Tinta Media: Indonesia
Tampilkan postingan dengan label Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Indonesia. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 25 Maret 2023

LBH Pelita Umat Ungkap Motif Kedatangan Timnas U-20 Israel

Tinta Media - Ketua LBH Pelita Umat Chandra Purna Irawan mengungkapkan motif Pemerintah menerima kedatangan Timnas U-20 Israel ke Indonesia.

“Motif menerima kedatangan Timnas U-20 Israel banyak. Mulai politik, ekonomi, dan lain-lain,” tuturnya dalam [LIVE] Perspektif : Ironis !! Tragedi Sepakbola Kanjuruhan & Kedatangan Tim Sepakbola Israel !! di kanal Youtube Pusat Kajian dan Analisa Data (PKAD), Senin (20/3/2023).

Untuk motif Politik, Chandra mengatakan jika Pemerintahan saat ini ingin menunjukkan bahwa sebelum masa berakhir dari kepemimpinan itu punya legacy atau warisan.

“Legacy atau warisan yang dimaksud bahwa Pemerintah sekarang ini bisa diterima oleh dunia membuat event internasional,” ujarnya.  

Menurut Chandra, apalagi ini menjelang tahun-tahun politik. “Saya kira ini juga bagus untuk dimanfaatkan sebagai kampanye. Jadi unsur politiknya sangat terasa,” imbuhnya.

Berikutnya untuk motif atau unsur ekonomi, Chandra membeberkan bahwa dengan alasan pandemi serta untuk memulihkan ekonomi dan segala macam lainnya. “Dengan event internasional diharapkan bisa mendatangkan devisa, pengunjung, dan segala macam. Itu urusan ekonomi. Tetapi saya melihat lebih kental adalah dalam konteks nuansa politik,” pungkasnya.[] Erlina

Sabtu, 18 Maret 2023

UIY: Kedatangan Timnas Israel ke Indonesia Bentuk Penerimaan Sosial Menuju Pengakuan Politik

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz  Ismail Yusanto (UIY) menilai kehadiran Timnas U-20 Israel ke Indonesia sebagai bentuk penerimaan sosial dan jalan menuju pengakuan politik.

"Kehadiran Timnas U-20 Israel ke Indonesia dalam turnamen itu. Itu menegaskan penerimaan sosial, itu artinya juga jalan menuju pengakuan politik," tuturnya dalam Fokus to The Point: Wajib Bersikap Tegas terhadap Y4hud1 Isr4el di kanal YouTube UIY Official, Sabtu (11/3/2023).

Menurutnya, Soekarno sebagai founding father Indonesia menolak keras Israel sebab berpegang pada satu prinsip sederhana bahwa Israel menjajah dan Indonesia pernah dijajah. Dan Indonesia pernah dijajah merasakan bagaimana penjajahan. Karena itu maka di-mansion-kan secara tegas di dalam konstitusi bahwa penjajahan itu tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. "Karena Indonesia merasakan sendiri. Karena itulah penjajahan harus dihapuskan dari bumi Indonesia," ujarnya.

 "Artinya kalau ini dilakukan, sebenarnya pemerintah Indonesia melanggar konstitusi. Kalau melanggar konstitusi, maka secara konstitusi juga bahwa pemerintah Indonesia sudah tidak layak berdiri sebagai penguasa di negeri ini," bebernya.

Ia menjelaskan bahaya paling utama dari normalisasi dengan penjajah Yahudi adalah berarti mengakui penjajahan itu. Kalau penjajahan itu sebagai sebuah kemungkaran berarti mengakui kemungkaran. Jika Indonesia mengakui penjajahan Israel atas Palestina, maka jangan salahkan juga kalau suatu hari nanti ada negara lain yang mengakui penjajahan atas rakyat Indonesia atau negara Indonesia. "Itu kedudukannya sama," ungkapnya.

"Karena itulah maka sebenarnya tindakan ini adalah tindakan yang sangat berbahaya secara substansial menjadi jalan pengakuan penjajahan Israel atas Palestina dan sebagai sebuah prinsip, ini juga melanggar prinsip yang sangat mendasar," tukasnya.

Ia mengungkapkan bahwa Israel ini menjajah dan juga melakukan kezaliman yang luar biasa. Ada pengusiran, penghancuran dan pembunuhan. Dan sampai hari ini tidak berhenti dan itu disaksikan oleh semua orang di atas muka bumi ini. 

"Karena itu, aneh jika pemerintah tutup mata atas hal ini," tandasnya.[] Ajira

Sabtu, 11 Maret 2023

Timnas Israel Dijamin PSSI Aman Berlaga di Indonesia, Begini Pendapat Hukum LBH Pelita Umat..

Tinta Media - Menanggapi beredarnya informasi dari website kantor berita yang memberitakan bahwa Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir memberikan jaminan keamanan bagi Timnas Israel yang akan datang ke Indonesia untuk Piala Dunia U-20, Ketua LBH PELITA UMAT, Chandra Purna Irawan, S.H, M.H, menyampaikan pendapat hukumnya.

"Berkaitan dengan hal tersebut diatas saya akan memberikan pendapat hukum (legal opini) sebagai berikut," tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (8/3/2023).

Pertama, bahwa UUD 1945 telah tegas menyatakan menolak segala bentuk penjajahan termasuk penjajahan yang dilakukan Israel terhadap Palestina. "Hal tersebut sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945 berbunyi, 'Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan'," kutipnya.

Menurutnya, membela Palestina dari penjajahan Israel adalah komitmen dan pelaksanaan dari amanat pembukaan UUD NRI 1945, bukan hanya alinea 1, tapi juga alinea ke 4. "Mengutuk penjajahan, penindasan dan pengusiran paksa yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina selama puluhan tahun adalah salah satu bentuk komitmen kita menjunjung tinggi dan menegakkan konstitusi negara," tegasnya.

Kedua, bahwa merujuk Sila kedua Pancasila semestinya negara dan Pemerintah membela, mendukung, dan menyuarakan kemerdekaan rakyat Palestina pada era modern ini sama dengan membela prinsip keadilan dan kemanusiaan yang terdapat pada sila kedua Pancasila, yakni tentang kemanusiaan yang adil dan beradab. "Tidak ada tempat untuk penindasan terhadap kemanusiaan," tegasnya.

Ketiga, ia memandang, bahwa berdasarkan penjelasan diatas telah tegas posisi Negara Indonesia yaitu menentang segala bentuk penjajahan, "Saya khawatir publik menilai tindakan Erick Thohir dapat dianggap oleh publik, seseorang yang anti Pancasila dan UUD 1945. "Dikarenakan selama ini Pemerintah sangat getol membangun narasi dan menuduh seseorang dan kelompok masyarakat sebagai Anti Pancasila dan UUD 1945 yang berujung persekusi dan stigmatisasi," ungkapnya.

"Keempat, bahwa akhirnya masyarakat menjadi semakin cerdas bahwa tafsir anti Pancasila dan UUD 1945 tergantung siapa yang berkuasa dan memiliki kewenangan," pungkasnya.[]'Aziimatul Azka

Sabtu, 14 Januari 2023

Refleksi 2022, Pengamat Ungkap Kesuksesan Politik Cina di Indonesia

Tinta Media - Merefleksi 2022, Pengamat Hubungan Internasional Hasbi Aswar mengungkap keberhasilan diplomasi politik Cina di Indonesia.
 
“Cina sangat agresif, bukan hanya dalam aspek ekonomi, tapi juga dalam banyak hal. Mendekati NU, Muhammadiyah, memberikan beasiswa kepada banyak santri. Terakhir saya lihat buku yang ditulis oleh alumni santri yang belajar di Cina yang menggambarkan Cina itu negara baik. Ini kesuksesan politik Cina di Indonesia,” ungkapnya di acara Diskusi Media Umat: Indonesia Makin Dicengkeram Oligarki dan Semakin Sekuler Radikal, melalui kanal You Tube Media Umat News Ahad (8/1/2023).
 
Para alumni santri  Indonesia yang diberi beasiswa  Cina akhirnya menjadi ‘sales’nya Cina di Indonesia. “Di era Covid-19 kemarin Cina juga memberikan banyak bantuan fasilitas kesehatan kepada ormas-ormas islam,” imbuhnya.
 
Cina lanjutnya juga mendekati partai-partai politik yang menjadi jalan masuk Cina untuk mempengaruhi partai politik yang ada di Indonesia.
 
“Kalau kita lihat di media itu kan ada pertemuan dengan partai-partai besar seperti Nasdem, PDIP, Gerindra, bahkan partai Islam seperti PPP, PKB, PKS. Ada pertemuan Partai Komunis Cina dengan partai-partai di Indonesia,” bebernya.
 
Hasbi menilai Cina akan mengamankan investasinya di Indonesia  yang sudah menyebar ke mana-mana. Salah satu cara untuk mengamankannya dengan memastikan orang-orang yang duduk di kursi-kursi pemerintahan itu orang-orang yang tidak anti Cina.
 
“Ini menurut saya akan menjadi jalan bagi Cina baik secara langsung atau tidak untuk memberikan sponsor kepada politisi-politisi yang akan terlibat pada pemilu tahun mendatang,”duganya.
 
Cara mengamankan aset Cina di Indonesia itu tutur Hasbi juga nampak saat Rizal Ramli yang saat itu menjabat sebagai menteri Koordinator Bidang kemaritiman, menolak reklamasi, tiba-tiba diganti oleh Luhut Binsar Pandjaitan.
 
“Pantai-pantai reklamasi itu sudah diiklankan di Cina. Ahok yang diprediksi akan memimpin Jakarta kalah, disusul aksi-aksi umat Islam yang  kita lihat dampaknya.  Ahok dipenjara, tiba-tiba BPIP  (badan pembinaan ideologi pancasila) dibentuk, radikalisme menjadi darurat nasional, ormas-ormas Islam dibubarkan, tokoh-tokoh Islam dikriminalisasi. Menteri Agama mengeluarkan list penceramah radikal, seolah-olah jagat Indonesia goncang gara-gara Ahok dipenjara. Ujung-ujungnya yang menjadi lawan adalah umat Islam,” urainya.  
 
Peristiwa di atas dinilai oleh Hasbi sangat kental dengan kepentingan Cina di Indonesia. Menurutnya hal serupa bisa saja terjadi di masa yang akan datang.
 
Hasbi memaparkan tulisan orang Malaysia yang mengajar di jepang yang memaparkan kenapa Indonesia lebih memilih investasi Cina dibanding Jepang yang lebih ramah lingkungan.
 
“Salah satu alasannya adalah  elit-elit politik yang bermain di situ atau elit pengusaha yang menjadi pelaksana program di situ yang memang mereka ingin dapat untung dari proses itu semua,” terangnya.
 
Diakhir penuturannya Hasbi mengatakan bahwa pemain-pemain lokal sangat diuntungkan oleh banyaknya kucuran dana dari Cina di Indonesia. “Itu juga akan menjadi salah satu pertimbangan penting bahwa rezim yang akan datang juga tetap akan ramah terhadap investasi Cina,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
 
 
 
 

Kamis, 12 Januari 2023

Refleksi 2022, Prof. Suteki: Indonesia Dikendalikan Oligarki

Tinta Media - Pakar Hukum dan filsafat pancasila, Prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum. menilai Indonesia saat ini bukanlah negara hukum, tapi merupakan negara kekuasaan di bawah bayang-bayang lembaga eksekutif yang dikendalikan oligarki.

“Kalau kita mau cermati, kita bukan sebagai negara hukum tetapi sebagai negara kekuasaan dengan memposisikan eksekutif itu, saya katakan sebagai ekstraktif institution, jadi lembaga pengayak, penyaring tunggal terhadap praktek penyelenggaraan negara. Meskipun kita tahu di situ ada lembaga legislatif dan yudikatif, tapi dua lembaga ini (legislatif dan yudikatif) itu berada di bawah bayang-bayang dan cengkraman eksekutif yang dikendalikan oleh oligarki,” sebutnya dalam Diskusi Media Umat: Indonesia Makin Dicengkeram Oligarki dan Semakin Sekuler Radikal yang ditayangkan secara live di channel YouTube Media Umat, Ahad (8/1/2023)

Prof. Suteki juga mengira, di tingkat pemilihan daerah atau pilkada sudah terbukti bahwa 82-84% pilkada terdapat cukong di belakangnya dan hal itu juga tidak mustahil terjadi juga pada pemilu presiden dan seterusnya.

Menurutnya, ketika misalnya cengkraman eksekutif yang dikendalikan oleh oligarki itu menguat, maka baik norma maupun pembentukan norma, atau dalam hal ini adalah proses hukum, itu dilakukan tidak baik. “Artinya di situ tidak ada, tidak ada good process,” jelasnya.

Ia pun menduga bahwa pembentukan dan penegakan hukum itu dikendalikan oleh oligarki. “Pembentukan Perppu Cipta Kerja, Undang-undang Minerba itu bisa diduga itu sarat dengan kepentingan oligarki,” duganya.

Ia pun juga ingin menekankan bahwa ketika oligarki itu sudah menguat, maka mestinya hukum itu disupremasikan atau menjadi panglima. “Maka yang menjadi panglima bukan hukum, tetapi justru politik. Ini yang terjadi di tahun 2022 itu saya kira lebih cenderung ke sana,” pungkasnya.[] Wafi

Kamis, 24 November 2022

JOKO WIDODO MENJADIKAN INDONESIA SEBAGAI BENTENG PERTAHANAN EKONOMI CHINA?

Tinta Media - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggalang dukungan China untuk menghadapi ketidakpastian global karena 'badai sempurna' (the perfect storm). Upaya itu diklaim untuk mencegah krisis ekonomi global agar tak menjalar ke kawasan ASEAN.

"Sebagai mitra komprehensif strategis, ASEAN dan RRT (Republik Rakyat Tiongkok) harus pastikan hal tersebut tidak terjadi," 

Demikian, ungkap Jokowi saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN-RRT ke-25 yang digelar secara langsung di Phnom Penh, Kamboja, seperti dikutip dari keterangan resmi pada Jumat (11/11).

Pernyataan Joko Widodo ini justru akan memastikan, Indonesia akan menjadi pemasok bahan baku industri China sekaligus menjadi pasar bagi produk-produk China. Dalam situasi sulit seperti ini, China tidak saja berusaha mengembalikan kapasitas produksi industri China agar pertumbuhan ekonomi China bangkit. China juga butuh pasokan bahan baku dan pasar untuk membuang produknya.

Indonesia dengan SDA yang melimpah, akan menjadi supplier bahan baku industri China yang murah. 280 juta penduduk Indonesia, juga menjadi market penting bagi produk China.

Sebagaimana diketahui, Nilai Perdagangan Bilateral China-Indonesia Tembus Rp 16,97 Triliun. Nilai perdagangan bilateral antara China dan Indonesia mencapai USD 1,1 miliar atau tembus Rp 16,97 triliun (asumsi kurs Rp15.432 ,5 per dolar AS) pada sembilan bulan di tahun 2022. Jumlah tersebut meningkat 29 persen secara tahunan (yoy). 

Pada tahun 2021, Duta Besar Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun mengatakan transaksi perdagangan antara Indonesia dengan China menembus hingga US$90 miliar atau setara Rp1.278 triliun (kurs Rp14.207 per dolar). 

Penurunan nilai perdagangan China di tahun 2022 tidak lepas dari kondisi perlambatan ekonomi yang melanda China.

Mengutip Trading Economics pada Rabu (5/10/2022), pertumbuhan ekonomi China melambat atau hanya tumbuh sebesar 0,4 persen (year-on-year/yoy) pada kuartal II/2022. Angka tersebut jauh dibandingkan kuartal I/2022 yang tercatat sebesar 4,8 persen.

Untuk kembali memulihkan Ekonomi, China membutuhkan Indonesia. Baik untuk dukungan sumber daya alam, bahan baku industri dan pasar bagi produk China. Komitmen Joko Widodo menjadikan Indonesia mitra China tentu akan sangat membantu perekonomian China. Namun, bagaimana dampaknya bagi Ekonomi Indonesia? terutama dampak eksploitasi SDA secara brutal dan banjirnya pasar Indonesia oleh produk-produk China?

Entahlah, selama ini kehadiran eksploitasi SDA oleh perusahaan China yang memboyong TKA China hanya menimbulkan kesenjangan dan konflik sosial. Banjirnya produk China, juga memaksa sejumlah industri lokal gulung tikar dan terpaksa melakukan PHK. [].

Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Rabu, 23 November 2022

Hanif: Jika Ingin Menjadi Surya, Indonesia Harus Berideologi Islam

Tinta Media - Analis Politik-Media dari Pusat Kajian dan Analisa Data (PKAD) Hanif Kristianto menanggapi pidato Presiden Joko Widodo yang menggambarkan Indonesia laksana surya di tengah dunia yang suram.

"Jika Indonesia ingin menjadi surya dan penerang dunia maka harus memiliki ideologi sahih yang berasal dari Allah dan rasulNya. Itulah Islam," ujarnya kepada Tintamedia.web.id, Senin (21/11/2022)

Menurutnya, dunia saat ini suram dan muram karena diliputi sistem kapitalisme yang memang rakus, rusak dan merusak. "Alhasil, satu ditindas satu menindas, gelap dalam sistem penuh tipuan" sebutnya.

Untuk diketahui, saat membuka gelaran Muktamar ke-48 Muhammadiyah 'Aisyiyah, presiden menyinggung tentang Indonesia bakal tumbuh, maju menjadi penerang di tengah gambaran dunia yang suram.

"Dengan dukungan keluarga besar Muhammadiyah ‘Aisyiyah, Indonesia bisa menjadi titik terang di tengah dunia yang muram. Indonesia laksana sang surya yang menerangi dunia,” kata Jokowi saat membuka gelaran Muktamar ke-48 Muhammadiyah 'Aisyiyah di Stadion Manahan Solo, Sabtu (19/11/2022).

Namun demikian perlu diingat pula, lanjut Hanif, Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, berikut tumbuh suburnya organisasi Islam yang turut melakukan perbaikan.

Artinya, bersama organisasi-organisasi dimaksud, pemerintah harusnya mengambil bagian sebagai negara superior yang akan menebarkan Islam ke seluruh alam. "Caranya dengan dakwah dan jihad," cetusnya, sembari menyebutkan bahwa dua aktivitas itu adalah cita-cita agung yang semua ormas harus mendukung.

Maka, kata Hanif, dunia saat ini tidak bisa tidak memang membutuhkan cahaya Islam. Dan menurutnya, hal itu bisa tergapai tatkala umat mencampakkan kapitalisme, liberalisme, demokrasi, sosialisme dan komunisme dari muka bumi.

Lantas tak berhenti di situ, ia pun mengajak umat mengganti isme-isme tersebut dengan hanya menerapkan Islam. "Terapkan Islam kafah sebagai rahmat bagi seluruh alam," pungkasnya. [] Zainul Krian

Selasa, 08 November 2022

Eks Penasehat KPK: Tanpa Islam, Tak Akan Pernah Ada Indonesia

Tinta Media - Mantan Penasehat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Dr. Abdullah Hehamahua, S.H., M.M. mengatakan, tanpa Islam Indonesia tidak akan ada.

“Tanpa Islam, Indonesia tidak ada apa-apanya seperti itu. Sebab dulu tidak ada Indonesia, yang ada itu adalah kerajaan-kerajaan Islam nusantara itu. Tidak ada Indonesia. Orang kata, Indonesia itu pertama digunakan oleh seorang anggota Muhammadiyah yang dibuang oleh penjajah ke Belanda. Dia buat semacam tabloid. Di situlah pertama dia menggunakan kata Indonesia,” ujarnya dalam tayangan di channel YouTube Bincang Perubahan bertema Pejabat Terpapar Islamofobia, Sebut Islam Agama Pendatang? Senin (3/11/2022)

Ia mengatakan, Pendiri Taman Siswa, Kyai Hajar Dewantara tidak mau disebut Kyai. "Maka ia dipanggil Ki Hajar Dewantara. Dia lah yang pertama kali memperkenalkan kata Indonesia," ungkapnya. 

Menurutnya, dalam ensiklopedia, 42 persen bahasa Indonesia itu bahasa Arab. "Coba kita lihat sila pertama ketuhanan Yang Maha Esa. Mana ada yang Esa agamanya kecuali Islam. Kemudian, sila kedua yaitu ‘kemanusiaan yang adil dan beradab’. Adil itu berasal dari bahasa Arab. Begitu juga adab itu adalah bahasa Arab. Kemudian yang ketiga, ‘persatuan Indonesia’. Agama apa, golongan apa, yang satu hari mereka lima kali berkumpul dalam salat lima waktu, satu pekan sekali dalam salat Jumat setahun sekali dalam Idul Fitri dan Idul Adha. Dua kali itu simbol daripada persatuan,” paparnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa sila ke lima dalam pancasila merupakan konsep yang diajukan oleh Haji Agus Salim karena terinspirasi dari kisah Umar Bin Khattab yang membuat panitia sesaat sebelum wafat untuk memilih pemimpin setelah Umar meninggal.

Ia menceritakan, “Ketika Umar Bin Khattab dalam keadaan luka parah dan sudah mendekati ketidaksadaran, beliau tidak menemukan seperti Abu Bakar menemukan dirinya. Maka dia tunjuk tujuh orang sebagai formatur untuk membicarakan siapa yang menjadi pemimpin setelahnya. Jadi, sila keempat itu konsep Haji Agus Salim dari kasus Umar Ibnu Khattab. Tujuh orang tapi enam karena anaknya dilarang, anaknya itu tidak boleh dipilih, tidak boleh ikut kontestasi bersama-sama. Sehingga kemudian disebut tujuh tapi enam seperti itu.” 

Namun, ia menuturkan jika problemnya apakah anggota MPR Indonesia itu berkualitas sama dengan tujuh sahabat yang dibentuk oleh Umar ini. “Tidak! Karena tujuh orang ini dalam hadis, sepuluh orang yang dijamin Rasulullah masuk surga, tujuh orang ini. (Sedangkan) anggota MPR kita, ada yang korupsi, ada yang tidak salat, ada yang selingkuh, ada yang macam-macam, dan tidak dijamin masuk surga. Oleh karena itu, maka saya mohon sekali lagi, jangan dianggap bahwa islam itu agama asing,” pungkasnya.[] Wafi

Selasa, 25 Oktober 2022

Indonesia Resesi, Apakah Mengerikan?

Tinta Media - Resesi ekonomi memberikan wajah kekhawatiran rakyat Indonesia, yang saat ini masih beradaptasi dengan kehidupan New Normal. Setelah kurang lebih 2 tahun dilanda pandemi yang berkepanjangan, banyak usaha yang mati karena berbagai kebijakan work from home (WFH). Masyarakat panik, belum mempersiapkan sejak dini mengenai management keuangan yang baik, jika suatu saat terjadi wabah yang tidak tau kapan itu akan terjadi, serta ada obat untuk penanganannya. 

Flow konsep uang selalu mengalir dan terus bergulir. Jika yang terjadi hambatan di dalamnya, maka siklus uang akan terganggu dan mengakibatkan terjadinya  penurunan pembelian ekonomi. Akibatnya, terjadi kemerosotan aktivitas ekonomi dan industri dalam jangka waktu relatif singkat. 

Resesi ini akan terus bergulir, sebagaimana telah diperkirakan oleh Presiden World Bank Group David Malpass bahwa bank sentral di seluruh dunia telah menaikkan suku bunganya dan tren tersebut diperkirakan akan berlanjut di tahun depan.  

Kendati demikian, dari kabar di atas, ada hal yang perlu diberi perhatian lebih cermat dan bijak dalam memahami suatu informasi yang booming dan menjadi pembicaraan hangat publik. Dimulai dari apa sih, itu Resesi? Apakah semengerikan itu sampai pejabat publik angkat bicara mengenai hal itu? 

Resesi ekonomi adalah suatu kondisi di saat produk domestic bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi suatu negara negative selama 2 kuartal berturut-turut. Bisa dikatakan, selama 6 bulan terakhir dinegara tersebut, orang-orang menahan untuk membelanjakan uangnya, yang seharusnya seimbang antara uang yang dibelanjakan dengan barang yang ada dipasaran. (Sumber,detik.com)

Sebenarnya, ini sudah pernah dirasakan saat awal pandemi Covid-19 melanda Indonesia. 
Barang-barang harganya naik, berkurangnya lapangan pekerjaan dan meningkatnya angka kemiskinan. 
Dari masalah di atas, sudah terlihat dampak dari resesi ekonomi. Secara data, di tahun 2020, ekonomi Indonesia resmi mengalami resesi -5,32% di Q2 2020, dan -3,49% di Q3 2020. Secara full year, ekonomi Indonesia turun -2,1% ditahun 2020 (Sumber.tradingeconomics.com). 

Tanpa disadari, kita sudah melewati resesi tersebut karena sudah merasakan. 

Di satu sisi, statusnya saat ini bisa dikatakan dalam zona cukup baik karena pembatasan kegiatan masyarakat dilonggarkan. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada April-Juni (Kuartal II) 2022 cukup impresif, yaitu posisi keuangan kita berada pada 5,4 persen.

Kebijakan fiskal Indonesia (APBN) akan terus dioptimalkan sebagai shock absorber. Namun, pada saat yang sama, APBN juga harus diperkuat dari sisi ketahanan fiskal untuk dapat menghadapi risiko ketidakpastian ekonomi global yang semakin meningkat. 

Indonesia baru dikatakan resesi jika sudah terjadi. Untuk saat ini, yang ada hanya indikasi global tentang resesi, bukan yang sebenarnya terjadi. Resesi itu baru diprediksi tahun depan, kita tidak tau apakah itu terjadi atau tidak. Alangkah baiknya, kita bisa lebih cermat dan mendalami dan mempelajari suatu masalah yang ada, jangan terbawa suasana, apalagi panic attack.

Oleh: Muhammad Nur Bintang Saputra Mahasiswa aktif STEI SEBI

Selasa, 18 Oktober 2022

Indonesia Tolak Bahas Uighur, UIY: Tidak Cocok dengan Prinsip Politik Luar Negeri

Tinta Media - Penolakan Indonesia membahas pelanggaran HAM terkait Uighur dinilai oleh Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY)  tidak sesuai dengan prinsip politik luar negeri.
 
“Penolakan Indonesia untuk pembahasan Uighur ini, menurut saya, tidak cocok. Yang pertama, dengan prinsip politik luar negeri kita yang disebut dengan istilah bebas dan aktif itu,” tuturnya  di acara Perspektif PKAD: Tolak HAM Berat Uighur,Di Bawah Cengkeraman RRC Komuniskah??!! Selasa (11/10/2022) melalui kanal Youtube PKAD.
 
UIY lalu menjelaskan bebas artinya politik luar negeri tidak boleh tergantung dan tidak boleh digantung dengan kepentingan-kepentingan luar. Artinya mesti berbasis kepentingan nasional.
 
“Aktif artinya dia mengambil inisiatif. Ketika ada inisiatif mestinya inisiatif itu diterima bukan ditolak . Bagaimana kita akan menyelesaikan masalah, jangan lagi menyelesaikan masalah, mengetahui masalah saja mungkin tidak akan bisa kita dapatkan jika pembahasan saja kita sudah tolak. Seharusnya pembahasan itu diterima sehingga tahu apa masalahnya,” sesal UIY.
 
Jadi, sambungnya, sudah tidak ada lagi yang namanya bebas dan aktif. “Ini menunjukkan kita ini sudah demikian takut. Ibarat kata  seperti Bapak ke anak. Bapak melotok ke anaknya agar tidak ngomong macam-macam. Bahkan mungkin sudah diinjak kakinya ,kalau kamu ngomong begini akan begini.  Ancaman itu ada di depan mata,” ucap UIY memberikan permisalan.
 
Yang kedua, lanjut UIY,  solidaritas keumatan. Indonesia dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia mestinya mengambil peran signifikan terkait penderitaan, kezaliman, diskriminasi yang dialami umat Islam dimanapun berada.
 
“Mestinya ditunjukkan peran itu, tapi ini tidak dilakukan. Jangan lagi mengambil peran aktif, sekedar usulan pembahasan saja sudah menolak,” sesalnya.
 
Artinya, tegas  UIY, Indonesia berada pada level yang sangat rendah dalam ikut serta mengatasi persoalan yang dihadapi umat Islam.
 
“Tidak salah kalau publik menilai bahwa negara kita sudah demikian terkooptasi oleh berbagai kepentingan bilateral maupun multilateral,” cetusnya.
 
Kepentingan Indonesia terhadap Cina, lanjut UIY, ada kepentingan investasi baik kereta cepat maupun IKN. “Apalagi kalau dikaitkan dengan semacam rasa bahagia yang disampaikan Megawati saat ulang tahun 100 tahun Partai Komunis Cina. Ini bukan hanya dimensi politik tapi juga dimensi ideologi,” tandasnya.
 
Kekhawatiran publik bahwa Indonesia itu makin hari makin dekat ke poros Cina, kata UIY, sementara Cina ini hari itu Cina komunis sangat beralasan.
 
Menolong Diri Sendiri
 
Dengan realitas diatas UIY menyimpulkan bahwa umat  Islam harus bisa menolong dirinya sendiri. “Saya kira ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa memang umat ini tidak mungkin berharap kepada pihak lain, umat  memang harus kuat, dia harus menjadi dirinya sendiri, dia harus bisa menolong dirinya sendiri,” ungkapnya.
 
Menurut UIY sudah terlalu banyak catatan baik di Rohingya, Afrika Timur, Bangladesh  yang menunjukkan bahwa umat  tidak mungkin berharap pada kekuatan lain.
 
“Kita harus menjadi muslim yang khoiru ummah yang memiliki kekuatan sendiri yang bisa menjaga harkat dan martabat umat Islam. Dan itu bisa diwujudkan ketika ada pemimpin dan institusi yang menyatukan,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 

Minggu, 16 Oktober 2022

Ahmad Sastra: Indonesia Butuh Pemimpin yang Adil

Tinta Media - Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menilai bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu mewujudkan keadilan. 

“Indonesia butuh pemimpin yang mampu mewujudkan keadilan,” tuturnya kepada Tinta Media, Sabtu (15/10/2022).

Menurutnya, saat ini Indonesia dalam cengkeraman kapitalisme sekuler yang penuh kezaliman kepada rakyat. Sehingga tidak ada sedikit pun keadilan di negara yang menerapkan sistem kapitalisme. Sementara sekularisme adalah anti agama yang destruktif. 

 “Sistem kapitalisme sekuler ini dikendalikan oleh oligarki yang rakus dunia dengan menguasai sumber daya alam secara membabi buta,” ujarnya. 

Ahmad mengkritik posisi Indonesia sebagai negeri muslim terbesar dunia, menjadi rujukan bagi dunia muslim lainnya. Tetapi justru menjadi negeri yang penuh kezaliman dan selalu memiliki pemimpin yang anti Islam. 

“Karena Indonesia dengan sistem kapitalisme demokrasi sekuler merupakan sistem kufur yang sarat kezaliman, sementara pemimpin yang lahir dari sistem ini tidak lebih dari para jongos penjajah yang kerjanya hanya merusak kehidupan dan lingkungan,” kritiknya. 

Ia mengungkapkan bahwa pemimpin yang adil akan terbentuk jika diterapkan Islam di dalamnya. 

“Islam adalah agama dan ideologi yang menjunjung tinggi nilai keadilan. Nilai keadilan Islam bisa diterapkan dalam setiap aspek kehidupan,” ungkapnya. 
Baginya keadilan merupakan suatu ciri utama dalam ajaran Islam. 

“Seluruh masyarakat muslim dan non muslim yang hidup di bawah Daulah Islam akan memperoleh hak dan kewajibannya secara adil, seadil-adilnya,” tuturnya. 

Keadilan dalam pandangan Islam adalah di saat meletakkan segala sesuatu sesuai dengan apa yang telah diatur oleh Allah. Ia mengatakan bahwa mewujudkan keadilan dengan demikian bukan hanya soal pemahaman terhadap hukum, namun juga berkait erat dengan keahlian di bidangnya. 
“Dan termasuk menyia-nyiakan amanah di saat menyerahkan tugas bukan kepada ahlinya,” katanya. 

Ahmad menjelaskan bahwa Islam sebagai sistem hukum adalah representasi dari keadilan yang sempurna jika diterapkan secara kafah. Dan Rasulullah sebagai seorang pemimpin adalah teladan dalam keagungan akhlak. 

“Adalah kesempurnaan bagi sebuah bangsa jika menerapkan sistem sempurna yang adil dan memiliki pemimpin yang berakhlak agung,” jelasnya. 

Ia menguraikan bahwa ada tiga prinsip keadilan yang harus diwujudkan dalam sebuah negara, jika tidak terwujud maka akan muncul kezaliman. 

Pertama, adalah prinsip menuhankan Tuhan. “Maknanya negara tersebut akan dipandang adil oleh Allah jika rakyatnya mengakui Allah sebagai Tuhan, lantas menyembah dan menaati aturan-Nya,” ujarnya. 
Baginya menuhankan yang bukan Tuhan adalah sebuah kezaliman, apalagi menaati aturan bukan dari Tuhan. 

Kedua, memanusiakan manusia. Maknanya adalah bahwa pemerintah harus memahami hakikat rakyat sebagai manusia yang diciptakan Allah sehingga cara pandang rakyat harus sejalan dengan tujuan Allah menciptakan manusia. 

“Dari sinilah akan lahir perangkat hukum yang bertujuan meningkatkan martabat kemanusiaan yang adil dan beradab. Karena itu menjadi penguasa sangatlah berat jika tidak berbuat adil,” ucapnya. 

Ketiga, adalah mengalamkan alam di mana keadilan juga bisa diwujudkan dengan cara pandang yang benar terhadap sumber daya alam (laut, udara, dan darat), termasuk di dalamnya hewan-hewan. 

“Pemerintahan yang adil adalah yang mampu mengelola sumber daya alam sesuai dengan hukum dan aturan dari Allah Yang Maha Adil,” katanya. 

Ia mengkritisi bahwa alam semesta itu diciptakan Allah untuk dijaga dan dimanfaatkan bukan dirusak sesuai kepentingan hawa nafsu. 

“Apalagi diprivatisasi dan dikuasai oleh asing dan aseng. Jelas haram,” kritiknya. 

Ia menegaskan bahwa persoalan yang rumit ketika hukum-hukum produk manusia dijadikan sebagai sandaran untuk mewujudkan keadilan berbangsa dan bernegara. 

“Sebab kepentingan politik pragmatis yang mendominasi para pemimpin seringkali justru menyalahgunakan kekuasaan untuk menciptakan ketidakadilan,” tegasnya. 

Ahmad menyatakan jika Indonesia ingin menjadi lebih baik maka harus menerapkan Islam secara kafah dan memiliki pemimpin yang taat kepada hukum Allah. 

“Indonesia membutuhkan pemimpin yang muslim, berakal, adil, mampu, laki-laki, dan balig. Selain itu karakter pemimpin yang dibutuhkan Indonesia adalah yang shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Orang berakal pasti mau tawaran ini?” pungkasnya. [] Ageng Kartika

Jumat, 09 September 2022

FAKKTA: Indikator Luhut Sebut Indonesia Tidak Dalam Kendali Cina Terlalu Sederhana

Tinta Media - Menanggapi pernyataan Luhut Binsar Panjaitan (LBP) bahwa Indonesia tidak dalam kendali Cina, Forum Analisis dan Kajian Kebijakan untuk Transparansi Anggaran (FAKKTA) Muhammad Hatta, S.E., M.M. menilai pernyataan itu terlalu sederhana.

"Indikator yang dipakai Pak LBP mengatakan bahwa Indonesia tidak dalam kendali Cina terlalu sederhana," tuturnya kepada Tinta Media, Senin (5/9/2022).

Harusnya, kata Hatta, juga dilihat dari indikator tingkat utang dan investasi yang masuk ke Indonesia. Selain itu juga harus dengan penafsiran yang cermat dan tajam. Tidak hanya melihat permukaan saja. 

Selanjutnya, sebagai ekonom, ia menyajikan fakta utang Indonesia terhadap Cina berdasarkan data statistik.

"Dilihat dari Indikator tingkat utang luar negeri Indonesia ke Cina dalam rentang 10 tahun terakhir meningkat sangat tajam. Data statistik utang luar negeri Indonesia yang diterbitkan oleh Bank Indonesia menunjukkan, utang luar negeri Indonesia tahun 2012 masih tercatat di angka $US5 milyar. Saat ini (juni 2022), sudah di angka $US20,7 milyar. Itu artinya naik 310%. Dibandingkan dengan tahun 2007, maka kenaikannya lebih mengerikan lagi, mencapai 2.410%. Karena pada tahun 2007 masih berada di angka $US828 juta," bebernya.

Kenaikan Utang Indonesia dari Cina ini, imbuhnya, melampaui utang terhadap negara lainnya seperti Singapura, Hongkong, dan Amerika Serikat. Ketiga Negara ini secara nominal lebih tinggi dibandingkan dengan Cina. Namun dari sisi pertumbuhannya justru dikalahkan oleh Cina.

Menurutnya,  utang luar negeri itu membawa nilai manfaat, akan tetapi dampak negatif yang ditimbulkan lebih besar. "Meskipun dalam taraf tertentu utang luar negeri dapat membawa nilai manfaat, namun dampak negatifnya jauh lebih besar," jelasnya.

Utang luar negeri, lanjutnya, sesungguhnya tidak hanya membawa motif ekonomi, melainkan juga motif politik. Karena itu utang luar negeri dapat menjelma menjadi alat gebuk atau minimal alat untuk membungkam politik luar negeri sebuah negara yang terjerat utang.

Ia juga mengatakan bahwa manfaat atau tidaknya sesuatu dalam hal ini masalah utang luar negeri, tidak bisa hanya diukur dengan materi. "Manfaat dan tidaknya tidak bisa hanya diukur dari seberapa banyak nilai materi yang didapat atau menjadi beban," ujarnya.

Melainkan juga mencakup nilai dan manfaat non materi, tandasnya, seperti kebebasan menentukan sikap untuk membela kebenaran dan membela hak-hak masyarakat dunia yang terjajah.

Hatta juga menilai mengenai sikap gamang Indonesia terhadap dugaan pelanggaran China terhadap Muslim Xinjiang.

"Inilah tampaknya yang dianggap sebelah mata oleh pemerintah Indonesia. Lihat saja sikap gamang Indonesia atas dugaan kuat pelanggaran Cina terhadap hak-hak kemanusiaan umat Islam yang ada Xinjiang," ungkapnya.

Di lihat dari sisi ekspor impor, terang Hatta, meskipun defisit dagang Indonesia tahun 2021 terhadap Cina di angka -4%, lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya yang mencapai -20% (2020) bahkan -49% (2015). Namun dilihat dari sisi produk yang diekspor dan diimpor oleh Indonesia tampak menunjukkan kualitas yang lebih buruk. Sebagai contoh adalah batubara dan produk turunannya. Ekspor batubara Indonesia kepada Cina tahun 2021 mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah. Dengan nilai $US9,1 milyar. Sebelumnya tertinggi hanya berada di angka $US6 milyar pada tahun 2011.

Kemudian ia menjelaskan perbandingan produk yang diimpor dan diekspor oleh Indonesia ke China, yang mana nilainya lebih rendah.

"Dibandingkan dengan jenis produk yang diimpor oleh Indonesia dari Cina, produk yang diekspor memiliki nilai tambah yang jauh lebih rendah. Bukan produk yang terlebih dahulu diolah oleh industri-industri di Indonesia alias bahan mentah," paparnya.

Impor tertinggi Indonesia dari Cina, imbuhnya, adalah produk dengan kode 84. Produk yang termasuk dalam kode ini adalah seperti mesin, peralatan mekanik, serta bagian-bagiannya. Itu semua menunjukkan bahwa keuntungan terbesar dari ekspor impor diperoleh oleh Cina. Bukan Indonesia. (Trade Map - Bilateral trade between Indonesia and Cina). 

Ia kembali menegaskan bahwa dengan melihat data-data yang ada, sudah sangat jelas menunjukkan posisi Indonesia dalam dominasi Cina.

"Dilihat dari data-data yang disampaikan di atas sebenarnya sudah cukup gamblang bagaimana posisi Indonesia di bidang ekonomi dan politik terhadap Cina. Seperti halnya ekspor impor, di lihat lebih jauh dari sisi investasi juga menunjukkan bagaimana posisi Indonesia yang semakin berada dalam dominasi Cina," tandasnya.

Hal ini, ujar Hatta tidak lepas dari konsep politik dan ekonomi Kapitalistik, sebagaimana yang dipakai oleh Indonesia, hanya akan meniscayakan sebuah negara terjerat dan terjebak dalam kerangkeng penjajahan. Dengan seperti itu, sejujur apapun penguasa yang menjalankan pemerintahan maka tidak akan memberikan dampak yang signifikan. 

Kemudian, Hatta menjelaskan bagaimana Islam mengatur hubungan kerjasama dengan negara lain. "Dalam konteks Kerjasama ekonomi dengan negara lain, Islam mengatur agar negara tidak boleh menjadikan asas manfaat dalam interaksinya dengan negara lain sebagaimana yang terjadi saat ini," terangnya.

Islam, lanjutnya, menetapkan bahwa Khalifah harus memperhatikan status dari negara lain tersebut sesuai dengan parameter syariah Islam. Apakah termasuk dalam kafir harbi fi’lan atau kafir harbi hukman. Negara kafir harbi fi’lan adalah negara yang secara nyata memusuhi Islam dan umat Islam. Terhadap negara kafir harbi fi’lan tidak ada hubungan apapun dengan mereka kecuali perang.

Terakhir, ia menegaskan bahwa dalam Islam hanya boleh menjalin kerjasama dengan negara kafir harbi hukman, dengan batasan yang telah ditetapkan syariat.

"Adapun dengan negara kafir harbi hukman dapat dilakukan hubungan atau Kerjasama ekonomi dengan batasan-batasan yang ditetapkan oleh Syariah Islam seperti tidak boleh melakukan kerjasama secara permanen hingga larangan membuat negara Kafir tersebut menjadi lebih kuat dan berpotensi menjadi penghalang bagi jalannya dakwah Islam," pungkasnya.[] Nur Salamah
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab