Tinta Media: Jadi
Tampilkan postingan dengan label Jadi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jadi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 03 November 2022

OJO LEREN DADI WONG APIK


Tinta Media - Semua pasti setuju, setiap orang harus bertransformasi "dadi wong apik" (menjadi orang baik). Hijrah total menjalani proses yang ada memantaskan diri "dadi wong apik."

Dadi wong apik tidak bisa sekedar slogan. Seringkali ditemui manis di kata dan ucapan semata, namun sumir dalam realita. Dadi wong apik perlu pembuktian. Harus satu antara kata dan perbuatan. Disitulah akan muncul harmoni "dadi wong apik."

Salah satu ciri "wong apik" adalah "mikul dhuwur mendhem jero." Dia tidak akan menjelek-jelekkan saudaranya. Tidak mengakui persahabatan yang selama ini terjalin. Apalagi membuat pengakuan yang terlihat memojokkan di muka umum atau di sosial media.

Selain itu ciri wong apik adalah "ojo kepaten obor." Artinya akan terus berusaha sekuat tenaga untuk menyambung silahukhuwah dengan saudara muslimnya dan silahturahmi dengan saudara kandungnya. Sikapnya tidak justru sebaliknya. Menunjukkan diksi memutus tali silahturahmi. Entah dengan kepentingan apapun. Dia tetap akan menjaga. Bukan karena tekanan, iming-iming, dll mudah mengucapkan diksi memutus ukhuwuh.

Dan masih banyak ciri-ciri yang lain.

"Ojo Bosen Dadi Wong Apik" itu kalimat yang sarat makna dan luar biasa. Perlu digalakkan. Namun akan menjadi "wagu" dan kontra produktif jika yang terlibat didalamnya justru menebar aroma memutus ukhuwah dan menjelekkan saudara. Jadijya "ra toto lan ra mutu."

Bukankah kita terus mendakwahkan, jangan hanya beda fiqih terus menjelek-jelekkan atau menyesatkan orang. Jangan sampai beda pilihan dakwah bukan disebut saudara, tapi malah di sebut musuh. Sungguh, itu semua bertolak belakang dengan ukhuwah dan materi dakwah. "Bersamamu dalam lika-liku dakwah" tentu menjadi seru. Demikian juga "timbul tenggelam dalam lautan dakwah."

Akankah kata-kata manis itu saat ini telah menjadi hambar? Terus berbuat baik walau dianggap tidak baik. Tidak berhenti berproses menjadi orang baik walau ada yang menjauh dan bersikap kurang pas. Bismillah. Allah bersama kita.

Oleh: Gus Uwik
Peneliti Pusat Kajian Peradaban Islam 

Rabu, 28 September 2022

OJO LEREN DADI WONG APIK KERONO ALLOH

Tinta Media - Seorang muslim adalah orang yang tunduk dan patuh kepada apa yang diperintahkan Allah dan Rasulullah. Pola pikir dan pola sikap seorang muslim selalu dalam timbangan ajaran Islam. Baik buruk seorang muslim adalah baik buruk menurut Islam. Kebaikan seorang muslim adalah saat dinilai baik oleh Islam, bukan baik buruk menurut pandangan manusia. Karena itu kebaikan dalam pandangan Islam dan sekuler sangat berbeda, bagai langit dan bumi.

Baik menurut Islam belum tentu baik dalam pandangan manusia, apalagi dalam pandangan sekulerisme. Baik menurut Islam belum tentu dianggap baik menurut penguasa. Lihatlah seluruh nabi yang baik dan mulia, namun justru dianggap buruk oleh penguasa.
 
Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi (QS Al Fath : 28)

Nabi Musa dianggap buruk dan dimusuhi oleh penguasa fir’aun. Nabi Ibrahim dianggap buruk dan musuh oleh rezim namrud. Bahkan Rasulullah yang baik dan mulia dianggap buruk oleh rezim kafir quraisy, hingga harus mendapatkan ancaman, persekusi, diskriminasi dan bahkan berbagai tuduhan keji. Jadi baik dan buruk itu timbangannya adalah syariah Islam, bukan manusia maupun penguasa.

Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai (QS At Taubah : 33)

Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci (QS As Shaf : 9)

Rasulullah saat berdialog dengan Wabishah tentang kebaikan, beliau bersabda :  “Mintalah fatwa pada dirimu, mintalah fatwa pada hatimu wahai Wabishah (bin Ma’bad Al-Aswadi). (Nabi mengulanginya tiga kali). Kebaikan adalah sesuatu yang membuat jiwa dan hati tenang. Dosa adalah sesuatu yang (terasa) tidak karuan dalam jiwa dan (terasa) bimbang dalam dada.” (HR Ahmad).


Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya menegaskan: “Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah apa saja yang meragukan jiwamu dan kamu tidak suka memperlihatkannya pada orang lain.” (HR. Muslim)

Dengan demikian dadi wong apik adalah menjadi orang yang beriman dan bertaqwa, yakni orang yang senantiasa tunduk dan patuh kepada perintah Allah, serta menjauhi larangan Allah, meskipun dijauhi, dimusuhi dan bahkan diancam oleh manusia dan penguasa.


Begitupun dengan berormas dan berorganisasi harus semata untuk kebaikan, yakni organisasi yang mengajak manusia ke jalan Allah. Meskipun dalam politik sekuler, organisasi dakwah seringkali mendapat persekusi dan pembubaran, namun bukan berarti organisasi itu salah. Sebab kebaikan itu ukurannya baik menurut Allah, bukan menurut penguasa yang justru anti agama (sekuler). Penilaian penguasa sekuler atas organisasi dakwah bukanlah alasan untuk tetap menjaga persatuan diantara sesama kaum muslimin atau sesama organisasi penyeru Islam. Berbuatlah karena Allah, jangan karena manusia, apalagi karena penguasa, sebab bisa terjebak perbuatan riya’.

Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS Ali Imran : 104)

Dan berpegang-teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk (QS Ali Imran : 103)

Allah dengan tegas telah merumuskan kebaikan dengan firmanNya : "Kebaikan itu bukanlah dengan menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. 2 : 177).

Menurut riwayat Ar-Rabi' dan Qatadah, sebab turun (asbabun nuzul) ayat ini yaitu ketika umat Yahudi sembahyang menghadap ke arah Barat, sedang umat Nasrani menghadap ke arah Timur. Masing-masing pemeluk agama mengklaim bahwa hanya agama yang dianutnya paling benar dalam berbakti dan berbuat kebajikan. Sedangkan di luar agamanya dianggap salah dalam berbakti dan berbuat kebajikan, sehingga turunlah ayat ini untuk membantah pendapat dan persangkaan mereka. Intinya kebaikan adalah Islam, bukan agama yang lain. Kebaikan dinilai berdasarkan Islam, bukan karena penilaian penguasa.

Jadi, dadio wong apik kerono Alloh lan ojo dadi wong apik kerono sak liyane Alloh. Opo-opo sing apik iku ukurane ajarane Allah, dudu seko penilian manungso, opo meneh rezim penguoso. Jogo persatuan iku luweh apik ketimbang pecah belah. Kabeh kudu dilakoni kerono Alloh, ben dadi amal sholeh. Lak yo ngono tho ?

(AhmadSastra, KotaHujan, 27/09/22 : 11.50 WIB)

Dr. Ahmad Sastra 
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB)

Referensi: https://www.ahmadsastra.com/2022/09/ojo-leren-dadi-wong-apik-kerono-alloh.html?m=1

Rabu, 17 Agustus 2022

Jadilah Muslim Sewajarnya!


Tinta Media - Islam itu hanya satu. Tak ada islam garis keras tak ada juga harus lembek. Tak ada islam radikal, moderat apalagi liberal. Tak ada juga islam teroris. Demikian pula tak ada muslim moderat, Radikal apalagi liberal. Semua julukan itu berasal dari penjajah kafir untuk memecahkan belah umat Islam.

 Bahwa islam dan muslim moderat lah yang diterima dan disukai penjajah. Yakni muslim yang ramah dan toleran kepada penjajah dan penjajahan. Inilah model yang dijajakan oleh penjajah melalui penguasa agen dan para pendukungnya dengan proyek proyek besar tilyunan rupiah. 

Sementara muslim yang dicap radikal yakni muslim yang anti penjajah dan penjajahan. Yang ingin Islam kaffah ditetapkan dalam sistem negara islam yaitu khilafah paling di benci oleh penjajah. Mereka adalah muslim yang harus dijinakkan kalo perlu dibinasakan. 

Maka umat Islam terpecah belah dalam berbagai kelompok organisasi yang terbelah menjadi dua besar yakni muslim moderat dan radikal. Itulah kemauan penjajah. 

Mestinya seorang muslim itu menjadi muslim yang wajar. Yakni muslim yang sama dengan muslim pada jaman Nabi Muhammad SAW. Muslim yang beraqidah tauhid laa ilaaha illaLlaah Muhammadur Rasulullah. Muslim yang hanya taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Muslim yang tunduk kepada syariat Islam kaffah dalam sistem khilafah. Itulah muslim yang sewajarnya. Muslim yang mengikuti contoh hidup riil Baginda Rasulullah SAW. 

Surat Al-Baqarah Ayat 208

 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ 

 Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Muslim yang bergaya hidup barat. Muslim yang sekuler. Muslim yang menganggap semua agama sama. Muslim yang menolak sistem khilafah. Itu semua adalah muslim yang tidak wajar. mengapa? Karena tidak sesuai contoh baginda Rasulullah SAW. 

Sudah anda menjadi muslim yang sewajarnya?

Ustaz Abu Zaid 
Tabayyun Center 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab