MMC Ungkap Empat Hal Mendasar Proses Integrasi Bangsa Terwujud dalam Naungan Khilafah
Tinta Media - Muslimah Media Center (MMC) menerangkan tentang empat hal mendasar dari proses integrasi berbagai bangsa yang terwujud dalam naungan khilafah.
“Di balik kesuksesan bangsa-bangsa menjadi umat Islam itu, ada empat hal mendasar yang membuat proses integrasi berbagai bangsa dengan latar belakang yang sangat kompleks berhasil diwujudkan dalam naungan khilafah,” tuturnya dalam Program All About Khilafah: Integrasi Bangsa Di Bawah Naungan Khilafah, Kamis (23/9/2022) di kanal Youtube MMC Lovers.
Ia mengungkapkan ke empat hal mendasar tersebut, yakni pertama, perintah Islam.
“Kedua, pembauran kaum muslim sebagai penakluk dengan bangsa-bangsa taklukan di tempat tinggal mereka,” ucapnya.
Ketiga adalah masuknya penduduk negeri taklukan ke dalam Islam, dan ia pun melanjutkan poin ke empat. “Keempat yaitu orang-orang yang memeluk Islam di ubah secara total dan beralih dari satu keadaan menjadi keadaan yang baru (Islam),” ungkapnya.
Faktor Sukses
Ia menjelaskan faktor terbesar yang membawa kesuksesan dalam integrasi itu adalah pembauran kaum muslim dengan bangsa dan masyarakat setempat.
“Mereka tinggal dengan penduduk asli di rumah-rumah, saling mengikat hubungan ketetanggaan sehingga pemukiman penduduk, penakluk, dan bangsa taklukan berkumpul menjadi satu, mereka bekerja sama dalam semua urusan kehidupan dan secara keseluruhan mereka semua menjadi penduduk satu negara yang diikat dengan hukum yang sama,” jelasnya.
Islam telah menjadikan kehidupan memiliki makna yang hakiki dalam pandangan mereka. Ia mengungkapkan kebahagiaan hakiki yang harus mereka peroleh adalah rida Allah. Bukan lagi kebahagiaan berupa kenikmatan dan syahwat semata. Dengan begitu Islam telah mengarahkan pandangan bangsa dan umat yang memeluk Islam.
“Kebahagiaan adalah ketenteraman abadi yang dimiliki manusia, dan hanya diperoleh dengan mendapatkan rida Allah, Rabb semesta alam,” ungkapnya.
Menurutnya, Khilafah telah berhasil mengintegrasikan berbagai heterogenitas dan kemajemukan bangsa-bangsa taklukan agar melebur menjadi satu dalam persatuan dan kesatuan, yakni Islam.
“Kehidupan rakyat di bawah naungan khilafah sangat heterogen dan majemuk tetapi mereka dilebur dalam satu wadah masyarakat dan negara Islam. Heterogenitas dan kemajemukan mereka tidak menghalangi persatuan dan kesatuan mereka,” bebernya.
Narator menegaskan hal ini disebabkan negara Khilafah adalah negara yang dibangun berdasarkan akidah Islam. Sekaligus akidah Islam ini menjadi dasar negara, sumber hukum pemikiran dan peradaban.
“Akidah Islam juga menjadi kaidah dan standar berpikir bagi umat Islam pada saat yang sama akidah juga menjadi kepemimpinan berpikir bangsa-bangsa yang hidup di bawah naungan Khilafah,” tegasnya.
Perombakan total yang diciptakan Islam dalam diri para pemeluknya dilakukan dengan mengangkat kesamaan akal mereka dan menanamkan akidah Islam di atas kaidah berpikir di tengah mereka. Ia menyatakan bahwa semua pemikiran mereka di bangun baik buruknya dengan standar tersebut.
“Mereka mengalami transformasi akidah dan ritual dari keimanan yang emosional menjadi keimanan yang rasional, dan dari menyembah berhala api, trinitas, dan bentuk penyembahan lainnya yang irasional menjadi menyembah Allah,” tuturnya.
Visi Islam menjadi rahmat bagi semesta alam, sehingga mengharuskan Islam diemban kepada bangsa dan umat lain. Maka Islam mewajibkan dakwah dan jihad tidak saja diemban oleh negara tetapi juga individu. Ia mengatakan, dakwah dan jihad juga dijadikan sebagai metode untuk mengubah masyarakat, bangsa dan umat lain. “Sehingga mereka bersedia hidup di bawah naungan Islam meski tidak ada paksaan bagi bangsa dan umat lain untuk memeluk Islam,” katanya.
Dalam naungan Khilafah, perbedaan antara muslim dan non muslim tidak menjadi masalah dalam interaksi sosial. Non muslim berhak dilindungi agama, harta dan kehormatannya jika mereka bersedia tunduk kepada Islam meskipun tidak menjadi muslim. Mereka dilihat sebagai individu yang menjadi satu kesatuan dalam masyarakat.
“Dengan begitu mereka bisa menjadi warga negara Islam yang hak-haknya dijamin oleh Islam. Ketundukannya terhadap Islam menjadikan mereka pun dikenakan sanksi yang sama dengan Islam,” ujarnya.
Masuknya bangsa dan umat lain yang dibebaskan ke dalam Islam telah mengubah identitas mereka sehingga menjadi satu umat yakni umat Islam.
“Islam jelas telah memberi pengaruh yang sangat kuat, mereka diharuskan menerapkan Islam dalam kehidupan,” ucapnya.
Ia menilai bahwa Islam telah mengubah tingkatan tatanan nilai, lalu meninggikan yang satu dan merendahkan yang lain.
“Sebelumnya ideologi bagi bangsa dan umat lain tidak ada nilainya di mata mereka, setelah memeluk Islam maka Islam adalah ideologi bagi mereka,” bebernya.
Ia mengakhirinya dengan mengatakan bahwa Ideologi bagi mereka mempunyai kedudukan yang luar biasa. Islam pun mampu mengubah pemeluknya menjadi orang yang rela mengorbankan hidupnya untuk Islam.
“Karena nilai Islam lebih tinggi daripada kehidupan itu sendiri,” pungkasnya. [] Ageng Kartika