Tinta Media: Karakter
Tampilkan postingan dengan label Karakter. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Karakter. Tampilkan semua postingan

Jumat, 01 September 2023

MEMBACA KARAKTER ‘LONDO IRENG’ JONGOS PENJAJAH, DULU DAN SEKARANG



Tinta Media - Jongos menunjuk pada orang laki-laki yang bertugas membantu seorang tuan. Jika jongos merujuk orang laki-laki, maka babu merujuk perempuan. Keduanya sama-sama bermakna pembantu atau orang yang melayani.


Prinsipnya, jongos diasosiasikan untuk menyebut pembantu rumah tangga laki-laki. Sebutan jongos populer di masa kemerdekaan Indonesia masih mimpi. Qaris Tajudin, dalam tulisan di Majalah Tempo, Jongos, Babu, Pembantu (2012), menjelaskan, kata jongos mengandung unsur antikemanusiaan yang berat.

 

Jongos dalam tulisan ini adalah para pembantu penjajah belanda pada zaman kolonial yang mengkhianati bangsanya sendiri demi kepentingan duniawi semata. Jongos atau pengkhianat bangsa pada saat itu sering juga disebut sebagai londo ireng. Disebut londo karena bekerja untuk penjajah dan disebut ireng karena berasal dari pribumi. "Londo Ireng" dalam konteks ini mengacu pada orang Jawa yang bekerja sama atau bekerja sebagai mata-mata untuk pihak penjajah Belanda.

Pengkhianatan oleh "Londo Ireng" ini sangat dikecam oleh masyarakat Jawa karena dianggap sebagai penghianatan terhadap tanah air dan masyarakatnya sendiri. Mereka dianggap berkolaborasi dengan penjajah Belanda untuk kepentingan pribadi atau untuk mendapatkan keuntungan tertentu, sementara rakyat biasa menderita akibat penjajahan.

 

Karakter "Londo Ireng" dalam konteks sejarah ini memiliki konotasi negatif sebagai pengkhianat bangsa. Istilah ini mencerminkan perasaan marah dan kekecewaan masyarakat terhadap individu atau kelompok yang membantu penjajah dan bekerja melawan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

 

Jika dahulu banyak pribumi yang rela mengkhianati bangsanya sendiri dengan menjadi seorang jongos penjajah, apakah darah jongosnya itu lantas mengali ke anak cucu, sangat mungkin tidak. Tapi jika pertanyaannya diganti, apakah saat ini masih ada penjajah di negeri ini ?. Jawabnya sangat mungkin masih. Jika demikian, masih adakah jongos penjajah di zaman ini. Jawabnya, pasti ada dan mungkin malah lebih banyak.

 

Karakter pertama jongos penjajah atau londo ireng zaman kolonial adalah selalu berkolaborasi dengan penjajah. Mereka bekerja sama dengan penjajah Belanda dan mungkin memiliki hubungan atau ikatan dengan mereka. Mereka mungkin memberikan informasi strategis kepada penjajah, membantu penjajah dalam mengendalikan masyarakat, atau bahkan menjadi agen atau mata-mata.

 

Seperti halnya dulu, tidak sedikit diantara pribumi yang memilih menjadi jongos pengkhianat yang anti terhadap semangat perjuangan tentara kemerdekaan, karena mereka memilih tergabung dalam beberapa organisasi bentukan Belanda. Salah satunya adalah Nederlands Indie Civil Administration (NICA).

 

Jongos modern tentu saja tidak jauh berbeda, mereka bergabung dengan organisasi-organisasi bentukan asing dan aseng, sebab di dalamnya ad aiming-iming duniawi. Meski banyak organisasi yang jelas-jelas memusuhi Islam dan ingin merusak Islam, seperti liberalisme, propaganda lgbt, dll, namun jongos tetap setia menjadi budaknya. Banyak organisasi aseng asing yang membutuhkan komprador pribumi dan tentu saja yang memilih sebagai jongos penjajah dengan hati membantunya. Berbagai bentuk kezoliman, seperti perampasan tanah rakyat biasanya juga dibekingi oleh para jongos penjajah ini.

 

Karakter kedua dari para londo ireng jongos penjajah adalah kerakusannya atas materi dunia. Mereka hanya mengejar kepentingan pribadi semata, namun rela mengkhianati bangsanya sendiri. Londo ireng jongos penjajah itu sangat pragmatis, materialistik dan hanya menjadi budak perutnya sendiri. Motivasi mereka cenderung didorong oleh keinginan untuk mempertahankan atau meningkatkan posisi sosial, ekonomi, atau politik mereka sendiri, bahkan jika itu berarti mengorbankan kesejahteraan dan kebebasan masyarakat yang lebih luas.

 

Londo ireng jongos penjajah demi mengejar isi perutnya tidak peduli akan merugikan saudara sebangsa dan setanah airnya. Londo ireng jongos penjajah tidak peduli apakah uang yang didapat itu adalah uang haram hasil pengkhianatan. Jongos penjajah itu tetap menjadikan penjajah sebagai tuan yang dipuja-puja setinggi langit dengan terus merendahkan saudaranya sendiri. Bahkan tak segan-segan, demi isi perutnya, jongos penjajah akan mengadu domba sesame anak bangsa.

 

Karakter ketiga dari londo ireng jongos penjajah penentangan terhadap gerakan kebangkitan Islam. Sejak zaman dulu, penjajah membenci dan mendengki para ulama yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini dengan seruan semangat jihad fi sabilillah. Sebab yang diinginkan belanda adalah para ulama itu bergabung dengan belanda dan menjadi jongosnya juga. Penolakan para ulama itu lantas dituduh oleh belanda sebagai kaum ekstrimis.  

Jadi jika hari ini masih ada orang yang justru membela kapitalisme dan komunisme serta menolak kebangkitan perjuangan Islam, maka pada hakikatnya mereka adalah londo ireng jongos neokolonialisme. Mereka menentang gerakan kebangkitan dan usaha-usaha untuk membebaskan bangsa dari penjajahan aseng dan asing. Mereka rela menjadi komprador pemuja aseng asing. Mungkinkah mereka itu anak cucu para londo ireng zaman belanda ?.

 

Karakter keempat londo ireng jongos penjajah, selain menginginkan kehidupan mapan secara mudah, serangkaian alasan politis juga menjadi penyebab mata hati mereka terhadap saudara sebangsa dan tanah air tertutup rapat. Alih-alih membantu di medan juang menjaga kedaulatan, mereka bahkan rela menjadi pengkhianat bagi saudara sebangsa, sehingga menorehkan kisah buram di tanah air pada zaman itu.

 

Disorientasi politik sebagai kelanjutan hegemoni kekuasaan penjajah seringkali menjadikan para jongos penjajah menjadi para pejabat negara atau pemimpin politik untuk melanjutkan berbagai kepentingan tuannya. Selain itu, tentu saja untuk mendapatkan duniawi lebih banyak, sebagaimana telah dilakukan oleh tuannya. Terlebih saat penjajah pergi, maka mereka meninggalkan para jongosnya untuk menjadi penguasa, agar negara tetap bisa dikendalikan.  Mungkin bagi londo ireng jongos penjajah belanda, harta dan kenyamanan hidup lebih berharga daripada kemerdekaan dan bisa hidup berdaulat di atas tanah dimana Allah mentakdirkannya hidup untuk merawatnya sebagai ‘Khalifah fil Ardl’.

Belanda yang telah menanamkan pengaruh kolonialnya di tanah air kita tercinta, membuat sebagian rakyat takluk yang kemudian menjadi tunduk dan patuh. Bagi mereka, nasionalisme dan angin kemerdekaan, hanyalah buaian mimpi belaka yang mustahil terjadi. Alhasil, banyak kalangan terpelajar Indonesia, lebih memilih menjadi pegawai kolonial Belanda. Kemapanan, finansial dan jaminan hidup, lebih mudah dibanding bersimbah darah di medan pertempuran dengan ancaman kematian.

 

Bisa jadi, itulah alasan mereka membela Belanda demi jabatan dan hidup mapan. Tak hanya di kalangan terpelajar, para aristokrat dan bangsawan (raja-raja), juga ikut termakan rayuan duniwai yang ditawarkan para penjajah. Pada zaman itu, bukanlah hal aneh jika para raja, bangsawan maupun pejabatnya dekat dengan pemerintahan kolonial. Motivasi mereka pun beragam. Ada yang dekat karena ingin diangkat menjadi raja atau pemangku wilayah karesidenan, menjadi pegawai sipilnya saja. Dan bagi rakyat biasa, ia rela menjadi centeng hingga mata-mata Belanda karena tergiur oleh upah.

 

Karakter kelima londo ireng jongos penjajah belanda adalah mengadu domba anak bangsa dengan menebarkan berbagai bentuk fitnah, khususnya kepada umat Islam dan para ulamanya. Bisa juga melakukan berbagai bentuk adu domba antar agama yang berbeda, Islam dan Kristen misalnya.

 

Adu domba sesama muslim dengan membesar-besarkan perbedaan, atau isu-isu tentang radikal radikul serta terorisme pada zaman ini sebanarnya hanya kelanjutan dari kerjaan londo ireng jongos penjajah. Hanya saja sekarang sudah berganti tuannya saja.

Lalu, kemanakah para pribumi pengkhianat bangsa jebolan NICA dan KNIL atau londo ireng itu kini ?.  Secara ukuran usia normal mungkin sudah mati dan tinggal menyisakan kisah memalukan dan memilukan. Kemudian pertanyaannya, apakah jiwa londo ireng itu masih terbawa oleh faktor genetika kepada anak cucu keturunannya sampai sekarang dalam masa neoimperialisme ideologi kapitalisme dan komunisme saat ini ?. Rasa-rasanya makin banyak ya londo ireng jongos penjajah saat ini.

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 09/08/23 : 09.12 WIB) 

Oleh: Dr. Ahmad Sastra 
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa

Sabtu, 20 Mei 2023

Inilah Tiga Karakter Hasil Pendidikan Islam

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto, (UIY) memandang bahwa pendidikan dalam perspektif Islam akan membawa peserta didik memiliki tiga karakter.

"Jika kita mengacu pada ajaran Islam, pendidikan yang dimaksud di sana adalah satu usaha yang sistematis terstruktur untuk membawa anak atau peserta didik itu menjadi manusia-manusia yang setidaknya memiliki tiga kompetensi atau karakter sekaligus," ucapnya dalam Fokus Live Streaming: Kemana Arah Pendidikan Indonesia, Rabu (10/5/2023) di kanal Youtube UIY Official.

Pertama, pendidikan Islam akan melahirkan siswa berkepribadian Islam. "Kepribadian ini tampak pada cara berpikir dan berprilaku berdasarkan ajaran Islam," ujarnya. 

Kedua, menguasai Islam. "Diantara yang paling sederhana adalah kemampuan dia untuk membaca al-Qur'an, memahami fikih tentang ibadah, tentang makanan, minuman, pakain dan sebagainya," kata UIY memberikan contoh.

Ketiga, menguasai ilmu kehidupan. "Ilmu kehidupan, di dalamnya ada sains dan teknologi," kata UIY.

Menurutnya, tolak ukur atau perspektif dalam memandang pendidikan akan menentukan arah keberhasilan pendidikan sesuai dengan perspektifnya masing-masing. 

UIY mengingatkan umat Islam agar menjadikan Islam sebagai basis pendidikannya sehingga menghasilkan muslim yang bertakwa sekaligus menguasai teknologi. "Sebagaimana pernah terjadi pada masa kekhalifahan," pungkasnya.[] Ihsan 

Selasa, 03 Januari 2023

Karakter Para Pendidik Sukses

Tinta Media - Sobat. Ajarilah Dirimu dan Keluargamu Kebaikan dengan Dienul Islam. Ada karakter-karakter mendasar yang apabila seorang pengajar memilikinya, maka akan banyak membantunya dalam melakukan aktivitas pendidikan. Sebagai umat Rasulullah SAW maka sudah selayaknya kita sekuat tenaga menjadikan Rasulullah sebagai teladan termasuk dalam mendidik anak. Beliau adalah guru terbaik yang menghasilkan para sahabat yang hebat dan layak kita teladani.

Sobat. Apabila anak keturunan tumbuh dalam ketaatan kepada Allah dan mendakwahkan agama-Nya, mereka semua akan bertemu di surga yang kekal sebagaimana diberitahukan oleh Allah SWT dalam firman-Nya :
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱتَّبَعَتۡهُمۡ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلۡحَقۡنَا بِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَمَآ أَلَتۡنَٰهُم مِّنۡ عَمَلِهِم مِّن شَيۡءٖۚ كُلُّ ٱمۡرِيِٕۢ بِمَا كَسَبَ رَهِينٞ
“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” ( QS. Ath-Thur (52) : 21 )

Sobat. Dalam ayat ini, Allah swt menerangkan bahwa orang-orang yang beriman yang diikuti oleh anak cucu mereka dalam keimanan, akan dipertemukan Allah dalam satu tingkatan dan kedudukan yang sama sebagai karunia Allah kepada mereka meskipun para keturunan itu ternyata belum mencapai derajat tersebut dalam amal mereka. Sehingga orang tua mereka menjadi senang, maka sempurnalah kegembiraan mereka karena dapat berkumpul semua bersama-sama. 

Sobat. Ketika membaca ayat 21 ini Ibnu 'Abbas berkata bahwa keturunan anak cucu orang-orang beriman akan ditingkatkan oleh Allah swt derajatnya bila ternyata tingkatan mereka lebih rendah dari derajat orang tua mereka. Kemudian Allah swt memberikan gambaran tentang situasi surga penuh kenikmatan seperti tersedianya makanan mereka di dalam surga. Setiap buah-buahan atau makanan yang mereka inginkan pasti mereka peroleh sesuai dengan selera mereka. 

Kemudian digambarkan bagaimana mereka hidup senang di sana. Mereka saling berebutan minum, minum tetap dalam kesopanan, berbicara tentang hal lucu, di sana mereka dilayani oleh pelayanpelayan yang sangat ramah dan cantik. Mereka juga membicarakan hal ihwal mereka di dunia dahulu sebelum mereka berada di dalam kesenangan dan kemewahan surgawi. 

Sobat. Diriwayatkan bahwasanya Rasulullah bersabda: Apabila seseorang memasuki surga, menanyakan kedua orang tuanya, istrinya, dan anaknya, maka dikatakan kepadanya: "Mereka belum sampai pada derajat dan amalanmu." Maka ia berkata: "Ya Tuhanku, aku telah beramal untukku dan untuk mereka". Maka (permohonannya dikabulkan Tuhan) disuruhlah mereka (orang tua, istri, anak) untuk bergabung dengan dia." (Riwayat Ibnu Mardawaih dan ath-thabrani dari Ibnu 'Abbas) 

Sobat. Ini merupakan karunia Allah swt terhadap anak cucu yang beriman dan berkat amal bapak-bapak mereka sebab bapak pun memperoleh karunia Allah swt dengan berkat anak cucu mereka sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:Sesungguhnya Allah swt niscaya mengangkat derajat seorang hamba, lalu ia bertanya, "Ya Tuhanku, bagaimana aku memperoleh derajat ini?" Allah menjawab, "Kamu memperolehnya sebab doa anakmu." (Riwayat Ahmad dan al-Baihaqi dari Abu Hurairah) Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw bersabda, "Apabila mati seorang anak Adam, maka terputuslah amalnya kecuali tiga: amal jariah, atau ilmu yang bermanfaat atau anak yang saleh yang mendoakannya."(Riwayat Muslim dari Abu Hurairah) 

Kemudian pada ayat ini Allah menjelaskan lagi bahwa pahala dari amal saleh para bapak yang saleh tidak dikurangi meskipun kedudukan anak dan isteri mereka yang beriman diangkat derajat mereka menjadi sama dengan suami/bapak mereka sebagai karunia Allah swt. 

Sobat. Pada akhir ayat ini Allah menegaskan bahwa setiap orang memang hanya bertanggungjawab terhadap amal dan perbuatan masing-masing. Perbuatan dosa istri atau anak tidak menjadi tanggung jawab ayah/suami, demikian pula perbuatan dosa agar tidak dibebankan pada anak atau istrinya. Hal ini perlu ditegaskan bahwa hal itu merupakan prinsip dasar. Tetapi Allah memberi karunia banyak kepada orang tua yang beriman dan beramal saleh dengan menambah kebahagiaan orang tua untuk memenuhi keinginan orang tua berkumpul di surga bersama anak, istri dan cucu-cucunya, selama mereka beriman, meskipun derajat mereka lebih rendah, tetapi Allah mengangkat mereka menjadi sama dengan bapak yang mukmin dan saleh tadi. 

Sobat. Apabila si anak berbahagia masuk surga dan merindukan bersama orang tuanya maka Allah melimpahkan karunia-Nya, mengangkat bapak ibunya yang beriman untuk mendapat kebahagiaan bersama anak mereka di surga. Karunia Allah yang demikian tidak mengubah prinsip setiap orang hanya bertanggungjawab atas perbuatan masing-masing, meskipun tetap masih ada pengecualian yang lain seperti firman Allah swt: 

Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya, kecuali golongan kanan. (al-Muddatstsir/74: 38-39) Setiap orang akan diminta pertanggungjawaban atas perbuatannya di hadapan Allah swt. Tanggung jawab itu tidak akan terlepas dari mereka kecuali golongan kanan yaitu orang-orang yang berbuat baik. Mereka inilah yang akan terlepas dari tanggung jawab disebabkan oleh ketaatan mereka beribadah kepada Allah swt.

Sobat. Berikut ini adalah karakter-karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang pendidik. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua agar dapat memiliki sifat-sifat tersebut :

1. Tenang dan tidak terburu-buru. Diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Abbas ra Rasulullah SAW bersabda kepada Asyaj bin Abdul Qais, “ Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua perkara yang dicintai Allah ; Tenang dan Tidak terburu-buru.” 

2. Lembut dan tidak kasar. Diriwayatkan oleh Ahmad dari Aisyah ra Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “ Wahai Aisyah, bersikaplah lembut, karena sesungguhnya Allah apabila menghendaki kebaikan pada suatu keluarga, Dia ilhamkan kelembutan kepada mereka.”

3. Hati yang penyayang. Diriwayatkan oleh al-Bazzar dari Ibnu Umar ra Rasulullah SAW bersabda, “ Sesungguhnya setiap pohon selalu memiliki buah. Buah hati adalah anak. Sesungguhnya Allah tidak menyayangi orang yang tidak sayang kepada anaknya. Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, tidak akan masuk surga selain orang yang penyayang.” Kami katakana, “ Wahai Rasulullah, setiap kita menyayangi?” Beliau menjawab, “ Bukanlah yang dimaksud dengan kasih sayang adalah seseorang menyayangi temannya. Yang dimaksud kasih sayang adalah menyayangi seluruh umat manusia.”

4. Memilih yang termudah selama bukan termasuk dosa. Dari Aisyah ra ia berkata, “ Tidaklah Rasulullah SAW menentukan pilihan antara dua perkara melainkan beliau memilih yang termudah di antara keduanya selama bukan termasuk dosa. Apabila termasuk dosa , maka beliau menjadi orang yang paling menjauhinya. Tidaklah Rasulullah SAW marah untuk dirinya sendiri dalam masalah apa pun kecuali apabila syariat Allah dilanggar , maka beliau akan marah karena Allah SWT.” ( HR Bukhari dan Muslim )

5. Toleransi. Yang dimaksud toleransi di sini adalah kemampuan untuk memahami orang lain dalam bentuk yang optimal. Memberi kemudahan sebagaimana yang diperbolehkan oleh syariat. Dari Ibnu Masúd ra Rasulullah SAW bersabda, “ Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang orang yang haram masuk neraka dan neraka haram atasnya?” Setiap orang yang mudah, dekat dan toleransi.” (HR. At-Tirmidzi )

6. Menjauhkan diri dari marah. Rasulullah SAW pernah mewanti-wanti seseorang yang datang minta nasehat dari beliau. Tiga kali beliau bersabda, “ Jangan Marah ! ( HR. Bukhari). Beliau juga menganggap bahwa keberanian adalah kemampuan untuk menahan amarah. Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “ Seorang yang pemberani bukanlah orang yang pandai berkelahi. Orang yang pemberani adalah orang yang mampu menguasai diri ketika marah.” ( HR. Bukhari dan Muslim )

7. Seimbang dan proporsional. Kita dapati Rasulullah SAW selalu suka bersikap proporsional dan seimbang dalam urusan tiang agama.

8. Selingan dalam memberi nasehat.Banyak bicara sering kali tidak memberikan hasil apa-apa. Sebaliknya memeberikan nasehat yang baik dengan jarang justru seringkali menghasilkan sesuatu yang besar dengan izin Allah. Dari Abu Waíl Syaqiq bin Salamah, ia berkata, “ Abdullah bin Masúd berceramah kepada khalayak setiap hari kamis. Seseorang berkata kepadanya, “ Wahai Abu Abdurrahman, aku suka apabila engkau berceramah setiap hari.” Dia menjawab, “ Hal itu tidak mungkin aku lakukan. Aku tidak suka membuat kalian bosan. Sesungguhnya aku memberikan selingan nasehat kepada kalian seperti Rasulullah Muhammad SAW memberikan selingan nasehat kepada kami karena khwawatir kami bosan.” (Muttafaq – Alayh )

Sobat. Kabar gembira untuk orang tua, diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Huraurah ra : “ Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “ Apabila seseorang meninggal dunia, terputuslah seluruh amal perbuatannya selain dari tiga perkara : Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakannya.
Dari Abu Hurairah Ra : Seorang diangkat derajatnya setelah dia meninggal dunia. Dia bertanya, “ Wahai Tuhanku, apa ini?” Dikatakan kepadanya, “ Anakmu memohonkan ampunan untukmu” ( HR Bukhari )

Allah SWT berfirman ;
ٱلۡمَالُ وَٱلۡبَنُونَ زِينَةُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱلۡبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيۡرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابٗا وَخَيۡرٌ أَمَلٗا 
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi (18) : 46 ).

Sobat. Allah menjelaskan bahwa yang menjadi kebanggaan manusia di dunia ini adalah harta benda dan anak-anak, karena manusia sangat mem-perhatikan keduanya. Banyak harta dan anak dapat memberikan kehidupan dan martabat yang terhormat kepada orang yang memilikinya. Seperti halnya 'Uyainah, pemuka Quraisy yang kaya itu, atau Qurthus, yang mempunyai kedudukan mulia di tengah-tengah kaumnya, karena memiliki kekayaan dan anak buah yang banyak. Karena harta dan anak pula, orang menjadi takabur dan merendahkan orang lain. Allah menegaskan bahwa keduanya hanyalah perhiasan hidup duniawi, bukan perhiasan dan bekal untuk ukhrawi. Padahal manusia sudah menyadari bahwa keduanya akan segera binasa dan tidak patut dijadikan bahan kesombongan. Dalam urutan ayat ini, harta didahulukan dari anak, padahal anak lebih dekat ke hati manusia, karena harta sebagai perhiasan lebih sempurna daripada anak. Harta dapat menolong orang tua dan anak setiap waktu dan dengan harta itu pula kelangsungan hidup keturunan dapat terjamin. Kebutuhan manusia terhadap harta lebih besar daripada kebutuhannya terhadap anak, tetapi tidak sebaliknya. 

Sobat. Kemudian Allah swt menjelaskan bahwa yang patut dibanggakan hanyalah amal kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia sepanjang zaman sampai akhirat, seperti amal ibadah salat, puasa, zakat, jihad di jalan Allah, serta amal ibadah sosial seperti membangun sekolah, rumah anak yatim, rumah orang-orang jompo, dan lain sebagainya. Amal kebajikan ini lebih baik pahalanya di sisi Allah daripada harta dan anak-anak yang jauh dari petunjuk Allah swt, dan tentu menjadi pembela dan pemberi syafaat bagi orang yang memilikinya di hari akhirat ketika harta dan anak tidak lagi bermanfaat.

Sobat. Allah SWT berfirman :
وَقَالُواْ نَحۡنُ أَكۡثَرُ أَمۡوَٰلٗا وَأَوۡلَٰدٗا وَمَا نَحۡنُ بِمُعَذَّبِينَ قُلۡ إِنَّ رَبِّي يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقۡدِرُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ وَمَآ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُكُم بِٱلَّتِي تُقَرِّبُكُمۡ عِندَنَا زُلۡفَىٰٓ إِلَّا مَنۡ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا فَأُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ جَزَآءُ ٱلضِّعۡفِ بِمَا عَمِلُواْ وَهُمۡ فِي ٱلۡغُرُفَٰتِ ءَامِنُونَ
“Dan mereka berkata: "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab. Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya). akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga). ( QS. Saba’(34) ayat 35-37).

Sobat. Golongan berkuasa yang zalim, sombong, dan semena-mena itu membanggakan kekayaan dan keturunan mereka. Mereka berkata, "Kami kaya raya dan keturunan kami banyak, kami tidak akan terkena azab (tersentuh hukum)." Dengan kekayaan, mereka merasa dapat membeli apa saja. Dengan keturunan dan pendukung, mereka beranggapan bahwa kekuasaan mereka terhadap yang lemah dapat terus dipertahankan dari generasi ke generasi. Mereka juga merasa disayangi oleh Allah sehingga di akhirat nanti tidak akan dihukum karena dosa-dosa mereka. Tolok ukur yang mereka pakai adalah kesenangan hidup di dunia. Kesenangan hidup, menurut pandangan mereka, menunjukkan bahwa mereka disayangi, sedangkan kesengsaraan hidup menandakan mereka dibenci Allah. 

Semua anggapan mereka itu tidaklah benar. Pemberian harta yang melimpah dan anak-anak yang berhasil bagi orang kafir tidak merupakan petunjuk bahwa Allah menyayangi mereka, tetapi sebaliknya, sebagaimana dinyatakan ayat berikut:
Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak-anak kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami segera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyadarinya. (al-Mu'minun/23: 55-56)

Walaupun begitu, azab tidak segera dijatuhkan kepada orang-orang kafir di dunia ini karena Allah masih memberi penangguhan kepada mereka. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada mereka agar bertobat, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah:
Dan kalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ada yang ditinggalkan-Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah di-tentukan. Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun. (an-Nahl/16: 61) 

Dalam ayat lain diterangkan bahwa harta dan anak-anak menjadi ujian bagi manusia, apakah ia tetap beriman dan bersyukur ataukah ingkar. Allah berfirman:
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar. (at-Tagabun/64: 15)

Sesungguhnya harta bagi orang kafir tidak akan bisa membuat mereka abadi di dunia, tetapi sebaliknya akan menyebabkan mereka dilemparkan ke dalam neraka, sebagaimana firman Allah:
Dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya. (al-Humazah/104: 3)
Pada ayat ini, Allah meminta Nabi Muhammad menegaskan kepada pemuka-pemuka kafir Mekah bahwa yang melapangkan rezeki seseorang dan membatasi rezeki adalah Allah. Hal itu untuk menolak pandangan orang kafir di atas bahwa keberuntungan hidup di dunia adalah tanda kesayangan Allah dan kesengsaraan adalah tanda kebencian-Nya. 

Allah melapangkan atau membatasi rezeki seseorang sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Allah melapangkan rezeki seseorang mungkin karena dipercayai-Nya sehingga mampu mengeluarkan sebagian kekayaannya untuk mereka yang berkekurangan, sebagaimana dinyatakan ayat:

Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir, kecuali orang-orang yang melaksanakan salat, mereka yang tetap setia melaksanakan salatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya disiapkan bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan yang tidak meminta, (al-Ma'arij/70: 19-25)

Bagi mereka yang kafir, harta yang melimpah dan keturunan yang banyak dan berhasil justru untuk dijadikan Allah sebagai alasan untuk menghukum mereka. Penyebabnya adalah karena cara memperoleh dan menggunakan kekayaan serta pendidikan 
keturunan itu tidak sesuai dengan ketentuan Allah, sebagaimana 
dinyatakan ayat:

Maka janganlah harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum. Sesungguhnya maksud Allah dengan itu adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan mati dalam keadaan kafir. (at-Taubah/9: 55) 

Sebaliknya, Allah pulalah yang membatasi rezeki seseorang. Bagi yang beriman berkurangnya harta benda, anggota keluarga, dan makanan adalah untuk menguji kesabaran mereka. Bila mereka sabar, Allah akan membahagiakan mereka di dunia dan di akhirat, sebagaimana firman-Nya:

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (al-Baqarah/2: 155)

 Bagi yang tidak kuat imannya, kesengsaraan hidup membuatnya tidak berhenti menyesali nasib, dan akhirnya membawanya kepada kekafiran:
Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika ditimpa malapetaka, mereka berputus asa dan hilang harapannya. (Fushshilat/41: 49)

Jelaslah bahwa baik kesenangan maupun kesusahan hidup adalah ujian dari Allah. Kesenangan hidup bukanlah tolok ukur bahwa Allah menyayangi, dan kesempitan hidup bukan pula tolok ukur bahwa Allah membenci. Bisa berarti sebaliknya, bahwa kesenangan hidup diberikan Allah sebagai ujian sehingga orang itu semakin terperosok dalam keingkaran. Kesempitan hidup adalah jalan untuk memperoleh kebahagiaan di akhirat bila orang itu tabah menerimanya. Ketentuan itulah yang tidak diketahui atau tidak dipahami oleh banyak orang, termasuk oleh pemuka kaum kafir Mekah.

Sobat. Kesempitan hidup adalah jalan untuk memperoleh kebahagiaan di akhirat bila orang itu tabah menerimanya. Ketentuan itulah yang tidak diketahui atau tidak dipahami oleh banyak orang, termasuk oleh pemuka kaum kafir Mekah.

Sobat. Pada ayat ini ditegaskan kepada pemuka kafir Mekah bahwa bukan harta benda dan keturunan yang dapat mendekatkan diri manusia kepada Allah dan memperoleh kasih sayang-Nya, tetapi iman dan amal saleh. Harta benda dan keturunan itu hanya bermanfaat bila menambah kuat iman dan memperbanyak amal. Oleh karena itu, harta benda harus diperoleh dengan benar dan dipergunakan dengan benar pula. Keturunan harus dididik dengan baik sehingga menjadi keturunan yang baik pula. Dengan demikian, sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh kasih sayang-Nya adalah harta yang diperoleh dan digunakan dengan benar, dan keturunan yang dididik dengan baik yang akan melestarikan dan melanjutkan iman dan amal salehnya.

Dalam ayat lain, Allah memang meminta orang yang beriman agar mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan caranya adalah dengan amal saleh:

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung. (al-Ma'idah./5: 35)

Hanya orang-orang yang beriman dan banyak amal salehnya yang akan diberi balasan pahala yang berlipat ganda oleh Allah. Dalam ayat-ayat lain disebutkan bahwa pelipatgandaan itu minimal sepuluh kali (al-An'am/6: 160), dan ada yang tujuh ratus kali lipat (al-Baqarah/2: 261).

 Mereka yang diberi surga itu merasa aman, yaitu bebas dari ancaman neraka. Lebih dari itu, mereka puas dan bahagia karena Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya. Allah berfirman:

Allah berfirman, "Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung." (al-Ma'idah./5: 119)

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Jumat, 30 September 2022

KARAKTER PEMIMPIN YANG DIBUTUHKAN INDONESIA

Tinta Media - Saat ini Indonesia dalam cengkraman kapitalisme sekuler yang penuh kezaliman kepada rakyat. Sistem kapitalisme sekuler dikendalikan oleh oligarki yang rakus dunia dengan menguasai sumber daya alam secara membabi buta. Tidak ada sedikitpun keadilan di negara yang menerapkan sistem kapitalisme. Sementara sekulerisme adalah sistem anti agama yang destruktif.

Indonesia butuh pemimpin yang mampu mewujudkan keadilan. Kata adil berasal dari bahasa Arab al Adl. Kata ini tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia, kecuali serapan dari bahasa Arab. Kata adil dengan demikian adalah kata yang berasal dari terminologi Islam. Al Adl merupakan salah satu nama-nama baik Allah SWT.

Allah memiliki 99 nama yang disebut sebagai Asmaul Husna. Al Adl artinya menjadi bagian dari Asmaul Husna yang wajib dipahami artinya. Sebagai nama-nama baik, Al Adl artinya menjadi wujud kebesaran Allah SWT. Al Adl artinya juga digunakan secara langsung dalam Al Qur'an. Al Adl artinya merupakan bukti bahwa Allah adalah dzat yang maha segalanya.

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, membuatmu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS Al Maidah : 8)

Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan (QS An Nisaa’ : 135).

Jika Allah Maha Adil, maka Islam adalah agama yang adil karena berasal dari Tuhan Yang Maha Adil. Begitupun Rasulullah adalah utusan yang merepresentasikan keadilan dalam memimpin dan menerapkan hukum Islam. Jika dikaitkan dengan hukum, tentu saja hukum yang berasal dari Allah Yang Maha Adil adalah hukum yang adil. Melaksakan semua hukum Allah adalah manifestasi kesempurnaan keadilan, sebagaimana telah diterapkan oleh Rasulullah ketika memimpin Madinah.

Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu (QS Ar Rahman : 7- 9)

Awal kemunculan agama Islam di abad pertengahan membawa pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan tatanan kehidupan masyarakat. Islam adalah agama dan ideologi yang menjunjung tinggi nilai keadilan. Nilai keadilan Islam bisa diterapkan dalam setiap aspek kehidupan. Keadilan merupakan suatu ciri utama dalam ajaran Islam. Seluruh masyarakat muslim dan non muslim yang hidup dibawah daulah Islam akan memperoleh hak dan kewajibannya secara adil, seadil-adilnya.

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (QS An Nisaa’ : 58).

Islam sebagai sistem hukum adalah representasi dari keadilan yang sempurna, jika diterapkan secara kaffah. Sementara Rasulullah sebagai seorang pemimpin adalah teladan dalam keagungan akhlak. Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS. Al Ahzab: 21).

Secara etimologi, akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari khuluq. Kata tersebut artinya perilaku dan tabiat manusia sejak lahir. Syaikh Mahmud Al-Mishri dalam Ensiklopedi Akhlak Rasulullah Jilid 1 mengatakan, Ar-Raghib memaknai Al khuluq sebagai kekuatan dan karakter yang ditemukan dengan mata batin.

Allah berfirman tentang keagungan akhlak Rasulullah : Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur." (QS. Al-Qalam: 4). Diriwayatkan dari Mujahid tentang firman Allah "berbudi pekerti yang luhur", ia berkata, "Yaitu agama." Sementara itu, dari Aisyah ra. ketika ditanya akhlak Rasulullah SAW, ia menjawab, "Akhlak beliau Al Quran." (HR. Ahmad dan disahihkan oleh Al-Allamah Al-Albani dalam Shahih Al-Jami').

Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata (QS. Al-Jumuah : 2)

Adalah kesempurnaan bagi sebuah bangsa jika menerapkan sistem sempurna yang adil dan memiliki pemimpin yang berakhlak agung. Maka fungsi utama diutusnya Rasulullah SAW adalah untuk menjadi bukti hidup dan contoh nyata dari seluruh ajaran dan syariat Allah Swt yang diturunkan melalui wahyu-Nya.

Rasulullah Saw telah menerapkan semua ajaran (kaffah) yang diterimanya dari Allah SWT, hal ini menjadi bukti bahwa Syariat Islam bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak mengikuti Islam dengan dalih ajarannya dinilai berat dan di luar batas kemampuan manusia.

Rasulullah Saw adalah tokoh yang memiliki banyak peran. Ia adalah seorang pemimpin umat, komandan perang, referensi bagi umat dan hakim dalam menyelesaikan berbagai masalah. Tapi dari sekian banyak peran beliau, peran paling utama dan esensial adalah peran sebagai seorang pemimpin dan pendidik. Bahkan tak tanggung-tanggung, Allah yang langsung mendidik Rasulullah.

Dalam perspektif hukum Islam keduanya bisa dipenuhi, yakni ketika Rasulullah sebagai manusia pilihan yang jujur dan amanah menjalankan hukum yang benar dan adil yakni yang bersumber dari Al Qur’an. Hukum-hukum dalam al Qur’an adalah mutlak keadilannya, karena berasal dari Allah Yang Maha Adil. Berbuat adil dalam pandangan Islam adalah refleksi dari ketakwaan.

Adalah persoalan yang rumit di saat hukum-hukum produk manusia dijadikan sebagai sandaran untuk mewujudkan keadilan berbangsa dan bernegara. Sebab kepentingan politik pragmatis yang mendominasi para pemimpin seringkali justru menyalahgunakan kekausaan untuk menciptakan ketidakadilan. Al Qur’an sendiri telah menggambarkan betapa bodohnya manusia ketika mau menerima amanat yang berat.

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (QS Al Ahzab : 72).

Keadilan dalam pandangan Islam adalah disaat meletakkan segala sesuatu sesuai dengan apa yang telah diatur oleh Allah. Mewujudukan keadilan dengan demikian bukan hanya soal pemahaman terhadap hukum, namun juga berkait erat dengan keahlian di bidangnya. Adalah termasuk menyia-nyiakan amanah di saat menyerahkan tugas bukan kepada ahlinya.

Setidaknya ada tiga prinsip keadilan yang harus diwujudkan dalam sebuah negara, jika tidak terwujud, maka yang akan muncul adalah kezaliman. Sebab jika tak adil, maka zalim namanya. Pertama adalah prinsip menuhankan Tuhan. Maknanya negara tersebut akan dipandang adil oleh Allah jika rakyatnya mengakui Allah sebagai Tuhan, lantas menyembah dan mentaati aturannya. Menuhankan yang bukan tuhan adalah sebuah kezaliman, apalagi jika mentaati aturan bukan dari Tuhan.

Kedua, memanusiakan manusia. Maknanya adalah bahwa pemerintah harus memahami hakikat rakyat sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah. Memanusiakan manusia memiliki pengertian mendalam bahwa cara pandang terhadap rakyat mesti secalan dengan tujuan Allah menciptakan manusia. Dari sinilah akan lahir perangkat hukum yang bertujuan meningkatkan martabat kemanusiaan yang adil dan beradab. Karena itu menjadi penguasa sangatlah berat jika tak berbuat adil.

Dalam hadis yang lain Rasulullah Saw memperingatkan bahwa “Akan datang melanda umatku di mana pemimpin yang berkuasa berlaku bagai (sifat) singa, para pembantunya bagai (sifat) serigala, para ulamanya bagaikan (sifat) hewan, rakyatnya bagaikan (sifat) domba.”

Bahkan Rasulullah SAW pernah menagaskan bahwa hakim itu ada tiga golongan, dua golongan di dalam neraka dan satu golongan di dalam surga. Dua golongan hakim yang akan terjerumus masuk neraka. Masuk neraka karena khianat dan bodoh, sementara hakim yang masuk surga karena mengadili secara adil sesuai dengan pemahaman hukum yang Allah tetapkan.

Ketiga adalah mengalamkan alam. Keadilan juga bisa diwujudkan dengan cara pandang yang benar terhadap sumber daya alam, baik apa yang ada di laut, darat dan udara, termasuk di dalamnya hewan-hewan. Pemerintah yang adil adalah yang mampu mengelola sumber daya alam sesuai dengan hukum dan aturan dari Allah Yang Maha Adil. Sebab Allah menciptakan alam semesta untuk dijaga dan dimanfaatkan secara beradab, bukan dirusak sesuai kepentingan hawa nafsunya, apalagi diprivatisasi dan dikuasai asing dan aseng, jelas haram.

Pada pasal 33 ayat (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Dalam Islam, SDA seperti padang, air dan api adalah milik umum yang wajib dikelola oleh negara dan diperuntukkan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat, bukan untuk oligarki apalagi asing dan aseng. Kepemilikan umum adalah izin dari al-syari’ bagi komunitas (jama’ah) secara bersama-sama untuk memanfaatkan benda. (M. Husain abdullah, Dirasat fi al-Fikr al-Islami, hlm. 55).

Tiga Macam Kepemilikan Umum : Pertama, apa-apa yang menjadi hajat hidup orang banyak (ma huwa min marafiq al-jama’ah). Contoh: air, padang rumput, api, dll. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kaum muslimin berserikat dalam tiga benda; air, padang rumput, dan api.” (HR. Abu Dawud).

Kedua, benda-benda yang dari segi bentuknya tidak membolehkan individu untuk menguasainya. Contoh: jalan, jembatan, sungai, danau, dll. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Mina adalah tempat bagi siapa saja yang lebih dulu datang.” (HR. Ibnu Majah).

Ketiga, tambang dengan depositnya besar. Contoh: tambang emas dan tembaga yang melimpah, dll. Hadits Abyadh bin Hammal ra : Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menarik kembali pemberian tambang garam karena produksinya besar. (HR. Tirmidzi). (M. Husain Abdullah, Dirasat fi al-Fikr al-Islami, hlm. 56).

Islam itu agama sempurna yang berhukum kepada hukum Allah Yang Maha Sempurna dalam mengurusi urusan rakyat, termasuk dalam tata kelola sumber daya alam. Pemimpin dalam Islam adalah orang muslim yang penuh jujur, amanah dan cerdas dan tentu saja tidak disorientasi. Pemimpin dalam Islam adalah yang tunduk patuh sepenuhnya dengan hukum Allah. Dengan demikian dalam Islam Islam, sistem aturannya sempurna dan pemimpinnya amanah, maka lahirlah berbagai bentuk keberkahan.

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan (QS Al A’raf : 96)

Indonesia adalah negeri muslim terbesar dunia yang seringkali menjadi rujukan bagi dunia muslim lainnya. Namun sayangnya, Indonesia justru negeri yang penuh kezaliman dan selalu memiliki pemimpin yang anti Islam. Sistem kapitalisme demokrasi sekuler adalah sistem kufur yang sarat kezaliman, sementara pemimpin yang lahir dari sistem demokrasi tidak lebih dari para jongos penjajah yang kerjanya hanya merusak kehidupan dan lingkungan.

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik (QS Al A’raf : 56).

Oleh sebab itu, jika ingin lebih baik, maka Indonesia mesti menerapkan Islam secara kaffah dan memiliki pemimpin yang taat kepada hukum Allah, sebagaimana negara madinah yang dipimpin Rasulullah dan menerapkan Islam secara sempurna. Indonesia membutuhkan pemimpin yang muslim, berakal, adil, mampu, laki-laki, dan baligh. Selain itu karakter pemimpin yang dibutuhkan Indonesia adalah yang shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah. Orang berakal pasti mau tawaran ini ?

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 27/09/22 : 22.10 WIB)

Dr. Ahmad Sastra 
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB)
 

Kamis, 04 Agustus 2022

Bunuh Diri Pelajar, Kegagalan Pendidikan Karakter Sistem Sekuler

Tinta Media  - Sungguh ironis, kasus bunuh diri kembali terjadi. Ada remaja yang memiliki nazar gila. Ia bernazar jika lolos PTN impiannya, yakni UGM, ia akan  memberikan santunan kepada anak yatim. Namun, jika tidak lolos, ia bernazar ingin bunuh diri. Sungguh gila nazarnya!

Kabar terakhir, karena tidak lolos PTN impian, remaja tersebut menghilang dan dikabarkan meninggal dunia akibat over dosis alkohol. Selain itu, remaja tersebut mendapatkan kekerasan verbal dan manipulatif dari sang pacar. Ini juga menjadi alasan ia bunuh diri. 

Kasus serupa terjadi pada seorang mahasiswa yang mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Diduga, penyebab bunuh diri yakni stress karena selama 7 tahun tidak lulus-lulus dan selalu ditolak oleh dosen saat mengajukan skripsi.

Suicide Terus Berulang

Kasus suicide (bunuh diri) di negeri ini bukan yang pertama, tetapi sudah menjadi fenomena yang biasa. Kasus  ini terus berulang dan meningkat dari tahun ke tahun. Usia orang yang bunuh diri pun bermacam-macam, mulai remaja sampai orang tua. Penyebabnya pun bermacam-macam, mulai dari kesempitan ekonomi, putus cinta, tidak bisa membayar sekolah, gagal ujian, dan sebagainya. Putus asa menjadi faktor penyebab kasus bunuh diri di kalangan remaja maupun orang tua.

Kondisi remaja yang masih labil, membuat mereka tidak memiliki pendirian yang kokoh. Kondisi kejiwaan mereka mudah rapuh, ditambah lingkungan pergaulan remaja yang bebas, membuat mereka berpikir pendek. Mereka mudah insecure, marah, mengeluarkan kata-kata yang kotor ke temannya, serta tidak segan melakukan tindakan kriminal. Bahkan, mereka bangga dengan tindakannya. 

Kondisi remaja yang seperti itu, jika dibiarkan saja tanpa ada kontrol dari keluarga maupun masyarakat dengan mengingatkan, akan membuat mereka mudah mengambil keputusan tanpa berpikir panjang, apa dampak dari perbuatannya. Akhirnya, bunuh diri menjadi jalan pintas yang dilakukan untuk mengurangi masalahnya. Miris bukan?

Ya, tidak hanya dipengaruhi emosional, remaja yang masih rapuh dan lingkungan pergaulan yang bebas  juga menjadi racun bagi dirinya.

Sistem Kapitalisme

Jika kita telusuri, yang menjadi akar masalah dari semua itu adalah sistem kehidupan sekuler kapitalis yang terus berjalan. 

Kapitalisme adalah paham yang memandang bahwa hidup di dunia ini adalah untuk meraih keuntungan materi sebesar-besarnya. Racun utama dari sistem kapitalis adalah sekularisme, yakni pemisahan agama dari kehidupan. 

Semua hal diukur berdasarkan hawa nafsu, bukan halal dan haram. Karena itu, jika ada sesuatu yang membuatnya tidak senang, akan muncul rasa tidak nyaman yang terlalu berlebihan hingga muncul keinginan untuk mengakhiri hidup. 

Jadi, bisa dibayangkan, remaja yang kematangan emosinya masih rentan dan tidak stabil, mereka cenderung melakukan hal-hal di luar nalar. Ini karena mereka menjalani  kehidupan yang jauh dari tuntunan agama. Agama hany hadir di masjid saja. Dalam ranah kehidupan, mereka tidak pernah membawa agama.

Di sistem kapitalis, negara melepas tanggung jawabnya dalam membentuk ketakwaan individu dan masyarakat. Banyak orang memandang bahwa ukuran pencapaian hidup adalah kesuksesan materi. Padahal, jika semua hal diukur dengan pandangan seperti itu, pasti rentan dan membawa manusia jadi depresi.

Apalagi, sistem kapitalis telah membuat manusia cenderung hidup secara individual, tidak peduli antara yang satu dengan yang lain. Betapa banyak kasus bunuh diri akibat depresi yang menimpa seseorang karena tidak memiliki lingkungan sosial yang memberikan suport atau sekadar menjadi sandaran atas keresahannya. Seperti yang terjadi pada dua kasus bunuh diri di atas.

Tanpa pemahaman agama, remaja mudah mengalami tekanan, sehingga berpikir pendek untuk mengakhiri hidupnya. Remaja di sistem saat ini memang butuh bimbingan, bukan hanya sekadar konseling. Remaja juga butuh sistem yang sehat, yakni Islam. 

Tuntunan Hidup Islam

Islam memandang bahwa beragama adalah kewajiban. Islam juga memberikan tuntunan hidup bagi manusia dalam menjalani hidupnya. Tuntunan hidup manusia adalah Al-Qur’an dan hadis. Islam juga mengajarkan manusia bahwa tujuan hidup di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah. Karena itu, manusia harus mengikatkan seluruh perbuatannya dengan syariat Islam. Ini karena setiap perbuatan manusia setelah mati akan dimintai pertanggungjawaban. Dengan berpedoman pada keyakinan itu, maka manusia akan berhati-hati dalam menjalani hidup. Mereka tidak akan pernah menyia-nyiakan hidupnya dengan melakukan bunuh diri.

Fakta membuktikan bahwa salah satu penyebab banyaknya manusia yang gampang melakukan tindakan bunuh diri, termasuk remaja adalah karena mereka bingung dalam menjalani kehidupan dan tidak tahu tujuan hidupnya. 

Karena itu, remaja harus dibekali pemahan Islam agar tau tujuan hidupnya. Selain itu, negara harus menciptakan sistem kondusif dan sehat untuk mereka.

Namun, jika masih di sistem kapitalis, kasus bunuh diri dari tahun ke tahun akan terus meningkat. Semua permasalahan yang terjadi tidak akan pernah selesai sampai tuntas hingga akarnya. Solusi yang diberikan akan menambah masalah baru. Berbeda dengan sistem Islam yang mampu menyelesaikan masalah dan memberikan kemaslahatan bagi seluruh rakyat. Wallahualam bissawab.

Oleh: Retno Jumilah
Sahabat Tinta Media 

Minggu, 26 Juni 2022

Inilah Karakter Pemimpin Ideal untuk Membangun Negara Besar yang Berdaulat dan Mandiri


Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) menyampaikan, perlunya umat memahami karakter pemimpin ideal untuk membangun sebuah negara besar yang berdaulat dan mandiri.

“Perlu kiranya bagi umat memahami apa saja karakter pemimpin ideal untuk membangun sebuah negara besar yang berdaulat dan mandiri,” tuturnya dalam rubrik Serba-serbi MMC: Sistem Demokrasi Lahirkan Pemimpin pro Kapitalis? Sabtu (18/6/2022) di kanal YouTube Muslimah Media Center.

Narator menjelaskan karakter tersebut diantaranya adalah pertama, orang yang paling takut kepada Allah. “Pemimpin haruslah mereka yang paling merasa takut dosa dan paling merasa diawasi Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ketika pemimpin memiliki sifat ini ia akan memimpin berdasarkan ketaatan Allah subhanahu wa ta'ala. Dengan begitu kepemimpinannya tidak akan keluar dari batas syariat Islam,” jelasnya

Kedua, shidiq yang berarti jujur. Sifat teladan ini telah dicontohkan Rasulullah Saw sebagai sifat dasar beliau baik sebagai individu ataupun kepala negara. Lawan jujur adalah dusta. “Bila pemimpin jujur, ia akan dipercaya rakyatnya,” paparnya.

Ketiga, amanah. Lawan dari sifat ini ialah khianat. Amanah merupakan sifat wajib yang harus dimiliki seorang pemimpin. “Dengan sifat ini pemimpin akan menjaga kepercayaan rakyat atas tanggung jawab kepemimpinannya,” jelasnya.

Narator menyampaikan beratnya amanah tergambar jelas dalam Firman Allah yang terdapat dalam Alquran surah al-ahzab ayat 72:

“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit bumi dan gunung-gunung maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikul lah amanah itu oleh manusia sesungguhnya manusia itu amal zalim dan amat bodoh”

Keempat, tabligh atau komunikatif. Menurutnya, kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu karakter ideal pemimpin dambaan umat. Sebab pemimpin akan selalu berkomunikasi dengan rakyatnya. Komunikasi yang baik antara pemimpin dan rakyatnya akan menciptakan hubungan yang baik pula.

“Pemimpin harus terbuka dengan rakyatnya, mendengar keluhan mereka, dan menerima masukan serta nasihat mereka. Hal itu telah dicontohkan Nabi Shallallahu alaihi wasallam dan para khalifah sepeninggal beliau,” ungkapnya.

Kelima, fathonah atau cerdas. Kecerdasan seorang pemimpin akan memudahkannya memecahkan persoalan yang terjadi di masyarakat. “Pemimpin cerdas ditopang ilmuwan yang mumpuni makin berilmu ia makin memahami dan berusaha keras menyelesaikan persoalan dan solusi tepat bagi rakyatnya,” tuturnya.

Keenam, adil. Lawan dari adil adalah zalim. “Pemimpin haruslah adil, di tangannya hukum ditegakkan pujian Allah dan Rasul-Nya terhadap pemimpin adil termaktub dalam Al-Qur’an dan as-sunnah,” paparnya.

Narator menegaskan bahwa dalam Islam perkara kepemimpinan menjadi urusan penting. “Sebab dari sinilah bala atau berkah itu terjadi,” tegasnya.

Narator juga menyampaikan Syaikhul Islam yang menjelaskan tentang kriteria pemimpin yang baik. Ia menjelaskan selayaknya untuk diketahui siapakah orang yang paling layak untuk posisi setiap jabatan, karena kepemimpinan yang ideal itu memiliki dua sifat dasar yakni kuat atau mampu dan amanah.

“Yang dimaksud mampu adalah kapabilitas dalam semua urusan baik dalam urusan peperangan urusan pemerintahan yang terwujud pada kapasitas ilmu dan keadilan serta kemampuan dalam menerapkan syariat,” paparnya.

Sedangkan pemimpin yang kuat adalah mereka yang tidak tersandra kepentingan partai, golongan apalagi menghamba kepada penjajah dan kaum kafir.

“Kepemimpinan kuat adalah sikap berani melawan kezaliman dan menerapkan syariat Islam yang datang dari Allah Azza wa Jalla,” jelasnya.

“Adapun amanah direfleksikan pada takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak menjual ayat-ayatnya dengan harga murah dan tidak pernah gentar terhadap manusia apalagi pemilik modal,” jelasnya lebih lanjut.

Menurut narator, itulah beberapa karakter yang wajib dimiliki pemimpin ideal dambaan umat. Karakter ini nyaris tidak ada dalam sistem pemerintahan demokrasi sekuler.

Oleh sebab itu, untuk mewujudkan karakter pemimpin dambaan umat, dibutuhkan sistem baik yang mampu melahirkan sosok tersebut. “Tanpa sistem Islam dalam naungan khilafah, mustahil kita temukan pemimpin ideal dambaan umat,” tandasnya. [] Raras
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab