Tinta Media - Sobat. Abdullah bin Abbas ra berkata, “Orang-orang yang berilmu mempunyai derajat, sebanyak tujuh ratus kali derajat di atas orang-orang mukmin. Jarak diantara dua derajat ini terbentang sejauh perjalanan selama lima ratus tahun.”
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah (58) : 11)
Sobat. Ayat ini memberikan penjelasan bahwa jika di antara kaum Muslimin ada yang diperintahkan Rasulullah saw berdiri untuk memberikan kesempatan kepada orang tertentu untuk duduk, atau mereka diperintahkan pergi dahulu, hendaklah mereka berdiri atau pergi, karena beliau ingin memberikan penghormatan kepada orang-orang itu, ingin menyendiri untuk memikirkan urusan-urusan agama, atau melaksanakan tugas-tugas yang perlu diselesaikan dengan segera.
Dari ayat ini dapat dipahami hal-hal sebagai berikut:
1. Para sahabat berlomba-lomba mencari tempat dekat Rasulullah saw agar mudah mendengar perkataan yang beliau sampaikan kepada mereka.
2. Perintah memberikan tempat kepada orang yang baru datang merupakan anjuran, jika memungkinkan dilakukan, untuk menimbulkan rasa persahabatan antara sesama yang hadir.
3. Sesungguhnya tiap-tiap orang yang memberikan kelapangan kepada hamba Allah dalam melakukan perbuatan-perbuatan baik, maka Allah akan memberi kelapangan pula kepadanya di dunia dan di akhirat.
Memberi kelapangan kepada sesama Muslim dalam pergaulan dan usaha mencari kebajikan dan kebaikan, berusaha menyenangkan hati saudara-saudaranya, memberi pertolongan, dan sebagainya termasuk yang dianjurkan Rasulullah saw.
Beliau bersabda:
Allah selalu menolong hamba selama hamba itu menolong saudaranya. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)
Berdasarkan ayat ini para ulama berpendapat bahwa orang-orang yang hadir dalam suatu majelis hendaklah mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam majelis itu atau mematuhi perintah orang-orang yang mengatur majelis itu.
Jika dipelajari maksud ayat di atas, ada suatu ketetapan yang ditentukan ayat ini, yaitu agar orang-orang menghadiri suatu majelis baik yang datang pada waktunya atau yang terlambat, selalu menjaga suasana yang baik, penuh persaudaraan dan saling bertenggang rasa. Bagi yang lebih dahulu datang, hendaklah memenuhi tempat di muka, sehingga orang yang datang kemudian tidak perlu melangkahi atau mengganggu orang yang telah lebih dahulu hadir. Bagi orang yang terlambat datang, hendaklah rela dengan keadaan yang ditemuinya, seperti tidak mendapat tempat duduk. Inilah yang dimaksud dengan sabda Nabi saw:
Janganlah seseorang menyuruh temannya berdiri dari tempat duduknya, lalu ia duduk di tempat tersebut, tetapi hendaklah mereka bergeser dan berlapang-lapang." (Riwayat Muslim dari Ibnu 'Umar)
Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman, taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, berusaha menciptakan suasana damai, aman, dan tenteram dalam masyarakat, demikian pula orang-orang berilmu yang menggunakan ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah. Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang beriman dan berilmu. Ilmunya itu diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya.
Kemudian Allah menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui semua yang dilakukan manusia, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Dia akan memberi balasan yang adil sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Perbuatan baik akan dibalas dengan surga dan perbuatan jahat dan terlarang akan dibalas dengan azab neraka.
Sobat. Dalam “ Ash-shohihain” disebutkan darihadits yang diriwayatkan oleh Muáwiyah bin Abu Sufyan, dia berkata, “ Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,” Barangsiapa yang Allah menghendaki suatu kebaikan pada dirinya, maka Dia memberinya pengetahuan dalam masalah agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Shafwan bin Assal ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Sesungguhnya para malaikat benar-benar meletakkan sayapnya kepada orang yang mencari Ilmu, karena ridha terhadap apa yang dicarinya.” ( HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah ). Menurut Al-Khaththabi, meletakkan sayap di sini ada tiga pengertian ; bisa membentangkan sayap. Bisa juga berarti merendahkan dan menundukkannya, karena hendak menyampaikan hormat kepada orang yang mencari ilmu. Malaikat itu sendiri turun ke majelis Ilmu, menunggui dan tidak terbang dari sana.
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda,” Barangsiapa didatangi kematian pada saat dia sedang mencari ilmu, yang dengan ilmu itu dia hendak menghidupkan Islam, maka antara dirinya dan para Nabi hanya ada satu derajat di Surga.” (HR. Ath-Thabarani dan Ad-Darimi)
Ibnu abbas berkata, “Sesungguhnya orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain, maka setia[ hewan yang melata akan memohonkan ampun baginya, termasuk pula ikan paus di lautan.” Ada pula satu riwayat lain yang dimarfukan kepada Nabi Muhammad SAW serupa dengan ini.
Al-Hasan Rahimahullah pernah berkata: ”Andaikan tidak ada orang-orang yang berilmu, tentu manusia tak berbeda dengan binatang.” Mu’adz bin Jabal pernah berkata, “ Pelajarilah ilmu karena Allah itu mencerminkan ketakutan, mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya adalah jihad, mengajarkannya untuk keluarga adalah taqarrub. Ilmu adalah pendamping saat sendirian dan teman karib saat menyepi.”
Sobat. Kaáb Rahimahullah berkata, “Allah mewahyukan kepada Musa As Pelajarilah kebaikan wahai Musa dan ajarkanlah kepada manusia, karena Aku membuat kuburan orang yang mengajarkan kebaikan dan mempelajarinya bercahaya, hingga mereka tidak merasa kesepian di tempatnya.”
Namun kita harus waspada terhadap Ulama su’ (yang buruk) yakni mereka yang dengan ilmunya ingin mendapatkan kenikmatan di dunia dan mendapatkan kedudukan terpandang di kelompoknya.
Rasulullah mengingatkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, beliau bersabda, “ Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu, yang dengan ilmu itu semestinya dia mencari wajah Allah, dia tidak mempelajarinya melainkan untuk mendapatkan kekayaan dunia, maka dia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat.” (Diriwayatkan Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad dan Ibnu Hibban).
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mempelajari ilmu untuk membanggakan diri dihadapan para ulama, atau mendebat orang-orang yang bodoh, atau mengalihkan pandangan manusia kepada dirinya, maka dia berada di neraka.” (HR. At-Tirmidzi )
Sobat. Di antara sifat-sifat para ulama ukhrawi, mereka mengetahui bahwa dunia ini hina sedangkan akherat adalah kekal dan mulia. Sifat ulama ukhrawi hendaknya mereka membatasi diri untuk tidak terlalu dekat dengan penguasa dan bersikap waspada jika bergaul dengan mereka. Di antara sifat para ulama ukhrawi ialah mengkaji rahasia-rahasia mal syaríyah dan mengamati hukum-hukumnya. Mengikuti Rasulullah dan para sahabat dan para Tabiín yang pilihan serta menjaga diri dari hal-hal yang baru dan merusak amal serta mengeruhkan hati dan menimbulkan keguncangan.
Allah SWT berfirman:
أَمَّنۡ هُوَ قَٰنِتٌ ءَانَآءَ ٱلَّيۡلِ سَاجِدٗا وَقَآئِمٗا يَحۡذَرُ ٱلۡأٓخِرَةَ وَيَرۡجُواْ رَحۡمَةَ رَبِّهِۦۗ قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِي ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar (39) : 9).
Sobat. Kemudian Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menanyakan kepada orang-orang kafir Mekah, apakah mereka lebih beruntung daripada orang yang beribadah di waktu malam dengan sujud dan berdiri dengan sangat khusyuk. Dalam melaksanakan ibadah itu, timbullah dalam hatinya rasa takut kepada azab Allah di akhirat, dan memancarlah harapannya akan rahmat Allah.
Perintah yang sama diberikan Allah kepada Rasul-Nya agar menanyakan kepada mereka apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui. Yang dimaksud dengan orang-orang yang mengetahui ialah orang-orang yang mengetahui pahala yang akan diterimanya, karena amal perbuatannya yang baik, dan siksa yang akan diterimanya apabila ia melakukan maksiat. Sedangkan orang-orang yang tidak mengetahui ialah orang-orang yang sama sekali tidak mengetahui hal itu, karena mereka tidak mempunyai harapan sedikit pun akan mendapat pahala dari perbuatan baiknya, dan tidak menduga sama sekali akan mendapat hukuman dari amal buruknya.
Di akhir ayat, Allah menyatakan bahwa hanya orang-orang yang berakal yang dapat mengambil pelajaran. Pelajaran tersebut baik dari pengalaman hidupnya atau dari tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat di langit dan di bumi serta isinya, juga yang terdapat pada dirinya atau teladan dari kisah umat yang lalu.
(Dr. Nasrul Syarif, M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAi Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur)