Pengamat: Krisis Palestina Bermula dari Runtuhnya Adidaya Islam
Tinta Media - Pengamat politik internasional Budi Mulyana menyampaikan bahwa krisis Palestina Bermula dari runtuhnya adidaya Islam.
"Saya senantiasa menyampaikan bahwa krisis Palestina
ini kan bermula dari runtuhnya adidaya Islam, Kekhilafahan Turki Utsmani,"
tuturnya dalam program Fokus Reguler: Serangan ke Israel, Nyata atau Drama?
Ahad (23/4/2024) di kanal YouTube UIY Official.
Menurutnya, ketika (Khilafah Turki Utsmani) kalah di perang
dunia kesatu, akhirnya kemudian wilayah-wilayah Turki Utsmani itu diambil alih
oleh negara pemenang perang Inggris dan Perancis. "Mereka berbagi
wilayah," ucapnya.
Budi menilai, dari situlah kemudian Inggris melalui
deklarasi Balfour, kemudian juga melakukan proses migrasi orang-orang Yahudi dan
akhirnya kemudian membidani hingga lahirnya "negara Israel" tahun
1948.
"Artinya, krisis Palestina ini tidak terlepas dari
hilangnya payung umat Islam, negara adidaya umat Islam saat itu, kekhilafahan
Turki Utsmani," jelasnya.
Dan sampai sekarang, ia menambahkan, tak ada solusi.
"Solusi dua negara itu kan solusi yang absurd bagaimana negara penjajah
itu kemudian harus berbagi dengan negara jajahannya," herannya.
Artinya, apa yang kemudian bisa dijadikan solusi terhadap
krisis Palestina ini adalah bagaimana mengembalikan payung umat Islam itu
sendiri.
"Artinya, di sini harus terjadi perubahan konstelasi
internasional. Umat Islam harus punya negara selevel negara adidaya sehingga
bisa mengubah konstelasi internasional dan kemudian di situlah umat Islam itu
bisa mengendalikan kewibawaannya dan kemudian mengembalikan hak umat Islam
Palestina," terangnya.
Karena, lanjutnya, bisa disaksikan bagaimana Amerika Serikat
itu dengan tanpa malu, tanpa punya pertimbangan apa pun Amerika membela sepenuh
hati keberadaan Israel.
"Itulah fungsi negara adidaya seluruh dunia. Cuma kan
bedanya, kalau Islam punya prinsip, punya aturan dari wahyu Allah SWT. Jadi,
ketidakadilan dalam perspektif manusia itu harus kemudian dihilangkan dengan
keadilan Islam," tandasnya.
Makanya kemudian, Budi menerangkan, di sinilah penting
umat Islam itu punya negara yang kapabilitas negaranya itu bisa dinaikkan
sampai level adidaya, dan sebenarnya potensi itu ada.
"Iran punya potensi, Turki punya potensi, kemudian juga
negara-negara Timur Tengah punya potensi, termasuk juga Indonesia punya
potensi. Cuma masalahnya kan, selama kemudian basisnya atau dasarnya bukan
karena Islam, karena kepentingan nasional internasional, daya dorong untuk
menjadi negara adidaya yang melindungi umat Islam itu tidak ada,"
sesalnya.[] 'Aziimatul Azka