Individualitas Masyarakat Buah dari Sekularisme
Tinta Media - Dilansir dari TEMPO.CO, Depok, telah ditemukan dua mayat tinggal kerangka di salah satu rumah di Perumahan Bukit Cinere Indah, Jalan Puncak Pesanggrahan VIII Nomor 39, Kecamatan Cinere, Depok pada Kamis, 7 September 2023. Dua mayat tersebut adalah seorang ibu berinisial GAH (64 tahun) dan anaknya DAW (38 tahun). Mayat keduanya diduga sudah lama membusuk di dalam kamar mandi.
Berita yang mengejutkan datang dari salah satu kota di negeri tercinta, sebuah kota yang ramai bahkan bisa di katakan padat akan penduduk, bukan desa terpencil atau sepi. Agaknya memang mencengangkan kabar ini, dua mayat membusuk di rumah yang di singgahi. Dari sini kita bisa melihat cara masyarakat kita hidup saat ini dan cara interaksi satu dengan yang lain seringkali berdasarkan asas manfaat. Selama manusia itu bisa memberi keuntungan untuk kelangsungan hidup orang lain, maka dia akan senantiasa dicari bahkan dijaga.
Namun jika manusia itu tidak dapat memberi keuntungan, maka ia akan
di jauhi bahkan di abaikan. Selain itu individualitas
masyarakat saat ini juga sangat kuat, bahkan sudah menjadi karakteristik
masyarakat, yang dimana jika masyarakat itu peduli akan kehidupan yang lain
akan dianggap campur tangan terhadap urusan orang lain.
Hal ini bukan ada dengan begitu saja, melainkan hal ini lahir dari sistem kenegaraan yang dianut masyarakat saat ini, yaitu sekulerisme. Ide sekularisme ini kerap kali menjunjung kemerdekaan dan kebebasan sehingga masyarakat saat ini merasa bebas jika tidak ada campur tangan tetangga atau orang di sekitar dalam kehidupan mereka.
Entah masyarakat melakukan kesalahan
bahkan maksiat sekalipun itu adalah hak asasi setiap manusia tidak perlu
manusia lain ikut campur akan hal itu. Hal inilah yang menjadikan terkikisnya
kepedulian dan empati di tengah masyarakat, asal hidupnya enak dan nyaman
menurut versi dia tidak perlu orang lain ikut campur.
Kini masyarakat pun lebih
memprioritaskan kehidupan pribadi dari pada kehidupan bersama, sehingga kalimat
serupa "yang penting bukan aku", "yang penting bukan
keluargaku", "yang penting bukan hidupku", menjadi
kalimat yang sangat lumrah dan amat sangat biasa di masyarakat. Dari hal
seremeh ucapan inipun kita sudah bisa menilai, bagaimana individualitas
benar-benar menjadi karakteristik yang mendarah daging. Tak hanya itu, negara juga lalai terhadap tugasnya
yaitu mengurusi rakyatnya.
Padahal
sikap yang dilakukan masyarakat saat ini amat sangat
jauh berbanding balik dengan pandangan Islam dalam hidup bemasyarakat maupun bertetangga. Dalam islam senantiasa mengajarkan agar kita saling peduli, beramar
ma'ruf nahi munkar, saling mengingatkan jika ada yang melakukan kesalahan,
saling menasehati dalam kebaikan, dan tentunya saling tolong menolong. Inilah kehidupan yang diajarkan dalam Islam, bukan saling apatis dan abai.
Anjuran ini pun dapat
kita temui
dalam firman Allah yang artinya, "Tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan." (QS. Al-Maidah : 2). Begitu pula seperti sabda Rasul SAW., “Barangsiapa
yang tidak peduli urusan kaum muslimin, maka Dia bukan golonganku” (Al-Hadits).
Kaum muslimin bagaikan satu tubuh. Saat bagian yang satu merasakan sakit, maka
bagian yang lain pun akan merasakan hal yang sama. Namun, sungguh tragis yang
terjadi saat ini. Antar tetangga tidak saling peduli hingga terjadi pembusukan
mayat berhari-hari.
Semua ini tak akan terjadi jika napas kehidupan sosial masyarakat berasas pada akidah Islam, bukan sistem sekuler kapitalisme. Islam dengan seperangkat aturannya memberikan tuntunan dalam kehidupan bertetangga. Tak hanya itu, kewajiban atas pengurusan jenazah adalah salah satu aturannya. Kepedulian kepada sesama dibangun atas ruh jamaah bukan karena manfaat. Negara juga hadir mengurusi rakyat dan tak akan mendzaliminya. Sebagaimana yang ditakutkan Khalifah Umar atas kepemimpinannya adalah hisab di hadapan Allah. Begitulah Islam menjaga kehidupan manusia. Antara individu, masyarakat dan negara berasaskan akidah Islam. Jika hari ini kita merasa geram terhadap kehidupan sosial saat ini, maka kita harus mengubah cara pandang manusia serta sistem kehidupan kapitalis sekuler menjadi sistem Islam. Wallahu a’lam.
Oleh: Ulin Nuha (Aktivis Muslimah)