Tinta Media: KKB
Tampilkan postingan dengan label KKB. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KKB. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 20 Mei 2023

UIY: Masalah KKB Tak Lepas dari Kekuatan Oligarki yang Ingin Menguasai SDA Papua

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) menyampaikan bahwa masalah KKB yang menimbulkan instabilitas di Papua tidak lepas dari konteks dalam negeri yakni ada kekuatan oligarki yang ingin masuk untuk mendapatkan bagian dari sumber daya alam di sana. 

"Dalam konteks dalam negeri, ada kekuatan oligarki yang juga menginginkan mendapatkan bagian dari sumber daya alam yang kaya di sana," tuturnya dalam program Fokus to The Point: KKB, Ada Apa di Papua?" dalam kanal Youtube UIY Official, Jumat (12/5/2023).

Ia menjelaskan bagaimana cara sesekelompok oligarki ingin masuk untuk menguasai kekayaan di Papua.
"Bagaimana mereka masuk? Di sinilah kita bisa membaca bahwa ada usaha untuk semacam memberikan suasana sedemikian rupa sehingga segala operasi atau langkah-langkah ekonomi, langkah-langkah bisnis itu tercover oleh instabilitas yang ditimbulkan oleh KKB," terangnya.

Menurutnya, saat ini sedang berlangsung proses divestasi, mulai divestasi Freeport kemudian Freeport melepaskan blok Wabu.  Blok Wabu sampai hari ini belum dieksploitasi tetapi sudah dilakukan eksplorasi. "Eksplorasi sudah, terbukti potensinya jauh lebih besar daripada yang dikuasai Freeport," paparnya.

Terkait masalah KKB di Papua ini, ia menjelaskan bahwa terdapat skema dalam negeri di mana ada semacam hostile take over, kalau tidak bisa semuanya maka sebagian dari semua itu untuk kepentingan swasta oligarki yang bermain di situ.

"Kita tahu Blok Wabu ini jauh lebih besar dari Freeport baik dari area luasannya maupun potensinya," tandasnya.

UIY menyatakan bahwa yang disampaikan oleh pengamat beberapa waktu yang lalu yang sekarang menjadi kasus adalah sesuatu yang memantik perhatian publik tentang apa yang sebenarnya terjadi di Blok Wabu. 

"Yang sebenarnya terjadi di Blok Wabu itu secara teritori masuk Intan Jaya di mana KKB berada," pungkasnya.[] Hanafi


Senin, 01 Mei 2023

IJM: Status Siaga Tempur Darat TNI Hadapi KKB Papua Setengah Hati

Tinta Media - Peningkatan status di Papua menjadi siaga tempur oleh Panglima TNI Laksamana Yudho Margono setelah terjadinya serangan dari kelompok kriminal bersenjata atau KKB yang menewaskan seorang prajurit TNI dinilai Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnu Wardhana masih setengah hati karena pragmatisme elit politik.

“Secara technically siaga tempur darat yang dilakukan oleh Pak Yudho Margono menurut saya pribadi sudah tepat, tapi masalahnya TNI menjadi setengah hati karena pragmatisme dari elit politik negeri ini, khawatir Amerika dan Inggris membawa masalah ini menjadi kasus HAM internasional sehingga menyebabkan Papua bisa lepas,” ungkapnya dalam dalam Kabar Petang: Ganyang KKB di Papua! melalui kanal Youtube Khilafah News Channel, Selasa (25/04/2023).

Menurut Agung, ketika status wilayahnya sudah siaga tempur darat, seharusnya didukung dengan tambahan anggaran, pasukan, peralatan tempur dan lain sebagainya. Tapi beberapa pihak elit politik kurang mendukung, malah melakukan pendekatan-pendekatan humanis dan lobi-lobi.

“Pak Jokowi mendekati Egianus Kogoya, berharap ada pendekatan-pendekatan humanis ada lobi-lobi, itu tidak berguna. Karena yang mereka minta, masalah Papua setelah membara, masuk ke meja perundingan, berarti membawa kasus Papua ini pada ranah internasional dan menjadikan PBB sebagai penengah. Kalau PBB jadi penengah maka Indonesia berpeluang kalah sangat besar, karena kita tahu bahwa di belakang layarnya ada kekuatan asing yang punya kedekatan dengan PBB, ditambah lingkup cara berpikir PBB dan dunia hari ini dengan pendekatan HAM, Indonesia akan kejebak,” tuturnya.

Menurutnya, penyelesaian masalah Papua secara komprehensif adalah dengan menghentikan seluruh campur tangan asing, mengusir semua kekuatan negara imperialis yang bercokol di Papua dan segera membangun Papua secara serius dalam segala bidang kehidupan.

“Penyelesaian masalah Papua secara komprehensif, poin dasarnya adalah pertama, menghentikan seluruh campur tangan asing termasuk campur tangan dari mereka-mereka yang men-support Papua merdeka juga mengultimatum mereka yang ingin membawa kasus Papua ini pada konteks internasional. Kedua, mengusir semua kekuatan negara imperialis yang bercokol di Papua, baik dalam bentuk perusahaan, kekuatan politik maupun jurnalis. Ketiga, segera membangun Papua secara serius dalam pelayanan kesehatan, pendidikan, infrastruktur, kesejahteraan dan peradabannya, tapi bukan dengan pendekatan otonomi khusus yang seperti sekarang ini,” jelasnya.

Agung menegaskan, hanya dengan Khilafah Islamiyah yang menerapkan Islam secara kaffah di negeri Papua dan negeri Islam lainnya, maka keberanian untuk melawan, mengusir semua kekuatan asing dari bumi Papua dan kemauan untuk menyejahterakan Papua itu baru bisa dilaksanakan.

“Kami berpikir bahwa segera, dalam tempo sesingkat-singkatnya untuk menegakkan Khilafah Islamiyah. Karena hanya dengan Khilafah Islamiyah yang menerapkan Islam secara kaffah di negeri Papua dan negeri Islam lainnya, maka rekomendasi yang tadi saya sarankan, yakni keberanian untuk melawan asing, mengusir semua kekuatan asing dari bumi Papua, menyejahterakan Papua, baru bisa dilaksanakan,” pungkasnya. [] Evi

Sabtu, 26 November 2022

Akar Masalah Tak Diatasi, Kerusuhan Papua Terus Terjadi

Tinta Media - Hingga hari ini konflik yang berujung pada kerusuhan masih terus terjadi di Papua. Baru-baru ini seorang prajurit TNI berinisial Serka IDW mengalami luka tembak oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua, pimpinan Numbuk Telenggeng.
Saat peristiwa terjadi, aparat TNI sedang melaksanakan patroli gabungan di gereja Golgota, Gome, Ilaga, Papua Tengah pada Ahad (13/11/22).

Sehari sebelumnya tepatnya sabtu (12/11/22), kerusuhan juga terjadi di wilayah Ikebo Kabupaten Dogiyai, Papua. Kejadiannya bermula dari meninggalnya seorang anak berusia 6 tahun usai ditabrak oleh seorang sopir pendatang. Saat memundurkan truknya, sang sopir tidak menyadari jika ada seorang anak di belakangnya, yang akhirnya terlindas hingga tewas.

Kecelakaan tersebut membuat keluarga korban marah dan menyerang perkotaan. Masa kemudian membakar 1 unit rumah, 2 kendaraan, dan 6 kantor pemerintahan. Masa juga sempat mendatangi polres dan hendak melakukan penyerangan karena sopir truk diamankan polisi. Sebelumnya, sopir truk tersebut bahkan sempat dibacok masa.

Pemerintah tentu sangat menyadari keadaan di Papua yang sangat mudah terjadi kasus kekerasan serta konflik senjata. Karena itu, dalam sebuah pertemuan, pemerintah berjanji akan menggunakan pendekatan yang lebih humanis terhadap penanganan masalah-masalah yang terjadi di Papua.

Direktur Jendral Hak Asasi Manusia, Kementrian Hukum dan Ham (kemenkumham) Mualimin Abdi mengatakan, pemerintah akan terus melakukan sejumlah evaluasi terhadap kegiatan militer di Papua. Mualimin menyatakan bahwa saat ini salah satu fokus permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Papua ialah adanya kelompok bersenjata. Ia menyebut, potensi timbulnya konflik kekerasan antara pasukan militer Indonesia dengan kelompok bersenjata sulit untuk dihindari.

Kerusuhan di Papua yang berulang kali terjadi, mulai dari konflik penduduk asli dan pendatang, hingga kerusuhan oleh KKB akan terus berlanjut selama akar permasalahan tak diselesaikan oleh pemerintah pusat.

Ada banyak faktor yang memicu konflik di Papua, seperti ketimpangan kesejahteraan, keamanan, keadilan, dan sebagainya. Oleh karena itu, pemerintah harus berkomitmen menyelesaikan akar masalahnya, tak hanya terfokus pada satu atau dua masalah saja, seperti ekonomi dan pembangunan.

Sampai hari ini, kesejahteraan rakyat Papua belum juga terwujud. Pada Maret 2022, Papua masih menjadi provinsi dengan tingkat kemiskinanan tertinggi di Indonesia. Kekayaaan alam melimpah yang dimiliki Papua seharusnya membuat rakyat Papua dan Papua Barat sejahtera. Mereka berhak atas keadilan dan kehormatan penegakan hukum, serta kehidupan keagamaan dan kemasyarakatan yang dijunjung tinggi dan dihormati. Maka, harusnya mereka juga disatukan dan bisa hidup berdampingan secara aman dan damai.

Namun, inilah wajah buruk penerapan sistem kapitalisme-demokrasi. Negara gagal menjamin keamanan dan kesejahteraan, serta persatuan warga negaranya hingga memicu konflik. Mirisnya, dalam sistem saat ini, kerusuhan kadang kala dipelihara karena menjadi salah satu sumber keuntungan pihak-pihak tertentu, baik kekuasaan maupun ekonomi.

Berbeda dengan Islam. Sistem yang tegak di atas ideologi Islam justru menjadi satu-satunya haparan masyarakat saat ini. Sistem ini tegak di atas ideologi yang sesuai dengan fitrah dan akal manusia sehingga dipastikan akan mampu mengantarkan manusia pada kemuliaan dan kesejahteraan yang dicarinya.

Sistem ini telah tegak selama belasan abad dalam bangunan sebuah negara bernama khilafah yang luasnya meliputi 2/3 dunia. Sejarah mencatat bahwa pada masa itu khilafah berhasil menyatukan suku, ras, budaya dan agama. Khilafah mampu mewujudkan kesejahteraan dan keamanan yang luar biasa.

Ideologi Islam dengan sistem khilafahnya justru akan menentang dan melenyapkan kerusuhan rezim kapitalis neoliberal yang kini menghancurkan Papua dan dunia saat ini. Hal ini karena sistem Islam menetapkan bahwa seluruh kekayaan alam yang melimpah ruah adalah hak milik umat yang diwajibkan atas negara untuk mengurusnya semata-mata demi kepentingan umat.

Islam bahkan memandang bahwa semua investasi asing yang legal dalam sistem kapitalisme, justru merupakan jalan penjajahan yang diharamkan. Faktanya, penderitaan Papua justru diawali dengan dibukanya keran investasi dengan dalih pembiayaan pembangunan.

Sistem Islam pun menetapkan bahwa seluruh rakyat, siapa pun mereka, apa pun ras dan agamanya berhak menikmati keadilan dan kesejahteraan yang wajib diwujudkan oleh negara. Bahkan, sepanjang mereka tunduk pada aturan negara di luar urusan agama dan peribadatan, mereka berhak dilindungi sebagaimana kaum muslimin yang menjadi warga negara.

Islam menetapkan bahwa haram hukumnya bagi siapa pun yang melanggar kehormatan, harta, dan nyawa warga negara khilafah, baik muslim maupun nonmuslim. Sampai-sampai, sanki pun berhak dijatuhkan bagi muslim yang mencederai hak-hak nonmuslim. Ini karena tidak ada diskriminasi dalam penerapan sistem Islam.

Hanya dalam Daulah Khilafah, keadilan, kesejahteraan, dan keamanan akan terwujud. Ini karena negara adalah pengatur dan penjamin kebutuhan rakyat.

Oleh: Ratna Ummu Rayyan
Sahabat Tinta Media

Rabu, 27 Juli 2022

MMC: Pemerintah Lalai dalam Menangani KKB di Papua

Tinta Media - Narator MMC (Muslimah Media Center) menganggap pemerintah lamban dalam menangani KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) di Papua, padahal telah banyak korban berjatuhan.

"Sekalipun bukti-bukti sudah menunjukkan bahaya keberadaan KKB di Papua, sikap pemerintah terkesan lamban dalam menyelesaikannya," ungkapnya dalam acara Serba-serbi MMC: Ter0r KK8 Berulang, Pemerintah Gagal Tangani Sep4r4tisme di kanal YouTube MMC, Ahad (24/07/2022). 

Sebelumnya, lanjut narator, pemerintah menetapkan gerakan separatisme Papua sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) bukan terorisme. "Padahal aksi mereka sudah lebih dari cukup dikatakan sebagai aksi terorisme," paparnya.

Ia melanjutkan, status terorisme baru ditetapkan pada April 2021 lalu, berdasarkan UU no. 5 tahun 2018. "Inilah gambaran jelas ketika kepemimpinan diatur oleh sistem kapitalisme," jelasnya.

Ia mengatakan sistem kapitalisme menghendaki negara tidak ikut campur dalam hal kepemilikan apapun, termasuk kekayaan alam.

"Tugas negara adalah hanya pembuat kebijakan (regulator) yang memuluskan para korporat menguasai Sumber Daya Alam (SDA) yang notabene adalah milik rakyat," beber narator.

Padahal, tuturnya, privatisasi SDA menyebabkan kemiskinan sistemik. "Buktinya nasib rakyat negeri ini, terkhusus Papua. Freeport justru dikuasi Amerika bukan Papua," terangnya.

Alhasil, lanjutnya, kekayaan alam memang berlimpah, namun tidak memberikan kesejahteraan sedikitpun pada rakyat. "Karena keuntungan dari pengelolaan sumber daya alam itu masuk ke dalam kantong-kantong korporat," pungkasnya.[] Wafi

Jumat, 22 Juli 2022

DUKA UNTUK INDONESIA, TERORIS KKB DILUAR BATAS KEMANUSIAAN

Tinta Media - Duka Papua juga duka Indonesia. Belum lama ini, Kelompok Teroris Kriminal Bersenjata (KTKB) di Nduga, Papua, menyerang warga sipil dan menyebabkan 10 orang tewas dan dua luka-luka. Polda Papua mengatakan jumlah penyerang itu sekitar 20 orang. (Sabtu, 16/7).

Dari 10 korban meninggal, 9 dievakuasi ke Timika dan satu orang diambil keluarganya di Distrik Kenyam Kabupaten Nduga. Sementara untuk dua korban luka-luka juga di Evakuasi ke Timika.

Dua korban luka-luka dievakuasi menggunakan Heli Bell Polri, tiga korban meninggal dunia dievakuasi menggunakan pesawat Rimbun Air, enam korban meninggal dievakuasi menggunakan Heli Caraca milik TNI AU, dan satu korban telah diambil keluarganya guna dimakamkan di Kenyam Kabupaten Nduga.

Ini benar-benar tindakan yang memenuhi unsur Terorisme, yakni perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan, sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Terorisme.

BNPT harus segera berkoordinasi dengan pemerintah untuk mengambil serangkaian tindakan pencegahan dan antisipasi. Densus 88 harus segera dikirim ke Papua untuk memburu KTKB Papua, hidup atau mati.

Jangan sampai, Densus 88 hanya garang terhadap Ustadz dan Ulama. Jangan hanya represif terhadap umat Islam.

Namun, mungkinkah itu terjadi?

Ahmad Khozinudin 
Sastrawan Politik 

https://youtu.be/KkcG_XmWGYA
https://youtu.be/KkcG_XmWGYA
https://youtu.be/KkcG_XmWGYA
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab