Minggu, 10 September 2023
Kamis, 10 Agustus 2023
HILMI: Indonesia Terindikasi Menuju Negara Gagal
“Indikator-indikator yang ada justru Indonesia menuju kepada negara gagal. Salah satu indikatornya adalah ketimpangan antara kaya dan miskin semakin melebar khususnya pasca pandemi,” ungkapnya di acara kajian Politik dan Ekonomi Islam: Indonesia Negara Gagal Tinjauan Ekonomi? Melalui kanal Youtube Khilafah Channel Reborn Sabtu (5/8/2023).
Faktor penyebab ragam indikator Indonesia menuju negara gagal itu, lanjutnya, karena kebijakan ekonomi yang pro kapitalis dan oligarki.
“Apa yang dilakukan pemerintah melalui kebijakan-kebijakannya cenderung sangat pro terhadap pemilik modal. Misalkan pemberlakuan Omnibus Law, Tax Amnesty, izin-izin pertambangan yang sangat liberal, sangat pro terhadap pemilik modal,” ulasnya.
Menurutnya, solusi yang tepat agar Indonesia menjadi negara maju harus mengubah mindset.
“Jadi bagaimana kalau negara ingin maju, ingin sejahtera mindset sistemnya itu harus berubah. Yang tadinya kapitalistik menjadi bagaimana sumber daya alam itu dikelola dengan syariah Islam yakni barang tambang itu harus dikelola negara dan digunakan oleh sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,”pungkasnya. [] Sofian Siregar
Minggu, 06 Agustus 2023
PKAD: Dua Instrumen yang Membuat Indonesia Terjebak
Tinta Media - Analisis Senior Pusat Kajian Analisis Data (PKAD) Fajar kurniawan menyampaikan dua instrumen yang membuat Indonesia terjebak.
“Dua instrumen yang membuat Indonesia terjebak. Kalau kita tidak lepas dua-duanya, maka saya kira siapapun yang akan menjadi penguasa nanti di 2024, apakah dia kelanjutan rezim saat ini, ataupun tokoh baru yang katanya membawa perubahan, akan tetap terjebak di dalam hal itu,” tuturnya dalam diskusi dengan tema: Waspadai Investasi Cina di Tengah Update Kasus Rocky Gerung!! di kanal Youtube PKAD, Kamis (3/8/2023).
Fajar lalu menjelaskan dua instrumen tersebut. “Pertama, dalam konteks ekonomi, negeri ini mengadopsi sistem ekonomi kapitalisme. Itu bagian dari instrumen negara-negara barat untuk menjebak Indonesia agar tetap sejalan seiring dalam permainan mereka,” ungkapnya.
Kedua, lanjutnya, terkait aspek politik, yang diambil adalah jalan politik demokrasi. “Ini merupakan jebakan yang dipasang oleh barat untuk menjadikan Indonesia sebagai kaki tangannya,” jelasnya.
Menurutnya, bukan hanya faktor orangnya (penguasanya) yang menjerumuskan Indonesia terjebak dalam permainan itu, namun memang sudah ada campur tangan dari negara-negara asing.
Komitmen
Fajar mengatakan, jika bangsa ini mempunyai komitmen untuk melepaskan dua instrumen diatas, ia yakin bangsa ini akan mempunyai harapan untuk menjadi bangsa yang besar.
“Menjadi bangsa yang besar, karena bangsa kita ini besar, potensinya juga besar, maka sesungguhnya punya potensi yang sangat besar untuk menjadi pemain dunia,” bebernya.
Untuk itulah ia berpesan, harus dilakukan proses penyadaran publik, bukan hanya bahaya orangnya melainkan kesalahan dalam mengambil sistem.
“Dua hal tadi, sistem ekonomi dan sistem politik. Dua hal ini yang memberikan dampak besar terhadap berlangsungnya sebuah negara,” tutupnya. [] Setiyawan Dwi
Jumat, 04 Agustus 2023
Siyasah Institute: Indonesia Darurat Perundungan
Tinta Media - Direktur Siyasah Institute Iwan Januar mengatakan bahwa Indonesia darurat perundungan.
"Siapa saja yang sering memperhatikan dunia pendidikan dan perkembangan sosial di tanah air, akan percaya kalau Indonesia darurat perundungan,"ujarnya kepada Tinta Media, Kamis (3/8/2023).
Untuk mendukung pendapatnya, Iwan mengutip data hasil Asesmen Nasional 2021, bahwa menurut Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, sekitar 25 persen peserta didik di Indonesia mengalami berbagai bentuk perundungan.
“Banyak guru dan orang dewasa, termasuk orang tua yang kerap mengabaikan terjadinya perundungan. Biasanya mereka akan menganggap itu adalah hal biasa dalam dunia pertemanan,” sesalnya.
Gagal
Dalam penilaian Iwan, perundungan yang makin marak adalah tanda kegagalan pendidikan dalam sistem sekulerisme.
“Tanda kegagalan pendidikan itu, ketika pendidikan tidak menghasilkan para pelajar yang beradab, tapi justru suka menindas orang lain. Anak-anak hanya dijejali beban akademik, tapi dijauhkan dari adab. Tidak heran akan bermunculan mesin-mesin kekerasan di tengah masyarakat. Kekerasan politik lewat kebijakan, kekerasan fisik dan perundungan,” ulasnya.
Iwan berharap umat tidak berdiam diri di tengah derasnya arus perundungan pada anak-anak dan pelajar. “Tetap harus ada langkah yang diambil untuk meminimalisir dan mencegah berulangnya perundungan pada anak-anak,” tegasnya.
Iwan memaparkan, setidaknya ada tiga langkah yang bisa dilakukan. Pertama, ciptakan rasa aman dan nyaman di tengah lingkungan keluarga. Jadilah orang tua yang berkarakter pelindung dan kasih sayang. Sehingga anak-anak terbebas dari rasa terintimidasi. Landasan paling kuat untuk keluarga adalah iman dan takwa. Maka orang tua harus bisa menjadi cerminan pribadi muslim yang salih dan salihah dan menularkan kesalihan pada anak-anak.
“Kedua, para pendidik, baik guru, muadib/ah atau para ustadz/ah, harus membekali diri dengan skill pencegahan dan penanganan bullying,” ujarnya.
Di samping itu, kata Iwan, harus ada penambahan skill khusus bagi para pendidik untuk hal itu yang mencakup diantaranya; mengetahui jenis-jenis perundungan,mengetahui grup-grup siswa/pelajar dalam menghadapi perundungan,mengetahui jejaring perundungan dan memutuskan mata rantainya, memulihkan mental korban perundungan, memulihkan pertemanan yang rusak akibat perundungan, membangun keberanian para siswa dalam mencegah perundungan, dan sebagainya.
“Ketiga, penting mengetahui latar belakang terjadinya perundungan dan latar belakang para pelaku, agar bisa dibedakan mana yang sebenarnya pernah menjadi korban, atau anak yang mengalami salah pengasuhan sehingga memiliki cacat kepribadian, dan mana yang sudah berani melakukan tindak perundungan yang berbahaya seperti melakukan pemerasan, tindak kekerasan, dan sebagainya,” urainya.
“Jadi, jangan sampai menunggu kondisi ideal tegaknya kehidupan Islam untuk menghentikan perundungan. Ada langkah-langkah praktis dan krusial yang bisa dilakukan untuk menangani hal ini. Tentu sebatas yang bisa dilakukan,” pungkasnya. [] Muhammad Nur
Rabu, 02 Agustus 2023
Jokowi Menawarkan IKN ke Pengusaha Cina, Pengamat: Berbahaya Bagi Kedaulatan Indonesia
Minggu, 09 Juli 2023
KHILAFAH ISLAMIYYAH, KEWAJIBAN SYAR'I, SATU-SATUNYA SOLUSI BAGI INDONESIA DAN DUNIA
Sabtu, 08 Juli 2023
Berkiblat ke Asing, Pamong Institute: Indonesia Tidak Independen dan Tidak Mandiri
Minggu, 02 Juli 2023
MEKKAH, MADINAH, INDONESIA DAN KHILAFAH
Selasa, 20 Juni 2023
TRANSFORMASI INDONESIA
Indonesia selama ini mencoba untuk mengawinkan ideologi kapitalisme sekuler dan komunisme ateis, meski jargon yang diteriakkan adalah pancasila. Namun pancasila itu dalam pandangan filsafat, bukanlah ideologi, melainkan seperangkat nilai-nilai filosofis yang tidak menghasilkan sistem aturan. Sistem aturan di Indonesia sesungguhnya turunan dari ideologi sekulerisme. Di Indonesia, pendapat dibelenggu layaknya komunisme, sementara pendapatan rakyat harus cari sendiri layaknya kapitalisme.
Sekulerisme adalah pandangan dunia yang menolak campur tangan agama dalam kehidupan sosial, politik, dan budaya. Dengan kata lain, sekulerisme adalah paham yang memisahkan antara kehidupan dengan agama. Konsep ini menganggap bahwa kebijakan publik, hukum, dan etika harus didasarkan pada akal budi, bukan agama. Dalam masyarakat sekuler, kebebasan beragama diakui sebagai hak asasi manusia, tetapi agama diperlakukan sebagai urusan pribadi dan tidak mempengaruhi kebijakan publik.
MUI pernah menetapkan fatwa haram untuk liberalisme, pluralisme dan sekulerisme agama pada tahun 2005. MUI berpendapat bahwa agama harus menjadi sumber nilai dalam kehidupan sosial, politik, dan budaya, dan bahwa pemisahan antara agama dan negara yang diusung oleh sekulerisme dapat merusak dan memperlemah keimanan umat muslim.
Pemisahan antara agama dan negara yang diusung oleh sekulerisme dapat memperlemah keimanan umat muslim, karena pandangan sekulerisme menolak campur tangan agama dalam kehidupan sosial, politik, dan budaya, sehingga nilai-nilai keagamaan tidak lagi diakui sebagai sumber nilai dalam kehidupan bermasyarakat.
Sekulerisme tentu saja bukan ajaran Islam. Sejarah kemunculannya terkait dengan dinamika gereja di Eropa. Sejarah munculnya sekulerisme dapat ditelusuri kembali ke masa pencerahan di Eropa pada abad ke-17 dan ke-18. Pada saat itu, pemikir-pemikir seperti Thomas Hobbes, John Locke, dan Voltaire mulai mempertanyakan peran gereja dalam kehidupan masyarakat.
Mereka menekankan pada pentingnya akal budi dan ilmu pengetahuan dalam mengarahkan kebijakan publik. Tentu saja Islam dan Kristen memiliki perbedaan fundamental soal ini. Sebab Islam tidak mengenal pemisahan kehidupan dengan hukum syariah. Semua masalah individu dan sosial telah diatur dalam syariah Islam.
Selama Revolusi Perancis pada akhir abad ke-18, paham sekulerisme semakin meluas dan menuntut pemisahan gereja dan negara. Pada saat itu, kekuasaan gereja di Prancis dikritik karena dianggap korup dan tidak mencerminkan kepentingan rakyat. Gerakan sekulerisme ini memperjuangkan hak individu untuk berpikir dan bertindak secara bebas, tanpa campur tangan agama atau kekuasaan gereja.
Sejak itu, pandangan sekulerisme semakin berkembang di negara-negara Barat dan menjadi dasar bagi sistem pemerintahan yang demokratis dan pluralis. Maka, sistem demokrasi jelas berpaham sekulerisme ini. Sementara sekulerisme telah diharamkan oleh MUI.
Sekulerisme sebagai pandangan dunia yang menekankan pada pemisahan antara agama dan negara, memiliki daya rusak bagi kehidupan sosial, politik, dan budaya, terutama bagi umat Islam, politik Islam dan ormas Islam . Berikut beberapa daya rusak sekulerisme : pertama, pemisahan agama dan negara dapat memperlemah nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga moralitas dan etika sosial dapat menjadi kurang dihargai dan terabaikan. Partai dan ormas Islam yang mengadopsi sekulerisme tidak akan menjadikan Islam sebagai landasan dan tujuan perjuangannya.
Kedua, sekulerisme cenderung menekankan pada kepentingan dunia atau materi, sehingga spiritualitas dan nilai-nilai keagamaan dapat diabaikan dalam kehidupan sehari-hari. Partai Islam dan ormas Islam yang menerapkan meyakini sekulerisme akan cenderung pragmatis sebagaimana organisasi sekuler lainnya.
Ketiga, sekulerisme dapat memicu individualisme dan hedonisme serta sering tidak mengindahkan halal dan haram, di mana individu cenderung lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri dari pada kepentingan bersama. Hal ini dapat dilihat dari partai dan ormas Islam yang para pengurusnya banyak yang dipenjara karena terlibat korupsi.
Keempat, pemisahan agama dan negara dapat memicu terjadinya benturan antara ajaran agama dan nilai-nilai sekuler, seperti dalam hal legalisasi praktik-praktik yang dianggap bertentangan dengan ajaran agama. Hal ini sering terjadi di negeri ini, sebab perda-perda syariah justru ditolak, sementara perda-perda yang bertentangan dengan Islam justru disahkan.
Kelima, sekulerisme dapat memicu polarisasi dan konflik antara kelompok agama dan non-agama, terutama jika diimplementasikan dengan cara yang tidak proporsional atau memihak pada kelompok tertentu. Sekulerisme di negeri ini terbukti telah memecah umat Islam ke dalam berbagai organisasi politik dan sosial. Saat pemilu demokrasi, terlihat jelas perpecahan umat Islam.
Karena itu penting melakukan proses penyadaran rakyat untuk melakukan langkah transformasi sistemik berbasis ideologi Isla, mengingat di negeri ini mayoritas umat Islam dan Islam adalah ideologi sempurna yang menebarkan rahmat bagi alam semesta. Transformasi sistem adalah proses perubahan yang signifikan dalam suatu sistem, baik itu sistem pendidikan, ekonomi, budaya, politik, hukum sebagai perangkat negara untuk mengatur rakyat.
Dalam transformasi sistem berbasis ideologi Islam di Indonesia, bangsa ini harus melakukan analisis dan evaluasi sistem yang ada, yakni sistem kapitalisme sekuler dan komunisme ateis yang telah jelas-jelas menghancurkan negeri ini. Langkah Ini melibatkan identifikasi kelemahan dan kerusakan dua ideologi ini agar memberikan pemahaman dan kesadaran bagi rakyat Indonesia melalui dakwah.
Transformasi ideologi mengacu pada perubahan yang signifikan dalam keyakinan, nilai-nilai, pandangan dunia, atau prinsip-prinsip yang mendasari suatu ideologi tertentu. Ideologi adalah seperangkat pemikiran dan keyakinan yang membentuk dasar bagi tindakan dan kebijakan politik, sosial, atau budaya.
Transformasi ideologi dapat terjadi dalam berbagai konteks, termasuk politik, agama, ekonomi, atau sosial. Transformasi ideologi sering kali dimulai dengan pergeseran nilai dan keyakinan yang mendasarinya. Orang atau kelompok yang mengalami transformasi dapat mempertimbangkan ulang keyakinan mereka yang telah ada sebelumnya dan memilih untuk mengadopsi pandangan yang berbeda. Dalam hal ini bangsa ini harus disadarkan bahwa hanya Islam yang merupakan ideologi yang benar dan harus menggeser dan manjauhi ideologi kapitalisme sekuler dan komunisme ateis.
Ideologi yang ada dapat mengalami transformasi melalui pembaharuan dan reinterpretasi. Ini melibatkan penyesuaian atau perubahan dalam penafsiran dan aplikasi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mendasarinya untuk mencerminkan perubahan zaman, lingkungan sosial, atau perkembangan pemikiran baru.Islam sendiri merupakan agama dan ideologi yang mampu menjawab segala persoalan zaman. Reinterpretasi Islam sebagai rahmat bagi alam semesta mesti dilakukan melalui ijtihad kontemporer, seiring perkembangan sains dan teknologi.
Transformasi ideologi juga dapat terjadi melalui perubahan sistemik yang mempengaruhi struktur kekuasaan atau organisasi yang berhubungan dengan ideologi tersebut. Misalnya, perubahan politik atau perubahan kebijakan yang signifikan dapat membawa pergeseran dalam ideologi yang dianut oleh pemerintahan atau partai politik. Transformasi Indonesia menjadi lebih baik tentu saja dengan perubahan sistemik, dari sistem kapitalisme sekuler menuju sistem Islam.
Faktor eksternal seperti perkembangan teknologi, globalisasi, perubahan sosial, atau perubahan dalam dinamika geopolitik juga dapat mempengaruhi transformasi ideologi. Perubahan di luar ideologi itu sendiri dapat memaksa adaptasi atau perubahan dalam keyakinan dan pandangan dunia yang ada. Maka, lihatlah bagaimana rusak dan hancurnya dunia akibat ideologi kapitalisme. Akibat ideologi kapitalisme sekuler juga telah memporak-porandakan persatuan umat. Karena itu, kerusakan akibat kapitalisme atau komunisme ini mestinya mendorong kedasaran umat Islam untuk pulang ke rumahnya sendiri, yakni menerapkan ideologi Islam.
Transformasi ideologi adalah proses yang kompleks dan sering kali melibatkan perdebatan, perubahan sosial, dan pergeseran dalam dinamika kekuasaan. Dalam sejarah, kita dapat melihat contoh-contoh transformasi ideologi seperti perubahan dari sistem feodal ke sistem kapitalis, perubahan dari apartheid ke demokrasi di Afrika Selatan. Di zaman Nabi, ada transformasi sistemik dari sistem jahiliah ke sistem Islam. Jika dilihat indikator-indikator, bisa disebut bahwa paham demokrasi sekuler sekarang ini mirip dengan sistem jalihiah masa lalu.
Karena itu sudah waktunya dunia ini melakukan proses transformasi sistemik menuju sistem Islam. Lebih khusus lagi adalah Indonesia yang merupakan negeri mayoritas muslim, maka sudah selayaknya menjadikan Islam sebagai sumber hukum dan perundang-undangan dalam institusi politik Islam. Syariah Islam diterapkan secara kaaffah, maka akan terwujud rahmat bagi alam semesta.
Oleh: Ahmad Sastra
Dosen Filsafat
(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 23/05/23 : 08.41 WIB)
Sumber: https://www.ahmadsastra.com/2023/05/transformasi-indonesia.html?m=1