Maulid Seharusnya Mampu Kembalikan Semangat Juang Terapkan Islam
Tinta Media - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW seharusnya mampu mengembalikan semangat juang umat untuk menerapkan syariat Islam secara kaffah.
“Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
seharusnya mampu mengembalikan kejayaan Islam dan semangat juang umat untuk
menerapkan syariat Islam kaffah,” ungkap Mubalighah Ustadzah Yana Saparia dalam
Kajian Muslimah Komunitas Keluarga Sakinah: Cinta Nabi Cinta Syariah,
Ahad (15/10/2023) di Masjid Al-Huda, Cikumpa, Depok.
Menurutnya, saat ini umat Islam seluruh
dunia dalam menyambut maulid penuh kebahagiaan yang diiringi pujian dan
shalawat, namun sangat disayangkan semua itu hanyalah sebatas seremonial semata
yang bersifat tarikh (sejarah) tanpa dikaji dari aspek tasyri'i (pemberlakukan
syariat) dan siyasi (politik) bahkan seringkali diisi dengan kegiatan yang
bertentangan dengan syariat.
Maka, tegasnya, memperingati maulid harus
benar-benar mencintai Rasulullah seperti itulah wujud keimanan. “Mencintai Nabi
SAW artinya ber-ittiba’ (mencontoh) kepadanya, cinta kepada Nabi SAW
menjadi bukti cinta kita kepada Allah SWT begitupun sebaliknya, cinta kepada
Allah SWT harus dibuktikan dengan mengikuti Nabi SAW, mengaku iman kepada Rasul
SAW, maka wajib menerima, mengikuti dan menerapkan seluruh risalah yang
disampaikannya yakni syariat Islam,” bebernya.
Lantas, ia pun memaparkan tafsir Al-Qur’an
surah Ali Imran ayat 31 menurut Imam Ibnu Katsir, “Siapa saja mengaku mencintai
Allah sedangkan ia tidak berada di jalan Muhammad SAW maka ia berdusta, sampai
ia mengikuti syariah Muhammad secara kaffah.”
Cara yang Benar
Menurutnya, cara yang benar dalam
memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yakni dengan memahami bahwa kegiatan maulid
bukanlah hari raya atau perayaan, bukan pula sekadar kisah dan cerita.
“Namun sebagai dzikra (peringatan)
atau bentuk cinta kita kepada Nabi SAW hingga menjadikan kita semakin taat dan
patuh terhadap syariat Allah karena sepanjang perjalanan Rasulullah SAW adalah
untuk menegakkan Islam,” terangnya di hadapan puluhan peserta kajian.
Selain itu, ia menambahkan, perjuangan
Rasul SAW yang harus diikuti adalah sifat dakwahnya Rasul SAW. Selama hidupnya,
Rasul hanya menyampaikan Islam, hanya untuk Islam, dan hanya di jalan Allah
saja.
“Dakwah Rasul bersifat politis dan
menyeluruh, sebab Rasulullah SAW diutus bukanlah untuk mengatur urusan ibadah,
makanan, minuman, pakaian, muamalah, ekonomi, sosial, dan akhlak saja,
melainkan adalah untuk mengemban risalah Islam dengan mendakwahkannya ke
seluruh dunia hingga Islam mampu memimpin dan berjaya,” tegasnya.
Ditambah lagi, menurutnya, keberhasilan
dakwah Rasulullah dengan berdirinya negara Islam di Madinah dengan seluruh
kehidupannya diatur oleh syariat Islam, Rasulullah selain sebagai Nabi adalah
sebagai kepala negara Islam. Kepemimpinan beliau wajib diikuti, diteladani, dan
dilanjutkan oleh para pemimpin Muslim saat ini.
“Keteladanan atas kepemimpinan Rasulullah
SAW, Khulafaur Rasyidin dan kepemimpinan setelahnya di bawah Institusi Khilafah
Islam, khalifah (pemimpin) wajib menegakkan seluruh syariat secara kaffah dalam
setiap aspek kehidupan agar ketenangan, ketentraman, kemakmuran, dan keberkahan
hidup mampu terwujud,” paparnya.
Terakhir, ia mengajak para Muslimah yang
hadir untuk bersama-sama berjuang dalam rangka mengembalikan kehidupan Islam
agar Islam kaffah dapat diterapkan, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW
di Madinah yakni dengan mengemban dakwah Islam.
“Sampaikan kepada teman, saudara ataupun
tetangga untuk mengkaji Islam secara lebih intensif, ikut bergabung ke dalam
kelompok dakwah yang memperjuangkan dakwah Islam sesuai yang diajarkan
Rasulullah SAW,” pungkasnya.[] Sari Liswantini