Tinta Media: Kecantikan Palsu
Tampilkan postingan dengan label Kecantikan Palsu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kecantikan Palsu. Tampilkan semua postingan

Minggu, 13 Agustus 2023

Miss Universe, Standarisasi Kecantikan Palsu ala Kapitalisme

Tinta Media - Ajang Beauty Pageant Miss Universe Indonesia 2023 menuai kritikan keras usai terungkap kasus body checking yang memaksa kontestan harus membuka baju dan hampir telanjang. 

Seorang kontestan yang memberikan keterangan menyebutkan, sampai ada kontestan yang depresi disebabkan selain proses body checking yang cukup shocking, dia juga mengalami body shaming.

Miss Universe dan ajang Beauty Pageant (kontes kecantikan) yang lain sebenarnya tidak jauh berbeda, memilih perempuan yang cantik secara fisik dan kepribadian. Untuk itu para kontestan harus tampil cantik dan juga memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi. 

Tidak jarang yang mengikuti ajang Beauty Pageant ada yang berprofesi sebagai dokter, ilmuwan, dan profesi mentereng lainnya, sehingga dianggap menjadi sosok perempuan panutan yang lengkap paripurna.

Inilah letak kesalahannya, yaitu berpikir bahwa sosok perempuan yang layak dijadikan contoh standar kebaikan dan panutan adalah sosok yang cantik dan memiliki intelektualitas tinggi. 

Standarisasi seperti ini membuat perempuan berlomba-lomba untuk mempercantik diri dengan make up dan berdandan seperti Miss-Miss itu. Vice Versa-nya membuat perempuan yang tidak memiliki kecantikan dan tidak berpendidikan tinggi menjadi rendah diri karena tidak bisa mencapai standar itu. 

Apakah ini jalan yang tepat untuk mewujudkan women empowerment yang menjadi tujuan diadakannya ajang ini?

Standarisasi kecantikan, profesi, intelektualitas adalah standarisasi khas kapitalisme yang melihat segala sesuatu dari fisik dan materi semata. Seseorang dianggap baik jika cantik, kaya, dan memiliki pekerjaan yang menghasilkan uang banyak. 

Dan sifat manusia yang tidak mau dianggap rendah atau dipandang sebelah mata-lah yang menyebabkan ajang-ajang seperti Miss Universe, Puteri Indonesia, dan yang serupa masih ramai peminat. Manusia membutuhkan pengakuan atas eksistensi dirinya. 

Padahal jika mau dilihat lebih mendalam, semua ajang kecantikan memiliki muara yang sama, yaitu semata-mata keuntungan materi. Sponsor dari industri kecantikan dan fashion akan membanjiri ajang ini karena bisa menjadi lahan promosi besar-besaran. 

Pemerintah pun mendukung karena pemenangnya bisa menjadi ikon promosi pariwisata Indonesia. Semua akan memanfaatkan para pemenang kontes untuk kepentingan materi semata. Apakah ini yang dinamakan women empowerment? Lebih ke arah eksploitasi sih sebenarnya.

Dalam Islam, eksistensi perempuan sudah dimuliakan dari awal kelahirannya, tanpa perlu ajang kecantikan. Pengakuan eksistensi perempuan dalam Islam tertuang di berbagai literasi Islam. Salah satunya dari Hadis Nabi saw. :

“Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku” (Anas bin Malik berkata: Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau). (HR Muslim 2631).

Keberadaan dirinya sebagai bagian dari keluarga, ibu, istri, dan masyarakat di dalam Islam mendapatkan tempat yang selayaknya yaitu surga.

“Surga itu di bawah telapak kaki-kaki para ibu, siapa yang mereka kehendaki, maka mereka akan memasukkannya, dan siapa yang mereka kehendaki, maka mereka akan mengeluarkannya."

Kepribadian yang diharapkan dari seorang muslimah adalah kepribadian Islam, yang taat dan patuh pada syariat agamanya, serta kuat mempertahankan nilai-nilai dirinya sebagai muslimah. Bukan kepribadian yang dibuat-buat untuk menang kontes semata, yang bergantung nilai-nilai diatas kertas penilaian manusia. 

Bukan kepribadian yang baik jika dia mau membuka aurat untuk menunjukkan kemolekan tubuhnya, mengumbar kecantikannya untuk menarik sponsorship dan wisatawan, atau membiarkan panitia menilai tubuhnya dengan label dan angka-angka, bahkan menelan mentah bila dibody shaming. 

Islam bahkan menutup auratnya dengan aturan Islam yang menjaganya, untuk menghindarkan perempuan dari bahaya. Tidak akan ada yang berani memanfaatkan perempuan untuk dieksploitasi tubuhnya seperti yang banyak dilakukan di era kapitalisme saat ini. 

Haibah atau harga diri seorang perempuan benar-benar dijaga dalam Islam. Inilah yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah yaitu menjaga, mengayomi, dan melindungi harga diri perempuan bukan malah memanfaatkannya untuk promosi wisata.

Bagi perempuan di luar sana, yang masih percaya standarisasi kecantikan ala kapitalisme, segeralah berpikir ulang. Sudah banyak kasus pelecehan yang terjadi di ajang kecantikan, dan apa yang sebenarnya terjadi dibalik penyelenggaraan Beauty Pageant. 

Jangan mau dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan duniawi. Wujudkan dalam diri perempuan, terutama muslimah, kekuatan untuk melakukan perubahan dengan benar. 

Ajang kecantikan bukan tempat dan cara yang tepat sebagai batu loncatan untuk melakukan perubahan bagi kaum perempuan. Mulailah dari menghargai diri sendiri dengan aturan dari Allah yang menciptakan kita, yang paham siapa kita. Bukan nilai-nilai manusia yang berpikir hanya untuk keuntungan materi semata.

Bangkitlah dengan menghiasi diri dengan pemikiran Islam, kepribadian Islam, membentuk masyarakat yang saling menjaga, saling menghormati, bukan masyarakat yang rusak yang hidup dengan standar kehidupan ala kapitalis. 

Tidak ada yang salah dengan penciptaan kita yang bermacam-macam bentuk tubuh dan warna kulit, yang penting adalah keshalihan kita dalam menjalani kehidupan yang hanya sementara ini. Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya wanita dunia yang masuk surga lebih unggul dibandingkan wanita surga, disebabkan amal yang mereka kerjakan sewaktu di dunia."

Oleh : Afiynoor, S.Kom.
(Aktivis Dakwah Surabaya)
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab