Tinta Media: Islam Kaffah
Tampilkan postingan dengan label Islam Kaffah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Islam Kaffah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 27 Oktober 2024

Jurnalis: Dakwah Islam Kaffah adalah Dakwah yang Dibenci Kafir Barat

Tinta Media - Berbicara mengenai peluang dakwah Islam diberi ruang atau tidak oleh rezim baru ini, jurnalis senior, Joko Prasetyo, menilai bahwa dakwah Islam kaffah adalah dakwah yang dibenci oleh Kafir Barat.

"Kalau peluang, insyaallah akan selalu ada. Dakwah sebagian ajaran Islam tentu saja diberi karpet merah. Hanya saja, bila dakwahnya untuk penerapan syariat Islam kaffah dalam naungan khilafah adalah dakwah yang dibenci kafir Barat. Jadi, sangat mungkin akan dipersekusi bahkan dikriminalisasi sebagaimana yang terjadi pada rezim sebelumnya," tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (24/10/2024).

Menurutnya, bila rezim Prabowo konsisten melanjutkan kebijakan rezim Jokowi, tentu saja sangat mungkin akan mempersekusi dan mengkriminalisasi dakwah penerapan syariat Islam secara kaffah dalam naungan khilafah.

Namun, sambungnya, itu semua tidak dapat menggugurkan kewajiban dakwah penerapan syariat Islam secara kaffah dalam naungan khilafah.

Terakhir ia menegaskan bahwa diberi karpet merah maupun dipersekusi dakwah penerapan syariat Islam secara kaffah hukumnya wajib

"Jadi, baik digelar karpet merah ataupun dipersekusi/kriminalisasi tetap saja dakwah penerapan syariat Islam secara kaffah dalam naungan khilafah tetap saja hukumnya wajib! Allahu Akbar!" pungkasnya.[] Nur Salamah

Selasa, 10 September 2024

Membangun Visi Perubahan yang Sahih dengan Pemahaman Islam Kaffah


Tinta Media - Peringatan Darurat Indonesia saat ini menjadi tren di berbagai media sosial. Gerakan massal ini merupakan bentuk kekecewaan semua lapisan masyarakat terhadap putusan MK yang dianggap telah dihambat oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Ribuan masa dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari mahasiswa, buruh, hingga sejumlah komika berdemonstrasi di kawasan Senayan, Jakarta, tepatnya di depan kompleks DPR/MPR pada Kamis (22/8). Mereka menuntut agar pemerintah dan wakil rakyat mematuhi keputusan MK pada selasa (20/8) lalu.

Sutradara Joko Anwar (Jokan) mengatakan bahwa dia ikut demo karena sudah muak dengan para penguasa yang selama ini menggunakan instrumen hukum untuk melakukan apa saja sesuai dengan kemauannya. Begitu pun Jamalullail Abizzati dari Forum Betawi Intelek mengatakan menolak upaya yang dilakukan oleh DPR RI untuk membegal putusan MK.

"Lengsernya Soeharto pada reformasi 98 hanya melahirkan Soeharto baru," ujarnya. (voaindonesia.com, 22/08/2024)

Akhirnya, semua lapisan masyarakat bergerak melawan kezaliman atau kesewenang-wenangan yang begitu tampak di depan mata. 

Penerapan sistem kapitalisme saat ini telah mengakibatkan kerusakan di seluruh bidang dan akhirnya rakyat menjadi korban. Namun sayang, bergeraknya umat saat ini belum berlandaskan pada pemahaman yang benar atas akar masalah dan solusi, karena masih bersandar pada demokrasi yang sejatinya menjadi penyebab kerusakan. Sehingga, walaupun berganti-ganti rezim, keadaan masyarakat dan negeri ini tidak akan pernah berubah.

Maka dari itu, butuh adanya pemahaman terkait visi perubahan yang sahih pada semua kalangan masyarakat. Di tengah masyarakat, dibutuhkan adanya kelompok dakwah ideologis yang akan membina seluruh lapisan masyarakat menuju pemahaman yang benar dan berjuang untuk menegakkan syariat Allah di muka bumi. Hanya dengan penerapan syariat Islam secara Kaffah negeri ini akan diberikan limpahan berkah dari langit dan bumi. Wallahu a'lam bishawab.

Oleh: Agustriany Suangga
Muslimah Peduli Generasi


Selasa, 07 November 2023

Islam Kaffah Solusi untuk Pemuda Rapuh



Tinta Media - Pemuda adalah harapan bangsa. Sayangnya, kondisi para pemuda Indonesia saat ini sangat rapuh seperti buah strawberry, cantik luarnya, tapi lembek mentalnya. Mereka mudah patah dan putus asa. Hal ini dibuktikan dengan adanya 971 kasus bunuh diri sejak awal tahun 2023 sampai akhir Oktober ini, naik dari 900 kasus pada tahun 2022. Padahal para pelaku bunuh diri ini ternyata banyak yang kuliah di universitas terbaik. Mereka pun berprestasi dan berasal dari keluarga yang baik- baik saja. Tentu ini menimbulkan pertanyaan, kenapa terjadi seperti itu?  Kenapa mental pemuda rapuh?

Aska Fadia, seorang aktivis pers kampus berpendapat bahwa rapuhnya mental para pemuda, khususnya mahasiswi, dikarenakan sistem kapitalisme yang dianut di negeri ini.  Sistem kapitalisme menetapkan standar kebahagiaan pada materi.  Tujuan hidupnya adalah mendapatkan materi (uang) sebanyak-banyaknya. Segala sesuatu harus didapatkan dengan uang.  

Seorang mahasiswa begitu masuk kampus dihadapkan dengan biaya UKT yang mahal, lalu biaya hidup bila harus nge- kost, kemudian  kurikulum merdeka yang membuatnya sibuk dengan tugas tertulis dan praktik yang juga perlu biaya, muatan kuliah yang banyak. Belum lagi tuntutan dari orang tua agar berhasil dengan nilai tinggi, lulus tepat waktu kemudian mendapat pekerjaan dengan gaji besar. Semua itu  menjadi beban berat bagi mahasiswa, lahir dan bathin. 

Akidah sekularisme memperparah beban pemuda karena jauhnya agama dari kehidupan membuat mereka mudah kehilangan pegangan saat mendapat masalah. Mereka hanya disarankan untuk _self healing_ dengan hiburan,  liburan atau konsultasi kepada psikolog. Ini aday solusi yang tidak menuntaskan masalah karena sifatnya hanya sementara.

Sungguh berbeda dengan sistem Islam yang dapat mencetak pemuda-pemuda berprestasi tingkat dunia. Hasil karya para pemuda di masa kejayaan Islam masih relevan sampai sekarang.  

Sejarah membuktikan bahwa sejak masa Daulah Islam di bawah kepemimpinan Rasulullah saw. sampai Kekhalifahan Usmaniyah, syariat Islam diterapkan secara kaffah sehingga para pemuda penuh semangat menuntut ilmu. Mereka berlomba memberikan yang terbaik untuk masyarakat.  

Tertulis dalam sejarah, tokoh-tokoh muslim berprestasi seperti Ibnu Sina (ahli kedokteran dan filsafat), Al Khawarizmi (ahli matematika dan astronomi), Jabir ibn Hayyan mendapat julukan sebagai Bapak Kimia modern, dan lain-lain.  Kumpulan karya mereka menjadi landasan ilmu sains modern saat ini.  

Hal ini terjadi karena negara dengan sistem Islam kaffah (khilafah) sangat mendukung para pemuda dalam menuntut ilmu. Negara Khilafah menyediakan fasilitas pendidikan terbaik, berupa sekolah, asrama, uang saku, perpustakaan, dan guru-guru yang ahli di bidangnya secara gratis. Semua dibiayai oleh Khilafah sehingga para siswa hanya fokus menuntut ilmu. Para guru pun mendapat imbalan yang tinggi dalam mengajar.  

Hal pertama yang dipelajari adalah akidah dan adab penuntut ilmu sehingga iman menjadi landasan berpikir dan bertindak, baru kemudian ilmu terapan yang berguna untuk seluruh aspek kehidupan.  Mental siswa sudah dibentuk kuat terhadap ujian dari sekolah maupun dari lingkungan. Mereka mengetahui cara menyelesaikan masalah dengan benar. Standar kebahagiaan mereka bukan pada materi, tetapi pada Rida Allah Swt.

Maka, sudah saatnya pemuda Indonesia mempelajari dan menerapkan Islam secara kaffah seperti pemuda muslim dahulu, yang kuat mentalnya dan tinggi ilmunya agar menjadi agen perubahan yang sesungguhnya, yaitu menjadi pemuda harapan umat. Wallahu a'lam bish shawwab.

Oleh: Wiwin
Sahabat Tinta Media

Minggu, 05 November 2023

Sampah Kian Menumpuk, Islam Kaffah Solusinya



Tinta Media - Peristiwa kebakaran yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Sarimukti Kabupaten Bandung telah mengakibatkan terisolirnya pembuangan sampah dari seluruh wilayah kabupaten. Sampah-sampah pun akhirnya menumpuk di TPS-TPS yang ada, juga di trotoar- trotoar jalan yang ada di ruas-ruas jalan Kabupaten Bandung.

Meski kebakaran di TPAS Sarimukti telah padam, tetapi permasalahan sampah di wilayah Kabupaten Bandung hingga saat ini belum tertangani dengan maksimal. Walaupun telah dibuka zona darurat di TPAS Sarimukti, tetapi pembuangan sampah sangat terbatas oleh sistem kuota ritase dan waktu terbatas, hingga berdampak sampah-sampah tersebut makin menumpuk dan menggunung di TPS, di rumah-rumah, di jalan ataupun di pasar. (KejakimpolNews.com).

Timbunan sampah tersebut tentu sangat berdampak negatif terhadap lingkungan, yaitu berupa pencemaran lingkungan, pencermaran limbah cair yang akan mengontaminasi sumur-sumur warga, menimbulkan bau menyengat dan mengganggu kesehatan. Tumpukan sampah juga berpotensi mengakibatkan banjir, jika memenuhi selokan atau sungai-sungai.

Upaya yang saat ini dilakukan pemerintah untuk menanggulangi sampah hanya bersifat sementara saja, belum menyentuh akar permasalahannya. Hal ini disebabkan bukan hanya karena tidak adanya tempat pembuangan akhir sampah, melainkan ada sebab lain hingga permasalahan tersebut tidak kunjung usai.

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya imbauan dan ajakan pada masyarakat supaya tidak menggunakan kemasan yang sulit terurai. Namun, hingga kini imbauan itu belum membuahkan hasil yang nyata. 

Gaya hidup individualis, yakni mementingkan diri sendiri, serta kurangnya edukasi dari pihak yang berwenang, menjadikan  masyarakat kehilangan kesadaran dan empati untuk tolong-menolong. Salah satunya dalam menyelesaikan masalah sampah.

Hal tersebut disebabkan oleh paham sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) yang menjadikan seorang muslim tidak lagi terikat dengan aturan agamanya, termasuk dalam masalah kebersihan.  

Sebagai agama yang sempurna, Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk masalah kebersihan.

Sebagaimana semboyan yang cukup mashur dan melekat di benak kaum muslimin, yaitu:

"Kebersihan itu adalah sebagian dari iman."

Dalam menjalankan konsep kebersihan ini, termasuk dalam menangani permasalahan sampah, maka semua elemen akan disiapkan, mulai dari individu, masyarakat, maupun negara. Semua memiliki tanggung jawab dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Negara akan memberikan pemahaman kepada individu dan masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan karena merupakan bagian dari keterikatan pada sayari'at Allah Swt. yang akan berbuah pahala dan surga.

Rasulullah saw. bersabda yang artinya:

"Islam itu bersih (suci), maka jadilah orang yang bersih (suci) sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang bersih (suci)." 
(H.R Imam Baihaqi).

Inilah yang akan menumbuhkan kesadaran bagi tiap individu untuk mengelola sampah, bahkan masyarakat akan sadar sehingga tercipta tolong-menolong dan gotong-royong dalam pengelolaan sampah, seperti memilih, mengelola, atau mendaur ulang  sampah.

Selain itu, negara dalam Islam juga akan memfasilitasi masyarakat dengan menempatkan tempat-tempat sampah di area-area umum ataupun pemukiman warga, juga mengupah orang-orang yang menjadi petugas kebersihan, menetapkan aturan kebersihan yang jika dilanggar akan dikenakan sanksi bagi pelaku pelanggaran. 

Negara juga akan mendorong para ahli untuk menciptakan teknologi canggih dalam pengelolaan sampah, seperti menciptakan teknologi yang mampu mendaur ulang sampah organik menjadi hal yang bermanfaat bagi kehidupan. Atau para ahli yang menciptakan teknologi untuk menghasilkan kemasan produk yang aman bagi lingkungan dan mudah diurai tanah, sehingga mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.

Semua ini dapat terjadi jika kehidupan bernegara dan bermasyarakat dilandaskan kepada Islam sebagai sistem hidup, yang diterapkan secara kaffah dan daulah Islam (khilafah), oleh seorang pemimpin (khalifah/imam) yang adil dan amanah. Wallahu a'lam bish shawab.

Oleh: Risna SP.
Sahabat Tinta Media

Sabtu, 05 Agustus 2023

Saatnya Menuntut Perubahan Hakiki dengan Islam Kaffah

Tinta Media - Politik itu kotor dalam perspektif demokrasi sekuler, karena tujuannya hanya untuk kekuasaan. Jegal-menjegal dengan cara menyebar fitnah untuk menjatuhkan lawan politik dianggap biasa. Cara curang untuk mencapai tujuan politik secara terang-terangan dilakukan. Agama ditinggalkan saat berpolitik karena membawa agama saat berpolitik dianggap sebagai politik identitas yang harus ditinggalkan. 

Padahal, secara tidak sadar mereka mempolitisasi agama agar mendapat dukungan umat. Mereka mendadak islami dengan pakaian muslim yang menutup aurat, rajin datang ke pesantren dan masjid untuk mendapatkan dukungan politik menjelang pemilu. Pencitraan dan kepura-puraan dalam sistem demokrasi dianggap keharusan untuk mendapatkan simpati rakyat.

Politik adalah membangun citra untuk meraih dukungan, meskipun fakta menunjukkan sebaliknya. Semuanya hanyalah citra untuk membalut kebobrokan yang disembunyikan. 

Biaya politik yang tidak sedikit mendorong mereka untuk menyalahgunakan wewenang saat kekuasaan dalam genggaman. Korupsi besar-besaran dilakukan untuk mengembalikan biaya politik yang terlanjur dikeluarkan. Bahkan, sumber daya alam yang harusnya digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat, diserahkan kepada asing dengan dalih investasi. Masihkah kita mendukung sistem demokrasi yang menghasilkan pergantian dari rezim satu ke rezim lain, tapi tidak membawa perubahan haiki ke arah yang lebih baik?

_“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (dampak) perbuatan mereka. Semoga mereka kembali (ke jalan yang benar).”_ (Surat Ar-Rum/30: 41). 

Kerusakan terbesar adalah saat umat Islam berbuat dosa pada al-Khalik karena enggan untuk menerapkan syariat Islam secara Kaffah dan lebih memilih hukum kesepaatan buatan manusia. 

Padahal jelas dan terbukti secara nyata bahwa akar permasalahannya adalah karena diterapkan sistem demokrasi kapitalis sekular. Sistem sekuler hanya membentuk orang-orang munafik yang tidak mau diatur dengan Islam secara kaffah dalam kehidupan. Mereka melakukan ibadah ritual, salat ke masjid, puasa Ramadan, tetapi masih melakukan perbuatan haram. 

Sebagai contoh, seorang muslimah membaca basmallah saat hendak makan daging babi. Begitu pula pakaian yang digunakan terbuka tidak menutup aurat. Para pejabat berani menggarong uang rakyat demi memenuhi hasratnya untuk meraih nikmat dunia yang semu dan menipu. Padahal, mereka seorang muslim yang kerap pergi ke masjid. 

Banyak pula para penista agama yang menafsirkan Islam secara serampangan, aneh, nyleneh, dan menyimpang dari ajaran lurus dan mulia, tetapi tidak mendapatkan tindakan tegas, bahkan terkesan dipelihara oleh penguasa. Semua itu terjadi karena kita menerapkan hukum sekuler buatan manusia dalam sistem kapitalis demokrasi.

Perubahan hakiki hanya bisa terwujud dengan _people power_. Ini merupakan cara konstitusional informal, yaitu perubahan yang diinginkan rakyat tidak hanya pada pelaku politik, tetapi lebih mendasar, yaitu dengan mengubah sistem demokrasi kapitalis yang rusak dengan sistem Islam. 

Khilafah akan menjamin penerapan Islam secara kaffah, bukan parsial, terbatas pada aktivitas ritual keagamaan saja. Khilafah akan menerapkan hukuman secara tegas pada para pelaku maksiat dan krimininal, sehingga ada rasa takut hati mereka untuk melakukan tindak pidana. 

Sistem khilafah juga akan mewujudkan kehidupan Islami yang mendorong rakyat beriman dan bertakwa. Begitu pula para pemimpin. Mereka punya kesadaran yang kuat, yaitu merasa diawasi oleh Allah Swt. dalam menjalankan tugasnya. 

Mereka berpolitik bukan hanya sekadar untuk merebut kekuasaan, tetapi kekuasaan digunakan agar bisa mengurusi urusan rakyat. Kebutuhan dasar rakyat terjamin, yaitu rasa aman, dan sejahtera karena para pemimpin peduli dan berpihak pada rakyat, bukan pada oligarki seperti yang terjadi saat ini. 

Perubahan harus diwujudkan dengan membangun kesadaran pada umat atas rusaknya sistem yang diterapkan saat ini. Kemudian, kita pahamkan umat melalui dakwah tentang pentingnya menerapkan Islam secara kaffah agar hidup ini berkah dan indah. Semua itu kita lakukan degan penuh kesabaran, seperti yang dilakukan Rasulullah.

Jalan lain tidak akan mengantarkan pada perubahan hakiki. Pengalaman sudah mengajarkan kita bahwa perubahan rezim, atau pergantian pelaku politik tidak membawa perubahan, bahkan semakin buruk. Negeri ini harus segera diselamatkan dari kehancuran dengan Islam. Kita wujudkan kehidupan Islami yang akan membuka pintu berkah dari langit dan bumi karena masyarakatnya beriman dan bertakwa serta para pemimpinnya amanah untuk mengurusi urusan rakyatnya.  

Sebaliknya, sistem kapitalis sekular demokrasi hanya akan membawa kerusakan, karena masyarakatnya menolak diatur dengan Islam secara kaffah, sementara para pemimpinnya hanya berebut kekuasaan. Hanya sistem khilafah yang mampu menerapkan Islam secara kaffah yang akan membawa pada kehidupan islami yang penuh berkah.

Oleh: Mochamad Efendi
Sahabat Tinta Media 

Rabu, 07 Juni 2023

Mau Ekonomi Syariah Tapi Menolak Islam Kaffah, MMC: Aneh!

Tinta Media - Muslimah Media Center (MMC) menilai aneh perhatian pemerintah terhadap potensi ekonomi syariah namun menolak Islam kaffah diterapkan. 

"Ekonomi syariahnya mau dan dianggap sebagai manifestasi ajaran Islam, tapi anehnya Islam kaffah dianggap tidak layak diterapkan di negeri ini bahkan dianggap membahayakan negara,” tuturnya pada rubrik Serba-serbi MMC: Ekonomi Syariah Tanpa Islam Kaffah, Bukti Nyata Indonesia Negara Sekuler Kapitalis, Jumat (2/6/2023).

Kondisi tersebut menurut MMC justru menguatkan wajah sekuler kapitalis negeri ini, di mana sejatinya persoalan negeri ini dan juga dunia terjadi karena penerapan sistem sekuler kapitalis. “Kemiskinan, pengangguran, stunting, dan sebagainya diakibatkan oleh kapitalis yang lahir dari cara pandang sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan,” ucapnya.

MMC mengungkapkan Kebijakan-kebijakan yang dihasilkan sistem Kapitalisme sarat dengan kepentingan materi segelintir kelompok yang berkuasa atau pemilik modal yang mampu mengendalikan kekuasaan. 

“Alhasil kebijakan-kebijakannya tidak lagi mempertimbangkan apakah mampu mendatangkan kemakmuran yang nyata bagi masyarakat atau tidak. Yang menjadi tujuan adalah keuntungan segelintir orang,” tambahnya.

Potensi keuangan syariah yang dijadikan sebagai target perekonomian Indonesia, menurut MMC karena melihat realitas masyarakat indonesia yang mayoritas muslim makin menunjukkan keinginannya untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai Islam. 

“Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh kapitalisme untuk memberikan tempat bagi aturan syariah selama aturan itu mampu mendatangkan cuan. Sebaliknya jika aturan syariat itu meredupkan atau mematikan ekonomi, kapitalisme akan menutup peluang kemunculannya. Inilah ruh sesungguhnya penerapan sebagian kecil dari ekonomi syariah oleh sistem ekonomi kapitalis,” bebernya.

MMC menandaskan sesungguhnya persoalan umat Islam hari ini akan selesai melalui penerapan syariat Islam secara kaffah termasuk sistem ekonomi Islamnya.

“Penerapan syariat Islam hanya akan terwujud dalam sistem Khilafah yang berasas karena akidah Islam. Pemberlakuan aturan yang bersumber dari Wahyu Allah ini akan membawa rahmat bagi seluruh alam. Apalagi tujuan pemberlakuan syariat semata hanya untuk meraih ridho Allah bukan karena materi atau manfaat semata,” pungkasnya.[] Erlina

Senin, 05 Juni 2023

Pemuda Bangkit dengan Islam Kaffah

Tinta Media - Dalam rangka meningkatkan kualitas para pemuda yang ada di sekolah dan pesantren, Bupati Bandung Dadang Supriatna berjanji akan terus memberikan dukungan. Sebab, jumlah penduduk mencapai 3,5 juta jiwa dan sebagian besar adalah generasi muda. 

Menurut Dadang, para pemuda adalah penerus bangsa yang sangat luar biasa. Hal itu dosa saat menghadiri Wisuda Tahun 2023 Pondok Pesantren Tahfidz, Kitab dan Dakwah DTA, TK, SDIT, SMPIT, SMAIT Addzimat Da'i Indonesia di Jalan Cipasir, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung.

Salah satu bentuk dukungannya adalah dengan memberikan bantuan hibah sebesar Rp250 juta. Bantuan tersebut akan digunakan untuk kegiatan pendidikan para pemuda calon pemimpin mendatang. Beliau (Dadang Supriatna) berharap bahwa para pelajar/siswa itu mengenyam pendidikan di lingkungan sekolah maupun pesantren agar ilmu yang sudah didapatkan bisa dimanfaatkan. (iNewsBandungRaya.id)

Seperti kita ketahui bahwa pemuda adalah tonggak perubahan. Seorang pemuda adalah calon pemimpin masa depan. Namun, faktanya sungguh jauh panggang dari api.
Di dalam sistem pendidikan sekuler hari ini, pemuda justru sangat jauh dari pemahaman Islam yang benar, bahkan sengaja dijauhkan dari Islam. 

Dengan massif, mereka mengiring pemuda untuk menjadi muslim yang moderat, toleran, dan ramah terhadap pemahaman Barat. Paham sekularisme liberal menjadikan agama hanya ada dalam ibadah ritual saja. Sedangkan dalam hal muamalah, mereka (pemuda) cenderung bebas, bahkan tidak mau diatur oleh agama. 

Wajar jika kita melihat pemuda sekarang perilakunya makin brutal dan arogan. Mereka mudah tersulut emosi dan berbuat hal-hal yang tidak pantas, seperti pacaran, mengonsumsi miras, dan narkoba. Tidak sedikit juga yang melakukan pelecehan seksual, tawuran pelajar, dan lain-lain.

Dengan paradigma sistem pendidikan kapitalis sekuler, para pelajar atau pemuda dididik hanya untuk dijadikan pekerja/karyawan bagi para konglomerat/pengusaha. Pendidikan yang didapat juga tidak menuntut untuk dikerjakan, tetapi hanya sekadar pengetahuan untuk mendapatkan ijazah dan mencari pekerjaan. 

Paham sekularisme telah mencengkeram erat para pemuda. Tidak aneh jika keadaan hari ini semakin menghawatirkan saja. Kebebasan berperilaku serta tidak peduli halal haram seolah sudah menjadi hal yang lumrah. Mereka enggan diatur oleh agama dalam kehidupan sehari-hari, sehingga berbuat semaunya. Kondisi ini diperparah dengan keimanan yang lemah dan minimnya pendidikan agama, juga kontrol dari orang tua, masyarakat, dan negara.

Jelaslah bahwa sistem pendidikan sekuler tidak akan melahirkan generasi yang cemerlang sebagai tonggak perubahan, melainkan semakin jauh dari nilai agama dan merapuhkan mental. Karena itu, banyak kekacauan dan masalah yang terus-menerus terjadi. 

Ternyata, memasukkan remaja ke sekolah Islam atau pesantren tidak menjamin bagusnya akhlak dan bangkitnya seseorang. Kebangkitan Pendidikan juga nihil tercapai dalam sistem pendidikan sekuler, karena sistem ini adalah sistem buatan manusia yang berlandaskan akal semata. Karena itu, sistem ini tidak akan pernah bisa menjadi solusi hakiki. Walaupun telah banyak anggaran yang dikeluarkan dalam rangka meningkatkan kualitas pelajar/pemuda, tetap tidak bisa mengubah hal tersebut.jika kita masih dalam sistem pendidikan sekuler.

Berbeda halnya dengan sistem pendidikan Islam. Paradigma pendidikan dalam sistem Islam adalah pendidikan yang berlandaskan pada akidah Islam. Sumber kurikulumnya juga berasal dari Al-Qur'an dan sunnah sebagai tuntunan dari Allah Swt. untuk keselamatan manusia. 

Pendidikan agama sangat diprioritaskan sebagai hal sangat penting untuk dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini dilakukan tanpa meninggalkan pendidikan tentang teknologi dan sains. 

Adapun tujuan pendidikan dalam sistem Islam adalah untuk pendalaman akidah secara intensif agar membentuk pemuda dan pelajar yang mempunyai pola pikir dan pola sikap sesuai syariat Islam. 

Hal ini dilakukan karena para pelajar menjadi manusia yang berkualitas sebagai pemimpin yang mampu melihat, memberi solusi ketika ada permasalahan di tengah masyarakat. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk membangkitkan dan mengarahkan potensi-potensi yang ada dalam diri manusia sesuai dengan fitrah manusia, yaitu membentuk manusia agar merasa takut kepada Allah dan merasa diawasi oleh Allah Swt, serta tegas menegakkan kebenaran tanpa kompromi dan pandang bulu. 

Di samping itu, pendidikan tentang sains dan teknologi tidak lantas dilupakan, agar bisa mengelola sumber daya alam sesuai dengan yang Allah perintahkan. Pendidikan Islam akan menghantarkan pemahaman bahwa belajar atau menuntut ilmu adalah bentuk ibadah yang wajib dilakukan semata-mata untuk menggapai ridho Allah Swt..

Islam juga sangat memperhatikan masalah sarana prasarana yang memadai sehingga pelajar akan merasakan kenyamanan dalam belajar. Biaya pendidikan bagi muslim maupun non-muslim (yang tunduk diatur oleh Islam) kaya atau miskin pun terjamin. Mereka mendapatkan hak yang sama. 

Dalam sistem Islam, guru akan mendapatkan gaji yang sangat besar. Hal ini sangat diperhatikan oleh Khalifah sebagai pengurus urusan rakyat.

Dengan paradigma pendidikan seperti ini, maka lahirlah generasi muda yang cemerlang dengan iman yang kuat. Pemuda memiliki keberanian dan semangat juang tinggi dalam dakwah dan jihad tanpa merasa takut. Maka, ketika kita menginginkan pemuda, para pelajar di pesantren menjadi pemuda tonggak perubahan adalah dengan diterapkan Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah.

Wallahu a'lam bishawab

Oleh: Dartem
Sahabat Tinta Media

Jumat, 10 Maret 2023

Indonesia Berkah dengan Islam Kaffah

Tinta Media - Dapat kita lihat bahwa pada saat ini negara telah gagal dalam urusan memenuhi kebutuhan hidup rakyat akibat salah mengadopsi sistem negara. Selama sistem kapitalisme masih dijadikan landasan untuk membangun sebuah negara, maka selamanya kegagalan demi kegagalan akan diperoleh negeri ini.

Allah Swt. berfirman:

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian akibat dari perbuatan mereka Agar mereka kembali ka jalan yang benar." (TQS.Ar-Ruum:41)

Imam As-Syaukani menjelaskan bahwa kerusakan yang dimaksud oleh ayat di atas mencakup semua jenis kerusakan yang ada di bumi, baik kerusakan alam, kerusakan ekonomi, politik, pendidikan, moral dll.

Pada saat ini dapat dilihat kondisi negeri ini benar-benar memperhatinkan, misalnya kasus pelajar hamil di luar nikah, para koruptor yang semakin merajalela, kenaikan harga listrik dan BBM. Juga semakin menumpuknya utang negara di sepanjang tahunnya. 

Yang lebih parah dari semua itu adalah pemerintah selalu menuduh dan menempatkan rakyat khususnya kaum muslimin sebagai “musuh” negara. Kaum muslimin yang sangat menginginkan dan memperjuangkan tegaknya syariat Islam di negeri ini malah dituduh seenaknya sebagai kelompok radikal. Semua masalah itu tidak akan hilang selagi Indonesia masih mengadopsi sistem kapitalisme. 

Sebagaimana firman Allah, 

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat) kami, maka kami siksa mereka sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.” (QS.Al-a’raf : 96). 

Maka dari itu, Islamlah satu-satunya jalan keluar dari semua permasalahan yang ada di negeri ini. Sudah sepantasnya manusia sebagai makhluk ciptaan Allah, tunduk kepada aturan dan perintahnya, bukan kepada aturan ciptaan manusia yang serba kurang dan selalu berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman dan kepentingan kelompok tertentu. 

Islamlah satu-satunya sistem yang dibuat oleh Sang Khaliq untuk mengatur makhluk-makhluk di bumi ini. Aturan itu dibuat dengan baik dan bermanfaat bagi seluruh makhluk.

Allah Swt. berfirman:

“Menetapkan hukum hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia memberi keputusan yang baik” (QS Al-an’am [6]: 57). 

Pelajaran yang bisa dipetik dari penggalan ayat ini adalah menetapkan hukum itu merupakan hak Allah Swt. Dia mengatur urusan manusia dengan baik. Jadi, hukum terbaik adalah hukum yang berasal dari Allah sebagai Pencipta. 

Wallahua'lam bishshawab

Oleh: Muhammad Faiz Al-Furqoni
Santri Ponpes Nibrosul Ulum Sidoarjo


Senin, 06 Februari 2023

Keadilan Hanya Terwujud dengan Penerapan Islam Kaffah

Tinta Media - Anggaran mencapai Rp577 juta digelontorkan untuk penyediaan pakaian dinas dan atribut DPRD Kabupaten Bandung. 
Dalam hal ini, pengamat politik Universitas Padjadjaran (UNPAD), Firman Manan mengatakan bahwa dengan adanya penganggaran dana tersebut dipastikan akan menimbulkan kasak-kusuk di masyarakat. Hal ini karena masyarakat mempunyai pandangan yang bersebrangan, dan kejadian seperti ini sering memicu sentimentil negatif dari publik. (detikJabar, Rabu (25/1/2023).

Tak heran jika informasi ini menjadi ramai diperbincangkan, mengingat publik saat ini mendambakan pemimpin yang merakyat, sederhana, dan tidak berlebih-lebihan, terutama yang berkaitan dengan fasilitas yang melekat seperti hal diatas.

Di saat rakyat sedang melakukan perbaikan ekonomi, justru pemerintah mengeluarkan anggaran sebesar itu hanya untuk pakaian dan atribut DPRD. Tentunya rakyat merasa kaget dan bertanya-tanya. 

Karena itu, menurut Firman, perlu diperjelas anggaran itu untuk seluruh anggota DPRD atau untuk pimpinan. Jika untuk seluruh pimpinan, maka jumlah itu tidak terlalu besar. Di sinilah perlu adanya transparansi penggunaan anggaran oleh anggota dewan agar tidak memicu reaksi publik. 

Sangat miris bukan? Di saat rakyat sedang dalam keadaan ekonomi sulit dan banyak yang miskin dan kelaparan, justru pemerintah mengeluarkan anggaran uang yang tidak sedikit hanya untuk sesuatu hal yang sepertinya tidak begitu perlu dan mendesak (penting). Tentu saja hal ini menimbulkan riuh di masyarakat dan menjadi tanda tanya. 

Mengapa begitu gampangnya pemerintah menghambur uang untuk hal yang tidak urgen? Di sisi lain, petugas Damkar justru kekurangan baju. Petugas Damkar juga sama-sama seorang pekerja. Tugasnya justru sangat berisiko. 
 
Di sinilah terlihat jelas fakta tata-kelola dalam sistem kapitalisme saat ini. Gaya hidup hedonis dan konsumtif buah dari penerapan sistem sekuler telah membuat manusia cenderung untuk mengikuti trend dan memenuhi berbagai keinginannya, walaupun semua itu blm tentu yang dibutuhkan.  

Sifat manusia yang tidak pernah merasa puas dan cukup tanpa adanya sebuah pedoman hidup yang jelas akan menjerumuskan manusia melakukan perbuatan yang tidak terarah.

Begitu pun adanya dalam sebuah sistem saat ini. Pengeluaran anggaran yang jor-joran untuk memanjakan para pejabat dengan fasilitas-fasilitas yang bagus dan mewah, seperti halnya beberapa waktu lalu saat membeli gorden dengan dana yang cukup besar membuat publik heran. Di sisi lain, masyarakat masih banyak yang berada dalam kondisi memprihatinkan, seperti kelaparan dan susah mencari pekerjaan, banyaknya pengangguran karena PHK dan lain-lain.  

Anggaran besar untuk fasilitas para pejabat serasa tidak sebanding dengan hasil kinerja mereka, terbukti banyaknya pejabat yang korup, mulai dari kalangan atas sampai kepala desa sekalipun. Di sisi lain, pelayanan kesehatan dan pendidikan yang mahal juga sangat mencekik rakyat.

Jadi, tidak etis jika pemerintah menggelontorkan dana begitu besar hanya untuk membeli baju dan atribut, sedangkan rakyat masih kesulitan untuk membeli bahan pokok sehari-hari.

Bukan tidak mungkin ketika dana anggaran yang digelontorkan oleh pemerintah untuk atribut itu akan bebas dari tangan-tangan yang usil. Ini karena budaya korupsi seakan sudah menjamur dan menggurita di negeri demokrasi inu. 

Demokrasi seakan menjadi surganya para koruptor ternyata bukan isapan jempol belaka. Hukuman yang ringan dan tidak ada efek jera membuat para koruptor tidak merasa terancam. Justru dengan uangnya mereka bisa membeli hukum.

Oleh karena itu, pentingnya ada transparansi anggaran yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal pengeluaran anggaran, sehingga masyarakat mengetahui dengan jelas, untuk apa dana itu digunakan. Selain itu, seharusnya pemerintah tidak gampang menghamburkan uang untuk hal yang tidak penting.

Memang, berharap keadilan dalam sistem kapitalisme saat ini menjadi hal yang sulit. Begitulah karut-marut tata-kelola dalam sistem kapitalis. Selamanya sistem ini tidak akan prorakyat kecil, tetapi semua berdasarkan adanya manfaat di dalamnya. Walaupun sebenarnya kebutuhan tersebut tidak penting, tetapi tetap dilakukan atau dijalankan. Negara tidak betul-betul mengurusi rakyatnya dengan baik, sehingga lagi-lagi rakyat kecil yang dirugikan. 

Hanya Islamlah satu-satunya solusi yang tepat yang akan menyejahterakan rakyat. 
Negara dalam sistem Islam akan betul-betul mengatur urusan rakyat sesuai syariat.

Khalifah mempunyai hak untuk menyusun dana anggaran negara. Negara mempunyai dana yang sangat banyak dari hasil pengelolaan hasil sumber daya alam milik negara. APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) disusun oleh Khalifah dan secara otomatis menjadi undang-undang yang harus dijalankan. 

Negara khilafah mempunyai institusi khusus, yaitu Baitul Mall yang menampung harta yang diterima oleh negara untuk di alokasikan kepada rakyat yang berhak menerimanya. Negara khilafah sangat berhati-hati dan sangat tau apa yang terbaik untuk rakyatnya dengan tidak menggunakan dana secara serampangan. Pendistribusian yang sesuai syariat sangat dijaga sebagai bentuk tanggung jawab sebagai pemimpin, sehingga pendistribusian pun akan dilakukan secara adil dan memang sesuai dengan yang dibutuhkan.  

Seorang pemimpin dalam Islam akan selalu takut dengan Allah Swt. sehingga sangat kecil kemungkinan terjadinya keteledoran dalam membelanjakan dana yang tidak bersifat urgen. 

Berbanding terbalik dengan pemimpin dalam sistem kapitalisme yang menafikan aturan agama, sehingga tindak-tanduknya pun akan jauh berbeda. 

Sebagai muslim, kita pasti akan merindukan sistem Islam tegak di bumi ini, sehingga syariat Islam bisa diterapkan dalam sebuah institusi negara, yaitu Khilafah. Hanya dalam naungan negara KHILAFAH lah semua aturan Islam bisa tegak. Yuk, sadarlah wahai kaum muslimin bahwa tidak ada kemuliaan selain dengan Islam, satu-satunya agama yang diridai Allah Swt. 

Wallahu a'lam bishawab.

Oleh: Dartem
Sahabat Tinta Media,

Senin, 02 Januari 2023

KEMBALI KEPADA AL QUR'AN, KEMBALI KEPADA HUKUM ALLAH SWT, CARA TERBAIK UNTUK MENYELAMATKAN NEGERI

Tinta Media - Sejumlah persoalan menimpa negeri, sejumlah solusi ditawarkan. Ada yang menunggu tahun 2024, dengan semangat ingin mengganti penguasa melalui Pemilu.

Ada yang menginginkan revolusi, menjatuhkan penguasa karena sumber permasalahan ada pada penguasa. Menunggu Pemilu terlalu lama, buang-buang waktu saja.

Ada yang menawarkan kembali ke UUD 1945 naskah asli. Menurut mereka, amandemen konstitusi adalah pangkal persoalan, biang derita yang menimpa negeri.

Ada juga yang berharap, ada gerakan aktif dari militer untuk menyelamatkan negeri melalui kudeta. Penguasa hari ini tidak mungkin lagi telinganya mendengar teriakan demonstran, mereka harus ditundukkan oleh kekuatan militer melalui jalan kudeta.

Lalu, bagaimanakah sikap kita sebagai umat Islam? 

Sebagai umat yang memiliki kemuliaan karena diturunkannya Al-Qur’an, tentu kita harus berfikir jauh, yakni bukan sekedar kembali ke UUD 1945 yang juga hanya produk akal, melainkan kembali kepada Al-Qur’an, kembali kepada hukum Allah SWT.

Kembali kepada kesepakatan para sahabat di Saqifah Bani Saidah, yang ketika itu mereka bersepakat pada Khilafah. Mereka, lalu membai'at Abu Bakar RA sebagai Khalifah, bukan sebagai Raja, bukan sebagai Kaisar, bukan pula sebagai Presiden.

Problem negeri ini -termasuk negeri kaum muslimin lainnya- adalah karena negeri ini tidak menerapkan syariat Islam. Negeri ini dipaksa melawan fitrah, dengan diterapkan kapitalisme - Selulerisme - Demokrasi. Ideologi kapitalisme sekuler yang diterapkan melalui sistem politik demokrasi adalah biang masalahnya.

Solusinya, adalah kembali kepada hukum Allah SWT dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam naungan daulah Khilafah. Visi Khilafah ini harus menjadi cita-cita dan perjuangan umat, agar negeri ini bisa bangkit dari keterpurukan.

Penjajahan sistem sekuler yang dipaksakan barat, membuat negeri ini terus terbelah, kekayaannya dijarah asing dan aseng, penguasanya dikendalikan oligarki, pergantian kekuasaan hanya mengganti rezim penindas saja. Rakyat tetap abadi dengan kemiskinan dan penindasan.

Kembali kepada Al-Qur'an, maknanya kembali menegakkan kekuasaan Islam untuk menerapkan hukum Allah SWT. Visi ini tidak bisa ditempuh melalui jalan Pemilu, people power, kudeta, apalagi cuma kembali ke UUD 45 yang notabene produk akal. Kembali kepada hukum Al-Qur'an wajib ditempuh dengan jalan dakwah, dengan meneladani perjuangan Rasulullah SAW ketika di Mekah, hingga beliau mampu mendapatkan kekuasaan di Madinah.

Perjuangan tersebut tercermin dalam tiga tahapan: (1) pengkaderan (at-tatsqîf); (2) interaksi dengan umat (at-tafâ’ul), termasuk di dalamnya adalah pencarian dukungan dan pertolongan (thalab an-nushrah); (3) penerimaan kekuasaan dari pemilik kekuasaan (istilâm al-hukmi). 

Sunnah Nabi saw menunjukkan atas tiga tahapan tersebut dalam mendirikan Negara Islam di Madinah. Dengan demikian kita wajib mengikuti metode yang tercermin dalam tiga tahapan ini untuk kembali menegakkan Daulah Khilafah. Allahu Akbar ! [].

Oleh: Ahmad Khozinudin
Pejuang Khilafah
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab