Tinta Media: Jawa
Tampilkan postingan dengan label Jawa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jawa. Tampilkan semua postingan

Minggu, 18 Desember 2022

Dakwah di Pinggang Pulau Jawa

Tinta Media - Kerajaan Pasir Luhur adalah kerajaan kecil yang merdeka. Wilayahnya terjepit di antara dua kerajaan besar di Pulau Jawa, yaitu Majapahit di Jawa Timur dan Pakuan Pajajaran di bagian barat pulau Jawa. Letak keratonnya ada di Kecamatan Karang Lewas bagian barat Purwokerto, masuk wilayah Kabupaten Banyumas sekarang.

Meskipun kultur Galuh sebagai leluhur mereka masih sangat kental, tetapi kekerabatan justru lebih dekat dengan Dayeuh Luhur sebagai pecahan Pasir Luhur di sebelah barat. Wilayah itu di kemudian hari menjadi cikal bakal Kabupaten Cilacap. Kedua kerajaan kakak beradik ini secara politik sama-sama terpisah dari pengaruh kerajaan Sunda. Namun, kepercayaan Sunda Wiwitan, Hindu, dan Budha masih sangat terasa di sana. 

Demikian pula Majapahit sebagai kerajaan besar di timur pulau Jawa, juga tidak memiliki pengaruh nyata di Kerajaan Pasir Luhur. Meskipun sebenarnya leluhur mereka, Prabu Dewa Niskala menikah dengan seorang putri dari Majapahit. Anak perempuannya, Ratna Ayu Kirana juga dinikahkan dengan Raden Baribin yang kemudian menjadi leluhur para bupati di Kadipaten Banyumas. Itulah sebabnya kedua kerajaan itu kemudian seolah terasingkan dari Sunda dan Majapahit.

Menjadi wilayah perantara justru merupakan keuntungan tersendiri bagi Kerajaan Pasir Luhur karena bisa dengan bebas menentukan kebijakannya sendiri dalam kepengurusan rakyatnya. Barangkali hal tersebut pula yang membuat rakyat Banyumas memiliki kata-kata yang terkenal, yaitu: "Adoh Ratu, cedhek watu", yang artinya kurang lebih adalah: jauh dari pusat pemerintahan dan dekat dengan bebatuan.

Pada pertengahan abad ke 15 M, kerajaan Majapahit runtuh dan digantikan dengan Kesultanan Islam Demak Bintara. Pada saat itu, Kerajaan Pasir Luhur diperintah oleh Raden Banyak Belanak bersama saudara laki-lakinya, yaitu Raden Banyak Geleh yang memimpin Pasir Luhur dengan adil dan bijaksana.

Sultan Patah sebagai penguasa Kesultanan Demak merasa perlu memperluas dakwah Islam di seluruh wilayah di Pulau Jawa. Beliau mengutus Syaikh Makdum Wali untuk mendakwahi penguasa Pasir Luhur yang masih menganut agama leluhur mereka. Patih Hedin dan Patih Kusen diperintah untuk turut serta dalam misi dakwah di sana. 

Sesampainya di Keraton Pasir Luhur, utusan Kesultanan Demak Bintara ternyata mendapat sambutan yang sangat baik dari penguasanya, yaitu Raden Banyak Belanak dan Banyak Geleh. Hal itu di luar perkiraan mereka, karena Demak juga sudah menyiapkan bala tentara untuk menghadapi situasi yang tidak terkendali ketika dakwah dihalang-halangi oleh penguasa. Raden Banyak Belanak ternyata sangat mengharapkan kedatangan dakwah Islam di wilayah mereka.

Betapa bahagia Sultan Patah mendengar kabar gembira yang disampaikan oleh Patih Hedin dan Patih Kusen yang mengawal ekspedisi dakwah tersebut. Setelah Penguasa Pasir Luhur masuk Islam, Syaikh Makdum Wali beserta rombongan da'i mulai mendakwahkan Islam kepada rakyatnya. Bahkan, beliau diberi tempat di sebelah timur sungai Logawa sebagai padepokan dan pusat penyebaran Islam di wilayahnya.

Setelah beberapa saat berdakwah di Pasir Luhur, Syaikh Makdum Wali bersama Raden Banyak Belanak mendapatkan tugas untuk melanjutkan ekspedisi dakwah menuju ke arah barat, mulai dari pedalaman Dayeuh luhur, masuk ke daerah Galuh, hingga ke perbatasan Kerajaan Sunda Pakuan di tepi sungai Ciliwung. Dakwah selanjutnya menjadi tanggung jawab Kesultanan Cirebon sebagai keturunan dari Prabu Siliwangi.

Setelah puas dengan keberhasilan Raden Banyak Belanak mengemban dakwah ke wilayah barat, Sultan Patah kemudian kembali memberikan amanah dakwah kepadanya untuk mengislamkan wilayah timur. Raden Banyak Belanak melaksanakan tugas tersebut dengan suka cita sehingga berhasil diterima para penguasa daerahnya. Kadipaten Ponorogo, Pasuruan, Santenan, dan beberapa daerah lainnya berhasil beliau Islamkan. Tentu saja hal tersebut semakin membuat Sultan Patah gembira.

Kegembiraan Sultan diwujudkan dengan penghargaan kepada Raden Banyak Belanak. Beliau kemudian dianugerahi gelar sebagai Pangeran Senopati Mangkubumi. Bahkan, beliau diberi hak mengelola wilayah yang cukup luas, mulai dari Gunung Sindoro-Sumbing hingga wilayah timur Karawang menjadi wilayahnya.

Namun, prestasi dan keikhlasan Raden Banyak Belanak tidak diwarisi oleh anaknya, Raden Banyak Tole. Dia menyatakan diri murtad dan kembali ke agama nenek moyangnya. Merasa mewarisi kekuatan tentara dari ayahnya, ia bahkan melawan Kesultanan Demak dan berusaha untuk memisahkan diri dari pengaruhnya. Tentu hal tersebut tidak dibiarkan begitu saja oleh Sultan Trenggono, penguasa Demak pada saat itu.

Pengepungan dilakukan selama sebulan dengan harapan Banyak Tole berubah pikiran dan kembali memeluk Islam. Namun, Banyak Tole yang gemar mabuk-mabukan dan makan makanan haram sama sekali tidak merasa perlu kembali kepada Islam. Bahkan pamannya, Banyak Geleh merasa malu atas perilaku keponakannya dan pada akhirnya memutuskan untuk keluar dari kerajaan serta bergabung dalam pasukan Kesultanan Demak.

Banyak Tole akhirnya kalah setelah Patih Carangandul berhasil dibunuh pasukan Demak. Namun, Banyak Tole berhasil melarikan diri dengan menyamar sebagai rakyat biasa. Dia berganti-ganti nama untuk menghilangkan jejak. Hanya para pengikutnya sajalah yang mengetahui sandi dan rahasia yang dibawanya. Bahkan, para pengikut Banyak Tole berhasil melestarikan pemahaman junjungannya itu dengan kedok budaya.

Setelah kepergian Banyak Tole, Patih Banyak Geleh ditugasi untuk menjadi penguasa di Pasir Luhur oleh Sultan Trenggono. Dia kemudian dianugerahi gelar sebagai Patih Wira Kencana dan keratonnya dipindahkan ke Pasir, sebelah timur sungai Logawa. Bersama Syaikh Makdum Wali, beliau meneruskan dakwah kakaknya di wilayah tersebut. Bahkan, begitu cintanya kepada dakwah, Banyak Geleh dimakamkan seliang lahat dengan Syaikh Makdum Wali di kawasan padepokan yang telah mereka bangun bersama. Wallahu a'lam bish shawab. [dsh]

Oleh: Trisyuono Donapaste
Sahabat Tinta Media


Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab