Tinta Media: Kajian Tafsir al-Wa'ie
Tampilkan postingan dengan label Kajian Tafsir al-Wa'ie. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kajian Tafsir al-Wa'ie. Tampilkan semua postingan

Jumat, 10 Februari 2023

KAJIAN TAFSIR AL WA'IE, KAJIAN TAFSIR AL QUR'AN YANG DIASUH OLEH KH ROKHMAT S LABIB

Tinta Media - Tafsir al Wa'ie adalah rubrik kajian tafsir di majalah bulanan al Wa'ie yang diasuh oleh KH Rokhmat S Labib. Kumpulan kajian tafsir ini kemudian dikompilasi dan dijadikan buku berjudul 'Tafsir Al Wa'ie' karya beliau.

buku 'Tafsir Al Wa'ie' merupakan kumpulan tafsir dari para mufasir yang diringkas, dikaji, dan diberikan kesimpulan oleh penulisnya. Buku tersebut dan beberapa tema-tema tambahan lainnya, kemudian dijadikan materi, dibahas dalam kajian tafsir yang dilakukan secara offline dan siarkan secara online via kanal Youtube Khilafah Channel Reborn.

Pada Rabu malam pukul 20.00 WIB (1/2), penulis berkesempatan hadir langsung secara offline, mengikuti kajian tafsir al Wa'ie yang diampu langsung oleh KH Rokhmat S Labib. Kajian tafsir kali ini membahas tafsir Surat Al Ahqaf ayat 7.

وَاِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُنَا بَيِّنٰتٍ قَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِلْحَقِّ لَمَّا جَاۤءَهُمْۙ هٰذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌۗ

_"Dan apabila mereka dibacakan ayat-ayat Kami yang jelas, orang-orang yang kafir berkata ketika kebenaran itu datang kepada mereka, “Ini adalah sihir yang nyata.”_


Dalam kajian tafsir semalam dijelaskan bagaimana orang-orang kafir mengingkari al Qur'an dan berusaha menjauhkan orang-orang dari mendengar al Qur'an. Dijelaskan pula, bantahan telak atas tuduhan orang orang kafir yang menuduh al Qur'an sebagai sihir.

Al Qur'an merupakan Kalamullah, mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW. Kemukjijazatan al Qur'an diantaranya terbukti dengan tidak adanya seorangpun yang mampu membuat yang semisal al Qur'an, meskipun hanya satu surat.

Untuk rincian isi kajian tafsirnya, silahkan pembaca simak sendiri di kanal youtube Khilafah Channel Reborn. Penulis lebih ingin bercerita suasanya kajian tafsirnya.

Suasananya khidmat, peserta khusuk menyimak. Penulis juga bertemu teman lama Bang Imran Nasution, Guru Penulis Abu Basman dan sejumlah sahabat dakwah lainnnya.

Menghadiri secara offline, tentu lebih afdhol. Namun, di era digital saat ini, ilmu yang berlimpah dapat diperoleh via handphone.

Begitu juga kajian tafsir al Wa'ie ini. Tidak harus hadir secara offline, pembaca juga bisa mengikutinya secara online, live setiap Rabu malam pukul 20.00 WIB, hanya di Khilafah Channel Reborn.

Agar tidak ketinggalan, penulis sarankan kepada pembaca untuk men-subscribe Khilafah Channel Reborn. Klik tombol notifikasinya, agar mendapatkan notifikasi seluruh program Khilafah Channel Reborn termasuk kajian tafsir al Wa'ie.

Alhamdulillah, dalam kesempatan kajian tafsir semalam, penulis berksempatan berfoto bersama KH Rokhmat S Labib. Pasca kajian, kami juga bisa menikmati kopi dan hidangan sate yang disediakan panitia. 

Semoga program kajian tafsir yang diasuh KH Rokhmat S Labib ini istiqomah dan terus memberikan pencerahan kepada umat sekaligus menambah kecintaan umat pada al Qur'an. Semoga, al Qur'an akan menjadi pembela kita kelak di akherat, amien ya rabbal a'lamien. [].

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

https://heylink.me/AK_Channel/

Jumat, 03 Februari 2023

Kiai Labib: Al-Qur'an, Sistematis dan Runut

Tinta Media - Ulama Aswaja KH. Rokhmat S. Labib menyatakan bahwa Al-Qur'an memberikan pemikiran yang begitu sistematis dan runut.

"Ayat ini, yang kita bahas ini, kalau kita lihat, Al-Qur'an itu memberikan pemikiran yang begitu sistematis dan runut," tuturnya dalam Kajian Tafsir al-Wa'ie: Al-Qur'an itu Mulia, Tak Pantas Dihina dan Dicampakkan, Rabu (25/1/2023) di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn.

Kiai Labib mengajak untuk memperhatikan surah Al Waqiah ayat 57 - 74 bahwa pertama sekali memastikan bahwa pasti akan terjadi kiamat. Ketika terjadi, manusia akan dibangkitkan menjadi 3 golongan. Dua kelompok berada dalam surga dan satu kelompok berada dalam neraka. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menunjukkan kemahakuasaan-Nya, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala menghidupkan tanaman maka Allah Subhanahu wa Ta'ala juga mampu menghidupkan manusia ketika sudah mati, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala mampu menurunkan air dan dengan air itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala menghidupkan berbagai macam tanaman maka Allah Subhanahu wa Ta'ala juga menghidupkan orang dan seterusnya. "Ayat ini mengingatkan tentang kebenaran semua berita yang disampaikan Al-Qur'an," terangnya.

Ia melanjutkan bahwa dalam Al Waqiah ayat 75 bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Ayat ini tidak langsung menggunakan kata aku bersumpah tapi diawali dengan _la_ Nafi, yang menidakkan. Namun sebenarnya ayat ini bukan menafikan sumpah yang berarti Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak bersumpah tetapi untuk menegaskan sumpah. "Jadi ketika dihadapkan dengan sumpah tadi maka memiliki warna mengokohkan, menguatkan," jelasnya.

Ia mengungkapkan bahwa ada beberapa penjelasan mengapa _la_ itu menjadi _zaidah_ dan memiliki fungsi _li taukid_ karena perkara itu perkara yang sangat jelas sehingga tidak perlu bersumpah. "Kalaupun bersumpah, itu menunjukkan bahwa perkara itu sudah sangat benar sehingga sumpah itu seolah-olah untuk menekankan saja," tukasnya.

Nah, bersumpah ini, lanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta'ala bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Kesamaan Alquran dengan bintang itu menunjukkan arah agar manusia tidak kehilangan arah. Demikian juga fungsi Alquran adalah memberikan petunjuk, kepada kita mana yang benar mana salah, mana hak mana batil, mana halal mana haram, yang menunjukkan surga dan neraka. Namun bedanya bintang berikan petunjuk dalam kegelapan yang sifatnya indrawi. "Jadi betapa Alquran itu sebenarnya kalau kita lihat, masyaaAllah susunannya itu luar biasa. Jadi antara satu ayat dengan ayat lainnya itu ada keterkaitan relevansi yang sangat erat," terangnya.

"Al-Qur'an disebut la Qur'anu. Qur'an itu bentuk masdar (tulisan). Kalau secara bahasa, qur'an _bi makna_ makru', yang dibaca. Sama dengan kitab-kitab itu, _masdar_ tulisan, tapi maknanya _maktub_ yang ditulis," paparnya.

Ia menambahkan bahwa Al-Qur'an ada beberapa nama, ada Al-Qur'an, ada alkitab, ada Al Zikr, ada Al Furqon, ada at Tanzil. Makna atau kata yang paling sering digunakan dalam Qur'an itulah Qur'an dan kitab. Sebagian ulama mengatakan mengapa disebut Qur'an dan kitab, itu memberikan isyarat bahwa Qur'an itu harus dijaga dalam dibaca dan juga dalam bentuk tulisan. "Jadi Alquran itu terjaga sampai yaumil qiyamah karena dijaga dengan dua Ibrani yaitu dihafal tapi sekaligus ditulis, ditulis tapi sekaligus dihafal dan bagi kita nggak hanya sekedar ditulis tapi juga harus dibaca," bebernya.

Ia juga menekankan bahwa kalau berita dalam Alquran itu pasti benar walaupun tidak masuk akal. Berita dalam Alquran sudah dipastikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala maka itu sesuatu yang pasti benar. "Berita tentang hari kiamat beserta semua kejadian ada dalam Alquran dan dalam ayat ini memastikan Qur'an itu benar," tegasnya.

Qur'an yang mulia kalau disebut Karim, disebutkan itu adalah menghimpun semua sifat kebaikan. Berarti tidak ada kebohongan, tidak ada kedustaan, tidak ada namanya kontradiksi dan segala yang jelek. Mesti semuanya bagus. "Pastilah kalau berita itu benar, kalau hukum pastilah adil," tandasnya. []Ajira

Kiai Labib: Al-Qur'an, Sistematis dan Runut

Tinta Media - Ulama Aswaja KH. Rokhmat S. Labib menyatakan bahwa Al-Qur'an memberikan pemikiran yang begitu sistematis dan runut.

"Ayat ini, yang kita bahas ini, kalau kita lihat, Al-Qur'an itu memberikan pemikiran yang begitu sistematis dan runut," tuturnya dalam Kajian Tafsir al-Wa'ie: Al-Qur'an itu Mulia, Tak Pantas Dihina dan Dicampakkan, Rabu (25/1/2023) di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn.

Kiai Labib mengajak untuk memperhatikan surah Al Waqiah ayat 57 - 74 bahwa pertama sekali memastikan bahwa pasti akan terjadi kiamat. Ketika terjadi, manusia akan dibangkitkan menjadi 3 golongan. Dua kelompok berada dalam surga dan satu kelompok berada dalam neraka. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menunjukkan kemahakuasaan-Nya, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala menghidupkan tanaman maka Allah Subhanahu wa Ta'ala juga mampu menghidupkan manusia ketika sudah mati, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala mampu menurunkan air dan dengan air itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala menghidupkan berbagai macam tanaman maka Allah Subhanahu wa Ta'ala juga menghidupkan orang dan seterusnya. "Ayat ini mengingatkan tentang kebenaran semua berita yang disampaikan Al-Qur'an," terangnya.

Ia melanjutkan bahwa dalam Al Waqiah ayat 75 bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Ayat ini tidak langsung menggunakan kata aku bersumpah tapi diawali dengan _la_ Nafi, yang menidakkan. Namun sebenarnya ayat ini bukan menafikan sumpah yang berarti Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak bersumpah tetapi untuk menegaskan sumpah. "Jadi ketika dihadapkan dengan sumpah tadi maka memiliki warna mengokohkan, menguatkan," jelasnya.

Ia mengungkapkan bahwa ada beberapa penjelasan mengapa _la_ itu menjadi _zaidah_ dan memiliki fungsi _li taukid_ karena perkara itu perkara yang sangat jelas sehingga tidak perlu bersumpah. "Kalaupun bersumpah, itu menunjukkan bahwa perkara itu sudah sangat benar sehingga sumpah itu seolah-olah untuk menekankan saja," tukasnya.

Nah, bersumpah ini, lanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta'ala bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Kesamaan Alquran dengan bintang itu menunjukkan arah agar manusia tidak kehilangan arah. Demikian juga fungsi Alquran adalah memberikan petunjuk, kepada kita mana yang benar mana salah, mana hak mana batil, mana halal mana haram, yang menunjukkan surga dan neraka. Namun bedanya bintang berikan petunjuk dalam kegelapan yang sifatnya indrawi. "Jadi betapa Alquran itu sebenarnya kalau kita lihat, masyaaAllah susunannya itu luar biasa. Jadi antara satu ayat dengan ayat lainnya itu ada keterkaitan relevansi yang sangat erat," terangnya.

"Al-Qur'an disebut la Qur'anu. Qur'an itu bentuk masdar (tulisan). Kalau secara bahasa, qur'an _bi makna_ makru', yang dibaca. Sama dengan kitab-kitab itu, _masdar_ tulisan, tapi maknanya _maktub_ yang ditulis," paparnya.

Ia menambahkan bahwa Al-Qur'an ada beberapa nama, ada Al-Qur'an, ada alkitab, ada Al Zikr, ada Al Furqon, ada at Tanzil. Makna atau kata yang paling sering digunakan dalam Qur'an itulah Qur'an dan kitab. Sebagian ulama mengatakan mengapa disebut Qur'an dan kitab, itu memberikan isyarat bahwa Qur'an itu harus dijaga dalam dibaca dan juga dalam bentuk tulisan. "Jadi Alquran itu terjaga sampai yaumil qiyamah karena dijaga dengan dua Ibrani yaitu dihafal tapi sekaligus ditulis, ditulis tapi sekaligus dihafal dan bagi kita nggak hanya sekedar ditulis tapi juga harus dibaca," bebernya.

Ia juga menekankan bahwa kalau berita dalam Alquran itu pasti benar walaupun tidak masuk akal. Berita dalam Alquran sudah dipastikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala maka itu sesuatu yang pasti benar. "Berita tentang hari kiamat beserta semua kejadian ada dalam Alquran dan dalam ayat ini memastikan Qur'an itu benar," tegasnya.

Qur'an yang mulia kalau disebut Karim, disebutkan itu adalah menghimpun semua sifat kebaikan. Berarti tidak ada kebohongan, tidak ada kedustaan, tidak ada namanya kontradiksi dan segala yang jelek. Mesti semuanya bagus. "Pastilah kalau berita itu benar, kalau hukum pastilah adil," tandasnya. []Ajira
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab