masjid Sultan Sulaiman direncanakan akan rampung pembangunannya dalam waktu 7 tahun. Namun selama 5 tahun Mimar Sinan hanya sibuk membangun pondasi masjid besar ini.

“Sampai-sampai Sultan Sulaiman mengira Mimar melarikan diri dari pembangunan karena dia sangat sibuk di area bawah tanah untuk membangun pondasi masjid,” jelasnya.

“Pada tahun 1557 selesailah pembangunan masjid Sultan Sulaiman dan ini adalah sebuah Masterpiece masjid besar dengan interior yang luar biasa,” lanjutnya. 

Narator memaparkan ketinggian langit-langit di ruang dalam menunjukkan kerumitan pembangunannya. Kubah-kubahnya menunjukkan perhitungan geometri yang detail. Di bagian luar terdapat empat menara ramping yang menjulang setinggi 50 meter. 
“Saat itu menara ini benar-benar sesuatu yang menakjubkan dan tidak ada arsitek yang mampu membuat serupa dengannya,” tegasnya.

Narator juga menjelaskan bahwa komplek Masjid Sulaiman meliputi masjid, Rumah Sakit, pemandian, perpustakaan, dapur umum Madrasah Alqur'an, madrasah hadis, taman kanak-kanak anak-anak dan pusaran pemakaman Sultan Sulaiman.

“Meski demikian, Mimar Sinan menyebutkan bahwa Komplek Masjid Sultan Selim II atau disebut Selimiye adalah masterpiece-nya. Kubah masjid yang dibangun di atas tumpuan segi delapan memungkinkan masjid ini dibangun dengan tinggi yang pada akhirnya mengalahkan Hagia Sophia. Hingga hari ini Masjid Sultan Selim II menjadi landmark kota Edirne,” jelasnya. 

Menurutnya, kekayaan materi yang sangat fenomenal dan membawa manfaat bagi masyarakat luas ini merupakan hasil kekayaan pemikiran umat Islam yang terjaga pada saat itu.

“Akankah kita membiarkan kekayaan pemikiran Islam terkubur selamanya?” tandasnya. [] Raras

*****

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab