Tinta Media: Inggris
Tampilkan postingan dengan label Inggris. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Inggris. Tampilkan semua postingan

Selasa, 04 Oktober 2022

Efek Krisis Inggris, Bukti Sistem Makin Bengis

Tinta Media - Krisis biaya hidup di Inggris semakin mencekam. Kabar terbaru, anak-anak kesulitan mendapatkan makanan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hariannya (CNBCIndonesia.com, 27/9/2022). Bahkan, laporan terbaru menyebutkan bahwa anak-anak kelaparan, bahkan mengunyah karet atau bersembunyi di taman bermain sekolah.

Sekolah di Lewisham, London Utara, menginfokan pada badan amal Chef's and Schools tentang seorang anak yang membawa tempat bekal kosong karena tidak ada makanan yang bisa dibawa dari rumah (liputan6.com, 27/9/2022).

Sebetulnya di Inggris, semua anak berhak atas makanan gratis di sekolah dengan syarat penghasilan orang tua di bawah 7.400 pounsterling, yaitu sekitar Rp120, 5 juta per tahun. Masih ada sekitar 800.000 anak yang tak mendapatkan makanan gratis karena tak memenuhi persyaratan. Menyedihkan.

Tingkat inflasi di Inggris sungguh memprihatinkan. Bahkan, sejumlah besar kaum wanita memutuskan untuk menjadi pekerja seks komersil. Menurut Muis, pengamat Ekonomi Politik, laporan terbaru IMF menyebutkan bahwa kondisi ekonomi dunia tahun 2023 akan lebih suram daripada saat ini (Al Waie, edisi Shafar, 1-30 September 2022). 

Mantan Gubernur Bank Sentral Inggris (BoE), Mark Karney, mengkritik kebijakan pemerintah Perdana Menteri Liz Truss, yang memberlakukan pemotongan pajak sehingga memicu krisis Inggris (liputan6.com, 29/9/2022).

Sistem Ekonomi Kapitalis Destruktif

Keadaan ekonomi global yang semakin kacau, tak lepas dari sistem ekonomi liberal kapitalistik. Krisis ini terus mencekam dan berulang. Keadaan pelik ini ternyata tak hanya terjadi di Inggris, tetapi hampir seluruh negara di dunia.

Haslam dan Lamberti, dalam buku berjudul "When Money Destroy Nations" menjelaskan bahwa krisis ekonomi seperti hyperinflation, tak terbentuk dalam satu malam, yang tiba-tiba meluluhlantakkan bangunan ekonomi suatu negara. Akan tetapi, ada indikator yang mendahuluinya. Krisis ekonomi dunia selalu diawali dari krisis keuangan (non-riil). Di bawah sistem keuangan ribawi seperti yang sekarang ini diterapkan dunia, sektor keuangan berubah menjadi pesaing unggul bagi sektor riil yang menawarkan keuntungan.

Akibatnya, jumlah uang meningkat dalam waktu singkat. Di sisi lain, sektor riil kekurangan modal untuk menggerakkan mesin produksi. Akhirnya berdampak pada kurangnya pasokan barang dan berujung pada meledaknya inflasi. 

Dari sini dapat dikatakan bahwa inflasi disebabkan dua hal sekaligus, yaitu sektor keuangan yang menyebabkan nilai uang anjlok, sementara sektor riil terhambat dalam produksi karena kurang dan sulitnya mengakses modal. Terpisahnya sektor non riil dari sektor riil persis seperti sifat benalu, yang menghisap nutrisi inangnya. Inilah bobroknya sistem ekonomi kapitalistik.

Bangunan Kokoh Sistem Ekonomi Islam

Berbeda dengan sistem ekonomi Islam, bangunan sistem ekonomi Islam bersifat sederhana, tetapi tangguh dalam hadapi ancaman krisis. Sistem ekonomi Islam menancapkan pondasinya pada titik distribusi, bukan produksi sebagaimana pada sistem kapitalis.  

Sistem ekonomi Islam, menjalin pembangunan ekonomi yang kuat dengan menitikberatkan pada sektor riil, satu-satunya sektor yang menawarkan keuntungan bagi seluruh pemenuhan kebutuhan rakyat, bukan pada circle para kapitalis dan oligarki. Inilah nilai dan cara pandang yang benar terhadap segala masalah ekonomi. Cara pandang inilah yang mengokohkan bangunan ekonomi suatu institusi.

Kesimpulan

Jelaslah bahwa sistem ekonomi yang kini dijadikan sandaran dunia saat ini adalah sistem ekonomi cacat, destruktif, merusak seluruh tatanan kehidupan masyarakat. Sistem ekonomi Islamlah, satu-satunya sistem ekonomi antikrisis yang mengelola seluruh sumber daya dengan amanah dan adil, sehingga tercipta keseimbangan perekonomian yang berkah dan berkelanjutan.
Wallahu a'lam bishshawab.

Oleh: Octavianty 
Forum Literasi Muslimah Bogor

Senin, 23 Mei 2022

LBH Pelita Umat Berikan Tiga Pendapat Hukum Pengibaran Bendera L68T di Kedutaan Inggris


Tinta Media  - Berdasar informasi dari kantor berita yang menyatakan bahwa Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia memposting lewat akun media sosial resminya foto dukungan dan bendera warna-warni khas L68T, Ketua LBH Pelita Umat Chandra Purna Irawan.,S.H.,M.H. memberikan pendapat hukum.

“Pertama, bahwa Kedutaan Inggris telah lancang, dan tidak menghargai negara republik Indonesia,” tuturnya pada Tinta Media, Senin (23/5/2022).

Indonesia lanjut Chandra,  memiliki aturan tegas yang berkaitan penyimpangan kesusilaan. Yaitu hukum telah mengatur dengan memberikan larangan dan sanksi pidana kepada setiap orang yang membuat dan mempublikasikan konten melalui media komunikasi yang memuat unsur yang melanggar kesusilaan (Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi).

“Kedua, bahwa lesbian, gay, biseksual dan transgender (L68T) tidak sesuai dengan tataran nilai dan kesusilaan bangsa Indonesia. Dimana masyarakat Indonesia dengan kultur timur yang menjunjung religiusitas, sangat tegas dan keras melarang segala bentuk praktik LGBT berdasar ketentuan hukum, perundang-undangan, nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum,” ungkapnya.

“Ketiga, bahwa sangat aneh apabila bendera pelangi L68T dibiarkan berkibar tanpa ada tindakan, sedangkan ketika muslim mengibarkan bendera tauhid yang bertuliskan kalimat syahadat (hitam dan putih) terkadang terdapat  upaya untuk menurunkan dan/atau melarangnya dengan berbagai tuduhan radikal, ekstremisme dan lain lain,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab