Tinta Media: K-Pop
Tampilkan postingan dengan label K-Pop. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label K-Pop. Tampilkan semua postingan

Kamis, 29 Desember 2022

Dr. Fika Komara: K-Pop, Alat Penjajahan Barat Berkedok Wajah Ketimuran

Tinta Media - Direktur Institut Muslimah Negarawan (IMuNe) Dr. Fika Komara menilai K-Pop sebagai alat penjajahan Barat (soft power) yang berkedok wajah ketimuran.

“K-Pop sebagai alat penjajahan Barat yang berkedok wajah ketimuran, menjadi kekuatan soft power berbentuk industri hiburan yang sangat terorganisir,” ungkapnya dalam acara Rubrik Muslimah Negarawan: Sisi Gelap Budaya K-Pop bagi Pemuda Muslim melalui kanal Youtube Peradaban Islam, Senin (26/12/2022). 

Dalam konteks politik luar negeri, katanya, Korea Selatan yang berhubungan dekat dengan Amerika  atau influence-nya Amerika di Asia Timur menjadikan industri hiburan untuk mendapatkan posisi global sejak awal 2000-an sampai tahun 2020-an.

“K-Pop merupakan kekuatan soft power seperti yang ditulis oleh majalah The Diplomat.  Industri Hiburan terorganisir sebagai kekuatan mesin pertumbuhan ekonomi bagi Korea Selatan, akhirnya melejit karena menerapkan sistem ekonomi kapitalis yang sifatnya lebih terbuka,” tuturnya.

Dr. Fika menjelaskan bahaya k-pop sebagai soft power itu adalah racun nilai dan gaya hidup, memasarkan nilai-nilai liberal, sekulerisme, hedonis, konsumeris dan pemujaan idola ala Barat dengan kemasan budaya Korea yang ketimuran, menjauhkan generasi muslim dari agamanya dengan memuja berhala-berhala baru yaitu artis-artis korea.

“K-Pop sebenarnya memang memasarkan nilai-nilai liberal hedonis dan menjauhkan generasi muslim dari agamanya melalui pemujaan idola ala barat dengan kemasan budaya Korea yang ketimuran, yang dipasarkan sama-sama liberal sama-sama hedonis yang merupakan bagian dari peradaban Barat,” jelasnya.

"Para pemuda muslim yang dikenal sebagai fandom-fandom K-Pop menjadi halu, mereka memberikan loyalitas yang sifatnya patologis sangat jauh dari Islam," tambahnya. 

Ia melihat banyak fandom-fandom K-Pop yang pada halu-halu, seperti punya pacar online, suami online, sampai dalam level memberikan loyalitas yang sifatnya patologis, tidak sehat dan berpenyakit.  "Dan sedihnya sikap-sikap atau karakter fandom ini sudah sangat jauh dari Islam,” tegasnya.

Dr. Fika Komara menggambarkan eksploitasi pasar yang dilakukan, membentuk budaya konsumtif para penggemar K-Pop terhadap berbagai produk yang diperjualbelikan.

“Sekitar 2,85 juta orang menghadiri konser-konser global tour K-Pop di luar negeri sampai memunculkan fenomena tiket wars dengan harga tiket yang sangat mahal. Penjualan merchandise kayak piyama, bantal dengan harga yang tidak masuk akal sampai jutaan rupiah. Lampu-lampu untuk konser itu, ada yang kw atau ori itu juga diperjualbelikan. Memang bisnis ini menjadi mesin uang yang sangat besar," jelasnya.

Ia menambahkan bahwa para penggemar K-Pop juga sudah terkena virus hedonis, sehingga kebanggaan atau prestise mereka untuk bisa menyerupai para artis K-Pop dalam berpakaian, makanan dan sebagainya.

“Mereka bisa menonton konser-konser sebagai prestise di mata teman-temannya, makanannya sudah terbius dengan makanan-makanan dari Korea,” tambahnya.

Selain eksploitasi finansial,  yang sebenarnya lebih mengerikan itu adalah perusakan dan pelemahan generasi muslim sehingga menjadi generasi Iemah. "Generasi yang dicela oleh Rasulullah saw adalah generasi pembebek dan labil yang mengikuti arus ikut-ikutan, gaya hidup hedonis, tergila-gila pada trend, tidak punya prinsip identitas, sebagai bentuk eksploitasi perilaku dan kepribadian. Itu sebenarnya bisa disebut sebagai sebuah penjajahan,” tegasnya.

Menurutnya,  kapitalisme telah menjadikan sektor entertainment atau hiburan itu menjadi industri raksasa yang merupakan bagian dari peradaban dan efektif menjadi alat penjajahan.

Solusi

Dr. Fika Komara mengatakan, tantangan umat Islam sebenarnya adalah bagaimana menjadikan generasi Islam siap mengemban syiar Islam sebagai trend baru dengan kekuatan Iman, ilmu dan amal.

“Pemuda Muslim itu harus memiliki kualitas respon yang terbaik berlandaskan proses berpikir dan idealisme Islam," ujarnya. 

Oleh sebab itu, katanya, penting bagi pemuda Muslim untuk mengkaji Islam sebagai sebuah ideologi, tidak hanya ritual saja sehingga memiliki kesadaran politik Islam agar bisa mendeteksi berbagai bentuk topeng penjajahan yang masuk ke dunia Islam. 

Mengemas dakwah dengan kreatif dan menarik melalui teknik-teknik visual dan teknik-teknik audio. "Memahamkan mereka dengan Islam supaya bisa membedakan hak batil, halal haram, menjadi generasi Izzah yang punya pendirian dan kehormatan generasi serta punya agenda perubahan," tuturnya. 

"Peradaban Islam hanya akan kembali oleh mereka yang memiliki kekuatan iman, ilmu dan amal,” pungkasnya. [] Evi

Kamis, 15 Desember 2022

Muslimah Lebih Memilih Idola K-pop Dibanding Suaminya, Ustazah Reta: Salah dan Menyimpang

Tinta Media - Menanggapi cuitan seorang muslimah fans K-pop yang lebih memilih minta cerai dari suaminya daripada ditegur lagi agar tidak berlebihan menyukai idolanya, Pemerhati Generasi dan Keluarga Reta Fajriah menilai ada yang salah dan menyimpang pada muslimah tersebut sehingga berani berlaku tidak ma’ruf kepada suaminya.

“Ada sesuatu yang salah dan menyimpang pada diri muslimah itu yang lebih memilih cerai dari suaminya karena di tegur untuk tidak berlebihan menyukai idola K-pop. Ini kan sikap yang tidak ma’ruf kepada suaminya,” ucapnya prihatin di kanal Youtube Muslimah Media Center pada rubrik Kuntum Khairu Ummah: Fenomena Generasi, Mengorbankan Rumah Tangga Demi Idola pada Ahad (11/12/2022).
 
Secara naluriah, menurut ustadzah Reta, manusia memiliki tiga naluri yaitu naluri melestarikan jenis yang perwujudannya tertarik pada lawan jenis; kemudian naluri mempertahankan diri biasanya penampakannya menginginkan sesuatu dan bersungguh-sungguh untuk mencapainya serta merasa puas jika sudah mendapatkannya; terakhir naluri beragama dengan penampakan ingin menyembah Allah Swt.

“Perempuan tersebut bermasalah pada ketiga naluri tersebut. Pertama pada naluri melestarikan jenis yang menyukai bintang K-pop menunjukkan rasa tertarik kepada lawan jenis padahal sudah bersuami. Kedua, pada naluri mempertahankan diri dia tunjukkan dengan mengoleksi barang-barangnya dan ingin berfoto bersama,” bebernya.

Ustazah Reta menilai ada penyimpangan ketika seseorang sangat mengejar dan menyukai idolanya serta merasa puas jika sudah mengoleksi barang-barang terkait idolanya. “Ini kan penyimpangan ketika dia sudah bersuami lalu tertarik berlebihan kepada laki-laki lain. Padahal ada batasan tertentu dalam pergaulannya,” ujarnya.

Dari sisi naluri beragama juga dinilai ustazah Reta cukup bermasalah. Yang dia idolakan hanya manusia biasa apalagi agamanya berbeda. Padahal sebagai muslim dan muslimah sudah ada tuntunan dalam Al Quran siapa yang harus diidolakan.

Ustazah Reta membacakan QS Al Ahzab ayat 21 :  


لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ


“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.

“Makna dari ayat ini adalah sebagai seorang muslim satu-satunya contoh, idoala, dan teladan tidak lain adalah Rasulullah Muhammad Saw. Dalam tafsir Ibnu Katsir menjelaskan tentang ayat ini maksudnya bahwa Rasulullah SAW adalah pedoman dalam bergaya hidup sehingga seseorang bisa mengontrol diri dan selalu mengintrospeksi sesuai dengan gaya hidup sebagai hamba Allah yang shalih dalam bertutur kata berperilaku dan bersikap,” jelasnya
 
Daripada mengidolakan artis K-pop yang tidak jelas arah hidupnya dan yang pasti juga tidak boleh, ustazah Reta menuturkan lebih baik mengidolakan para sahabat Rasulullah Saw. Para sahabat Rasul tersebut bisa menjadi sumber inspirasi dan motivasi hidup.

Ustazah Reta menambahkan bahwa sebagai seorang istri harus taat kepada suaminya selama tidak memerintahkan kepada kemaksiatan. Selain itu, masuk tidaknya seorang istri ke dalam surga sangat tergantung dari ridanya suami 

Ustazah Reta menyitir beberapa hadist yang membahas ketaatan istri kepada suaminya.
 
Hadits pertama: 

“Jika seorang istri melakukan salat lima waktu, kemudian puasa di bulan Ramadan, memelihara kehormatannya, dan mentaati suaminya, niscaya dia akan masuk surga dari pintu manapun.” (HR Ahmad)
 
Hadits kedua: 
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam rangka bermaksiat kepada Al Khaliq.” (HR Bukhari, Muslim, dan Abu Daud)

Hadits ketiga: 

“Maukah kalian ku beritahu siapa orang yang paling baik? Orang yang paling baik adalah istri solehah yang bila suami melihatnya maka membuat suaminya senang, jika suaminya menyuruhnya maka dia akan mentaatinya, kemudian jika suaminya tidak ada, dia akan memelihara harta suaminya.” (HR Abu Daud)

“Hadits-hadits ini memberikan ciri-ciri seorang istri ataupun wanita yang sholeh, yang intinya adalah bagaimana dia taat kepada suaminya selama suami tidak memerintahkan kepada kemaksiatan. Jika suaminya memerintahkan kepada kemaksiatan atau melarang istrinya ketika melaksanakan perintah Allah atau menyuruh istrinya malah melanggar larangan Allah Swt, maka dalam hal seperti ini seorang istri tidak wajib taat,” urainya.

Ustazah Reta memberi nasehatnya untuk para ibu milenial, gadis, atau siapapun jika dia muslimah untuk mencari idola yang sebenarnya sudah ada tuntunannya yaitu satu-satunya idola kita adalah Rasulullah Muhammad Saw. 

“Nah tinggal kita mempelajari bagaimana kehidupan sehari-harinya Rasulullah. Pelajari juga apa yang diajarkan oleh Rasulullah. Insyaa Allah hidup kita di dunia akan selamat, kemudian di akhirat juga akan selamat,” pungkasnya.[] Erlina
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab