Tinta Media: Kapitalis
Tampilkan postingan dengan label Kapitalis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kapitalis. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 18 November 2023

Pengendalian Inflasi Pragmatis ala Kapitalis



Tinta Media - Dalam rangka mengendalikan inflasi di daerah, Pemerintah Kabupaten Bandung di 31 kecamatan menggencarkan operasi pasar murah. Menurut Bupati Bandung, data inflasi Kabupaten Bandung menurun di kisaran 3,20 persen setelah dilaksanakannya giat operasi pasar. Bupati Bandung berharap, angka inflasi ini terus menurun di Kabupaten Bandung. 

Bupati Bandung menyampaikan bahwa masyarakat akan membeli harga sembako di bawah harga eceran tertinggi. Semua ini karena operasi pasar murah telah disubsidi oleh Pemkab Bandung. Masyarakat bisa menebus dengan harga Rp59 ribuan saja, sementara harga normalnya dijual Rp120 ribu. Bupati Bandung juga menyebutkan bahwa Pemkab Bandung mempunyai Dana Insentif Daerah. Bonus kinerja ini akan kembali kepada masyarakat dan penerima manfaat lainnya. 

Operasi pasar diberikan khusus bagi 44 ribu keluarga penerima manfaat di 31 kecamatan dan dibagi ke dalam tujuh daerah pembangunan. Menurut Bupati Bandung, masyarakat dapat membeli 5 kilogram beras berkualitas dengan  harga 10.200 per kilogram. Beliau berharap, adanya operasi pasar ini bisa meringankan beban ekonomi masyarakat yang semakin berat, apalagi dengan melambungnya harga beras. Beliau pun berharap, operasi pasar ini bisa mengendalikan harga beras di pasaran agar tidak semakin melambung. 

Menurut Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian, stok beras dan ketersediaan kebutuhan pokok di Kabupaten Bandung untuk saat ini relatif aman. Semua ini berdasarkan hasil peninjauan di lapangan. Bupati Bandung bergerak cepat segera melakukan operasi pasar dengan menugaskan Disdagin yang bekerja sama dengan Bulog Cabang Bandung dan Bank Indonesia.

Dari sini kita bisa melihat bahwa skema perdagangan di era kapitalisme ini memang sangat rentan dengan inflasi. Pada faktanya, setiap tahun selalu terjadi inflasi. Berbagai faktor penyebab terjadinya inflasi dijadikan alasan terjadinya kenaikan harga komoditi. 

Usaha Pemerintah untuk mengendalikan pasar agar harga tidak melambung pada faktanya masih membuat harga- harga komoditi tetap melambung tinggi. Harga-harga di pasar kebanyakan ditentukan oleh para pedagang besar. Mereka memiliki kekuasaan untuk menimbunnya. 

Apabila pasar banyak yang membutuhkan dan barang juga langka, maka permintaan pun akan naik. Pada akhirnya, penawaran akan naik pula. Di sinilah harga secara otomatis akan naik. 

Sementara, pemerintah memberi bantuan tidak merata dan sering salah sasaran. Walhasil, masih banyak warga miskin yang terabaikan karena jumlah mereka semakin banyak. Inilah salah satu produk kerusakan dari sistem  kapitalis yang semakin menambah berat beban rakyat. 

Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk salah satunya adalah mengatur perekonomian. Islam mengharuskan negara menerapkan sistem perekonomian Islam berdasarkan Al-Qur'an dan sunnah. 

Prinsip ekonomi Islam adalah pemenuhan kebutuhan pokok dan kamaliyah (sekunder/tersier) secara ma'ruf. Hal tersebut berlaku bagi semua warga negara. Pemerintah akan memenuhi semua kebutuhan pokok setiap warga negara, baik muslim maupun nonmuslim. Salah satunya dengan cara langsung, yaitu dengan mendistribusikan zakat fitrah dan zakat mal kepada para mustahiknya. 

Negara juga bisa memberikan tanah atau harta negara kepada rakyat yang membutuhkan. Juga dengan membuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya, terutama bagi laki-laki yang berkewajiban memberi nafkah buat keluarganya.  

Negara harus memastikan bahwa sumber daya alam harus menjadi kepemilikan umum, sehingga siapa pun boleh memanfaatkannya. Negara tidak boleh menyerahkannya kepada asing atau swasta untuk menguasainya. Akan tetapi, kalaupun ada regulasi, negara hanya untuk menjaga ketertiban. Negara bertindak sebagai pengelola dan hasilnya untuk kepentingan masyarakat umum. 

Inilah urgensinya diterapkannya sistem Islam, agar setiap permasalahan umat dapat diselesaikan dengan benar dan masyarakat terlindungi dari berbagai keburukan dan kezaliman. wallahu'alam bisshawab.

Oleh: Enung Sopiah
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 11 November 2023

Solusi Tambal Sulam UMKM ala Kapitalis



Tinta Media - Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi dan UMKM di Soreang, Kabupaten Bandung diresmikan oleh Mentri Koperasi dan UKM Teten Masduki pada Senin (23/10/2023). Hadiri pula Bupati Bandung Dadang Supriatna dalam acara tersebut. Teten mengharapkan bahwa PLUT-KUMKM nantinya akan meningkatkan kualitas produk para pelaku UMKM sehingga bisa bersaing di pasar global. Ini karena produk yang dihasilkan bisa naik kelas usaha dan tidak terjebak dalam skala usaha mikro. 

Menurut Teten, gedung PLUT ini adalah salah satu fasilitas bagi para pelaku UMKM, yaitu sebagai sarana untuk mendapatkan konsultasi usaha. Para pelaku UMKM nantinya akan diarahkan, sehingga kompetisinya tidak terlalu tajam. Menurut Teten juga, bahwa agar usaha para pelaku UMKM menjadi berkembang, mereka bisa mengakses pembiayaan, mengembangkan produk, juga packaging yang bagus dibantu dengan adanya gedung PLUT ini. 

Pendampingan akan dilakukan terus-menerus, karena tempat ini seperti inkubator, sampai para pelaku UMKM bisa tumbuh dan berkembang dengan produk yang unggul. Menurut Teten,  bahwa kementerian telah  membangun 87 gedung PLUT di semua daerah di Indonesia. 

Menurut Pj Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin di tempat yang sama, beliau mengatakan bahwa hadirnya PLUT-KUMKM menjadi langkah nyata untuk memajukan UMKM di Kabupaten Bandung dan umumnya di Jawa Barat. Sementara Bupati Bandung mengatakan bahwa dengan memiliki sumber daya alam yang besar, sumber daya manusia potensial, serta UMKM yang senantiasa memperkuat perekonomian, menjadikan pertumbuhan ekonomi Bandung semakin meningkat pada 2022 dan mencapai 5,22 persen. 

Bahkan, menurut Bupati Bandung, daya beli masyarakat meningkat. Salah satunya dengan mempermudah perizinan , bahkan sudah 70 ribu NIB yang sudah diterbitkan. Menurut Bupati Bandung,  perputaran ekonomi yang semakin dinamis. Produk UMKM Kabupaten Bandung saat ini sudah mencapai 16.800 jenis. Saat ini, telah tumbuh 25 ribu nasabah baru yang mendapat pinjaman bergulir tanpa agunan.

Pada faktanya, kucuran dana yang dilakukan pemerintah hanyalah solusi pragmatis. Tidak  selamanya kita bisa bersandar pada UMKM, karena UMKM bukan sektor strategis. Akan tetapi, seharusnya pemerintah fokus pada usaha strategis. 

Sangat ironi, faktanya industri besarlah yang terlihat lebih diperhatikan dalam masalah pendanaan usaha. Jumlah dana yang dikucurkan pemerintah untuk rakyat kecil tidak sebanding dengan industri besar. Ini terbukti ketika Sri Mulyani mengucurkan dana sebesar Rp106,8 triliun kepada empat BUMN pada awal 2023. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kepemilikan BUMN besar ada di tangan swasta. 

Sementara, rencana kucuran dana untuk UMKM hanya Rp75 triliun untuk 16 juta nasabah. Jika dibagi rata, tiap orang hanya mendapatkan tidak lebih dari Rp5juta. Belum lagi dikurangi potensi adanya korupsi. Apalagi ditambah dengan hitungan bisnis, modal sebesar Rp5 juta, tidak akan berdampak besar, hanya sekadar untuk bertahan hidup. 

Berbagai kisah sukses UMKM hingga go internasional adalah satu dari sekian juta UMKM yang mangkrak, sebab ekosistemnya tidak mendukung untuk tumbuh dan berkembang. Terlebih bahwa pinjaman tersebut  memberatkan karena adanya unsur riba. Selain itu, banyak UMKM yang gulung tikar karena ongkos produksi mahal melebihi harga jual produk perusahaan besar. 

Pada faktanya, pemerintah disetir oleh para pemilik modal. Ini karena penerapan sistem ekonomi kapitalis. Negara berperan hanya sebagai regulator dan fasilitator saja. Kucuran modal hanyalah solusi tambal sulam atas ketidakberdayaan UMKM.

Mirisnya, kemiskinan malah semakin bertambah dan bersifat sistemis, mulai dari ekosistem usaha yang buruk (akses modal dan bahan baku), hingga kebijakan yang tidak prorakyat miskin. Seperti kebijakan subsidi yang makin dikurangi, bahkan dicabut, seperti kebijakan subsidi air, listrik, BBM, maupun sarana produksi yang diperuntukan bagi rakyat kecil.

Sistem ekonomi Islam berbasis pada kemaslahatan umat dan tidak keluar dari syariat. Di sistem ini, tidak akan pernah ditemui persoalan ekosistem usaha yang buruk dan kebijakan yang tidak pro-rakyat. Islam memiliki cara untuk memudahkan UMKM agar bisa mengakses modal. Negara akan memberikan bantuan dana untuk usaha atau memberikan pinjaman tanpa menggunakan mekanisme riba. Dana tersebut diambil dari Baitul Mal yang mempunyai kebijakan secara independen dan menjadikan kemaslahatan sebagai fokus utama pemerintah. 

Dalam sistem Islam, hak kepemilikan umum akan dikelola oleh negara tanpa intervensi pihak swasta ataupun individu dan hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. 

Islam juga memiliki mekanisme nonekonomi dalam mengatasi kemiskinan, yaitu salah satunya dengan zakat. Mekanisme ini terbukti efektif untuk mendistribusikan harta dari hartawan kepada rakyat miskin. Negara menjamin atas kebutuhan pokok rakyat dan iklim usaha yang berkeadilan, sehingga umat mudah bangkit dari  kemiskinan. 

UMKM bukan hanya butuh modal usaha, tetapi juga kebijakan pemerintah yang prorakyat. Hanya saja, semua itu tidak akan bisa diterapkan dalam sistem ekonomi kapitalisme. Inilah salah satu urgensi penerapan syariat Islam secara kaffah, agar bisa memberikan solusi dari setiap permasalahan umat. Wallahu'alam bishawaab.

Oleh: Enung Sopiah
Sahabat Tinta Media

Selasa, 24 Oktober 2023

Solusi Pragmatis ala Kapitalis untuk Mengatasi Bencana

Tinta Media - Direktorat Jendral Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementrian Sosial RI, memfasilitasi pembentukan Kampung Bedas Siaga Bencana di Desa Nagreg, Kecamatan Nagreg dan Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung yang dinilai rentan bencana alam.

Bupati Bandung Dadang Supriatna mengukuhkan para pengurus dari kedua kampung Bedas Siaga ini pada gelaran Apel Kesiapsiagaan Bencana di lapangan Desa/Kecamatan Nagreg, Kamis (5/10/2023).

Bentuk langkah konkret untuk upaya antisipasi bencana menurut Bupati Bandung, yaitu dengan pengukuhan Bedas Siaga, sebab bencana tidak bisa ditangani oleh pemerintah saja. Berbagai unsur di masyarakat harus terlibat dengan program dan skema pentahelix.

Penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab bersama, baik pemerintah, unsur akademisi, dunia usaha atau bisnis, masyarakat atau komunitas, serta media massa. Itulah yang dimaksud dengan konsep pentahelix. Melalui momentum Pengukuhan Kampung Siaga Bencana, Bupati Bandung juga menandaskan, untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi berbagai ancaman bencana yang bakal terjadi. 

Berbagai persoalan, seperti ancaman banjir, longsor, gempa bumi, dan perubahan iklim, harua ada upaya pencegahan secara dini. Bupati Dadang  Supriatna menginstruksikan kepada sejumlah pihak untuk melaksanakan gerakan menanam pohon untuk meminimalisir bencana. 

Setiap warga diwajibkan menanam pohon. Bupati Bandung juga berharap, termasuk anak sekolah dan warga yang baru menikah, untuk menyiapkan pohon untuk mengimbangi perubahan iklim. 

Dalam waktu dekat ini, Bupati Bandung juga mengajak kepada sejumlah pihak untuk melaksanakan salat Istisqa', dengan harapan supaya tidak terjadi apa yang menjadi kekhawatiran di negara Indonesia, khususnya di Kabupaten Bandung. 

Bupati Bandung juga berharap agar ke depan bisa mendorong masyarakat secara bijaksana beradaptasi dengan perubahan iklim, melalui "Kampung Siaga Bencana". 

Bupati Bandung juga berharap kepada masyarakat untuk segera melapor ke pemerintahan setempat, apabila mengalami kekurangan atau rawan air bersih. Beliau mengatakan bahwa pemerintah menyediakan anggaran untuk kebutuhan air. 

Menurut Bupati Bandung, perlu ada upaya untuk mengubah kebiasaan sehari-hari dalam hal kesiapsiagaan untuk mendukung program adaptasi terhadap perubahan iklim, yaitu dengan meningkatkan kemampuan dalam mitigasi kesiapsiagaan dan peringatan dini.

Sebenarnya masalah bencana banjir dan bencana lainnya bukan hal yang baru. Hampir pada setiap musim penghujan bencana banjir dan longsor pasti menjadi langganan. Risiko yang ditimbulkan sudah tidak terhitung lagi, seperti risiko ekonomi dan sosial. Masyarakat-pun terpaksa menerima keadaan dengan dalih semua yang terjadi lantaran faktor alam.

Sementara, penyebab banjir bukan semata faktor alam. Banyak hal yang harus dievaluasi dari ulah tangan manusia, terutama terkait budaya dan kebijakan struktural dalam pembangunan, dan juga dengan dampak yang ditimbulkan. 

Sementara, negara gagap melakukan mitigasi bencana. Walhasil, berbagai dampak tidak terantisipasi dengan baik. Para penguasa malah sibuk berpolemik saat bencana sudah terjadi. Padahal, perlu dipahami  bahwa bencana banjir dan bencana lainnya bersifat sitematis dan harus diberi solusi sistemis. 

Pada dasarnya, bencana banjir ataupun bencana-bencana lain yang terjadi disebabkan oleh buruknya konsep tata kelola sumber daya alam dan lingkungan. Faktor cuaca ekstrim misalnya, yaitu terkait isu perubahan iklim. Pemicunya adalah prilaku manusia yang kian niradab terhadap alam, juga termasuk akibat kebijakan pembangunan kapitalistik yang eksploitatif dan tidak memperhatikan aspek daya dukung lingkungan. 

Curah hujan yang tinggi tidak akan menjadi masalah seandainya pohon-pohon di hutan tidak ditebangi. Allah Swt. telah menciptakan sistem hidup yang seimbang dan harmoni. Meluasnya bencana banjir memperlihatkan bahwa gurita kapitalisme semkin mencengkeram. 

Eksploitasi lahan tambang, alih fungsi lahan semakin tak terkendali. Permukaan tanah semakin menurun akibat eksploitasi air tanah untuk perusahaan-perusahaan industri dan untuk menunjang fasilitas hunian elit. Sungai pun volumenya semakin menyempit akibat dari produksi sampah karena dampak hunian di bantaran kali. 

Sangat miris, sebagian besar terjadi secara legal atas nama pembangunan yang abai terhadap tata ruang dan tata wilayah. Hal ini terjadi karena para penguasa merepresentasikan kepentingan para pengusaha. Mereka hanya memikirkan keuntungan materi saja, tetapi tidak memikirkan kelestarian alam. 

Sejatinya, inilah salah satu urgensi akan tegaknya sistem Islam. Hal ini karena Islam benar-benar  mengajarkan harmoni dan keseimbangan, bagaimana adab terhadap alam yang dinilai sebagai bagian dari iman, dan siapa pun yang melakukan kerusakan terhadap keseimbangan alam dianggap sebagai pelaku kejahatan dan bentuk perbuatan kemaksiatan.
Wallahu'alam bishawab.

Oleh: Enung Sopiah
Sahabat Tinta Media

Rabu, 18 Oktober 2023

Menjadi Orang Tua Sadis di Era Kapitalis

Tinta Media - Berusaha menjaga kewarasan mental di era kapitalisme memang tidaklah mudah, di tengah berbagai gempuran masalah dan berbagai polemik kehidupan, kita juga dipaksa wajar menerima kerusakan, kemaksiatan dan berbagai kezaliman.
Maka ketika agama tidak dijadikan pegangan, yang tersisa hanyalah kegilaan.

Bahkan keluarga yang seharusnya menjadi tempat paling nyaman dan aman dari kerasnya kehidupan, bisa berubah jadi tempat paling berbahaya dan tempat meregang nyawa. Seperti kasus yang terjadi di Desa Parigimulya, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Seorang bocah bernama Muhammad Rauf (13), ditemukan tewas di saluran irigasi atau sungai di Blok Sukatani, Desa Bugis, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, Rabu (4/10/2023) dalam kondisi berlumuran darah dengan tangan terikat ke belakang. Ironisnya Rauf dihabisi nyawanya oleh ibu kandungnya N (43), paman S (24) serta kakeknya, W (70). 

Kejadian tersebut bermula dari kedatangan Rauf ke rumah kakeknya, karena telah beberapa hari tidak pulang, si kakek menegurnya, namun karena tidak menerima teguran tersebut Rauf memukul kakeknya. Pukulan tersebut dibalas oleh kakeknya dengan memukul menggunakan gergaji dan menyasar kepala korban. lalu kakeknya tersebut memanggil ibu korban dan korban sempat berusaha melarikan diri, namun sang ibu menghadangnya hingga tertangkap, si ibu langsung membanting korban dan menindihnya. Selanjutnya Ibu korban, menelepon adiknya atau paman korban berinisial S untuk datang, sesampainya di lokasi kejadian, paman korban langsung mengikat tubuh korban.

Saat itu pelaku sekaligus ibu korban, sempat meminjam motor tetangga, berniat mengantarkan korban kepada ayahnya di wilayah Bongas Indramayu. Sebab diketahui ayah dan ibu sudah bercerai. Namun, saat di tengah perjalanan, ibu korban terfikir untuk membuang korban ke saluran irigasi. Menurut para pelaku, saat ditinggalkan korban masih hidup. Dan alasan sang ibu tega menganiaya anaknya lantaran kesal sebab korban diketahui ingin memiliki ponsel dan beberapa kali mengambil ponsel milik ibunya.
(kompas.com /07/10/2023)

Tragis dan miris! ibu yang fitrahnya penuh kasih sayang sekaligus pelindung bagi anak-anaknya bisa berubah menjadi sadis di era kapitalis. Tingkat kekerasan yang dialami oleh anak saat ini memang cukup tinggi. Mengutip data SIMFONI-PPA1 atau sebuah sistem informasi online yang menghimpun data kekerasan terhadap perempuan dan anak dari berbagai sumber, pada tahun 2023 terdapat 20.401 kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 persen pelaku kekerasan terhadap anak adalah orang tua dengan alasan memberi pendidikan dan disiplin. 

Pada dasarnya masalah perilaku anak yang nakal, agresif atau suka mencuri adalah hasil didikan orang tua, sebab bagaimanapun, orang tua adalah pendidik pertama dan utama serta memegang peranan yang paling penting dalam tumbuh kembang anak. Dan hal yang paling mendasar sekaligus, utama yang kerap di lupakan oleh orang tua adalah penanaman aqidah yang benar sejak awal. Serta bagaimana perilaku orang tua dalam memberikan pengasuhan kepada anak. Padahal itu adalah kunci dalam pembentukan kepribadian anak dan dengan berbekal aqidah yang kokoh dalam mengarungi kehidupan, seorang anak tidak akan mudah terpengaruh pada lingkungan yang tidak baik. 

Terlebih ketika orang tua mengalami perceraian. Karena pada dasarnya kesedihan dan psikologis itu tidak hanya di tanggung oleh orang tua, dalam kasus ini seorang ibu, tapi juga di rasakan seorang anak. Kendati dampak perceraian bagi mental anak secara psikologis dan sosialnya bisa bervariasi, tergantung pada usia, kepribadian serta kondisi keluarga anak. Namun secara umum anak korban perceraian cenderung bermasalah dengan perilaku, akibat stres dan bingung dengan situasi yang belum dia mengerti, yang kemudian membuat anak menjadi lebih agresif, impulsif atau nakal.

Jika orang tua memberi pengertian secara berkelanjutan, memberikan dukungan emosional kepada anak. Dengan menunjukkan kasih sayang, perhatian, dan pengertian kepada anak, meskipun mereka sudah bercerai maka masalah tersebut bisa tertangani dengan baik.

Namun di sisi lain orang tua juga seharusnya memiliki pemahaman agama yg benar, sehingga ketika anak melakukan kenakalan, bisa menghadapinya dengan lebih bersabar, dan dapat memaklumi kegoncangan mental anak ketika merasa kehilangan salah satu sosok penting, yang seharusnya berada di sisinya saat pertumbuhannya.

Selanjutnya, persoalan ekonomi pasca perceraian yang sejatinya menjadi kewajiban bagi seorang ayah dalam pemberian nafkah anak, hingga anak mencapai usia baligh, kecuali saat anak memiliki kekurangan fisik maupun mental, yang di masa sekarang, kerap disepelekan kendati itu adalah dosa yang besar.

Sebaliknya tanggung jawab nafkah tersebut dibebankan kepada ibunya, membuat ibu harus bertarung sendirian, mencari penghidupan demi anaknya, dan dari rasa ketidakadilan tersebut, tersimpan rasa frustrasi terpendam, yang ketika terpancing kemarahan, mampu mendorong seseorang ibu bertindak agresif bahkan mampu menyakiti anaknya secara fisik ataupun verbal.

Ini adalah akibat penerapan kapitalisme sekularisme di berbagai bidang kehidupan saat ini menimbulkan lingkaran setan permasalahan. Memicu persoalan pelik, baik bagi individu, keluarga maupun negara.
Bermula dari tujuan kehidupan yang salah dan dijauhkannya agama dari kehidupan membuat manusia lebih mudah menyerah terhadap nafsunya.

Tidak bisa dipungkiri, menjadi orang tua di era kapitalisme sangatlah berat, sebab kerap dihadapkan pada pilihan-pilihan yang terkadang menekan fitrah kemanusiaan. 
Sehingga membuat banyak orang tua melakukan kesalahan dalam mendidik dan mengasuh anak, bahkan anak yang sejatinya adalah amanah sekaligus anugerah dari Allah SWT, terkadang di pandang hanya sebagai beban bagi orang tua.

Mengingat kondisi kesehatan mental orang tua sangat berdampak besar pada anak-anak yang diasuhnya serta kesejahteraan mereka, sepatutnya negara memberikan perhatian khusus untuk hal ini, bagaimanapun juga anak-anak hari ini, adalah aset bangsa yang perlu di jaga. Sebab nasib peradaban bangsa ini kedepan ada di tangan mereka.
 
Namun akibat situasi, ekonomi, sosial dan politiknya yang penuh kerusakan saat ini,telah banyak para orang tua kehilangan jati dirinya dan lupa akan fitrahnya. Maka solusi terbaik untuk bangsa ini adalah mengganti sistem kapitalisme dengan sistem yang jauh lebih baik, yaitu sistem Islam yang berideologi kan Islam, yang berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah sehingga penerapan syariah secara kaffah bisa terlaksana sempurna. Dan setiap anak maupun orang tua, umat manusia khususnya, bisa kembali kepada fitrahnya masing-masing.

Wallahu'alam.

Oleh: Indri Wulan Pertiwi
Aktivis Muslimah Semarang

Selasa, 03 Oktober 2023

Keimanan Terkikis dalam Kehidupan Sekuler Kapitalis

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap para istrinya.“(HR. Tirmidzi)

Tinta Media - Sabda Rasulullah Muhammad saw. tersebut tidak hanya beliau ucapkan, tetapi juga beliau contohkan dalam perbuatan. Sebab, berakhlak baik terhadap sesama merupakan salah satu manifestasi dari keimanan. Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap yang dicontohkan Rasulullah harus pula diterapkan oleh seluruh umat manusia, terutama umat Islam. Sebab, Rasulullah adalah suri tauladan terbaik.

Sayangnya, ketika manusia hidup di bawah naungan sekuler kapitalis seperti saat ini, (memisahkan aturan agama dari kehidupan dan kehidupan lebih berorientasi pada keuntungan materi), justru keimanan semakin terkikis. Bahkan, tidak sedikit lahir individu-individu sadis yang tega menyakiti orang terdekat. Padahal, orang terdekat seperti keluarga merupakan pihak yang seharusnya dilindungi dan disayangi.

Seperti dilansir dari Republika.co.id, bahwa Seorang suami bernama Nando (25 tahun) tega membunuh istrinya bernama Mega Suryani Dewi (24). Pembunuhan tersebut terjadi di rumah kontrakannya di Kampung Cikedokan, RT 01, RW 04, Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada Kamis (7/9/2023). Kapolsek Cikarang Barat, AKP Rusna Wati mengatakan, Nando membunuh istrinya lantaran kesal ditanya masalah uang belanja. (12/09/23)

Peristiwa di atas bukanlah satu-satunya. Kekerasan berujung pembunuhan pada pasangan juga terjadi di Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Seorang suami berinisial BSK tega menusuk istrinya NSL hingga meninggal dunia karena tidak terima digugat cerai. (Kompas.com, 16/09/23)

Sungguh pilu. Kehidupan suami istri yang seyogyanya penuh kasih sayang justru dihiasi pertikaian berujung kematian. Seorang suami yang seharusnya menjadi pelindung bagi istrinya justru menjadi pencabut nyawa bagi orang yang dulu dicintainya.

Berbagai tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sungguh marak terjadi, bahkan sering berujung pada kematian. Penyebabnya pun bermacam-macam. Hal ini menunjukkan betapa lemahnya pengelolaan emosi dan daya tahan dalam menghadapi beratnya kehidupan. Ini adalah potret buram kehidupan sekuler kapitalis yang terbukti telah mengikis keimanan individu hingga setipis tisu.

Bagaimana tidak? Masyarakat telah disibukkan dengan urusan dunia demi memenuhi kebutuhan hidup yang kian besar dan sulit. Ditambah lagi tidak terwujudnya suasana keimanan akibat urusan agama dianggap sebagai urusan individu, sehingga diberikan pilihan untuk menaati aturan agama ataukah tidak.

Tak ayal, masyarakat banyak yang semakin jauh dari aturan agama dan mengabaikan halal haram. Bahkan, dalam kehidupan rumah tangga pun masyarakat banyak yang meninggalkan aturan agama. Tak heran, rumah tangga hanya dianggap untuk memenuhi kebutuhan materi. Ketika kebutuhan materi tidak terpenuhi dalam keluarga, maka berbagai kerusakan pun terjadi.

Paradigma kapitalisme sekuler jelas berbeda dengan paradigma Islam. Dalam Islam, setiap perbuatan manusia terikat dengan hukum syara' (syariat Islam) yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, Sang Pencipta. Kehidupan Islam berorientasi pada rida Allah, bukan pada manfaat duniawi. Inilah akidah Islam yang sahih.

Akidah Islam memberikan kekuatan dan membentuk kesabaran seorang hamba dalam menghadapi kesulitan dan beratnya ujian kehidupan. Keimanannya menjadi perisai untuk sabar dan tetap dalam kewarasan ketika menghadapi masalah, sehingga tidak akan berbuat maksiat apalagi sampai menghilangkan nyawa seseorang. Sebab, Islam mewujudkan keyakinan bahwa Allah tidak akan membebani manusia di luar kesanggupannya.

Sebagaimana firman Allah yang artinya:
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (QS. Al-Baqarah: 286)

Selain itu, seperangkat aturan Islam yang sempurna mewujudkan kepemimpinan Islam tegak di atas akidah, sehingga mampu berdiri untuk mengurus urusan umat atas landasan keimanan terhadap Allah Swt. Oleh karena itu, pemimpin dalam Islam akan mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat secara optimal.

Maka, sudah menjadi kewajiban bagi negara untuk memenuhi kebutuhan rakyat hingga tataran individu, baik kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, maupun pendidikan dan ketersediaan lapangan pekerjaan. Dengan begitu, tidak akan terjadi tindak KDRT hanya karena alasan kesulitan ekonomi.

Tidak hanya memenuhi kebutuhan hidup, pemimpin dalam Islam juga wajib menjaga akidah umat sehingga negara menjadi satu-satunya jalan dalam menerapkan syariat Islam secara menyeluruh. Dengan begitu, urusan agama bukan diserahkan kepada individu untuk memilih menerapkan atau tidak. Akan tetapi, negara wajib menjamin terlaksananya aturan tersebut oleh setiap individu.

Dengan begitu, tiga pilar tegaknya aturan Allah akan terwujud, yakni keimanan individu, kontrol masyarakat, dan peran negara. Semua terlaksana atas dasar iman. Hal ini tidak akan terwujud selama aturan kapitalis sekuler masih diterapkan. Wallahu a'lam!

Oleh: Wida Nusaibah (Pemerhati Masalah Sosial)

Jumat, 29 September 2023

Sistem Sekuler Kapitalis Melahirkan Individu Sadis


Tinta Media - Karut- marut masalah negeri ini kian hari kian runyam, bahkan tak kunjung menemukan solusi terbaik. Setiap hari ada saja kasus pembunuhan yang berakhir sadis. Seperti beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi di beberapa daerah.

Dilansir dari REPUBLIKA.CO.ID, seorang suami bernama Nando (25 tahun) membunuh istrinya, Mega Suryni Dewi (24 tahun) di rumah kontrakan Kampung Cikedokan, Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi (Kamis, 07/09/2023)
Kapolsek Cikarang Barat AKP Rusna Wati mengatakan, pelaku membunuh korban lantaran kesal saat ditanya masalah uang belanja. Sebelum melakukan pembunuhan, pelaku dan korban sempat cekcok masalah ekonomi.

Dikutip dari Kompas.com pada kamis tanggal 07/09/2023, di Kalimantan Barat, Kota Singkawang, seorang suami berinisial BSK menusuk istrinya NSL karena tak terima digugat cerai hingga korban pun dinyatakan meninggal dunia.

Masih dari sumber yang sama, pada minggu 10/09/2023 di Jawa Barat, Kabupaten Ciamis, seorang juru parkir bernama Asep Malik (51 tahun) diamankan polisi karena telah melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kepada istri sirinya bernama Teti Maryati (40 tahun). Korban pun meninggal dunia. Peristiwa tersebut terjadi di kediaman pelaku di Dusun Warung Wetan Kecamatan Ciamis.

Miris, ketika menyaksikan berbagai kasus pembunuhan di atas. Banyak faktor yang menjadi sebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, seperti masalah ekonomi, pekerjaan, perselingkuhan, hingga lemahnya iman. Hal ini disebabkan karena lemahnya pengelolaan emosi dan daya tahan dalam menghadapi beratnya kehidupan.
Ditambah gagalnya negara dalam membangun hubungan sosial yang didasari ideologi sekuler kapitalisme.

Sistem saat ini menganggap bahwa penyebab KDRT adalah budaya patriarki yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dalam kepemimpinan, terutama di rumah tangga. Laki-laki dianggap memiliki otoritas terhadap keluarganya, seperti istri, anak-anak, dan harta bendanya.

Padahal, penyebab KDRT bukanlah karena kepemimpinan suami terhadap keluarganya, melainkan karena sistem saat ini tidak mengatur hubungan antara suami dan istri sedang baik. Artinya, hubungan antara pemimpin dan orang yang di pimpinnya tidak berjalan dengan baik.

Inilah potret buram kehidupan sekuler kapitalistik yang jauh dari keimanan, yaitu menjadikan Individunya lemah dan sadis, ditambah penegak hukum saat ini yang tidak memberikan efek jera kepada pelaku. Hukum saat bahkan bisa dinegosiasi oleh mereka yang memiliki banyak uang sehingga kasus pembunuhan akan terus ada.

Hal tersebut sangat berbeda dengan sistem Islam. Dalam sistem Islam, kehidupan rumah tangga diatur dengan aturan Islam yang berasal dari Allah ta'ala sehingga mampu menjadikan rumah tangga tenteram, jauh dari pertengkaran yang menyebabkan kekerasan, apalagi sampai terjadi pembunuhan.

Dalam Qur'an surat Al_A'raf 189 dan Ar-Rum 21, Allah menetapkan bahwa kehidupan rumah tangga seperti kehidupan persahabatan sehingga mampu memberikan kedamaian dan ketenteraman.

Islam juga memerintahkan pergaulan yang baik antara suami dan istri, seperti firman Allah dalam Qur'an surat (An-Nissa ayat 4)
“Dan bergaullah dengan mereka secara makruf (baik).”

Begitu pun riwayat Nabi saw. mengatakan,
“Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada keluarga (istri)nya. Dan aku adalah orang yang paling baik terhadap keluarga (istri)ku.” (HR Al-Hakim dan Ibnu Hibban dari jalur Aisyah ra.)

Kemudian masalah kepemimpinan, Islam menetapkan bahwa seorang suami merupakan pemimpin atas istri dalam rumah tangganya, sebagaimana firman Allah ta'ala,
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (QS An-Nisa: 34)

Namun, tanggung jawab atau kepemimpinan suami atas istri bukan berarti suami bertindak otoriter terhadap istri atau seperti penguasa yang tidak boleh dibantah.

Akan tetapi, kepimpinan suami adalah mengatur rumah tangga, memelihara urusan rumah tangga, termasuk mendidik dan membimbing istri dan anak-anaknya agar senantiasa taat kepada Allah Swt. Kalaupun dalam rumah tangga terjadi masalah yang dapat mengancam ketenteraman, maka Islam memerintahkan untuk bersabar dan memendam kebencian karena bisa jadi pada kebencian terdapat kebaikan (Q.S An-Nissa:19)

Akidah Islam memberikan kekuatan dan kesabaran pada seorang hamba dalam menghadapi kesulitan dan beratnya kehidupan. Keimanannya menjadi perisai untuk sabar dan tetap dalam kewarasan ketika bertemu masalah sehingga tidak berbuat maksiat.

Dalam sistem Islam, negara berperan untuk membantu rakyat agar hidup tenang, aman, dan damai dalam suasana keimanan dengan memenuhi kebutuhan manusia dan menyejahterakannya melalui penerapan Islam secara keseluruhan.

Negara berperan dalam menegakkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam aturan keluarga. Dengan penerapan Islam, akan terwujud masyarakat aman, damai, dan sejahtera sehingga mampu menciptakan lingkungan yang kondusif. Jika terjadi pelanggaran syariat seperti tindakan kekerasan yang mengancam keselamatan, maka negara yang akan menerapkan sanksi sesuai dengan syariat Islam.

Oleh: Nasiroh (Aktivis Muslimah)

Rabu, 02 Agustus 2023

Konsumsi Hewan Sakit, Potret Buram Penguasa Kapitalis

Tinta Media - Penyebaran penyakit antraks yang tengah meroket di Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta telah menyingkap tradisi atau kebiasaan yang selama ini turun-temurun dilakukan oleh warga. Tradisi Mbrandu diduga yang menjadi penyebab sebanyak 87 warga terpapar antraks. Menurut Kepala Dukuh (Dusun) Padukuhan Jati, Sugeng, tradisi tersebut memang sudah mengakar sejak nenek moyang mereka.

Pada dasarnya, tujuan dari tradisi ini baik, meringankan kerugian pemilik ternak yang ternaknya mati, entah karena sakit atau sebab lain. Meski bertujuan baik, tradisi ini rupanya mewajibkan seluruh warga Dusun Jati, yang sebanyak 83 KK, untuk membeli daging yang tidak sehat maupun halal tersebut.

Dusun yang memiliki warga mayoritas nonmuslim tersebut juga mewajibkan warga muslim untuk ikut serta membeli daging, meski warga muslim tidak dipaksa untuk mengonsumsi. Ketika tradisi Mbrandu dijalankan dengan menjual sebanyak enam sapi dan enam kambing yang mati karena antraks kepada warga, menurut Sugeng, hampir seluruh warganya mengonsumsi daging tersebut.

Akan tetapi sayang, tradisi Mbrandu justru membawa petaka bagi warga. Sesungguhnya warga sadar akan risiko antraks dan larangan mengonsumsi ternak yang sakit atau mati mendadak. Namun, hal ini sering diabaikan, dikarenakan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang sulit. Faktor kemiskinan telah menjadikan masyarakat jadi lupa akan kesehatannya, bahkan lupa akan perintah dan larangan dari Sang Pencipta, yakni, Allah Swt.

Minimnya edukasi yang diterima oleh masyarakat serta jauhnya umat dari agama Islam adalah bukti dari kelalaian negara dalam mengurus urusan umat, Biaya hidup yang tinggi, ditambah lagi pendidikan yang mahal menjadikan masyarakat harus berjuang sendiri untuk menghidupi diri dan keluarganya. Masyarakat membuat standar sendiri dalam melakukan perbuatan, yaitu dengan menghalalkan segala cara, termasuk menghalalkan bangkai untuk dikonsumsi tanpa menghiraukan akibat bagi kesehatan.

Pemerintahan dalam sistem kapitalisme telah memandulkan peranan dalam mengurusi rakyat. Semboyan yang diusung "Dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat" hanya berlaku bagi rakyat yang memiliki banyak harta, jabatan, tahta, dan juga pengusaha.

Kemiskinan ekstrem yang melanda rakyat di tengah melimpahnya sumber daya alam (SDA) adalah bukti bobroknya sistem kapitalis karena telah memberikan kebebasan kepada individu/korporasi untuk menguasai SDA dan mengelolanya.

Berputarnya kekayaan pada segelintir orang telah menciptakan jurang yang dalam antara si kaya dan si miskin. Hal ini karena tidak ada keadilan dalam sistem ekonomi kapitalis. Negara juga telah abai dalam memenuhi kebutuhan dasar rakyat, baik berupa sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan. 

Efek dari sistem ekonomi kapitalis telah menyebabkan kemiskinan yang berkepanjangan, bahkan bisa dikatakan kemiskinan yang ekstrem, sampai untuk makan saja sulit, sehingga harus makan bangkai. Padahal, di dalam Islam sudah sangat jelas dikatakan bahwa Islam mengharamkan umatnya memakan bangkai, sebagaimana Firman Allah Swt, dalam QS Al Maidah ayat 3, yang artinya,

"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai."

Syariat Islam datang untuk mengubah atau menghilangkan tradisi yang rusak. Memang ada tradisi yang baik dan ada pula yang buruk. Akan tetapi, tradisi Mbrandu termasuk tradisi yang buruk, sebab tidak didasarkan pada syariat, melainkan akal manusia. Sebagaimana kita tahu, kemampuan akal terbatas. Jadi, ketika akal diberi otoritas untuk menentukan baik dan buruk, maka dapat menyebabkan kekacauan terhadap hukum Allah Swt.

Lalainya penguasa kapitalis telah membuat tradisi Mbrandu tetap berlangsung selama puluhan tahun. Ditambah tidak memadainya edukasi kesehatan pangan oleh pemerintah, membuat rakyat seperti hidup di zaman jahiliah, dengan masih memakan bangkai, bahkan memperjualbelikannya. Padahal, sudah sejak 14 abad yang lalu, Al-Qur'an datang ke muka bumi ini, dibawa oleh Rasulullah saw. sebagai petunjuk bagi manusia.

Islam adalah agama yang akan membawa rahmat bagi seluruh alam, baik muslim maupun non lmuslim, sebagaimana Firman Allah Swt,

ÙˆَÙ…َآ اَرْسَÙ„ْÙ†ٰÙƒَ اِÙ„َّا رَØ­ْÙ…َØ©ً Ù„ِّÙ„ْعٰÙ„َÙ…ِÙŠْÙ†َ

"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam." (QS Al Anbiya;107).

Maka dari itu, untuk menyelesaikan kasus antraks ini, yang dibutuhkan adalah Islam, yaitu dengan meninggalkan ekonomi kapitalis yang menyuburkan kemiskinan menjadi ekonomi Islam. Juga mengganti sistem yang kufur kepada sistem Islam, karena hanya Khilafah Islamiyyah yang akan mampu mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.

Khilafah akan menjalankan sistem ekonomi Islam yang memberikan keadilan ekonomi kepada setiap lapisan masyarakat. Begitu pula SDA akan dikelola dan digunakan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat. Negara menjamin segala kebutuhan pokok rakyat, bahkan akan menyelenggarakan pendidikan secara gratis hingga rakyat mendapat pendidikan yang cukup agar bisa memahami tentang kesehatan dan kehalalan yang sesuai dengan syariat Allah. Hanya Khilafah yang akan mampu meriayah rakyat secara sempurna, bukan sistem yang lain. Wallahu a'lam bisshawwab.

Oleh: Ummu Alvin, Sahabat Tinta Media

Sabtu, 15 Juli 2023

Ustadzah Rif'ah: Inses Bukan Hal Baru dalam Negara Sekuler Kapitalis

Tinta Media - Menanggapi terungkapnya kasus inses seorang Ayah terhadap anaknya di Banyumas Jawa Tengah hingga melahirkan 7 bayi yang semuanya dibunuh, Ustadzah Rif'ah Kholida dari Muslimah Media Center menyatakan bahwa kasus inses bukan hal baru di dalam negara sekuker kapitalis.

"Di dalam negara sekuler kapitalis, munculnya kasus inses bukan hal yang baru," uj arnya dalam program tausyiah Islam Menjawab: Inses Hancurkan Tatanan Keluarga, Bagaimana Pandangan Islam? Di kanal YouTube MMC, Ahad (9/7/2023).

Ia mengungkapkan, kasus inses juga pernah terjadi di daerah lain. Diantaranya kasus inses kakak dan adik di Pasaman, Sumatera Barat (2020), dan kasus inses ayah dan anak di Kecamatan Wowo, Kabupaten Bima NTB (2021).

Ia pun menerangkan, penerapan sistem sekuler kapitalis yang telah menjadikan manfaat sebagai asas dan kebebasan berperilaku di atas segala-galanya adalah penyebab munculnya berbagai pemikiran dan perilaku yang menyimpang (termasuk inses).

"Seseorang bebas berbuat apa saja sekehendak hatinya. Kondisi ini juga diperparah dengan minimnya pemahaman terhadap agama Islam," ucapnya.

Ia juga mengatakan, tidak sedikit individu muslim mengalami disorientasi hidup, bahkan terjerumus pada kemaksiatan karena tidak menjadikan syariat Islam sebagai standar dalam berperilaku.

Maka ia menegaskan, solusinya tiada lain hanyalah melakukan perubahan secara hakiki.

"Yaitu menerapkan syariat Islam secara kaaffah dalam naungan khilafah," pungkasnya. [] Muhar

Jumat, 14 Juli 2023

Ekonomi Makin Kritis, Sulit Menjadi Pelajar di Negeri Kapitalis

Tinta Media - Pendidikan adalah kebutuhan hidup yang penting. Pendidikan berperan besar untuk menentukan akan jadi apa seseorang di masa depan. Baik buruknya tentu berkorelasi dengan apa yang ditanamkan padanya dan apa yang ia pelajari. 

Maka, tidak heran jika setiap orang menginginkan sarana pendidikan yang terbaik. Namun, bagaimana jika usaha untuk mendapatkan layanan pendidikan tersebut terhalang oleh ekonomi?

Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan keluhan mengenai permasalahan biaya pendidikan, terutama pada masa-masa tahun ajaran baru. Seperti kasus mundurnya beberapa calon mahasiswa baru di sejumlah universitas karena tingginya biaya UKT (Uang Kuliah Tunggal).

"Total ada kurang lebih 10 mahasiswa baru yang kemudian mengadu hampir tidak lagi melanjutkan kuliahnya di UI karena mahalnya biaya pendidikan, hampir mundur," kata Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI, Melki Sedek usai melakukan aksi demo di Rotunda UI, (merdeka.com, 27-06-2023).

Tak hanya itu, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM KM UGM), Gielbran Muhammad Noor mengatakan, sebanyak 62,6 persen mahasiswa baru jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi atau SNBP 2023 merasa keberatan dengan uang kuliah tunggal atau UKT yang harus dibayarkan. (tekno.tempo.co, 08-07-2023)

Siapa yang Bertanggung jawab?

Meningkatnya biaya pendidikan yang terus berkelanjutan ini menjadi problem yang harus segera terpecahkan. Tentu kenaikan biaya pendidikan tidak terjadi karena satu atau dua aspek. Inflasi contohnya, kerap menjadi alasan mengapa terjadinya kenaikan biaya hidup, salah satunya pendidikan. 

Namun sayangnya, permasalahan ini juga tidak mendapatkan penanganan yang sempurna. Semakin hari, biaya hidup tidak mengalami penurunan, justru kenaikan. 

Subsidi dari pemerintah yang makin sedikit juga menjadi salah satu alasan mengapa banyak dari instansi pendidikan mulai mengomersialkan pendidikan. 

Hal ini tampak dari bagaimana kuota jalur mandiri di sejumlah universitas hampir menyentuh angka 50 persen, lebih banyak dari kuota untuk jalur SNBP (Seleksi Nasional Berbasis Prestasi) dan SNBT (Seleksi Nasional Berbasis Tes). 

Kita tentu bersyukur, menyadari bahwa perebutan kursi pendidikan ini juga diakibatkan oleh meningkatnya kesadaran masyarakat atas pentingnya pendidikan. Namun, peminat yang semakin banyak tidak sebanding dengan jumlah penyedia pendidikan yang terjangkau. 

Meski kita tahu bahwa semakin marak program beasiswa dan kebijakan instansi pendidikan untuk meringankan biaya pendidikan, tetapi kenyataannya solusi ini hanya bersifat sementara dan terbatas. Masih banyak pelajar yang pada akhirnya tidak mampu membayar biaya pendidikan dan memutuskan untuk berhenti sekolah. 

Tentu ini menjadi sesuatu yang miris. Negara kita dikenal kaya akan sumber daya alam maupun manusia. Namun, justru kesulitan akan biaya pendidikan. Bagaimana kita bisa membangun masa depan negara yang baik jika pendidikan sebagai kunci dari peningkatan kualitas anak bangsa masih menjadi PR yang belum terselesaikan. 

Kewajiban Menuntut Ilmu dalam Islam

Beragam permasalahan di dunia pendidikan yang semakin hari semakin banyak haruslah menjadi perhatian khusus. Sudah berapa menteri yang bergantian menjabat, dan sudah beragam kebijakan disahkan. Namun, hal tersebut hanya menjadi 'solusi' bagi beberapa masalah dan muncul masalah yang baru. 

Dari kenyataan ini perlu kita curigai, ada yang salah dengan sistem pendidikan yang selama ini kita terapkan. Sudah saatnya kita memperbaiki sistem pendidikan yang berlaku saat ini. 

Tentu sistem pendidikan yang menjadi solusi adalah sistem yang tidak hanya menjadi tambal sulam untuk problematika dunia pendidikan. Sistem ini tidak boleh menjadikan pendidikan sebagai hal yang remeh. Sistem ini juga tidak boleh memandang pendidikan sebagai alat penghasil uang. 

Sejarah emas Andalusia dan tak terhitungnya jumlah penemu-penemu muslim tentu menjadi bukti keberhasilan Islam dalam mengelola pendidikan. Kesadaran akan wajibnya belajar menjadi dasar bagi Islam untuk menempatkan pendidikan sebagai salah satu prioritas.

Islam sadar betul, bahwa sarana pendidikan yang baik tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pendidikan juga menjadi hak dari semua orang tanpa terkecuali. Maka, Islam mengatur kepemilikan harta dalam suatu negara. 

Sebagai contoh, sumber daya alam seperti pertambangan tidak boleh menjadi kepemilikan individu. Negara akan mengelolanya, kemudian hasilnya menjadi sumber dana untuk kemaslahatan umat. Dari sinilah, Islam dapat menyediakan sarana pendidikan secara cuma-cuma. 

Banyaknya penemu muslim menjadi bukti bahwa sistem pendidikan ini menyediakan akses pendidikan berkualitas yang tidak hanya fokus pada pendidikan akademik, tetapi juga akhlak, sehingga dapat melahirkan murid yang berkepribadian Islam, serta jauh dari perbuatan maksiat. 

Pribadi dengan kepribadian Islam akan menolak dan malu melakukan kecurangan dalam belajar, jual-beli kursi, atau memeras atas nama pendidikan. Sebaliknya, mereka akan terus mencari jalan untuk berkiprah sesuai dengan potensi masing-masing untuk menciptakan masa depan umat yang lebih baik.

Oleh: Fahma Miftahun
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 17 Juni 2023

Inilah Hakikat Politik Demokrasi Kapitalis

Tinta Media - Narator Rayah TV menjelaskan hakikat politik demokrasi kapitalis.

"Inilah hakikat politik demokrasi kapitalis. Adanya penguasa hanyalah penjual sedangkan rakyat sebagai pembeli. Semua  sumber daya alam dikeruk habis demi kepentingan oligarki," tuturnya dalam video: Indonesia For Sale! Selasa (13/6/2023) di kanal YouTube Rayah TV.

Setelah jalan tol, bandara, tambang emas dan kepemilikan umum lainnya dijual murah, kini Indonesia jualan pasir laut. "Entah karena kebelet pengen bayar utang atau sudah gak ada lagi uang buat jalanin roda perekonomian negara," ujarnya.

Narator mengatakan, ribuan dalih dan alasan dikeluarkan, kalau penjualan  pasir laut ini akan menjaga kelestarian ekosistem, akan lebih menguntungkan alur pelayaran dan akan menjaga keamanan pantai dari penambangan ilegai. "Bahkan penjualan pasir ini akan memberikan tambahan pemasukan buat negara," ungkapnya. 

"Padahal negara seharusnya bisa lebih memahami kalau penambangan ekspor pasir ini bukan dalam rangka menjaga kelestarian ekosistem, justru akan menimbulkan kerusakan dan dampak buruk kepada warga sekita," jelasnya.

Berdasarkan laporan instrumental reporting kolektif, menurutnya, ada 4 dampak kerusakan yang akan terjadi.

Pertama, penambangan pasir laut akan menyebabkan Abrasi secara besar besaran yang dapat menyebabkan tenggelamnya pulau pada lokasi pertambangan.

Kedua, penambangan pasir laut secara masif  akan menyebabkan terganggunya ekosistem baik akibat dari pengerukan pasir atau dari pencemaran yang dilakukan.

Ketiga, rusaknya biota laut yang berdampak kepada nafkah para nelayan.

Dan yang Keempat, ekspor pasir pantai untuk tujuan reklamasi negara lain mengancam keamanan dalam negeri dan hanya menguntungkan pihak asing saja.

"Dampak yang muncul dari eksploitasi alam ini semakin menjelaskan jika politik demokrasi kapitalislah yang menjadi biang kerok penyebab terjadinya kerusakan di negeri ini," pungkasnya.[] Pakas Abu Raghib

 

 

 

 

 

Kamis, 08 Juni 2023

Solusi Kemiskinan di Sistem Kapitalis Justru Tak Solutif


Tinta Media - Kemiskinan saat ini sudah menjadi ancaman atau hambatan untuk mewujudkan Indonesia maju. Belum lagi jumlah kemiskinan saat ini semakin ekstrem. Banyaknya sumber daya manusia membuat Indonesia kewalahan dalam menciptakan lapangan pekerjaan. Masyarakat mencukupi kebutuhan hidupnya dengan segala upaya. Ada yang menjadi pegawai, ada juga yang buka usaha sendiri. Namun, bagaimana bisa membuka usaha kalau tidak memiliki modal dari awal? 

Maka dari itu, saat ini banyak perusahaan-perusahaan besar yang membuka peluang usaha berupa peminjaman modal untuk masyarakat. Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan dengan memberikan bantuan untuk masyarakat tidak mampu. Alibinya untuk mengurangi angka kemiskinan ekstrem di Indonesia. 

Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Arief Mulyadi mengatakan, pihaknya optimis dapat membantu pemerintah dalam menurunkan angka kemiskinan ekstrem. Sebab, sebesar 47 persen masyarakat miskin di Indonesia yang telah keluar dari status tersebut kebanyakan mendapatkan bantuan modal dari PNM untuk membangun usaha.

PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM menargetkan 16 juta nasabah aktif di tahun ini dengan penyaluran pembiayaan sebesar Rp75 triliun hingga akhir tahun 2023. Hal itu disampaikan Direktur Utama PNM Arief Mulyadi saat memaparkan target dan kinerja PNM kepada rekan-rekan jurnalis di Menara PNM, Sabtu (27/5).

Adanya perusahaan yang membuka peluang peminjaman modal usaha, membuat masyarakat tergiur akan hal itu dan berbondong-bondong untuk membuka usaha sendiri karena ada modal yang membantu usahanya. Masyarakat merasa bahwa hal ini merupakan suatu kabar gembira, terutama masyarakat miskin agar bisa membuka usaha dan mencukupi kebutuhan hidup. 

Banyaknya PT di Indonesia yang membuat target atau kinerja permodalan agar bisa lebih meningkat target, dengan anggapan ingin membantu pemerintah menurunkan angka kemiskinan saat ini. Opini yang beredar menyatakan bahwa banyak masyarakat yang keluar dari zona kemiskinan karena berhasil dalam usahanya dengan pinjaman modal dari perusahaan terkait.

Namun, nyatanya hal ini bukanlah menjadi solusi sebenarnya untuk menurunkan angka kemiskinan. Hal ini justru membuat masyarakat makin ribet akan urusan peminjaman modal dari perusahaan. Belum lagi dalam penetapan bunga pada modal yang dipinjam. 

Inilah yang dinamakan bantuan setengah hati, bukti bahwa pemerintah memberikan bantuan setengah hati kepada rakyat. Seharusnya pemerintah tidak membiarkan rakyat hidup dalam kesusahan, tidak membiarkan masyarakat tersangkut urusan dengan perusahaan bank yang kian mencengkeram kehidupan. 

Inilah upaya kapitalis dalam menuntaskan masalah kemiskinan. Semua harus dijadikan bisnis tanpa memandang halal-haram. Sistem ekonomi kapitalis memang tidak dapat memakmurkan masyarakat. Dalam sistem ini, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Kini sudah kian tampak karut-marut perekonomian ala kapitalis yang tidak dapat memakmurkan masyarakat. 

Padahal, tugas pemerintahlah yang mengatur serta mengurusi rakyat sesuai dengan hukum syara', yaitu sesuai dengan syariat Islam. Umat tidak akan pernah mendapatkan kesejahteraan hakiki apabila belum menerapkan hukum aturan Allah di tengah-tengah kehidupan. 

Masih banyak masyarakat yang belum paham bahwa banyaknya perusahaan yang membuka peluang untuk meminjamkan modal itu pasti tersangkut dengan riba. Allah Sang Pencipta sekaligus Sang Pengatur kehidupan sangat-sangat mengharamkan riba.

Bagaimanapun alasannya, kita sebagai hamba ciptaan-Nya harus berusaha menjauhkan diri dari perbuatan raiba, bukan malah mendekatinya. 

Kemiskinan kian meningkat ini bukti bahwa rakyat membutuhkan sistem pemerintahan yang benar-benar mengatur dan meria'yah kehidupan rakyat agar sejahtera lagi menyejahterakan. Seperti ketika dalam sistem pemerintahan Islam di masa Khalifah Umar bin Khattab yang mampu menuntaskan masalah kemiskinan saat itu. Bahkan, seorang khalifah rela keluar untuk melihat kondisi rakyatnya yang masih dalam kesusahan dan khalifah langsung memberi bantuan tanpa menyusahkan rakyat tersebut.  

Inilah sistem pemerintahan Islam yang seharusnya dirindukan oleh setiap rakyat. Sistem pengelolaan ekonomi Islam sangatlah paripurna dan sempurna dalam menyejahterakan rakyat. Sudah saatnya rakyat sadar bahwa solusi penuntasan masalah kemiskinan adalah dengan menghilangkan kapitalisme dan mewujudkan sistem Islam. 
Walllahu A'lam Bishawab

Oleh: Marsya Hafidzah Z.
Pelajar, aktivis Dakwah Remaja SWIC

Jumat, 05 Mei 2023

Hanya di Sistem Kapitalis, Gara-Gara Kesulitan Ekonomi Bunuh Anak Sendiri

Tinta Media - Media tak hentinya membawakan berita-berita yang membuat geger jagat dunia online. Salah satu yang jadi perbincangan ialah kasus pembunuhan oleh seorang ayah kepada putri kandungnya sendiri baru-baru ini di Gresik, Jawa Timur. 

Adapun motif dari pembunuhan tersebut dikarenakan tersangka berinisial A ini ingin agar anaknya masuk surga sebab selama ini sang anak mendapatkan ejekan dari teman-teman sebayanya bahwa ibunya seorang Pemandu Lagu alias LC di tempat karaoke. (tvonenews.com)

Selain itu A juga menyebut bahwa istrinya tidak pantas disebut sebagai seorang ibu, serta menyesal menjalani hubungan rumah tangga dengan perempuan yang dia temui di tempat hiburan tersebut. Dia pun mengatakan alasan mengapa tidak turut membunuh istrinya karena merasa bahwa istrinya tidak pantas masuk surga dan dia layak bersama dosa-dosanya. Naudzubillahi min dzalik.

Sungguh betapa kian miris berita demi berita dari dunia kriminal hingga saat ini. Kian hari kasus bunuh-membunuh antara orang tua terhadap anak sendiri pun sering terjadi. Demikian juga dengan anak kepada orang tuanya. Hal ini semakin menambah deretan panjang dari kasus yang mengundang pedih dalam hati. 

Betapa tidak? Keluarga yang semestinya menjadi tempat ternyaman bagi orang-orang, ternyata telah berubah menjadi peluang melakukan bentuk perbuatan dosa. Hal ini tak mungkin terjadi kalau bukan karena adanya kesalahan dalam cara pikir umat. Selain itu, perilaku-perilaku keji tersebut didukung pula dengan sistem kufur yang semakin memudahkan setiap niat buruk terwujud jadi perbuatan nyata. 

Kasus seperti ini bukanlah kali pertama terjadi. Pada tahun 2022 lalu, kita menemukan fakta pembunuhan yang dilakukan seorang ibu pada anak kandungnya karena depresi serta kesulitan ekonomi. Adapun motif lainnya ialah karena ingin agar anaknya "selamat", tidak mengalami penderitaan sebagaimana dirinya. (kompas.tv). 

Tak bisa dimungkiri bahwa kebutuhan jasmani merupakan bagian penting dari hidup yang harus dipenuhi. Kebutuhan jasmani merupakan bentuk rangsangan yang datang dari dalam tubuh manusia sendiri, seperti timbulnya rasa lapar, haus, lelah, buang air dan lain-lain. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka bisa berakibat sakit bahkan kehilangan nyawa. 

Hanya saja, pemenuhan kebutuhan ini harus sesuai dengan koridor syar'i. Jika tidak, maka bisa mengantarkan pada kekacauan sebagaimana halnya peristiwa-peristiwa tragis di atas.

Akan tetapi, menjalankan berbagai aktivitas sesuai dengan syariat saat ini tidak mudah. Banyak sekali tantangan serta godaannya. Akibatnya, manusia menjadi tidak sabaran, serta menempuh cara yang tidak halal untuk memenuhi segala kebutuhannya, baik jasmani maupun naluri. 

Dunia kapitalis kufur ini membawa manusia untuk saling berebut sumber daya alam. Bagi yang kuat, maka akan mendapatkan aset-aset itu untuk memperkaya diri sendiri. Sedangkan yang lemah hanya akan menjadi korban korporasi dan kebijakan yang menindas hingga kini. Maka tak heran, akhirnya ketidakmampuan umat dalam memenuhi kebutuhan jasmani dan naluri ini malah mengantarkan pada tindakan kriminal.

Maka yang mampu menumpas keadaan ini hingga ke akarnya hanyalah aturan yang hak, yang datang dari Allah Swt. Islam akan menyelesaikan persoalan ekonomi dengan menjamin adanya pekerjaan yang layak bagi para suami, ayah, maupun anak lelaki yang sudah baligh. 

Negara akan berdiri sebagai penyedia lapangan pekerjaan bagi rakyat, memberikan pelatihan bagi yang belum mampu bekerja di bidangnya. Selain itu, bagi yang tidak memiliki wali, seperti janda, kaum dhuafa, ataupun orang tua yang tak lagi punya keturunan, maka negaralah yang akan membiayai melalui baitul mal.

Bila Islam tegak di bumi Allah, maka tidak mungkin Allah tidak menurunkan rahmay-Nya. Sungguh hanya dengan penerapan Islam secara keseluruhan sajalah rahmat itu akan Allah berikan. Rida-Nya Allah akan memenuhi seluruh penjuru bumi hingga kehidupan umat manusia pun akan berjalan sesuai dengan porsinya. 

Dengan diterapkan syar'i Islam, maka kebutuhan jasmani dan nalurinya dalat terpenuhi secara optimal. Tak akan lagi ada corong-corong kemaksiatan ataupun tindak kriminal. Tak akan terdengar lagi kasus-kasus miris sebagaimana hari ini di dunia kapitalis kufur buatan Barat.

Sebab, ajaran Islam datangnya dari wahyu Allah Swt. Sang Khaliq Yang Maha Pengatur kehidupan, bukan dari hawa nafsu yang mengedepankan asas manfaat saja. Karena itu, sudah seharusnya era kapitalis ini dituntaskan dan diganti dengan era kebangkitan Islam, agar bumi yang Allah ciptakan ini layak mendapatkan rahmat, karena Islam memang dijadikan sebagai agama yang merahmati seluruh alam.
Wallahu'alam bisshawwab.

Oleh : Tri Ayu Lestari
Penulis Novel Remaja dan Aktivis Dakwah Remaja
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab