Tinta Media: Imperialisme
Tampilkan postingan dengan label Imperialisme. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Imperialisme. Tampilkan semua postingan

Rabu, 27 September 2023

Mewaspadai Imperialisme Gaya Baru Berkedok Investasi


Tinta Media - Negara harusnya hadir untuk melindungi rakyatnya dari bentuk imperialisme gaya baru dengan kedok investasi merampas hak milik rakyat. Imperialisme gaya baru mengusir rakyat dari tempat tinggalnya yang sudah ditempati bahkan sebelum negara ini ada. Mereka harus pindah untuk alasan pembanguan yang bukan untuk rakyat, tapi oligarki. Rempang adalah bukti nyata bahwa negara tidak lagi berpihak pada rakyat, tapi membuka jalan masuknya bentuk imperialisme gaya baru yang ingin menguasai negeri ini dengan dalih investasi.

 

Rakyat melawan dan harus berhadapan dengan penguasa yang harusnya melindungi mereka. Pemimpin memposisikan sebagai musuh rakyatnya sendiri demi oligarki. Apalah artinya pembanguan dan kemajuan jika rakyat tidak bisa merasakan kesejahteraan. Banyak pembangunan infrastruktur tapi semua yang merasa hanya segelintir orang. Dan yang pasti diuntungkan pemilik modal, oligarki.

 

Kapitalisme semua bisa dimiliki oleh oligarki. Sementara rakyat hanya mendapatkan remah-remah roti, dengan nilai yang tidak seberapa. Kekayaan dieksploitasi yang hanya menyisakan hutang yang terus bertambah dan menjadi beban generasi. Penguasa rakus dan haus kekuasaan hanya berfikir kepentingan mereka sendiri dan kelompoknya. Mereka tidak perduli dengan nasib anak cucu mereka nanti. Itulah demokrasi saat kekuasaan dijadikan tujuan, sehingga segala cara dilakukan meskipun harus mengorbankan rakyat sendiri.

 

Merampas lahan milik rakyat secara zalim haram hukumnya dalam Islam meskipun demi alasan pembangunan. Bahkan dalam sebuah kisah, Khalifah Umar mengingatkan gubenurnya untuk membatalkan penggusuran yang dilakukan terhadap warga Yahudi meskipun untuk perluasan pembangunan masjid dan sudah mendapatkan ganti rugi. Jika rakyat tidak mau disuruh pindah dari tempat tinggalnya apapun alasannya, negara tidak boleh menggusur mereka apalagi jika dilakukan secara paksa dan dengan ancaman serta kekerasan. Lalu apa bedanya negara dengan penjajah jika keduanya ingin menguasai tanah milik rakyat yang menjadi tempat tinggal dan sumber mata pencaharian mereka.

 

Satu konflik penggusuran terhadap satu orang saja, seorang Khalifah dengan tegas  memberi peringatan keras untuk membatalkannya. Padahal dalam kasus Rempang, tidak hanya satu kampung, penguasa tidak berdaya bahkan untuk menolaknya keinginan dan ambisi oligarki untuk mendirikan sebuah kota impian dan perusahaan yang bisa menghasilkan keuntungan besar. Rakyat dikorbankan, tapi negara tidak berbuat apa-apa untuk melindungi dan menyelamatkan mereka.

 

Mewaspadai Imperialisme gaya baru, rakyat harus bersatu untuk menolak dan melawan berbagai bentuk pengusiran dan relokasi masyarakat pribumi dari negeri mereka sendiri dengan alasan investasi. Sebuah kota dibangun bukan untuk penduduk pribumi, tapi orang asing yang akan tinggal disana dengan berbagai fasilitasnya Tidakhah kita menyadari bahwa penjajahan gaya baru sudah mulai dan api perlawanan sudah ditunjukkan oleh masyarakat Rempang. Jangan biarkan api semangat untuk mempertahankan kemerdekaan dan membela kebenaran hakiki padam. Semoga para pemimpin terbuka hati mereka untuk membela negeri mereka dari penjajahan gaya baru, bukan malah menjadi antek-antek para penjajah dengan dalih investasi dan demi pembangunan bukan untuk rakyat tapi oligarki.

 

Stop segala bentuk penjajahan di muka bumi ini dengan menerapkan Islam secara kaffah dalam kehidupan, karena Islam mengharamkan perampasan lahan umat dengan dalih apapun. Islam mengdorong rakyat untuk menghidupkan lahan mati dan memanfaatkan untuk kesejahteraan mereka, bukan untuk diserahhan ke asing dan kepentingan oligarki. Pemimpin harusnya berfikir untuk kepentingan rakyat, bukan hanya mempertahankan kekuasaan. Sungguh, dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat adalah ide utopis dari sistem demokrasi. Saatnya kembali pada Syariat Allah yang menciptakan alam, semesta dan hidup agar kehidupan Islami bisa terwujud menggantikan sistem sekuler demokrasi yang rusak.

 

 Oleh: Mochamad Efendi

 Sahabat Tinta Media 

 

 

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab