Tinta Media: Jihad
Tampilkan postingan dengan label Jihad. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jihad. Tampilkan semua postingan

Jumat, 22 November 2024

Ahmad Sastra: Mengusir Penjajah Yahudi adalah dengan Perang

Tinta Media - Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menegaskan bahwa mengusir entitas penjajah Yahudi dari Palestina adalah dengan perang.

"Logika paling sederhana untuk penjajah adalah diusir dari bumi Palestina. Mengusir penjajah adalah dengan perang, jihad fi sabilillah," tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (13/11/2024).

Menurutnya, tidak ada solusi yang lebih baik dan lebih tepat, selain jihad fi sabilillah. "Jihad harus dimulai dari persatuan umat Islam dan negeri-negeri muslim seluruh dunia," ujarnya.

Ahmad menilai, sikap yang benar didasarkan dari pemahaman dan persepsi yang benar atas fakta. Karena itu sikap umat Islam atas konflik Palestina bisa salah jika persepsinya salah.

"Persepsi yang benar atas konflik Palestina Israel adalah bahwa bumi Palestina adalah milik kaum Muslimin, bukan milik entitas Yahudi. Di sanalah Masjidil Aqsa, Masjid Mulia Kiblat pertama umat Islam berada," ujarnya.

Karena itu, lanjutnya, usaha paling penting bagi umat Islam di seluruh dunia adalah membebaskan Palestina dari penjajahan Israel. Sebab Islam adalah agama anti penjajahan. "Islam adalah agama yang membebaskan manusia dari keterjajahan dalam berbagai bentuknya," terangnya.

Ia memaparkan bahwa persoalan pokok Palestina itu adalah adanya penjajah Israel yang merampas tanah kaum muslimin dan melakukan pendudukan dan penjajahan. Jadi perjuangan ini harus fokus pada bagaimana agar Israel terusir dan lenyap dari Palestina.

"Perjuangan untuk membuat mundur Israel dari tanah Palestina, tidak mungkin bisa diraih dengan perdamaian, diplomasi atau perjuangan orang per orang," paparnya.

Bukan Perdamaian

Ia menilai bahwa perdamaian bukan merupakan opsi solusi atas krisis Palestina Israel, sebab perdamaian mensyaratkan dua hal pengakuan eksistensi negara penjajah Israel dan yang kedua Israel dan Palestina akan menjadi dua negara yang berdampingan. Jalan satu-satunya adalah jihad fi Sabilillah mengusir zionis dari bumi Palestina, sebagai dahulu para pahlawan mengusir penjajah Belanda dan Portugis dari bumi Indonesia.

Ia menyatakan bahwa menghadapi imperialisme negara tidaklah bisa dilakukan oleh orang per orang, namun idealnya harus dihadapi lagi oleh sebuah institusi negara. Untuk itu adalah keharusan negeri-negeri muslim segera bertobat kepada Allah, lantas bangkit dan bersatu padu melawan segala bentuk penjajahan.

"Jika dahulu khilafah Islam mampu melindungi Palestina, karena semua negeri muslim bersatu padu, tidak tercerai berai. Maka kekuatan yang seimbang itu tidak ada yang lain kecuali Daulah Khilafah Islam. Negara global yang menyatukan kaum muslim. Daulah Khilafah ini nanti akan menyerukan jihad fi sabilillah kepada kaum muslim seluruh dunia untuk membebaskan Palestina. Perlu kita catat, Palestina saat dibebaskan oleh Sholahuddin al Ayyubi pada saat kaum muslim memiliki daulah khilafah Islam," terangnya.

Ia menyeru agar umat Islam yang berjumlah 2 milyar untuk segera bersatu dalam naungan daulah khilafah sebagaimana telah ada dalam sejarah.

"Bergerak mengerahkan tentara dan mujahid untuk berjihad fi sabilillah, atas izin Allah, maka Palestina akan merdeka dan terbebas selamanya. Insyaallah," tandasnya.[] Ajira

Sabtu, 16 November 2024

Setahun Palestina Membara, Jihad dan Khilafah Solusinya


Tinta Media - Setahun sudah Palestina membara. Terhitung dari tanggal 7 Oktober 2023 hingga 7 Oktober 2024 tercatat sebanyak 4.825 jiwa telah syahid, 96.910 jiwa terluka, dan lebih dari 10.000 jiwa hilang. 

Meskipun dunia telah banyak mengecam, menghujat, menuntut agar Zionis Yahudi menghentikan penjajahan bahkan diseret kepengadilan internasional, Zionis tidak bergeming bahkan serangan mereka kepada penduduk Palestina semakin brutal. 

Sayangnya, meskipun tampak jelas kebrutalan Zionis Yahudi, tetapi hal tersebut tidak mampu menggerakkan penguasa muslim mengirimkan militernya untuk memerangi para Zionis. Penguasa di negeri-negeri muslim, termasuk negeri-negeri Arab di sekitar Ghaza hanya sibuk mengecam penjajahan yang dilakukan oleh para Zionis atas rakyat Palestina, atau sekadar mengirim bantuan berupa makanan ataupun obat-obatan. 

Dunia seakan-akan bungkam menyaksikan kejahatan Zionis Yahudi dalam melakukan pemusnahan terhadap Gaza. Hal tersebut adalah bukti kuatnya sekat negara bangsa yang merupakan penghalang terbesar bagi persatuan umat Islam di seluruh dunia.

Gaza tidak bisa diselesaikan dengan bentuk perjanjian-perjanjian diplomatik melalui PBB, Liga Arab atupun OKI. Gaza juga tidak bisa diselesaikan hanya dengan mengirimkan sembako dan obat-obatan. Penduduk Gaza harus dibebaskan dengan jihad sebagaimana yang pernah dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab saat membebaskan Baitul Maqdis dari kekuasaan Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) pada tahun 637. Seperti Salahuddin al Ayyubi yang membebaskan Al Quds dari tentara Salib. Namun, jihad hanya bisa dilaksanakan jika ada institusi yang menaungi yaitu Khilafah Islamiyah.



Oleh: Halimah, S.Pd.I
Sahabat Tinta Media

Senin, 28 Oktober 2024

Sastrawan Muslim: Resolusi Jihad Sebagai Latar Belakang Hari Santri Harus Dimaknai dengan Benar!


Tinta Media - Sastrawan Muslim Ahmad Sastra mengingatkan, resolusi jihad sebagai latar historis Peringatan Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober harus dimaknai dengan benar sesuai pandangan Islam. 
 
"Resolusi jihad sebagai latar historis hari santri harus dimaknai secara benar dalam perspektif jihad kekinian dalam sudut pandang Islam," ungkapnya kepada Tinta Media, Selasa (22/10/24). 
 
Ia beralasan, jika dimaknai dengan sudut pandang yang salah, santri akan mengalami disorientasi. 
 
Menurutnya, santri harus mampu mengidentifikasi siapa sebenarnya penjajah negeri ini pada saat ini. "Jika saat resolusi jihad, penjajahnya adalah Belanda, lantas siapa penjajah negeri ini pada saat ini ?" tanyanya retoris. 
 
Ia menegaskan, untuk membantu Palestina yang sedang dijajah Israel, mestinya santri kembali menyuarakan resolusi jihad jilid dua untuk mengusir penjajah Israel dari bumi Palestina. 
 
Kewajiban 
 
Ia mengungkapkan, salah satu pertimbangan Resolusi Jihad adalah mempertahankan dan menegakkan Negara Republik Indonesia menurut hukum Agama Islam, termasuk sebagai satu kewajiban bagi tiap-tiap orang Islam. 
 
"Resolusi Jihad ini menegaskan, 'memohon dengan sangat kepada Pemerintah Republik Indonesia supaya menentukan suatu sikap dan tindakan yang nyata serta sebadan terhadap usaha-usaha yang akan membahayakan Kemerdekaan dan Agama dan Negara Indonesia, terutama terhadap pihak Belanda dan kaki-tangannya,'" kutipnya dari laman nu.or.id. 

Fatwa resolusi jihad yang diumumkan pada 22 Oktober 1945, ungkapnya, mengandung tiga poin utama, di antaranya, pertama, hukum memerangi orang kafir yang merintangi kepada kemerdekaan adalah fardhu 'ain bagi tiap-tiap orang Islam. 
 
"Kedua, hukum orang yang meninggal dalam peperangan melawan musuh (NICA) serta komplotan-komplotannya adalah mati syahid, dan ketiga, hukum untuk orang yang memecah persatuan, wajib dibunuh," pungkasnya. [] Wafi

Rabu, 10 Januari 2024

UIY : Ketegaran Luar Biasa Penduduk Gaza Tumbuh dari Spirit Tauhid Jihad Fii Sabilillah




Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menilai bahwa ketegaran luar biasa penduduk Gaza tumbuh dari spirit tauhid jihad fii sabilillah. 

"Banyak sekali orang di seluruh dunia terpana menyaksikan ketegaran luar biasa yang ditunjukkan oleh penduduk Gaza, inilah karakter yang luar biasa yang tumbuh dari spirit tauhid jihad fii sabilillah," tuturnya dalam video : Vivere Pericoloso (Hari-Hari yang Menantang) , melalui kanal Youtube Justice Monitor Channel, Selasa (2/1/2024). 

Menurutnya, ketegaran penduduk Gaza kontras dengan sikap pengecut dari Zionis penjarah tanah Palestina. 

"Nah saudara dalam perang di Gaza kita tak melihat rasa putus asa di wajah mereka, ini kontras dengan kepengecutan yang ditunjukkan oleh Zionis penjarah tanah Palestina yang dikutuk oleh manusia sedunia. Makin banyak berita yang menyebut terjadi demoralisasi di tubuh tentara dan pemerintah Zionis akibat banyak korban di kalangan mereka,” ungkapnya. 

Di jalur Gaza, lanjutnya, memang tidak semua yang meninggal itu dalam keadaan dirinya berperang langsung melawan musuh. Meski begitu menurutnya, mereka semua tetap syahid, dengan mengutip hadis Rasulullah Saw. bahwa mereka yang meninggal karena terbakar dan tertimpa reruntuhan bangunan tetap disebut syahid. 

Menurutnya, mati syahid merupakan setinggi-tingginya derajat kematian. “Kata Nabi, setinggi-tinggi derajat kematian adalah kematian syuhada. Sebegitu tingginya derajat itu hingga orang yang mati syahid berulang-ulang ingin mati syahid lagi sampai 10 kali setelah ia melihat besarnya kemuliaan mati syahid,” jelasnya. 

UIY menekankan, umat Islam tidak boleh membiarkan, tetapi harus melawan orang yang hendak merampas tanah atau harta walaupun dengan taruhan nyawa. “Bila ada orang yang hendak menjarah harta milik kita apalagi tanah Palestina yang sangat istimewa sama sekali tidak boleh dibiarkan, harus terus dilawan,” tukasnya. 

Ini, lanjutnya, persis sebagaimana pesan Nabi  dalam hadis sahih riwayat Muslim ketika ada seorang bertanya kepada Nabi , bila ada orang yang hendak merampas hartanya. 

“Nabi  menjawab, jangan kau berikan itu kepadanya. Lalu orang ini bertanya lagi, bagaimana jika ia ingin membunuhku? Nabi  menjawab, bunuhlah dia. Lalu orang ini bertanya lagi, bagaimana jika ia malah membunuhku? Nabi  menjawab, engkau dicatat syahid. Tapi bagaimana bila aku yang membunuhnya? orang itu bertanya kembali, lalu Nabi  menjawab, ia yang di neraka,” bebernya. 

Menurutnya, menjadi seorang muslim semuanya bernilai kebaikan. “Apalagi untuk jihad yang ikhlas maka pasti akan mendapatkan satu dari dua kebaikan yakni kemenangan atau kesyahidan,” pungkasnya.[] Evi

Minggu, 31 Desember 2023

Solusi Bebaskan Palestina dan Negeri Islam Lainnya yang Dijajah, Tiada Pilihan Lain Selain Jihad dan Khilafah



Tinta Media - Solusi bebaskan Palestina dan negeri-negeri Muslim lainnya dari penjajahan secara militer itu tiada pilihan lain selain jihad dan khilafah. Jihad untuk mengusir entitas penjajah dari negeri kaum Muslim dan khilafah untuk memastikan negeri-negeri tersebut merdeka secara hakiki. Itulah solusi syar'i-nya.

Sedangkan secara faktual, memang tidak ada satu pun rezim negara bangsa di dunia Islam yang berdiri di atas puing-puing Khilafah Utsmani yang dapat diandalkan untuk mengenyahkan penjajahan di Palestina.

Bahkan rezim AS dan Eropa malah melegitimasi genosida brutal Zionis Yahudi ke Gaza dengan dalih sebagai balasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Padahal, secara faktual Hamas itu hanyalah membela diri dari pendudukan dan pembantaian yang kerap dilakukan anak emas negara Kristen Amerika Serikat kepada tanah dan penduduk Palestina selama puluhan tahun sejak negara Kristen Inggris membidani kelahiran entitas Zionis Yahudi di negeri yang diberkahi tersebut.

Hebatnya, rezim dunia Islam bukan hanya diam tetapi secara aktif membantu entitas penjajah Yahudi dengan terus menjalin hubungan ekonomi, alih-alih mengerahkan pasukan untuk berjihad membebaskan tempat suci umat Islam ketiga tersebut. Sedangkan rezim AS dan Eropa mengerahkan militernya untuk menyokong Zionis Yahudi.

Maka sangat aneh bila ada orang Islam yang masih berharap pada mereka untuk membela Palestina. Tiada pilihan lain, umat Islam memang harus bahu membahu menegakkan khilafah (kepemimpinan umum kaum Muslim sedunia yang menerapkan syariat Islam secara kaffah di dalam negeri serta menjadikan dakwah dan jihad sebagai asas politik luar negerinya).

Di bawah komando khalifah (kepala negara khilafah), kaum Muslim sedunia dimobilisasi berjihad untuk mengenyahkan entitas penjajah di Palestina dan negeri-negeri Islam lainnya yang juga saat ini tengah dijajah entitas penjajah lainnya, termasuk Arakan (Muslim Rohingya) yang dijajah rezim Budha Myanmar, Turkistan Timur (Muslim Uighur) yang dijajah rezim komunis Cina, dan Muslim Kashmir-Jammu yang dijajah rezim Hindu India. Allahu Akbar![]

Depok, 15 Jumadil Akhir 1445 H | 28 Desember 2023 M

Oleh: Joko Prasetyo
Jurnalis

Rabu, 06 Desember 2023

Bebaskan Palestina dengan Jihad dan Khilafah




Tinta Media - Memanas, agresi zionis Yahudi yang membabi buta ke jalur Gaza sehingga berimbas terjadinya peperangan dengan Hamas kian memantik reaksi para milisi pendukung Palestina untuk ikut melancarkan tindakan balasan. Fakta dari beberapa milisi yang membantu Hamas seperti, Houthi dipimpin oleh Abdul Malik Al-Houthi di Yaman. Hizbullah dipimpin oleh Hasan Nasrullah di Lebanon. Fatah dipimpin oleh Kholil Al-wazir. Sebagai wujud perlawanan  terhadap Zionis Yahudi, karena Negara Palestina sudah 75 tahun dijajah. (dunia.tempo.co, 22/11/2023).

Serangan itu juga merupakan bentuk pembelaan terhadap Masjidil Aqsha yang selama ini dikotori oleh perilaku Zionis Yahudi. Namun demikian, jihad Islam tersebut disebut sebagai kelompok teroris oleh Israel, Amerika Serikat juga negara Eropa dan kelompok-kelompok yang pro Israel lain nya.

Kelompok muslim menyadari kewajibannya untuk membela Palestina karena saudara sesama muslim, juga melindungi Masjidil Aqsha. Meski negara bersikap berbeda, namun umat Islam ibarat satu tubuh, sehingga satu keharusan membela saudara di Palestina yang teraniaya. Sangat disayangkan, negara yang seharusnya menjadi garda terdepan berperan lebih nyata dari langkah para milisi, bukan malah tidak berdaya sebagai penonton. 

Agresi Zionis Yahudi yang membabi buta ke jalur Gaza bukanlah di sebut perang, karena tentara zionis ini melakukan serangan brutal terhadap perempuan dan ribuan anak-anak, bayi, juga menyerang rumah sakit. Tapi ini lebih disebut sebagai pembantaian, karena musuh tidaklah seimbang. Palestina membutuhkan aksi nyata negara muslim, sudah seharusnya para penguasa negeri-negeri muslim mengirimkan pasukan militer ke Palestina untuk menghentikan genosida yang terjadi. 

Namun ini terhalang karena sekat-sekat nasionalisme yang membuat para penguasa negara muslim tidak dapat mengerahkan pasukan militer ke Palestina. Mereka hanya mencukupkan diri dengan berdoa, mengecam, memboikot produk serta mengirimkan bantuan dana kemanusiaan. Entitas Zionis tidak bisa dihentikan dengan cara diskusi diplomasi. 

Faktanya, sudah lebih dari 30 diplomasi yang dikeluarkan PBB, tetap saja Israel bengal dan tidak patuh terhadap hukum internasional. Buktinya entitas Zionis ini telah menjatuhkan bom fosfor putih yang dilarang di dunia internasional karena efek merusaknya yang dahsyat pada korban. Lebih kejamnya lagi, mereka menyebarkan hoaks kekejaman pasukan Hamas yang sama sekali tidak terbukti. Anehnya, masih ada kaum muslim di negeri ini yang membela Zionis. Lalu, apa solusi komprehensif untuk membebaskan Palestina dari penjajahan?

Bebaskan Palestina  

Islam menjadikan pembelaan adalah satu kewajiban yang harus dilakukan untuk melindungi tanah dan jiwa mereka dari perampokan dan penjajahan. Maka, satu-satunya cara untuk menghentikan kekejian kaum zionis adalah mengusir penjajah pergi dari tanah Palestina. Allah Swt. berfirman yang artinya: "Perangilah mereka dimana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusir kalian (QS. Al-Baqarah : 191).

Ayat di atas adalah cara yang harus dilakukan untuk mengusir penjajahan yaitu perang dengan jihad fii sabilillah. Umat Islam tidak bisa hanya mengandalkan sebagian kelompok milisi mujahiddin saja untuk berjihad melawan  kaum zionis. Sebab, yang dilawan ini adalah suatu kekuatan besar yang didukung oleh negara adidaya. Jadi tidak bisa juga hanya mencukupkan diri hanya berdoa tanpa adanya aksi nyata.

Bukankah Allah Swt. tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri? Juga tidak boleh hanya berfokus memboikot produk, mengirim obat-obatan atau bantuan materi lainya, karena ini bukanlah solusi tuntas terhadap akar masalah perampokan tanah Palestina. 

Tapi senyatanya militer harus dibalas dengan kekuatan militer juga. Jika kaum kafir saja bersatu untuk menumpahkan darah kaum muslim. Lantas, mengapa tidak dengan umat Islam yang memiliki kekuatan jauh lebih besar dibanding kaum kafir? Dr. Fika Komara dalam sebuah orasi ”Hari Aksi Perempuan Dunia untuk Palestina” pada Ahad (26/11) lalu mengatakan bahwa angkatan bersenjata Turki adalah kekuatan militer terbesar kedua di NATO. Pakistan memiliki kekuatan militer terbesar ke-6 di dunia dan angkatan udara terkuat ke-10. Arab Saudi memiliki lebih dari 700 pesawat tempur. Mesir memiliki lebih dari 4.000 personel militer aktif, dan lebih dari 1.000 pesawat militer.

Adapun hukum jihad menurut Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani rahimahullaah dalam kitabnya Al-Islamiyyah jilid 2 menyatakan bahasa jihad adalah fardhu'ain, jika kaum muslim diserang oleh musuh. Fardhu 'ain ini bukan hanya berlaku untuk muslim disekitar wilayah Palestina saja, tetapi kewajiban bagi seluruh kaum muslim di seluruh dunia. 

Umat Islam harus bangkit dan bersatu. Melihat realitas politik hari ini, tidak mungkin kaum muslim mengharapkan pihak lain apalagi PBB. Karena PBB lah  yang membidani berdirinya negara Yahudi di tanah Palestina. Di sinilah kaum muslim butuh peran negara yang bisa mewujudkan itu semua, karenanya harus ada yang menyeru tentara-tentara muslim di seluruh dunia untuk bersatu mengusir kaum penjajah Zionis di bumi Palestina.
 
Jadi, solusi akar masalah Negara Palestina hanya bisa diakhiri jika ada sebuah institusi pemersatu negeri muslim yang akan menyeru jihad kepada seluruh kaum muslimin untuk memerangi kafir harbi (kafir yang melakukan permusuhan kepada Islam). Negara tersebut tidak lain adalah Khilafah. Khilafahlah yang akan menyatukan negeri muslim di seluruh dunia dan mewujudkan pembelaan terbaik terhadap wilayah yang dirampas penjajah. Eksistensi Khilafah Islamiyyah adalah vital dan wajib bagi kaum muslim karena ia akan menjadi pelindung umat di seluruh dunia. 

Wallahua'lam bisshawab

Oleh: Eva Agustina
(Mubalighoh)

Selasa, 05 Desember 2023

Jihad dan Khilafah, Solusi Tuntas untuk Palestina



Tinta Media - Agresi militer Zionis Yahudi di Palestina, khususnya Jalur Gaza semakin brutal. Mereka membombardir Jalur Gaza dengan ribuan bom ke wilayah- wilayah pemukiman, pasar,  bahkan rumah sakit. Mereka juga menghancurkan sarana umum, seperti instalasi air serta listrik. Korban jiwa sudah mencapai puluhan ribu dengan korban terbanyak justru anak-anak. 

Serangan Zionis Yahudi ini sudah merupakan Genosida, tindakan untuk memusnahkan penduduk Gaza Palestina, bukan lagi serangan balasan melawan Hamas seperti yang mereka gembar-gemborkan. Ada sekitar 70 persen warga Gaza yang mengungsi, tetapi para pengungsi ini ditolak oleh negara tetangganya, yaitu Mesir dan Yordania dengan alasan nasionalisme dan mencegah meluasnya krisis tersebut ke negeri tetangga. Sungguh perbuatan yang tidak berperikemanusiaan.

Reaksi pemerintah terhadap palestina terwakili oleh imbauan Kemenag Bandung Cece Hidayat saat aksi kemanusiaan bagi Palestina (17/11 /2023). Cece mengimbau masyarakat untuk tidak pergi ke Palestina dengan alasan berjihad. Menurui, kita cukup membantu perjuangan masyarakat Palestina dengan memboikot produk-produk negara yang mendukung Zionis Yahudi saja. 

Sikap ini tidak jauh berbeda dengan sikap para pemimpin Arab dan negeri muslim lainnya.  Mereka hanya pintar mengecam dan mengutuk Zionis Yahudi, bahkan sebagian diam membisu sambil tetap menjalin hubungan dengan Zionis Yahudi. Mereka juga mengizinkan daerahnya dijadikan pangkalan militer Amerika Serikat yang notabene pendukung Zionis, mengizinkan daerahnya jadi jalur pasokan bahan bakar ke daerah Zionis Yahudi. 

Sungguh menyedihkan keberpihakan negeri-negeri muslim kepada kaum kufur ini, sementara rakyat Palestina harus berjuang sendirian. Kaum muslimin yang berempati pada rakyat Palestina tidak bisa berbuat banyak karena penguasa negerinya ternyata berada dalam kendali Amerika. 

Kebrutalan serangan Zionis Yahudi seharusnya dilawan dengan jihad oleh tentara-tentara muslim sampai mereka terusir dari tanah Palestina. Seharusnya, kaum muslimin di dunia bersatu, bukan diam tersekat oleh nasionalismenya.

Membela kaum muslimin Palestina adalah wajib karena sesama muslim adalah saudara, bagai satu tubuh, bila bagian yang satu tersakiti maka bagian yang lain ikut merasakan dan wajib membelanya. Rakyat Palestina saat ini bertempur sendirian ibarat semut melawan gajah. Mereka berada dalam penjajahan Zionis Yahudi laknatullah.

Berdasarkan pemikiran yang islami, solusi untuk mengakhiri penjajahan di Palestina adalah dengan bersatunya negeri-negeri muslim di dunia, untuk membatalkan semua perjanjian dan hubungan bilateral dengan Zionis Yahudi sehingga mereka tidak bisa mendikte negeri muslim, lalu menghentikan pasokan energi ke negeri Zionis,  boikot total semua kerja sama ekonomi dan kebudayaan, serta hentikan penggunaan dolar sebagai alat pembayaran internasional. 

Akan tetapi, itu hanya sebagian solusi yang diperlukan saat ini. Ke depannya, berdirinya Khilafah ala minhajji nubuwwah adalah solusi yang paling tepat karena hanya dengan Khilafah kaum muslimin terlindungi dari tangan-tangan jahat kaum kafir. 

Khilafah yang dipimpin oleh seorang Khalifah adalah solusi tepat untuk membebaskan kaum muslim dari kezaliman pihak manapun karena Khalifah laksana perisai. Kaum muslimin berperang di belakangnya dan dilindungi oleh dirinya (HR Muslim).  

Bila sekarang ada Khalifah, tentu dia sudah memimpin pasukan terbaik untuk berjihad ke Palestina, mengusir Zionis Yahudi dan membebaskan rakyat Palestina dari penjajahan sebagaimana yang dilakukan oleh Panglima Salahuddin al Ayyubi. 

Wallahu'alam bish shawaab.

Oleh: Heni
Sahabat Tinta Media

SOLUSI BATIL KEMENDAG TOLAK AJAKAN JIHAD KE PALESTINA



Tinta Media - Kondisi terakhir dari peperangan antara Palestina dengan Zionis Yahudi adalah jumlah korban mencapai 11.800 jiwa, dengan korban terbanyak anak-anak bahkan terhitung setiap 10 menit satu anak Palestina terbunuh.  Selain korban jiwa, ratusan gedung hancur, rata dengan tanah. Bahkan sejumlah rumah sakit, instalasi listrik dan air yang merupakan kebutuhan amat vital tak lepas dari sasaran bom-bom Zionis Yahudi. Sekitar 70 % warga Gaza kini mengungsi.  Mirisnya pengungsi Palestina ditolak oleh Mesir dan Yordania dengan alasan nasionalisme serta mencegah meluasnya krisis ke negara mereka.  

Sikap para penguasa Arab dan Muslim tidak bergeming melihat tragedi Palestina. Mereka hanya mengecam dan mengutuk, sebagian lainnya bahkan diam membisu. Bahkan yang sangat menjijikkan, mereka tetap menjalin hubungan diplomatik dengan Zionis Yahudi. Para penguasa Yordania, Qatar, Mesir dan Arab Saudi bahkan menolak usulan embargo minyak ke zionis Yahudi.  Mereka itu adalah para penghianat,  tangan para pemimpinnya ikut berlumuran darah syuhada Palestina. Pasalnya mereka telah mengisi bahan bakar kendaraan- kendaraan tempur zionis yang dipakai menggempur Gaza, membunuh para wanita, anak-anak dan bayi-bayi.  Mereka juga menjadikan negara mereka sebagai jalur perlintasan dan pangkalan  militer Amerika Serikat, salah satu sponsor etnis  Yahudi.  Pengkhianatan selanjutnya adalah menyerahkan nasib Palestina kepada PBB agar mau melakukan gencatan senjata dan menerima solusi dua negara. 

Adapun reaksi Pemerintah Indonesia terhadap peperangan  Palestina-zionis Yahudi, diwakili oleh kepala kantor Kemendag Kabupaten  Bandung Cece Hidayat  yang menghimbau untuk tidak berangkat ke Palestina dengan alasan jihad, lebih baik dukung gerakan boikot produk saja.  Pernyataan itu diucapkan saat orasi aksi kemanusiaan untuk Palestina di Komplek Perkantoran Pemkab Bandung (17 November 2023).  Sungguh himbauan yang menyesatkan.

Benarlah ucapan Rasulullah ï·º, bahwa di akhir jaman, umat Muslim bagai buih di lautan artinya jumlah kaum muslim sangat banyak tetapi tidak mempunyai kekuatan untuk menghadapi kezaliman kaum kufar.  Padahal fakta sejarah menunjukkan bahwa kekhalifahan pernah menguasai  3/4 dunia sebagai periayah dan junnah bagi kaum muslimin dan umat manusia umumnya.  Khalifah Umar bin Khattab r.a  telah membebaskan tanah Palestina dan menandatangani Perjanjian Umariyah bersama Uskup Yerusalem Sofronius. Isi perjanjiannya antara lain, tidak mengizinkan seorang Yahudi pun tinggal di tanah Palestina. Khalifah Sultan Abdul Hamid ll juga menolak tipu daya gembong Yahudi Theodor Herzl yang mencoba menyogok Khalifah dengan uang yang sangat banyak dan berjanji akan melunasi utang-utang  Khilafah Utsmaniyah, tetapi Khalifah menolak tawaran itu bahkan meludahi Herzl.

Dalam menyikapi permasalahan perang Palestina - zionis Yahudi, Islam memberikan solusi terbaik yakni dengan persatuan umat Islam dalam naungan khilafah, seorang Khalifah sebagai periayah dan junnah sebagaimana Rasulullah ï·º bersabda Sungguh imam (Khalifah) itu laksana perisai, orang-orang akan berperang di belakang dia dan menjadikan dia sebagai pelindung (mereka).  Solusi yang lainnya yaitu  dengan mengirimkan tentara perang, karena syariah Islam mewajibkan jihad fisabilillah atas kaum muslim ketika mereka diperangi musuh. Allah SWT berfirman: "Siapa saja yang menyerang kalian, seranglah dia dengan serangannya terhadap kalian".
(TQS Al-Baqarah: 194)

Jihad adalah solusi bagi agresi militer zionis Yahudi atas Palestina, pasalnya kekuatan negeri-negeri muslim seperti Mesir, Suriah dan Yordan secara perhitungan jauh di atas kekuatan militer kaum Yahudi. Dengan izin Allah, kekuatan etnis Yahudi akan hancur lebur. Namun melihat realitas hari ini, tidak mungkin  mengharapkan bantuan tentara negara-negara itu, termasuk dari PBB yang justru terlibat dalam kelahiran dan mengakui negara Yahudi tersebut. Entitas Yahudi menjadi kuat karena dukungan dan bantuan negara-negara Barat baik AS maupun Uni Eropa. Karena itu sudah seharusnya Palestina pun di dukung oleh kekuatan kaum Muslimin sedunia.  Bukankah Syariah Islam telah mewajibkan sesama Muslim untuk memberikan bantuan kepada saudaranya yang membutuhkan?  Allah SWT berfirman: "Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam urusan agama ini maka kalian wajib menolong mereka".
(TQS Al- Anfal: 72).

Maka dapat disimpulkan bahwa himbauan untuk tidak berjihad itu adalah pemikiran yang menyimpang dan menyalahi aturan syariat, himbauan yang batil.  Penegakan Daulah Islam dalam bingkai Khilafah adalah wajib bagi kaum Muslimin karena ia akan menjadi pelindung umat, sehingga umat merasa aman harta, darah 
dan jiwanya. Tidak akan ada lagi penindasan dan darah yang tumpah sia-sia.

Wallahua'alam bi ashshawab


Oleh: Nunung Juariah
Sahabat Tinta Media 

Kamis, 23 November 2023

dr. Mohammad Ali: Penghalang Jihad itu Namanya Nation-State



Tinta Media - Ulama dr. Mohammad Ali Syafi'udin menegaskan bahwa kaum muslimin wajib melenyapkan segala penghalang bagi terlaksananya kewajiban jihad di Palestina yaitu nation-state. "Dan juga yang keempat ini penting, yakni melenyapkan penghalang-penghalang terlaksananya kewajiban di Palestina. Apa ini penghalang-penghalangnya? Yakni adalah nation-state," tegasnya dalam diskusi secara live berjudul "Makna Jihad dan Khilafah Sebagai Solusi Atas Palestina" pada kanal Youtube Khilafah Channel Reborn, Senin (20/11/2023).

Ulama yang sekaligus dokter asal Tulungagung ini menyatakan bahwa penghalang-penghalang tersebut berupa batas-batas, sekat-sekat nasionalisme. "Bagaimana misalkan yang ada di Yaman, mengirimkan militernya. Atau yang ada di Indonesia, itu kan mesti melewati Arab Saudi atau melewati Mesir. Boleh nggak melewati Mesir, nanti dilewati, ketika Arab Saudi nanti akan melewati mana lagi, Irak atau Suriah, boleh tidak di situ? Nah ini karena apa? Penghalang-penghalang nasionalisme," ujarnya. 

Dia juga memberikan contoh lain ketika Yaman mau menyerang kemudian melewati Suriah maka hal tersebut juga menjadi satu problem karena penghalang nasionalisme ini. "Penghalang-penghalang inilah yang sebenarnya yang menjadikan muslimin terpecah-belah," pungkasnya.[] Hanafi

dr. Mohammad Ali: Wajib Hukumnya Mengirim Tentara Muslim ke Palestina



Tinta Media - Ulama dr. Mohammad Ali Syafi'udin menegaskan bahwa bagi kaum muslimin yang tidak memiliki kemampuan berjihad secara langsung di Palestina, maka wajib bagi mereka untuk mendorong mewujudkan orang-orang yang mampu dengan cara menyeru kepada penguasa untuk mengirimkan militernya. 

"Jadi, menyerukan kepada penguasa, menyampaikan kepada penguasa, mendorong kepada penguasa untuk mengirimkan militernya. Ini adalah pelaksanaan kewajiban yang paling minim," tegasnya dalam diskusi secara live berjudul "Makna Jihad dan Khilafah Sebagai Solusi Atas Palestina" pada kanal Youtube Khilafah Channel Reborn, Senin (20/11/2023). 

Dia menyatakan bahwa langkah di atas adalah bagian dari pelaksanaan kewajiban menurut Imam Syatibi dalam kitabnya Al Muwafaqat. "Walaupun tidak langsung karena tidak memiliki kemampuan, tetapi mendorong, mengajak, menyampaikan, memberikan pemahaman, ini adalah termasuk juga melaksanakan kewajiban," tegasnya.
 
Dalam kitab tersebut, lanjutnya, Imam Syatibi menjelaskan bahwa fardhu kifayah sebenarnya diperuntukkan untuk seluruhnya. "Maka sebagian yang memiliki kemampuan maka wajib secara langsung melaksanakan kewajiban fardhu kifayah itu," terangnya. 

Hukum jihad, lanjut dr. Ali, dalam pengertian berperang adalah fardhu 'ain  bagi penguasa negeri-negeri muslim di sekitar Palestina untuk menggerakkan tentaranya. " Kenapa? Karena yang memilik kemampuan itu ya tentara dan penguasa," jelasnya. 

Dia menambahkan bahwa kaum muslimin di Palestina dan kaum muslimin yang berada di sekitar Palestina termasuk yang terkena fardhu 'ain. "Dan siapa saja yang mengetahui kondisi mereka dan dia memiliki kemampuan, wajib atas mereka berjihad di sana," pungkasnya.[] Hanafi

Rabu, 15 November 2023

Palestina dalam Bahaya, IJM Ingatkan Kewajiban Umat untuk Jihad


 
Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana melukiskan kondisi Palestina yang semakin berbahaya dan mengingatkan kepada kaum Muslimin untuk jihad.
 
“Korban terus berjatuhan, Palestina kembali melewati fase berbahaya. Ini mengingatkan umat akan kewajibannya yang permanen dan syar’i yaitu pengerahan militer dan jihad untuk membebaskannya,” tuturnya di video: Zionis Siapkan Rumah Sakit Terbesar Dunia, Sementara Gaza Menjadi Kuburan Terbesarnya? Di kanal Youtube Justice Monitor, Selasa (14/11/2023).
 
Ia menjabarkan fase berbahaya itu berada di kawasan Utara Gaza yang semakin memburuk dengan meningkatnya serangan militer dari Zionis Yahudi.
 
“Informasi terbaru bahwa rumah sakit Al-Quds di Gaza tidak lagi beroperasi karena kekurangan bahan bakar dan juga pemadaman listrik. Hal yang sama juga terjadi pada rumah sakit-rumah sakit yang lain termasuk Rumah Sakit Ash-shifa, dan juga rumah sakit milik Indonesia di Gaza. Ini menambah panjang dari daftar rumah sakit yang berhenti beroperasi di Gaza,” urainya.
 
Militer Zionis Yahudi, ujarnya, menjadikan rumah sakit target pengepungan termasuk pengeboman dan juga penembakan.
 
“Palestine Red Crescent Society (PRCS) juga menyebut bahwa militer Zionis Yahudi mempersulit ambulans menuju rumah sakit,” imbuhnya.
 
Agung menyesalkan, sikap para penguasa justru berusaha menghindari kewajiban dengan berbagai cara, sarana, termasuk bantuan, pernyataan, dan manuver politik.
 
 “Perbedaannya, kini umat telah mengubah situasinya dan menyadari pengkhianatan mereka. Menjadi jelas juga betapa rakyat Palestina dan para pejuang di sana membutuhkan umat dan tentara untuk menyelesaikan konflik, membebaskan negeri, menghentikan pertumpahan darah, dan mematahkan perlindungan internasional yang melindungi Zionis,” ungkapnya.
 
Agung menekankan, sikap kepahlawanan para mujahidin di Palestina bukanlah alasan bagi umat ini untuk tidak menjalankan kewajibannya.
 
“Justru para mujahid pada tahap ini sangat membutuhkan bantuan dan dukungan umat lebih dari sebelumnya. Mereka meminta bantuan umat agar melaksanakan kewajibannya,” tambahnya.
 
Kewajiban itu, tegas Agung, ada dalam Al-Qur’an Surat Al-Anfal ayat 72, “Dan jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam urusan pembelaan agama maka kamu wajib memberikan.”
 
 “Umat tidak boleh pasrah dan tidak boleh ridha Gaza akan menjadi kuburan terbesar di dunia sementara Zionis Yahudi mempunyai fasilitas kesehatan terbaik,” tegasnya.
 
Agung mengajak agar umat terus bergerak, speak up yang poin dasarnya, bantuan kemanusiaan jalan terus, bantuan obat-obatan jalan terus, tapi tidak cukup itu.
 
“Dibutuhkan tentara, pasukan, senjata, alutsista, untuk betul-betul melakukan perimbangan terhadap apa yang dilakukan oleh Zionis Yahudi,” jelasnya.
 
Oleh karena itu, lanjutnya, terus speak up agar tentara umat Islam didorong untuk berangkat jihad fii sabilillah di Palestina.
 
“Juga agar penguasa-penguasa pengkhianat itu segera sadar, kalau tidak sadar agar rakyatnya menuntut dengan tuntutan yang sangat keras,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 

Sabtu, 11 November 2023

Jihad, Satu-satunya Jawaban untuk Bebaskan Gaza



Tinta Media - Tulisan ini akan dimulai dengan sebuah pertanyaan receh terkait situasi dan kondisi Gaza Palestina hari ini. Apakah Palestina terletak sangat jauh dari negeri-negeri kaum muslimin sehingga negara-negara tetangganya tidak bisa membantu karena terkendala jarak?

Coba kalian ketik kata kunci ‘Peta Palestina’ di Google. Sepersekian detik kemudian akan terlihat peta kecil wilayah Palestina yang diperbesar, beserta negara-negara tetangga di sekitarnya. Di sana ada Lebanon, Suriah, Yordan, dan juga Mesir. Namun sedihnya, negara-negara ini seakan mandul tak berdaya. Mereka 'letoy' untuk berhadapan dengan Zionis Yahudi demi membantu saudara sesama muslim di Gaza, Palestina.

Padahal, Yahudi yang hanya sebuah entitas kecil hanya memiliki Pasukan Pertahanan Yahudi (IDF) berjumlah 169.500 orang, 1.300 tank. Mengapa kaum muslimin diam dan takut? Lalu, apa kabarnya militer Mesir? Mereka punya 450.000 personel militer aktif, kendaraan tank perang sejumlah 2,16 ribu, dan kendaraan perang sebanyak 5,7 ribu. Ini jauh lebih banyak dan lebih kuat dari tentara Yahudi. Akan tetapi, mereka bungkam di kandang, tidak ada yang dikirim ke Palestina. Sebenarnya, mereka sibuk menjaga kandang atau takut berperang?

Apalagi kalau ditambah personil militer terdekat dari Lebanon, Suriah, Yordan. Diludahin saja bisa tenggelam seuprit wilayah Yahudi bersama tentara zionis dan pejabat-pejabatnya. Tentara-tentara dari Mesir, Lebanon, Suriah, dan Yordan tidak perlu memakai pesawat atau kapal laut jika ingin ke Palestin, karena memang tidak ada lautan yang memisahkan wilayah mereka.

Akan tetapi, negeri muslim sekitar hanya diam, bahkan dunia juga diam. Mereka diam dari mengirim bantuan militer untuk membebaskan Palestina, membiarkan Palestina dikelilingi tembok setinggi 23 meter layaknya penjara terbuka paling besar di dunia. Walau punya 7 pintu keluar, tetapi untuk membuka pintu perbatasan Rafah yang langsung ke Mesir juga tak mampu.

Klaim Yahudi sebagai penduduk asli tanah Palestina dan pemilik tanah yang dijanjikan Tuhan juga dusta besar karangan Theodor Herzl. Hakikatnya, mereka adalah agresor keji. Tidak ada satu pun ayat dalam kitab suci terdahulu, apalagi dalam Al-Quran yang menyatakan bahwa Palestina sebagai tanah yang dijanjikan Tuhan untuk mereka.

Hanya Jihadlah satu-satunya jalan untuk mengakhiri derita Palestina dan menghukum zionis Yahudi sampai ke akar-akarnya. Ada tiga alasan jihad menjadi satu-satunya solusi bagi Palestina. 

Pertama, mustahil mengakhiri penjajahan Yahudi lewat jalur politik. Berbagai perundingan yang dilakukan oleh negara-negara Barat, termasuk PBB tidak memberikan keuntungan apa-apa bagi Palestina. Malah wilayah Palestina makin terus dicaplok, sedangkan dunia justru diam. Sejak pertama kali perjanjian damai dilakukan, sampai hari ini sudah ada 30 perjanjian damai dengan para Zionis Yahudi, tapi tak ada satu pun yang dilaksanakan.

Kedua, Islam mengharamkan berdamai dengan entitas seperti Yahudi yang memerangi kaum muslimin, apa pun bentuk perdamaiannya, seperti solusi 2 negara yang ditawarkan Barat. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an surah al-Mumtahanah ayat 60 yang artinya, “Sungguh Allah telah melarang kalian menjadikan sebagai kawan kalian orang-orang yang memerangi kalian karena agama, mengusir kalian dari negeri kalian, dan membantu (orang lain) untuk mengusir kalian. Siapa saja yang menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah kaum yang zalim.” 

Ketiga, syariat Islam telah mewajibkan jihad fii sabilillah atas kaum muslimin ketika mereka diperangi musuh. 

“Siapa saja yang menyerang kalian, seranglah ia seimbang dengan serangannya terhadap kalian.” (TQS al-Baqarah [2]: 194).

Begitu juga dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 191 yang artinya, “Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” 

Keberadaan khilafah sebagai negara menjadi penting untuk segera melaksanakan jihad fii sabilillah dan untuk melindungi tanah Palestina yang Allah berkahi. Khilafah pun akan mengusir kaum kafir penjajah dari dunia Islam. Sebab, khilafah adalah perisai yang akan melindungi  harta, darah, dan jiwa umat agar tidak tumpah sia-sia.

Dahulu, Kekhalifahan Umar bin Al-Khaththab r.a. menandatangani Perjanjian Umariyah bersama Uskup Yerusalem Sofronius. Salah satu klausulnya tidak mengizinkan seorang Yahudi pun tinggal di tanah Palestina.

Pada masa Rasulullah saw., kaum Yahudi yang tinggal di Madinah juga terusir setelah melakukan pengkhianatan terhadap negara Islam dan kaum muslimin. Yahudi Bani Qainuqa diperangi dan diusir oleh Rasulullah saw. karena telah melecehkan kehormatan seorang muslimah dan membunuh seorang laki-laki pedagang muslim yang membela muslimah tersebut. Tak hanya itu, Yahudi Bani Quraizhah pun diperangi oleh kaum muslimin setelah bersekongkol dengan kaum musyrik Quraisy untuk membunuh Nabi saw. pada Perang Ahzab.

Khilafah pula yang melindungi Palestina dari tipu daya gembong Yahudi Theodor Herzl. Herzl mencoba menyogok Khalifah Sultan Abdul Hamid II dengan uang yang sangat banyak dan berjanji akan melunasi utang-utang Khilafah Utsmaniyah. Namun, harga diri Sultan Abdul Hamid II amat tinggi. Ia menolak tawaran itu, bahkan meludahi Herzl. 

Keberadaan Khilafah Islamiyah adalah vital dan wajib bagi kaum muslimin karena ia akan menjadi pelindung umat. Sudah saatnya umat Islam mendukung dan bergabung dalam barisan perjuangan penegakan syariah dan khilafah, yang akan melaksanakan jihad untuk membebaskan Palestina dan negeri-negeri Islam lainnya.

Oleh: Fatmah Ummu Aru
Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab