Terbentur Biaya Mahal, Jenazah Terlantar
Tinta Media - Beberapa pekan lalu, di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, ada dua jenazah yang terlantar dan belum bisa dimakamkan. Kedua jenazah tersimpan di sebuah musala kecil yayasan yang mengurusi jenazah tersebut, dikarenakan tidak ada keluarga yang mengurusi.
Pengurus yayasan rumah singgah Baraya Ojol Bandung Selatan Peduli, Bapak Hary Kurniawan mengatakan bahwa kedua jenazah tersebut berjenis kelamin laki-laki, yang satu berusia 50 tahun dan yang satunya lagi berusia 30 tahun.
Jenazah belum bisa dimakamkan karena terbentur biaya yang sangat mahal. Untuk biaya pulasara sekitar Rp500.000 dan biaya pemakaman sekitar Rp1,5 juta. Jadi, biaya total yang dibutuhkan untuk kedua jenazah tersebut adalah sebesar Rp4 juta. Jadi, pelaksanaan kewajiban Fardu kifayah pun tertunda.
Memang sulit hidup dalam sistem sekularisme-kapitalisme saat ini. Jangankan untuk memenuhi kewajiban terhadap orang yang sudah meninggal, untuk mencukupi kebutuhan pokok sehari hari pun, sangat berat.
Aturan yang diadopsi dari akal manusia menjadikan masyarakat hidup dalam keadaan terimpit, terutama masyarakat kecil. Mereka merasakan betul akibatnya. Semakin hari, kehidupan semakin sulit. Belum lagi biaya untuk mencukupi kebutuhan pokok sehari yang terus meningkat, sedangkan lapangan pekerjaan yang tersedia semakin sulit.
Belum lagi, saat ini banyak pekerja yang justru di-PHK. Sedangkan untuk menjadi wirausaha atau berdagang, tak ada modal yang dapat menunjang. Padahal, kebutuhan perut harus selalu terpenuhi.
Alhasil, banyak umat yang melakukan kejahatan dan menghalalkan segala cara untuk sekadar bertahan hidup. Mereka tak lagi peduli apakah yang dilakukan dan didapatkannya itu halal atau tidak. Mereka bahkan tak lagi peduli apakah harus menipu orang, mengemis dengan pura pura anggota tubuhnya dibuat seolah olah cacat, mengamen dijalanan, mencuri, atau apa pun untuk mendapatkan cuan.
Bahkan, sistem saat ini menciptakan manusia menjadi sosok yang individualistis, jauh dari rasa empati. Sampai-sampai jenazah pun ikut diterlantarkan akibat mahalnya biaya pemakaman. Lalu, di mana peran pemimpin yang seharusnya bertanggung jawab meriayah atas semua kebutuhan umatnya?
Berbeda dengan sistem kehidupan dalam Islam. Sistem ini mengajarkan pada umatnya untuk tolong-menolong kepada siapa pun yang membutuhkan. Mereka saling mengingatkan, amar ma'ruf nahi munkar kepada sesama.
Negara yang menerapkan Islam akan benar-benar menjalankan sistem pemerintahan sesuai dengan wahyu Allah Swt. sehingga terhindar dari sikap menzalimi, bahkan terhadap satu orang rakyatnya.
Pemimpin dalam Islam akan selalu memperhatikan rakyat dalam semua aspek kehidupan, seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi, hukum, sosial, dan lainnya. Kebutuhan sandang, pangan, dan papan tercukupi. Begitu pun dengan kebutuhan fardhu kifayah seperti pemakaman, akan segera ditunaikan. Segala kebutuhan bagi yang meninggal akan dipenuhi.
Berdasarkan hal itu, umat pun akan saling peduli, bergotong-royong membantu mengurusi pemakaman jenazah tersebut, tanpa ditunda-tunda dan terlantar.
Rasulullah saw, bersabda,
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya (HR. Al Bukhari Muslim).
Wallahu"allam Bishshawwab🙏
Oleh: Yuli Ummu Shabira
Sahabat Tinta Media