Tinta Media: Intoleran
Tampilkan postingan dengan label Intoleran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Intoleran. Tampilkan semua postingan

Kamis, 07 September 2023

KAMI: Isu Intoleran, Radikalisme, Terorisme Tertuju pada Islam


 
Tinta Media - Ketua Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Adhi Masardi menilai, isu intoleran, radikalisme, terorisme selalu ditujukan pada Islam.
 
“Isu intoleransi, radikalisme, dan terorisme, sejak Orde Baru, selalu tertuju pada Islam,” tuturnya dalam diskusi online : Isu Moderasi Diangkat di tengah Korupsi Meningkat dan Kedaulatan Disikat (Cina), Ahad (3/9/2023) di kanal YouTube Media Umat.
 
Isu-isu tersebut, menurutnya, disiapkan oleh Amerika untuk menguasai negeri-negeri berpenduduk mayoritas muslim yang kaya akan energi.
 
“Indonesia mempertahankan isu terorisme untuk menyerang Islam. Hal ini karena menguntungkan bagi kekuasaan. Demikian halnya, dengan kelompok-kelompok yang mengkritisi pemerintah, maka akan dituding macam-macam, dicari pasal-pasal menebar kebohongan, dan dituduh provokasi. Ini memang harga yang harus kita bayar untuk memberikan kesadaran politik kepada masyarakat,” pungkasnya. [] Ikhty

KH. Muhyidin: Umat Islam Selalu Dipojokkan dengan Tuduhan Aneh


 
Tinta Media - Wakil Ketua Umum Dewan Pertimbangan MUI Pusat, KH. Muhyidin Junaedi mengatakan, umat Islam selalu dipojokkan dengan tuduhan aneh.
 
“Kita selalu dipojokkan dengan tuduhan-tuduhan aneh. Kalau sudah intoleran biasanya ditingkatkan ke radikal,” tuturnya dalam diskusi: Isu Moderasi Diangkat di Tengah Korupsi Meningkat dan Kedaulatan Disikat, di kanal Youtube Media Umat, Ahad (3/9/2023).
 
Ia prihatin, umat Islam di negeri ini walau pun mayoritas, sudah berbuat baik tapi tetap dipojokkan terus menerus. Ia juga mengingatkan agar umat Islam waspada ketika ada suatu acara, mengundang para pakar luar negeri.
 
“Orang yang diundang itu jangan-jangan sudah dibrifing dulu, ‘Anda bicara tema dan tujuan ini ya.’ Tapi kalau orang yang bebas, yang ngerti dan paham, expert, itu tidak ada dalam list,” sesalnya.
 
Yang diundang itu, jelasnya, adalah kelompok liberal, yang menjadikan akal sebagai penentu kebenaran.
 
“Rasulullah Saw. Mengingatkan, siapa saja yang menafsirkan Al-Qur’an, menafsirkan nash-nash di dalam agama Islam, hanya dengan menggunakan akalnya, dengan pendekatan human logic, maka Allah akan siapkan dia kursinya di neraka,” imbuhnya.
 
Oleh karena itu Kiai Muhyidin mengingatkan agar aktifis muslim selalu waspada jika diundang untuk mengikuti suatu acara.
 
“Seakan-akan tersanjung, ini acara konferensi internasional, tapi final statement dan final community nya sudah dia siapkan nanti arahnya ke sana,” pungkasnya. [] Nita Savitri.

Minggu, 03 September 2023

Grace Natalie Sebut Prabowo Menyesal Pernah Dekat dengan Kelompok Intoleran, IJM: Tendensius dan Sinistik



Tinta Media - Pernyataan Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie yang menyebut Prabowo Subianto menyesal pernah dekat dengan kelompok “intoleran” dinilai tendensius dan sinistik. 
 
“Yang dimaksud kelompok intoleran itu mungkin Islam. Pernyataan demikian bersifat tendensius dan sinistik,” ujar Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana dalam video: Menyesal Pernah Dekat Kelompok ‘Intoleran’ melalui kanal Youtube Justice Monitor, Sabtu (2/9/2023).
 
Agung menyesalkan pernyataan yang manipulatif itu, karena  faktanya pada pilpres 2019 Prabowo mendapat dukungan suara  yang besar dari umat Islam.
 
Diperbudak Nafsu
 
Dalam pandangan Agung, saat ini banyak calon pejabat yang telah diperbudak nafsu jabatan dan kekuasaan.

“Mereka sering tak peduli halal haram, baik buruk, atau benar salah, tidak peduli jika harus mengorbankan idealisme, bahkan tidak peduli jika harus mengorbankan rakyat kebanyakan, yang penting jabatan dan kekuasaan ada dalam genggaman,” kritiknya.
 
Padahal, lanjutnya, hakikat kepemimpinan dalam Islam tercermin dari sabda Rasulullah Saw, dalam hadis riwayat Abu Nu’aim, pemimpin suatu kaum itu adalah pelayan kaum itu.
 
Ia menyebut hadis lain yang penting untuk dicermati. “Tidak seorang hamba pun yang diserahi oleh Allah untuk memelihara urusan rakyat, lalu dia tidak melingkupi rakyat dengan nasehat atau kebaikan, kecuali ia tidak akan mencium bau surga,” ucapnya menukil hadis riwayat Bukhari.
 
Ia juga menukil hadis yang sangat penting untuk penguasa. “Tidaklah seorang penguasa diserahi  urusan kaum muslim kemudian ia mati sedangkan ia menelantarkan urusan mereka kecuali Allah akan mengharamkan surga untuk dirinya,” imbuhnya.
 
Kezaliman
 
Agung mengingatkan, dalam Islam siapa pun yang berkuasa, jika tidak menerapkan Islam maka itu merupakan kezaliman. Karena tujuan politik dalam Islam adalah mengatur kehidupan dengan aturan Islam.
 
“Tujuan politik Islam bukan sekedar menjadikan si Fulan berkuasa tetapi menjadikan hukum Allah diterapkan, sehingga kehidupan penuh dengan keberkahan,” tambahnya.
 
Jadi, sambungnya, pemimpin itu pelayan, pemimpin itu harus benar-benar serius mengatur umat. “Ironisnya ada banyak orang amat bernafsu atas kekuasaan dan jabatan. Mereka seolah tidak peduli jabatan dan kekuasaan itu akan berubah menjadi penyesalan dan kerugian bagi mereka pada hari kiamat kelak,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun

Minggu, 25 Desember 2022

πƒπ€πŠπ–π€π‡ πƒπˆπ…πˆπ“ππ€π‡ πˆππ“πŽπ‹π„π‘π€π, 𝐂𝐍𝐍 πˆππƒπŽππ„π’πˆπ€ π‹π€πŠπ”πŠπ€π ππ„ππ†π‡π€πŠπˆπŒπ€π

Tinta Media - Dari judulnya saja, terlihat jelas CNN Indonesia sudah melakukan penghakiman (π‘‘π‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘™ 𝑏𝑦 π‘‘β„Žπ‘’ π‘π‘Ÿπ‘’π‘ π‘ ) terhadap sekelompok umat Islam yang tengah mendakwahi umat Islam lainnya di pinggir jalan yang mayoritas berpenduduk Muslim, dengan menyebut: π‘ƒπ‘œπ‘™π‘–π‘ π‘– π΅π‘’π‘π‘Žπ‘Ÿπ‘˜π‘Žπ‘› πΎπ‘’π‘™π‘œπ‘šπ‘π‘œπ‘˜ π΅π‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘›π‘”π‘˜π‘Žπ‘› π‘†π‘π‘Žπ‘›π‘‘π‘’π‘˜ πΌπ‘›π‘‘π‘œπ‘™π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘› 𝑑𝑖 π‘†π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘π‘Žπ‘¦π‘Ž. Bandingkan dengan Kumparan yang memberikan judul cukup objektif: π‘ƒπ‘’π‘šπ‘π‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘›π‘”π‘Žπ‘› π‘†π‘π‘Žπ‘›π‘‘π‘’π‘˜ 'π΄π‘‘π‘Ÿπ‘–π‘π‘’π‘‘ π‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘™ π»π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘š π‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜ π‘ˆπ‘šπ‘Žπ‘‘ πΌπ‘ π‘™π‘Žπ‘š' π·π‘–π‘π‘’π‘π‘Žπ‘Ÿπ‘˜π‘Žπ‘›.

Hei! Siapa sebenarnya yang intoleran!? Orang Islam mendakwahi sesama Muslim di ruang publik dengan membentangkan spanduk πΉπ‘Žπ‘‘π‘€π‘Ž π‘€π‘ˆπΌ π‘π‘œπ‘šπ‘œπ‘Ÿ 56 π‘‡π‘Žβ„Žπ‘’π‘› 2016. π΄π‘‘π‘Ÿπ‘–π‘π‘’π‘‘ π‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘™ π»π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘š π‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜ π‘ˆπ‘šπ‘Žπ‘‘ πΌπ‘ π‘™π‘Žπ‘š. π‘‡π‘œπ‘™π‘Žπ‘˜ π΄π‘‘π‘Ÿπ‘–π‘π‘’π‘‘ π‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘’π‘›π‘‘π‘’π‘˜ πΎπ‘Žπ‘Ÿπ‘¦π‘Žπ‘€π‘Žπ‘› π‘€π‘’π‘ π‘™π‘–π‘š di pinggir jalan di sebuah kota yang berpenduduk mayoritas Muslim itu namanya dakwah, bukan intoleran. 

Kalau ada karyawan Muslim mengenakan atribut natal, itu bukan toleransi tetapi partisipasi. Toleransi itu membiarkan orang Kristen natalan, tetapi bila Muslim turut mengenakan atribut natal itu bukan toleransi melainkan partisipasi. Islam mewajibkan toleransi sekaligus mengharamkan partisipasi. 

Namun kaum islamofobia tidak mau definisi toleransi dan partisipasi dalam pandangan Islam itu. Mereka memaksa karyawan Muslim untuk mengenakan atribut natal. Bila tidak mau, maka Muslim tersebut dicap intoleran. Jelas, ini adalah salah kaprah, sesat dan menyesatkan. 

Disadari atau tidak, penulisan judul dengan penghakiman terhadap dakwah Islam tersebut merupakan bagian dari desain besar (π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘›π‘‘ π‘ π‘‘π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘’π‘”π‘¦) kaum islamofobia yang menginginkan pendangkalan akidah kaum Muslim ---bila tidak memungkinkan untuk memurtadkannya. Atau paling tidak, penulis judul tidak memahami apa makna toleransi maupun intoleransi dalam pandangan Islam, makanya jangan latah! 

Muslim yang sedang berdakwah untuk menyelamatkan akidah sesama Muslim dari pendangkalan akidah harusnya dibela. Alih-alih dibela tetapi malah disalahkan dengan memberi diksi judul penghakiman. Jelas, itu merupakan judul yang sesat dan menyesatkan. Terlepas menulis judul demikian dengan sadar atau sekadar latah, kaum islamofobia pasti bangga kepada Anda!

Tapi satu hal yang tidak boleh Anda lupakan, berhati-hatilah dalam menulis judul maupun isi berita, apalagi Anda seorang jurnalis Muslim. Karena semua berkonsekuensi pahala dan dosa (bahkan jariah/terus mengalir) yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Surga nerakanya kelak di Akhirat, tergantung berita yang Anda tulis di Dunia ini. Campkan itu![]

Depok, 1 Dzumadil Akhir 1444 H | 25 Desember 2022 M

Oleh: Joko Prasetyo 
Jurnalis
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab