Mantan Imam Masjidilharam Divonis 10 Tahun Penjara, Pengamat: Otoritarianisme Semakin Kuat
Tinta Media - Merespon hukuman 10 tahun penjara mantan imam masjid Masjidilharam Syekh al-Thaleb, Pengamat Politik Internasional Budi Mulyana, M.Si. mengatakan kecenderungan otoritarianisme semakin kuat.
“Kecenderungan otoritarianisme semakin kuat. Terlebih ketika digulirkan gagasan gagasan Muhammad bin Salman (MBS) yang cenderung bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Ini yang menjadi sasaran kritik ulama-ulama hanif di Saudi yang kemudian berujung pada pemenjaraan tanpa alasan jelas,” ungkapnya kepada Tinta Media, Jumat (26/8/2022).
Menurut Budi, vonis yang diberikan kepada Syekh Saleh bin Muhammad at-Thaleb diindikasikan terkait dengan khotbahnya di Masjid Al-Haram tentang kejahatan dan perlunya mengecam pelaku pada tahun 2018.
“Beliau langsung ditahan tanpa proses pengadilan saat itu, dan baru mendapatkan vonis bebas di tahun 2022, namun ternyata dibatalkan, dan divonis menjadi 10 tahun penjara. Dugaan kuat adalah kritik beliau terhadap kasus pembunuhan Jamal Kashoggi yang disinyalir melibatkan MBS,” ungkapnya.
Kerajaan Arab Saudi dengan sistem monarkinya, lanjut Budi, memang mengambil simbol-simbol Islam dalam pemerintahannya, walaupun kekuasaan tunggal raja ala monarki masih sangat kentara dalam menjalankan proses pemerintahannya.
“Kecenderungan otoritarianisme semakin nampak pasca berkuasanya Raja Salman, dan penetapan MBS sebagai Putra Mahkota, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Arab Saudi, Dia juga Ketua Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan,” terangnya.
Resiko Besar
Budi mengingatkan, umat Islam tentunya mesti menyadari bahwa melakukan amar ma’ruf nahi munkar di zaman penuh kezaliman ini mengundang resiko yang sangat besar.
“Perlu pondasi keimanan yang kuat agar amanah dakwah ini tetap bisa terjaga pada diri umat,” tandasnya.
Namun Budi berharap, keyakinan bahwa rezim-rezim zalim akan dimusnahkan oleh Allah SWT mesti tetap ditumbuhkan. “Karena perubahan menuju kebaikan akan senantiasa digelorakan, diperjuangkan oleh hamba-hambaNya yang hanif,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun