Tinta Media: Kajian Mutiara Ummat
Tampilkan postingan dengan label Kajian Mutiara Ummat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kajian Mutiara Ummat. Tampilkan semua postingan

Jumat, 14 April 2023

Adab-adab bagi Penuntut Ilmu

Tinta Media - Pengasuh kajian Mutiara Ummat Ustadzah L. Nur Salamah, S.Pd. kembali menyampaikan terkait adab-adab yang harus diperhatikan bagi penuntut ilmu. 

"Sebagai penuntut ilmu, seyogyanya senantiasa memperhatikan adab-adab dalam menuntut ilmu," tuturnya pada saat menyampaikan kajian umum Kitab Adab Ta'limu al Muta'alim, Selasa (4/4/2023).

Sebaiknya, kata Ustadzah Nur, bagi penuntut ilmu untuk tidak duduk terlalu dekat dengan gurunya ketika sedang belajar. "Kecuali dalam keadaan darurat," ujarnya. 

Bunda, sapaan akrabnya mengatakan bahwa jarak antara penuntut ilmu dan gurunya kurang lebih sekitar 180 cm. "Sebaiknya jarak antara penuntut ilmu dengan ustadznya kira-kira satu jarak busur panah, kurang lebih sekitar 180 cm, dan hal tersebut lebih dekat dengan mengagungkannya," terangnya.

Selanjutnya ia menjelaskan agar para penuntut ilmu itu menjaga dirinya dari perilaku tercela. "Dan semestinya bagi penuntut ilmu untuk menjaga diri dari perilaku atau akhlak tercela," tegasnya.

Karena sesungguhnya, kata Bunda, perilaku tercela itu ibarat anjing secara maknawi. Maksudnya, setiap lisan yang mengucapkan kata-kata kotor dan mengumpat, sikap dan perilaku yang kasar dan menyakiti pihak lain. Demikianlah contoh perilaku tercela yang diibaratkan seperti anjing secara maknawi.

Kemudian, ia membacakan hadits Rasulullah SAW yang menceritakan tentang malaikat tidak akan masuk ke rumah yang didalamnya ada Anjing atau gambar anjing. "Tidak akan masuk malaikat ke dalam rumah yang di dalamnya ada anjing atau gambar anjing," terangnya.

Karena sesungguhnya, imbuhnya, manusia belajar dengan perantara malaikat. Maksudnya apa? "Bahwasannya sebagaimana kita ketahui majelis ilmu itu dinaungi tujuh puluh ribu malaikat yang senantiasa mendoakan kebaikan bagi penuntut ilmu. Akan tetapi jika di dalamnya ada yang akhlaknya tidak baik, malaikat enggan memasukinya," ujarnya. 

Ustadzah Nur kembali menyampaikan terkait sikap atau perilaku tercela itu dapat diketahui di dalam kitab akhlak. Kitab yang khusus membahas tentang akhlak. Karena jika dituangkan di dalam kitab ini tidak akan pernah cukup.

"Dan akhlak yang tercela diketahui atau dikenal di dalam kitab akhlak. Kitab khusus yang membahas tentang akhlak. Karena kitab kita ini tidak mencakup/ menerangkan penjelasannya," katanya.

Dan untuk menjaga diri khususnya dari sikap sombong, katanya kembali, karena dengan sikap sombong tidak akan didapatkan ilmu itu.

Terakhir, ia menegaskan bahwa kesombongan adalah musuhnya ilmu. "Dan dikatakan bahwa ilmu itu musuhnya bagu pemuda yang sombong. Seperti halnya banjir, musuhnya bagu tempat yang tinggi," pungkasnya.[] Bey

Selasa, 11 April 2023

Imam Bukhari, Paling Unggul Diantara Imam-Imam Hadits, Begini Kisahnya...

Tinta Media - Pengasuh Kajian Mutiara Ummat, Ustadzah L. Nur Salamah, S.Pd. menceritakan kisah Imam Bukhori yang paling unggul diantara Imam-imam hadits.

"Dan adapun, diceritakan bahwasanya Muhammad bin Ismail Al Bukhara (Imam Bukhari), semoga Allah merahmati beliau. Bahwa pertama kali yang beliau pelajari adalah bab tentang fiqih salat kepada gurunya yang bernama Muhammad bin Hasan. Maka berkatalah Muhammad bin Hasan kepada Imam Bukhari. Pergilah dan belajarlah ilmu hadits. Karena beliau melihat (Muhammad bin Hasan) bahwa ilmu tersebut lebih cocok dengan tabiatnya Imam Bukhari. Maka beliau (Imam Bukhari) menuntut ilmu hadits, maka jadilah beliau di dalam ilmu hadits paling unggul diantara semua imam-imam hadits," tuturnya pada saat menyampaikan kajian Mutiara Ummat, Selasa (4/4/2023).

Kisah tersebut, kata Ustadzah Nur, memberikan pelajaran bahwa sekaliber Imam Bukhari saja dalam memilih atau menuntut ilmu, berdasarkan arahan dari sang guru. Karena gurunya lebih memahami tabiat Imam Bukhari. Ilmu hadist adalah salah satu ilmu yang paling cocok untuk Imam Bukhari. Alhasil, beliau menjadi seorang ahli hadits, bahkan paling unggul diantara Imam-imam hadits.

Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa pada zaman dahulu itu para penuntut ilmu terbiasa dipilihkan oleh gurunya. Apa yang seharusnya dipelajari terlebih dahulu dan ilmu apa yang sesuai dengan tabiat penuntut ilmu atau murid.

"Pada zaman dahulu, para penuntut ilmu itu terbiasa dipilihkan oleh gurunya. Kitab apa yang pertama dan utama untuk dikaji. Ilmu apa yang cocok untuk dipelajari. Gambarannya seperti yang dicontohkan oleh Syaikh Taqiyuddin An-Nabani. Untuk pemula, kitab pertama yang dikaji adalah _Nidzomul Islam_ bab _Thoriqul Iman_ dan begitu seterusnya. Karena pertama bagi seorang muslim adalah ilmu tauhid atau ketuhanan, sampai keimanannya tertancap kuat, tidak mudah tergoyahkan. Setelah dirasa cukup kuat baru beranjak pada pelajaran atau kitab yang lain," bebernya.

Namun, imbuhnya, kondisi saat ini jarang bahkan hampir tidak dijumpai fenomena yang demikian. Para penuntut ilmu memilih ilmu sekehendak hatinya, sesuai keinginannya, dan tak jarang hanya berorientasi materi duniawi semata. Hal tersebut tidak terlepas dari sebuah sistem sekuler yang diadopsi dalam kehidupan saat ini.

Terakhir, sebelum kajian ditutup, ia menegaskan bahwa apabila seorang murid atau penuntut ilmu memilih ilmu sekehendak hatinya niscaya tidak akan mencapai pada tujuan dalam menuntut ilmu.

"Dan sekarang, mereka memilih jenis ilmu, menurut kemauannya sendiri, maka tidak menghasilkan tujuan mereka dari menuntut ilmu dan dari kefaqihan terhadap agama," pungkasnya. *[]Bey*

Kamis, 09 Februari 2023

Pengasuh Kajian Mutu: Allah Muliakan Manusia dengan Ilmu dan Amal

Tinta Media - Pengasuh Kajian Mutiara Ummat (Mutu) sekaligus Penulis, L. Nur Salamah, S.Pd. menuturkan bahwa Allah memuliakan Bani Adam atau manusia dengan ilmu dan amal.

"Segala puji hanya bagi Allah yang telah memuliakan bani Adam yakni manusia dengan ilmu dan amal," tuturnya pada saat Pengajian Umum kajian Kitab Adab Ta'limu Al Muta'alim Thoriqotu Ta'alum bab mukadimah atau pendahuluan, Sabtu (4/2/2023) di Batam.

Diantara makhluk ciptaan Allah di alam semesta, imbuhnya, manusia adalah makhluk yang paling mulia jika dibandingkan makhluk yang lain, termasuk malaikat. Namun ada syaratnya, yakni karena dua perkara yaitu dengan ilmu dan amal. Manusia akan mulia jika berilmu lalu beramal dengan ilmu tersebut. Bukan salah satunya. Kemuliaan seseorang juga tidak diukur dengan banyaknya materi seperti harta, jabatan, popularitas, strata sosial, titel dan bentuk fisik yang lain atau sesuatu yang bersifat jazadiah semata.

"Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai pemimpin bangsa Arab dan ajami' (non Arab), beserta para keluarganya, sahabat-sahabatnya, yang merupakan sumber ilmu dan hikmah," tambahnya. 

"Ketika saya (Imam Az-Zarnuji) melihat betapa banyaknya dari penuntut ilmu pada zaman kita, bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, tetapi tidak mendapatkan hasil apa-apa, tidak dapat mengambil manfaat darinya, tidak mendapatkan buahnya ilmu, yaitu mengamalkan dan menyebarkannya. Hal itu disebabkan karena mereka (para penuntut ilmu) keliru dalam menempuh jalan atau metode untuk mencari ilmu dan meninggalkan syarat-syaratnya, dan siapa yang salah jalan maka akan tersesat dan tidak akan meraih tujuan, kecuali hanya sedikit saja," jelasnya dalam mukadimah tersebut. 

"Maka saya (Imam Az-Zarnuji) ingin menjelaskan kepada mereka cara menuntut ilmu seperti yang saya pahami dari buku-buku dan yang saya dengar dari guru-guru saya yang memiliki ilmu dan hikmah. Dengan semua itu saya mengharapkan doa dari siapa saja yang menyukainya, para mukhlisin, supaya mendapatkan kemenangan dan keselamatan pada hari kiamat. Dan ini saya lakukan setelah istikharah (memohon petunjuk dari Allah). Maka ini saya (Imam Az-Zarnuji) memberikan judul pada buku ini dengan nama Kitab Ta'lim Al-Muta'alim Thoriqotu Ta'alum, dan saya bagi menjadi beberapa pasal.

Adapun beberapa pasal dalam kitab ini diantaranya: 
1. Pasal: Hakikat ilmu fikih dan keutamaannya
2. Pasal: Niat dalam mencari ilmu 
3. Pasal: Cara memilih ilmu, guru, teman dan ketekunan
4. Pasal: Mengagungkan ilmu dan ahlinya (guru/ulama)
5. Pasal: Bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, beristikamah dan cita-cita yang luhur
6. Pasal: Bagaimana memulai perjalanan menuntut ilmu, kadarnya dan susunannya.
7. Pasal: Tawakal. 
8. Pasal: Waktu untuk menuntut ilmu (belajar)
9. Pasal: Saling mengasihi dan menasihati 
10. Pasal: Mengambil manfaat ilmu, mengutip dan mempelajari adab
11. Pasal: Bersikap wara' ketika menuntut ilmu 
12. Pasal : Hal-hal yang dapat menguatkan hapalan dan hal-hal yang dapat melemahkan
13. Pasal: Hal-hal yang dapat mempermudah datangnya rezeki, hal-hal yang mencegahnya dan hal-hal yang dapat menambah memanjangkan umur dan hal-hal yang dapat menguranginya. 

Sebagai tambahan dalam mukadimah, Bunda sapaan akrabnya, juga menjelaskan sedikit pembahasan tentang sikap wara'. Banyak faktor yang menyebabkan ilmu tidak melekat atau hapalan sering lupa pada diri seorang penuntut ilmu salah satunya lalai dalam masalah memilih makanan. Sebagai contoh gemar memakan makanan cepat saji seperti ayam goreng, nugget, dan sosis. Secara bahan memang halal, namun kita harus benar-benar wara' atau berhati-hati apakah makanan tersebut diolah dengan cara syar'i misalnya dalam penyembelihan. Benarkah mengucapkan kalimat Allah atau tidak saat menyembelihnya, atau yang menyembelihnya seorang Muslim atau tidak. Hal-hal seperti ini wajib kita perhatikan, dan masih banyak hal lainnya yang wajib kita kroscek ulang agar ilmu benar-benar melekat dan berkah pada diri kita serta keluarga kita. 

"Sebagai penutup di paragraf terakhir, dan tidak ada taufik bagiku (Imam Az-Zarnuji) melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada Allah saya bertawakal dan hanya kepada-Nya saya kembali," pungkasnya sebagai penutup mukadimah. [] Reni Adelina/Nai
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab