Tinta Media: KTT G20
Tampilkan postingan dengan label KTT G20. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KTT G20. Tampilkan semua postingan

Selasa, 10 Oktober 2023

Catatan KTT G20, Di Balik Green Screen Ada Ratusan Ribu Orang Miskin


Tinta Media - Publik dunia tersentak saat KTT G20 di New Delhi ternyata pemerintah New Delhi menyembunyikan kemiskinan yang dialami oleh ratusan ribu orang di ibukota negaranya. Pemerintah India menutup kawasan kumuh atau kawasan miskin itu dengan green screen atau penutup berwarna hijau seolah-olah ini adalah satu sambutan kepada delegasi yang datang. Aktivis Muslimah, Iffah Ainur Rochmah memberikan catatan, di balik green screen ternyata ada ratusan ribu orang miskin.

“Di balik green screen itu ada ratusan ribu orang yang sedang mengalami kemiskinan dan bertolak belakang dengan apa yang dibanggakan oleh negaranya sebagai negara dengan ekonomi terkuat di wilayah Selatan,” ungkapnya, dalam Muslimah Talk: Di Balik Layar Hijau KTT G20 India Tersembunyi Puluhan Ribu Warga Miskin, di kanal Youtube Muslimah Media Center, Sabtu (7/10/2023).

Ia menambahkan, yang menyembunyikan borok hasil pembangunan kapitalistik bukan hanya India.

“Di Amerika, sudah terekspos ke publik bagaimana orang-orang miskin, tunawisma, orang-orang yang terlantar karena tidak mendapatkan akses sumber daya ekonomi, ternyata dibiarkan. Dan jumlah mereka bukan ratusan ribu lagi, tapi jutaan hingga belasan juta,” bebernya.

Bahkan, lanjutnya, di kawasan paling elit untuk pengembangan teknologi di sekitar Silicon Valley Amerika, itu juga ada kawasan-kawasan kumuh yang sudah sering terekspos, padahal sangat dekat dengan pusat masuknya uang untuk menambah jumlah hitungan pemasukan negara.

“Demikian pun di Cina, beberapa tahun lalu Cina pernah kedapatan memindahkan sekitar 2 juta penduduk dari kawasan kumuh ke tempat tertentu yang pemindahan itu tidak bermakna mereka lebih sejahtera,” terangnya.

Tidak Manusiawi

Menurut Iffah, kepemimpinan ideologi kapitalisme termasuk dalam sistem ekonominya tidak manusiawi. “Semua itu karena manusia tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan sistem yang adil,” kritiknya.

Bicara soal ekonomi, sambungnya, manusia punya naluri untuk mengembangkan kekayaan, naluri untuk memperbanyak harta yang dimiliki.

“Kalau dikembalikan kepada apa yang dipikirkan oleh manusia sebagai sistem terbaik yang sanggup mereka rancang, maka tetap bahwa sistem ekonomi yang dibuat oleh manusia itu akan eksploitatif yakni akan ada kecenderungan untuk mengeksploitasi atau mengambil keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya, dari sumber daya alam maupun sumber daya ekonomi,” bebernya.

Karena itu, simpulnya, sistem ekonomi kapitalistik ataupun sistem ekonomi buatan manusia yang lain cenderung akan eksploitatif.

“Bahkan di dunia barat itu kita kenal ada prinsip homohominilupus, yaitu prinsip manusia yang satu bisa memakan manusia yang lain asalkan punya kemampuan,” imbuhnya.

Dalam sistem ekonomi seperti ini, ucapnya, akan terus terjadi ketidakstabilan, akan ada konflik, akan ada penindasan dan perlawanan dari pihak yang tertindas. Dan ini memunculkan ketidaktenangan pada semua pihak.

“Ketika seseorang menikmati keuntungan dari hasil membodohi, mengeksploitasi, ataupun memanipulasi kemaslahatan orang lain, pasti akan ada rasa tidak tenang,” terangnya.  

Demikian juga pada level negara, ulasnya, boleh jadi negara-negara yang disebut sebagai negara dengan ekonomi terkuat tadi mendapatkan banyak sekali keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dibolehkan atau diizinkan oleh sistem kapitalisme.

“Tetapi apa yang dilakukan oleh sistem kapitalisme ini mengeksploitasi negara lain, mengeksploitasi manusia yang lain. Perdagangan bebas membuat ada persaingan tidak sehat. Perampokan sumber daya alam atas nama investasi juga terus terjadi,” urainya.

Maka negara-negara kapitalistik ini, jelasnya,  bukan hanya akan menerima kemarahan atau kebencian dari negara-negara yang menjadi korban kerakusan dan eksploitasi sistem ekonominya, tapi juga akan mendapatkan kritik dan protes dari rakyatnya sendiri. “Pada titik tertentu rakyat akan menyadari mereka hidup dan mendapatkan keuntungan dari hasil perampokan yang dilakukan oleh negaranya di atas prinsip-prinsip kapitalistik,” tambahnya.

Menurutnya, negara yang menggunakan sistem ekonomi kapitalisme akan terus diliputi oleh kondisi ketidakstabilan sosial, ketidakstabilan politik, dan bahkan akan terus mendapatkan guncangan dari bangsa-bangsa ataupun negara-negara lain yang menjadi korbannya.

Sistem Islam

Dalam pandangan Iffah, sistem terbaik yang bisa mengayomi, menyejahterakan dan membuat dunia stabil tidak lain adalah sistem Islam. Dari sistem Islam, ujarnya, lahir sistem ekonomi Islam yang menjelaskan bahwa Allah Taala memerintahkan kepada negara untuk memberlakukan prinsip-prinsip ekonomi yang ditetapkan oleh syariat.

“Negara harus memiliki regulasi yang memastikan semua pihak baik individu, organisasi ataupun kelompok usaha, perusahaan-perusahaan, baik perusahaan dalam negeri maupun perusahaan asing atau aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara lain, semuanya harus diarahkan untuk tunduk kepada sistem ekonomi Islam,” terangnya.

Pemberlakuan sistem ekonomi Islam, lanjutnya, tidak hanya diberlakukan oleh Khilafah tapi juga akan menjadi role model yang dicontoh oleh negara-negara lain di dunia.

“Negara-negara lain di dunia akan menyesuaikan aktivitas ekonominya ketika berhubungan dengan negara Khilafah tadi dengan prinsip-prinsip yang diambil oleh kaum muslimin yang ditetapkan oleh syariat,” jelasnya.

Dalam pandangan Iffah, pemberlakuan sistem ekonomi Islam bukan hanya menyejahterakan, tetapi akan semakin memperbesar pemasukan negara, ketersediaan lapangan kerja, terwujud keadilan ekonomi yang akan dinikmati oleh muslim maupun nonmuslim.

“Karena itu, kita membutuhkan hadirnya kembali sistem ekonomi Islam. Sistem ekonomi Islam tidak akan mengedepankan gengsi dengan ukuran materialistik, tetapi akan mampu memberikan pelayanan, memastikan terealisirnya kesejahteraan bagi seluruh individu rakyat tanpa kecuali,” bangganya.

Iffah berharap, kerinduan hadirnya sistem Islam harus ditindaklanjuti dengan ikhtiar melakukan perubahan.

“Memperkenalkan kembali sistem ekonomi Islam dan terus memupuk kesadaran dan keinginan untuk kembali terwujudnya sistem politik Islam,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun

               

 

Rabu, 30 November 2022

Pakar: Hasil KTT G20 Tidak Ada yang Menguntungkan Rakyat

Tinta Media - Pakar Ekonomi Dr. Arim Nasim menilai hasil KTT G20 tidak ada yang menguntungkan rakyat.

"Kita lihat memang ironis. KTT G20 yang dibiayai oleh rakyat, dari dana pajak tentu, tapi ternyata hasilnya enggak ada yang menguntungkan rakyat," tuturnya dalam acara Kabar Petang: Zalim! Negara G20 Sepakat Pangkas Subsidi, Selasa (22/11/2022) di kanal Youtube Khilafah News.

Menurutnya, salah satu hasil dari KTT G20 tersebut adalah segera menghapuskan subsidi migas.

"Sebenarnya penghapusan subsidi migas ini kan permintaan lama dari para kapitalis lewat Undang-Undang Migas," ujarnya mengingatkan.

Ia memandang, hal itu bertujuan untuk menuntaskan liberalisasi di sektor hulu. "Karena di sektor hilir mereka sudah berhasil meliberalisasikan migas, sehingga sumber migas itu mayoritas sudah dikuasai oleh para kapitalis, oleh para oligarki," tegasnya. 

Menurutnya, meskipun para kapitalis  menguasai sektor hulu namun mereka belum mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya karena sektor hilirnya masih ada kebijakan pemerintah yang memberikan subsidi. "Sehingga mereka tentu tidak bisa menjual dengan harga seenaknya," terangnya.

"Dan tidak bisa bersaing sepenuhnya dengan pemerintah atau BUMN dalam hal ini Pertamina yang menjual migas masih ada subsidi sebagiannya," imbuhnya. 

Arim mengatakan, sebenarnya tinggal solar yang disubsidi. "Pertalite juga masih diragukan apakah Pertalite disubsidi atau tidak sebenarnya. Tapi, yang masih disubsidi itu adalah solar," ujarnya.

Liberalisasi Sektor Hilir

Arim melihat para kapitalis itu ingin sektor hilir juga diliberalkan tuntas, sehingga semua harga migas diserahkan kepada mekanisme pasar.

"Kalau semuanya diserahkan kepada mekanisme pasar, hulunya sudah dikuasai oleh para kapitalis, hilirnya juga mereka yang menguasai, maka mereka akan seenaknya menentukan harga. Dan apa dampaknya bagi rakyat, tentu rakyat harus membeli dengan mahal sumber daya alam khususnya migas ini, yang sebenarnya milik mereka (rakyat) yang dikuasai oleh para kapital," sesalnya.

Arim menilai, migas ini merupakan sektor yang penting. Jadi di dalam ekonomi, itu disebut dengan barang yang masuk dalam kategori berapapun harganya itu akan dibeli oleh rakyat.

"Ketika itu dimonopoli oleh para kapitalis, mereka akan dengan seenaknya menentukan harga, yang menjadi beban mendapat kerugian, tentu tidak lain adalah rakyat, harus membeli dengan harga yang mahal," sesalnya mengingatkan lagi.

Sementara, ia melihat hasil penjualan migas itu dinikmati oleh para kapitalis. "Jadi, bagi rakyat ini bukan untung, malah buntung. Dengan adanya liberalisasi migas yang dituntaskan di sektor hilir dan dicabutnya subsidi migas ini," pungkasnya.[] 'Aziimatul Azka

Jumat, 18 November 2022

Budi Mulyana Ungkap Siasat AS di KTT G20 Bali


Tinta Media - Pengamat Politik Internasional Budi Mulyana  mengungkapkan siasat AS di KTT G20 Bali, yakni mempertahankan hegemoni kapitalisme nya di level global dan menempatkan Cina sebagai ancaman.

"Pertemuan G20 ini memastikan bahwa formula dari G20 tetap sesuai dengan strategi hegemoni Amerika di level global dan menempatkan Cina sebagai ancaman," tuturnya dalam Kabar Petang, Rabu (16/11/2022) melalui kanal Youtube Khilafah News Channel.

Menurutnya, ada dua isu yang yang menarik di G20 tahun ini,  yang kebetulan Indonesia memegang presidensi atau kepemimpinan G20 selama setahun ke belakang.

Pertama adalah persoalan krisis Ukraina. "Itu sebab kenapa Rusia tidak dikehendaki hadir dengan statement Amerika yang menginginkan Rusia didepak," tuturnya.

Kedua yaitu meningkatnya kekuatan Cina menjadi perhatian serius bagi Amerika Serikat. "Mapping Amerika 40 tahun ke depan juga menempatkan Cina menjadi perhatian serius, perhatian militer Amerika pun mulai bergeser dari Timur Tengah ke Pacific," ujarnya.

Dikuatkan dengan fakta lain, kata Budi,  "National defense strategy yang baru dirilis di bulan Oktober tahun ini oleh Amerika Serikat  menyebut, bahwa ada dua tantangan Amerika dalam konteks pertahanan Global, di Eropa adalah dengan Rusia, kalau di Pasifik  adalah dengan Cina," ungkapnya.

Budi menjelaskan,  Amerika bisa memastikan dunia ini tetap dalam pengaruh Amerika, baik di Eurasia, Pasifik, Eropa, Timur Tengah, semua itu akan tertuang dalam Strategi politik Amerika Serikat, terus akan dinamis menyesuaikan dengan situasi-situasi yang yang berkembang.

"Politik Arogan dan imperialisme Amerika Serikat ini mendatangkan bencana bagi dunia dalam berbagai bidang kehidupan, karena watak kapitalisme mengukur segala sesuatu dalam pandangan materi 
dan proses penyebarannya dengan cara imperialisme," jelasnya.

Menurutnya, Umat Islam harus tampil ke depan, melakukan konsolidasi dan memberikan tawanan-tawaran yang bersumber dari nilai-nilai Islam yang terbaik. "Yang membawa kebaikan bagi seluruh umat manusia," pungkasnya.[] Evi

Selasa, 08 November 2022

IJM: G20 Bagian dari Masalah Bukan Solusi

Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana menilai the Group of 20 (G20) yang akan dilaksanakan di pertengahan bulan November 2022 di Bali adalah bagian dari masalah bukan bagian dari solusi.

“G20 hadir dan berupaya untuk menutup aroma busuk borok-borok ekonomi akibat penerapan kapitalisme. Oleh karena itu, G20 bagian dari masalah bukan bagian dari solusi,” tuturnya pada Perspektif: Ada Skenario Jahat AS di KTT G20 Bali di kanal YouTube Justice Monitor, Selasa (31/10/2022).

Slogan awal G20 untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi global yang kuat, seimbang, berkelanjutan dan inklusif, menurut Agung, jauh dari kata terealisir. “Kenyataan justru menunjukkan sebaliknya, ekonomi dunia semakin terancam bangkrut, semakin mengalami ketimpangan yang parah dan eksklusivitas ekonomi kian nyata,” ungkapnya.

“Semakin hari, realitas menunjukkan bahwa ekonomi bukan untuk semua manusia melainkan untuk orang-orang tertentu saja,” lanjutnya. 

Agung mengungkap bahwa Amerika melalui G20 dituding membagi beban krisis dengan negara lain di luar negeri G8 karena hantaman krisis ekonomi yang tak kunjung selesai. “Hasil pertemuan G20 diduga akan mengkulminasi suntikan dana sebesar trilunan dolar Amerika ke lembaga multilateral dan IMF guna membantu mengurangi krisis Global,” ungkapnya.

Kemudian ia menambahkan akan keluar paket stimulus atau utang bagi negara berkembang. “Terbaca nuansa bahwa KTT G20 tahun ini digunakan sebagai sarana untuk mempertahankan kepentingan dan hegemoni Amerika Serikat di dunia,” tuturnya.

Oleh karenanya, arah penyelesaian krisis tidak berlandas sebagaimana mengganti sistem kapitalisme sebagai biang dan akar masalah. “Tetapi malah lebih berfokus pada pembiayaan dampak krisis dalam bentuk build out kalangan dan stimulus,” paparnya. 

Ia melihat berkali-kali KTT G20 diselenggarakan, tetapi berkali-kali pula solusi dan ruh dari pertemuan G20 bersifat klasik. “Mengarah pada pelestarian sistem kapitalisme seperti mempertahankan langkah stimulus, meningkatkan kuantitas dan kualitas modal bank, pemangkasan gaji dan juga bonus para eksekutif di sektor perbankan,” terangnya.

Agung menjelaskan bahwa Amerika Serikat diduga akan menggiring negara-negara di dunia untuk terlibat secara langsung dalam pendanaan krisis melalui dana segar pengembalian utang dari negara-negara berkembang. “Retorikanya, bukankah uang yang dihutang adalah kertas-kertas bodong yang dicetak tanpa jaminan?” tanyanya. 

“Walhasil, slogan awal G20 untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi global yang kian kuat, seimbang, berkelanjutan dan inklusif, jauh dari kata teralisir,” pungkasnya. [] Raras

Jumat, 04 November 2022

KTT G20 di Bali, Analis: Upaya Amerika Selamatkan Diri dari Krisis Global

Tinta Media - Analis Senior Pusat Kajian dan Analisis Data, Hanif Kristianto mengungkapkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali sebagai salah satu upaya Amerika untuk menyelamatkan diri dari krisis keuangan global. 

“Penting bagi kita mengetahui bahwa ini (KTT G20) merupakan salah satu cara Amerika untuk menyelamatkan dirinya dari krisis keuangan global,” ungkap Hanif dalam Kabar Petang: Jokowi Mampu Urus Perdamaian Dunia? di kanal YouTube Khilafah News, Selasa (1/11/2022).

Sebelumnya, Hanif menjelaskan, Amerika melakukan berbagai upaya dalam mengatasi krisis keuangan global. Upaya tersebut dilakukan melalui forum-forum besar dunia maupun lobi-lobi melalui Kementerian Luar Negeri yang diutus presiden Amerika Serikat. “Salah satunya, KTT G20 ini,” kata Hanif menambahkan. 

Berdasarkan pengamatan Hanif, Indonesia saat ini menduduki peringkat 10 paritas daya beli pada Purchasing Power Parity (PPP) di antara anggota G20. Bahkan, menurut proyeksi Pricewaterhouse Cooper (PwC), perekonomian Indonesia diprediksi akan berada di peringkat kelima.  

“Tidak heran kalau di setiap kesempatan, Presiden Jokowi bangga menyebut perekonomian Indonesia berada di peringkat ke-7 dunia,” ungkapnya.
 
Krisis keuangan global yang melanda saat ini, menurut Hanif, merupakan dampak dari penerapan ekonomi kapitalis. Sementara ekonomi kapitalis ditopang oleh penjajahan ke negeri-negeri kaum muslimin, termasuk Indonesia.

“Nah, kalau kita amati dari sini, pangsa pasar yang besar serta daya beli Indonesia yang naik, otomatis menjadi peluang ekonomi,” imbuhnya. 

Amerika yang selama ini mengatur ekonomi dunia dengan dominasi dollarnya, tampak mulai kelimpungan. Mengingat, negara lawannya, Rusia sudah menstandarkan mata uang rubel dengan emas, sementara dolar Amerika belum. Hal ini, menurut Hanif akan menjadikan bandul keuangan global beralih kepada Rusia. 

“Karenanya, Amerika berkepentingan memiliki pangsa pasar baru dan juga untuk mencari teman baru. Agenda G20 sebenarnya diperuntukkan untuk negara kapitalis global,” tandasnya.

Sementara itu, Hanif menambahkan, jika mencermati struktur keanggotaan G20, meskipun Indonesia menjadi satu-satunya negara ASEAN tapi belum tentu memiliki kapasitas melebihi negara-negar maju lainnya seperti Singapura ataupun Brunei. Amerika pun mencari lahan baru dan mencari partner baru untuk terus menghegemoni negara-negara sekutu. 

“Termasuk Indonesia juga menjadi partnership dari Amerika,” pungkasnya.[] Ikhty
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab