Tinta Media: Istri
Tampilkan postingan dengan label Istri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Istri. Tampilkan semua postingan

Kamis, 19 Oktober 2023

Istriku, Aku Mencintaimu...Tapi...

Tinta Media - Sudah sewajarnya suami istri saling mencintai. Saling menyayangi. Tak terbayangkan jika hidup sebagai suami istri tapi tak ada rasa cinta dan sayang. Tentu hambar rasanya...

Namun cinta suami kepada istri adalah cinta bersyarat. Bukan cinta mutlak. Bukan pula cinta buta. Syarat nya bahwa cinta itu harus sejalan dan searah dengan cinta kepada Allah dan Rasul-nya.

Tidak boleh suami mencinta mutlak istrinya. Tak boleh mencinta buta istrinya. Justru wajib bagi suami untuk mencintai istrinya dengan syarat seperti diatas. Yakni dalam rangka merealisasikan cinta kepada Allah, Rasul dan jihad di jalan Nya.

Surat At-Taubah Ayat 24

قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ

"Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi kepada orang yang fasik".

Syaikh Wahbah Zuhaili menyatakan dalam tafsirnya:

"Ayat ini turun bersama ayat sebelumnya untuk mereka yang tidak mau hijrah menuju Madinah sebab lebih memilih keluarga dan perniagaannya."

Maka cinta suami kepada Allah dan Rasul Nya serta jihad di jalanNya harus lebih besar daripada cinta kepada keluarga termasuk istrinya dan segala harta serta pekerjaannya. Singkatnya ada dua hal, pertama bahwa suami tidak boleh dengan alasan cinta istri terus melanggar syariah Islam. Contoh nya dengan bekerja secara pekerjaan haram. Kedua, dan tidak boleh suami tidak berangkat jihad atau hijrah dengan alasan cinta istrinya. Tidak boleh meninggalkan ngaji dan dakwah karena cinta istrinya. Tidak boleh meninggalkan kewajiban atau mengerjakan yang haram gegara cinta istrinya.

Sehingga suami masti Bernai berkata dengan penuh kasih sayang kepada istri istrinya....Sayangku, aku mencintaimu...tapi sesuai dengan kadar cinta yang Allah dan Rasul-nya perintahkan.....

Selamat berjuang Sobat, moga sakinah dunia akhirat. Aamiin.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid (Tabayyun Center)

Sabtu, 07 Oktober 2023

Istriku, Maafkan Aku



Tinta Media - Tidak ada orang yang sempurna. Demikianlah tak ada suami sempurna. Pasti ada kurangnya. Oleh karena itu dalam memenuhi hak istri pun pasti banyak kurangnya. Baik suami kaya maupun miskin sama saja. Sebab, jika diberi kelebihan di satu sisi pastilah punya kekurangan disisi yang lain.

Maka jadi suami tak boleh sombong apalagi songong. Bersikap semau gue karena sudah merasa menafkahi istri. Bertingkah seolah selalu benar tak pernah salah. Selalu minta dilayani apa saja tanpa peduli situasi dan kondisi istri. Ujungnya kan ribut nantinya.

Itulah mengapa relasi yang harus dibangun antara suami istri adalah semangat menunaikan kewajiban masing-masing. Bukan saling menuntut hak. Sebab jika saling menunaikan kewajiban akan muncul introspeksi yang berujung sadar diri bahwa masih ada kekurangan diri. Namun jika saling menuntut hak yang akan muncul adalah kurangnya pihak lain yang ujungnya ribut.

Suami pasti menyadari kekurangannya dalam menunaikan hak istri. Misalnya nafkah kurang, perhatian kurang, kasih sayang kurang, kadang bersikap kasar, dll. Kadang egois tak mau mengalah. Kadang mau menang sendiri. Kadang nyari-nyari kesalahan istri. Dll.

Jangan sampai suami menjadi orang yang sangat menyebalkan bagi istri. Sudahlah kurang ganteng, kurang gagah, kurang ilmu, miskin, keras kepala, sombong, ga romantis,dll.  Na'udzubillah min dzalik.

Pastilah, ada yang kurang dalam proses memimpin istri ke surga. Pastilah ada yang kurang dalam nafkah. Pastilah ada salah yang terjadi saat menyayangi dan mencintai. Oleh karena itu mestinya suami selalu berkata kepada istrinya,"Istriku maafkanlah aku".

Selamat berjuang Sobat semoga menjadi sakinah.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center

Kamis, 05 Oktober 2023

Istriku, Terima Kasih yah .. Jazakillahu khoyr



Tinta Media- Hutang Budi paling besar kita adalah kepada orang-orang terdekat. Dari segi keluarga pastinya ayah ibu. Kemudian istri dan anak-anak. Dari segi agama dan ilmu adalah guru. Tanpa mereka semua pastinya kita takkan jadi manusia.

Orang terpenting bagi seorang suami setelah orang tuanya pastinya istri. Istrilah yang merupakan orang yang rela berbagi beban hidup. Rela berjuang bersama mengarungi samudra menuju pelabuhan Jannah. Istri tempat suami menumpahkan kasih sayang dan harapan. Juga istrilah sumber kasih sayang kepada suami.

Begitu dekatnya suami dan istri hingga Al Qur'an menyebutnya sebagai pakaian. Suami adalah pakaian bagi istri dan istri pakaian bagi suami.

هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ

"Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka."
(QS Al-Baqarah ayat 187).

Syaikh Wahbah Zuhaili menyatakan, “Masing-masing suami istri adalah penutup satu sama lain dari keharaman karena keduanya bercampur satu sama lain seperti bercampurnya pakaian dengan orang yang mengenakannya".

Pakaian bagi badan tak ada batas. Menutupi dan melindungi aurat kita. Begitu dekatnya. Itulah ibarat untuk suami istri.

Ketentraman suami bergantung sepenuhnya kepada istrinya. Tempat suami memadamkan hawa nafsu yang membara. Tempat suami menumpahkan keluh kesahnya. Tempat suami berbagi kegembiraan. Juga tempat suami mendapatkan harga dirinya sebagai lelaki.

Secara teknis istri juga melaksanakan tugas yang sangat berat untuk suaminya. Hamil dan melahirkan. Kemudian menyusui dan mengasuh anaknya. Mendidik anak-anaknya. Mendampingi proses tumbuh kembang dan belajar anak-anaknya. Menjaga rumah dan harta suaminya. Tak jarang juga masih mengurus orang tua suaminya. 

Kadang masih ada istri yang kerja bantu suaminya. Hingga hampir tak ada waktu istirahat sepanjang harinya.

Oleh sebab itu wahai para suami, kita wajib berterima kasih kepada istri kita. "Terima kasih istriku sayang, jazakillaahu khoyr". Allaahu Akbar![]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center

Rabu, 04 Oktober 2023

Alangkah Beruntung Beristrikan Pengemban Dakwah




Tinta Media - Setiap muslim tentu berharap sungguh rumah tangganya menjadi rumah tangga pejuang. Sebagaimana rumah tangga Baginda Nabi Muhammad Saw. Sehingga setiap tarikan nafas rumah tangga menjadi amal Sholih yang berlipat ganda. Tidak menjadi rumah tangga yang terjebak sering ribut gegara urusan sepele. sekedar urusan perut dan di bawah perut. Na'udzubillah min dzalik

Oleh karena itu sungguh beruntung suami yang beristrikan pengemban dakwah. Mengapa demikian? 

Tentu saja karena istri pengemban dakwah merupakan muslimah istimewa disebabkan hal hal berikut ini:

1. Karakter paling penting seorang istri yang diinginkan suami adalah taat. Tata kepada suami kapan pun, dimana pun. Namun ketaatan itu adalah ketaatan yang menyelamatkan suami. Yakni ketaatan pada perkara yang sesuai syariat. Bukan taat dalam maksiat kepada Allah. Nah, istri pengemban dakwah mestinya paling faham dan konsen tentang ketaatan ini.

2. Suami pastilah sangat bercita-cita mencetak generasi penerus yang bisa menjadi para pejuang juga. Nah mestinya istri pengemban dakwah juga sangat fokus dalam pendidikan generasi.

3. Suami pastinya sangat bahagia jika istri bisa memahami kekurangan dirinya seperti kurang ilmu dan harta. Sementara istri pengemban dakwah mestinya sangat faham perkara qodho Allah. Sehingga insyaallah bisa memaklumi apa yang menjadi keterbatasan suaminya.

4. Suami sangat membutuhkan support dalam berjuang di jalan Allah. Bahkan dalam semua tugasnya. Nah istri pengemban dakwah mestinya sangat semangat mensupport suami sebab sangat berharap keridhoan suaminya sebagai syarat Ridho Allah SWT.

5. Suami pastinya sangat gembira jika mendapatkan support istri dalam aktivitas dakwahnya. Maka istri pengemban dakwah mestinya faham betul tentang perjuangan suaminya sehingga akan mendukung sekuat tenaga.

6. Suami pastinya akan mendapatkan pahala sebab mengizinkan istri untuk ngaji dan dakwah. Sehingga senantiasa mengalir pahala untuk dirinya bahkan saat dia rehat di tengah lelah aktivitasnya.

7. Tugas penting suami yakni mendidik istri khususnya dalam hal tsaqofah akan sangat terbantu jika istrinya pengemban dakwah yang tentunya sudah rajin ngaji kepada gurunya. Suami bertugas mendidik dan mengajari selanjutnya. Insyaallah ini akan lebih mudah bagi suami.

8. Akan lebih mudah membangun rumah tangga harmonis. Salah satu faktor mendasarnya adalah suami istri pengemban dakwah yang seia sekata dalam aspek penting berumah tangga.

9. Silahkan ditambah sobat

Demikian di antara beberapa keberuntungan besar beristrikan pengemban dakwah. Muslimah Sholihah pejuang Islam yang gagah berani berjuang di tengah umat di antara tumpukan tugas rumah tangga yang terus mengalir. Sungguh di dunia ini Allah ciptakan sebagai perhiasan dan yang terindah adalah muslimah Sholihah.

Baginda Rasulullah Saw bersabda:

اَلدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ.

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah isteri yang shalihah.” (HR Muslim dari Abdullah bin Amr).

Oleh karena itu sobat, syukuri dan pegang erat-erat istri kita dengan segala perhatian dan kasih sayang semampu kita. Jangan lepaskan dia hanya gegara beberapa kekurangan manusiawi. Justru itulah tugas kita untuk mendampingi dan mendidiknya.

Ibarat seekor burung, tak kan bisa terbang jika sayapnya hanya sebelah. Maka jadikanlah diri anda sayap sebelah kanan dan istri sayap sebelah kiri. Berpadu dalam Irama kepakan yang harmonis terbang menuju jannatul firdaus.

Jadi, istri pengemban dakwah adalah perhiasan paling indah. Selamat berjuang Sobat!.[]

Oleh:  Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center

Sabtu, 14 Januari 2023

Ustadz Iwan Ungkap Penyebab Polisi "Menjual" Istrinya

Tinta Media - Pakar Parenting Ideologis Ustadz Iwan Januar mengungkap seorang polisi yang  "menjual" istrinya kepada orang lain kemungkinan disebabkan oleh dua hal.

"Ada dua kemungkinan, pertama, pelaku atau suami ingin mengkomersilkan istrinya karena uang. Kedua, ini bagian dari penyimpangan perilaku seksual yang menggejala di masyarakat Indonesia," ujarnya kepada Tinta Media, Kamis (12/1/2023)

Ia juga menceritakan bahwa sekarang di masyarakat banyak pasangan atau individu yang tidak puas dengan pemenuhan seksual secara normal. "Di antaranya ada individu yang senang dan kecanduan melihat istrinya digauli lelaki lain," herannya.

Ia juga menyebutkan, ada juga yang karena keduanya (suami dan istri) ingin mengkomersilkan istrinya, sekaligus mendapatkan kesenangan seperti itu.

Budaya Hedonisme 

Menggejalanya perilaku menyimpang ini, menurutnya, dampak dari budaya hedonisme yang datang dari pengaruh liberalisme. Muncullah pornografi dengan beragam perilakunya yang selanjutnya memengaruhi perilaku seksual masyarakat.

Ia pun menduga moral aparat akhir-akhir semakin bejat, sebagaimana kasus di atas disebabkan Indonesia telah tenggelam dalam budaya liberalisme.

"Ada prinsip 'my body my authority', badan saya gimana saya. Selain marak perzinaan, marak juga konten pornografi di media sosial, jadi bahan obrolan, dsb," tuturnya.

Lalu, ditambah lagi muncul budaya permisif dan pembiaran. Warga, tetangga, dan teman kerja hanya cuek ketika tahu mengetahui temannya punya perilaku seksual menyimpang.

Ia pun mengatakan, "di sisi lain, agama makin dibatasi ruang geraknya. Pengajaran agama hanya untuk urusan ibadah dan akhlaq, tapi tidak untuk nilai sosial."

Ia pun menyayangkan negara sendiri pun menempatkan urusan moral, khususnya seksualitas sebagai urusan privat, bukan urusan publik dan negara. 

"Terbukti, KUHP yang baru menempatkan perzinaan dan kumpul kebo sebagai delik aduan. Jadi, warga tidak bisa lagi mencegah perzinaan, karena sudah dibatasi undang-undang," paparnya.

Solusi

Adapun menurut Iwan, solusi atas permasalahan ini adalah harus adanya perombakan sosial. Ia juga menyarankan rakyat Indonesia jangan jumawa terus dengan mengatakan Indonesia negara yang bermoral tinggi dan menjunjung budaya Nusantara.

Faktanya, ia menjelaskan bahwa kerusakan moral sudah merebak kemana-mana. Nilai-nilai yang dianut negeri ini adalah liberalisme.

Yang terakhir, ia mengingatkan kita bahwa satu-satunya nilai dan peradaban yang melindungi nilai sosial cuma Islam. Karenanya, Iwan memeringatkan umat muslim harus terus mendakwahkan Islam sebagai aturan kehidupan yang komplit. Jangan setengah-setengah. "Negeri ini hanya bisa selamat dengan menerapkan ajaran Islam secara kaffah," pungkasnya.[] Wafi 

Kamis, 06 Oktober 2022

Eks Jubir KPK Bela Istri Sambo, Ini Kata Praktisi Hukum

Tinta Media - Praktisi Hukum Panca Putra Kurniawan, S.H., M.Si. memberikan tanggapan terkait Eks Jubir KPK Febri Diansyah yang menerima untuk menjadi pengacara istri Ferdy Sambo, salah satu tersangka kasus pembunuhan Brigadir Joshua.

"Secara profesi, advokat punya kebebasan untuk menentukan pilihan pihak yang mau dibelanya, dalam arti sebagai kuasa hukum," tuturnya kepada Tinta Media, Jumat (30/9/2022).

Menurutnya, pada dasarnya advokat seperti profesi lain, adanya, untuk membantu pihak yang membutuhkan keahliannya.

"Di lain sisi, secara etik, advokat juga boleh menolak, kalau bertentangan dengan hati nuraninya," ungkapnya.

Siapapun yang tersangkut kasus hukum, menurutnya, advokat pada dasarnya membela hak-hak asasinya sesuai hukum yang ada, sekalipun seseorang itu sudah menjadi tersangka, tetap punya hak-haknya yang dijamin oleh hukum.

"Dalam kasus ini, secara pribadi saya menyayangkan pilihan rekan Febri. Selama ini karakter dan profilnya kuat melawan korupsi dan pelanggaran hukum lainnya. Opini publik kan bisa saja negatif, karena ini kasus pembunuhan, penghilangan nyawa manusia. Kita lihat saja ke depannya," pungkasnya.
[]'Aziimatul Azka

Rabu, 23 Maret 2022

Ustaz Iwan Januar: Tidak Pantas Istri Tak Puas terhadap Nafkah Makruf Suami

https://drive.google.com/uc?export=view&id=12MikYXd4crkMqUNu7cb8MM24kQ9r-Mo5

Tinta Media - Islamic Super Parent Inspirator Ustaz Iwan Januar menyatakan, tidak pantas bagi seorang istri tidak merasa puas setelah suami memberi nafkah secara makruf.

“Sekiranya seorang suami sudah berusaha memberikan nafkah secara makruf menurut apa yang dia bisa, maka ini sebenarnya tidak pantas bagi seorang istri tidak merasa cukup, tidak merasa puas,” tuturnya dalam Kajian Jendela Keluarga Muslim: Dilema Istri Tak Puas, Jumat (18/3/2022) di kanal Youtube Peradaban Islam ID.

Ia menilai andaikata istri tidak merasa puas bukan karena suami ini belum makruf tapi karena suami sudah memberikan nafkah tapi istri tidak merasa cukup dengan uang belanja dari suami. Maka ini ada problem dalam kehidupan sang istri.

“Berarti, dia (istri) merasa nafkah itu harus sesuai keinginan istri. Padahal ada kalanya suami memberikan, atau menahan, menyimpan dulu karena ada kepentingan yang lebih besar. Seorang suami yang sudah berusaha mencukupi maka istri harus merasa cukup, merasa puas,” ujarnya.

Menurutnya, kondisi ini rawan terjadi konflik antara suami istridan rawan anak-anak jadi korban kekerasan, dan juga rawan macam-macam.

Ia memaparkan persoalan rumah tangga itu ketika istri merasa tidak cukup, merasa tidak puas dengan apa yang diberikan oleh suami. Padahal batasan suami memberi nafkah kepada istri itu adalah pertama, secara makruf dan kedua, berdasarkan pada kemampuan yang bisa diberikan untuk keluarganya.

“Karena mungkin istri merasa apa yang diberikan suami ini belum dikategorikan makruf, dikategorikan layak dibandingkan dengan orang lain misalnya,” paparnya.

Dalam Al Qur’an surat At-Thalaq ayat 7 Allah berfirman, “Barang siapa yang Allah sempitkan rezekinya, siapa yang sedang disusahkan Allah sebagai ujian. Hendaklah dia (suami) memberikan belanja nafkah kepada keluarganya dari apa-apa yang Allah berikan kepada dia.”Ustaz Iwan mengingatkan kepada para istri akan ayat ini. “Allah saja tidak menuntut, membebani seorang suami memberikan nafkah di luar kemampuannya. Karena ada hal merupakan qodarullah rezeki Allah Yang Maha Mengatur,” katanya.

Menurutnya, istri yang tidak merasa puas bisa dikarenakan dorongan nafsu, kurangnya rasa bersyukur kepada apa yang diberikan suami kepadanya. “Ada kalanya suami istri itu diberi lebih kecukupan, ada yang diberikan ujian kekurangan maka harus ingat, ini salah satu ujian dari Allah SWT dalam urusan nafkah, kemudian saling memotivasi,” ujarnya.

Ia mengingatkan perkataan Nabi SAW tentang perempuan yang kurang bersyukur kepada suami dan tidak pernah merasa cukup. Dalam hadis Imam An-Nasa’i, Nabi bersabda, “Allah tidak akan melihat di hari kiamat kepada wanita yang tidak bersyukur terhadap suaminya.”

Ia menuturkan, suami yang sudah bekerja, memberikan nafkah, menjaga, melimpahkan cinta kasih sayang tapi ada juga seorang perempuan yang tidak merasa cukup, tidak merasa puas. “Apa kata Nabi SAW bahwa Allah tidak akan melihatnya di yaumil akhir, naudzubillahimindzalik,” tuturnya.

Ia menegaskan, seorang istri yang tidak merasa puas merupakan kondisi tidak wajar karena istri telah dipenuhi nafkahnya oleh suami. Apalagi jika istri membanding-bandingkan dengan orang lain maka ia mengingatkan kembali hadis Nabi di atas.
“Jangan berpikir suami keluar rumah untuk bersantai-santai tapi bekerja mencari nafkah, kalau ada istri yang merasa tidak cukup juga, hati-hati bisa menggerogoti sikap syukur pada suaminya,” tegasnya.

Menurutnya, ketika istri merasa tidak puas terhadap apa yang telah diberikan oleh suaminya secara makruf dapat menggerogoti rasa syukur yang dipengaruhi oleh hasad dan nafsu duniawi yang tidak pernah ada batasnya.

“Rasa syukur istri itu digerogoti oleh hasad, hawa nafsu duniawi yang tidak pernah ada batasnya sehingga merasa tidak puas,” pungkasnya. [] Ageng Kartika
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab