Tinta Media: Ideologi
Tampilkan postingan dengan label Ideologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ideologi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 02 April 2024

Menghentikan Penjajah Zionis Yahudi dengan Memboikot Ideologinya



Tinta Media - Semenjak peristiwa genosida yang dilakukan oleh Zionis Yahudi terhadap warga Palestina, muncul aksi terhadap boikot produk-produk yang terafiliasi dengan negara Zionis tersebut. Termasuk kurma, yang selama bulan suci Ramadan ini buah kurma menjadi salah satu makanan yang disunahkan bagi umat Islam untuk membatalkan puasa. Namun, tidak sedikit kurma yang beredar di pasaran berasal dari negara tersebut. 

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Prof Sudarnoto menyerukan boikot kurma Zionis Yahudi karena uang hasil penjualannya untuk membunuh warga Palestina. Beliau mengatakan, produk-produk yang diboikot bermacam-macam mulai dari makanan, minuman dan lain-lain. MUI bahkan telah mengeluarkan Fatwa Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan Terhadap Perjuangan Palestina, tambah Prof Sudartono. 

Sebagaimana diketahui bahwa Zionis Yahudi merupakan salah satu negara pemasok kurma terbesar kedua setelah Arab Saudi. Middle East Eye, Minggu (3/2) mewartakan bahwa sepertiga dari total ekspor kurma produsen Zionis Yahudi dilakukan selama bulan Ramadan, khususnya untuk kurma jenis Medjool. 

Di tengah menggemanya aksi boikot ini, perusahaan kurma Zionis Yahudi tentu saja khawatir produk buatannya tidak laku di masyarakat. Bahkan tersiar kabar untuk mengatasi aksi boikot tersebut, produsen kurma Zionis Yahudi disebut bekerja sama dengan beberapa pembeli untuk mengubah label pada produk supaya menutupi produsen asal kurma tersebut. 

Pengawasan terhadap produk-produk Israel di kalangan muslim memang meningkat setelah pertumpahan darah di Gaza. Hanya dalam waktu lima bulan, serangan yang dilakukan penjajah Zionis tersebut telah mengakibatkan hampir 30.000 warga Palestina terbunuh dan lebih dari 69.000 orang terluka. Bahkan memasuki bulan Ramadan ini, serangan Zionis Yahudi terhadap warga Palestina semakin meningkat. 

Mirisnya hingga hari ini kaum muslim Palestina belum juga mendapat pembelaan dari pemimpin-pemimpin negeri-negeri muslim, termasuk negara tetangga Palestina. Mereka tidak mampu mengeluarkan pasukannya untuk membantu melawan pasukan zionis, meski kecaman sudah datang dari umat Islam di berbagai negeri. Hal kecil yang bisa dilakukan oleh umat Islam hari ini adalah mengupayakan boikot kurma produk Zionis Yahudi sebagai pengekspor kurma terbesar. 

Melihat aksi boikot yang dilakukan masyarakat hari ini, seharusnya juga terus dilakukan juga atas produk-produk Zionis Yahudi lainnya. Boikot juga harus terus ditingkatkan terhadap ideologi yang membiarkan kekejaman di Palestina terus terjadi dengan dukungan negara besar seperti Amerika, yakni ideologi Kapitalisme. 

Keberadaan ideologi Kapitalisme merupakan penyebab utama langgengnya penjajahan di dunia hari ini. Saat ini ideologi Kapitalisme terus menyebarluaskan pemikirannya ke seluruh dunia dengan pendekatan dominasi kekuasaan. Ideologi ini juga yang telah menyebar luaskan ide nasionalisme yang merupakan racun untuk memecah-belah umat manusia, khususnya umat Islam. 

Ide nasionalisme inilah, yang menjadikan satu bangsa berusaha untuk menguasai bangsa lain demi meraih kekuasaan, kekayaan material, mendapatkan sumber daya alam dan sebagainya. Nasionalisme ini juga yang telah membuat diamnya negeri-negeri muslim saat umat Islam dibantai di Palestina, Uighur, Suriah dan negeri-negeri Muslim lainnya. 

Maka umat harus sadar, bahwa satu-satunya ideologi yang dapat menciptakan kebaikan, kesejahteraan, keamanan serta kemaslahatan bagi seluruh manusia dan alam hanyalah ideologi Islam. Sebagai seorang Muslim, tentu sepatutnya kita meyakini bahwa Rasulullah Muhammad SAW diutus dengan membawa syariah Islam untuk mewujudkan rahmat bagi semesta alam. 

Allah subhanahu wa taala berfirman:
“Kami tidak mengutus kamu (Muhammad), kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam” (QS. al-Anbiya[21]: 107) 

Menurut Syaikh an-Nawawi al-Bantani (w. 1316 H) dalam kitab tafsirnya, Maraah Labiid ayat tersebut memiliki makna “Tidaklah Kami mengutus engkau, wahai sebaik-baiknya makhluk dengan membawa syariah-Nya, kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta, yakni agar menjadi rahmat Kami bagi alam semesta seluruhnya; bagi agama ini dan kehidupan dunia.” 

Karena itu rahmat bagi alam semesta merupakan konsekuensi logis (buah) dari penerapan Islam secara kaffah (totalitas) dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Sebagai kaum muslim, tentu kita tidak boleh membiarkan begitu saja dunia berada dalam kehancuran akibat dari penerapan ideologi Kapitalisme. 

Dahulu dunia pernah dijajah oleh dua imperium besar, Persia dan Romawi. Lalu Rasulullah SAW dan kaum muslim saat itu berupaya menghentikan penjajahan tersebut yang diawali dengan membangun sebuah peradaban yang agung terlebih dahulu, yakni Negara Islam pertama di Madinah Al-Munawarah. 

Upaya Rasulullah dan para sahabat pun berhasil menghentikan penjajahan yang dilakukan Persia dan Romawi saat itu dengan kekuatan negara ideologis tersebut. Setelah wafatnya Rasulullah SAW, misi membangun peradaban tersebut dilanjutkan oleh para Khalifah setelah beliau. Pada masa Khalifah Umar bin al-Khaththab ra., ketika Daulah Islam baru berumur belasan tahun kaum Muslimin dapat mengalahkan kekuatan dua imperium penjajah yang sudah berusia ratusan tahun. 

Runtuhnya kekuasaan dua Imperium penjajah tersebut menjadikan dunia kemudian berada dalam aturan Islam yang terbukti membawa kebaikan bagi umat seluruh manusia  selama 13 abad. Maka sudah seharusnya umat Islam sadar untuk terus menyuarakan keagungan ideologi yang shahih dan layak untuk diterapkan, yaitu ideologi Islam. 

Ideologi Islam yang menjadi dasar negara hanya akan terwujud ketika Islam didakwahkan dengan mengikuti thariqoh (metode) dakwah Rasulullah SAW. Dakwah yang dilakukan adalah dakwah pemikiran yang menjadikan umat berpegang kuat pada aqidah Islam sekaligus menjadikannya sebagai Qaidah dan Qiyadah fikriyah. Dakwah Inilah yang harus digencarkan oleh umat Islam di tengah buruknya kehidupan sekuler hari ini. 

Dengan ideologi inilah  akan terwujud sebuah negara berdaulat yang akan bersikap tegas kepada siapa pun dan negara mana pun demi kemaslahatan rakyatnya. Dan dengan inilah negeri-negeri Islam akan terbebas dari penindasan dan penjajahan.


Oleh: Gusti Nurhizaziah 
(Aktivis Muslimah) 

Sabtu, 07 Oktober 2023

Penjajahan: Dari Militer Ke Ideologi, dari Parsial ke Komprehensif

Tinta Media - Alhamdulillah kita memang sudah merdeka. Tapi merdeka secara fisik saja. Merdeka secara militer saja. Bukan atau belum merdeka secara hakiki.

Mengapa bisa begitu? Ya bisalah. Sebab proses merdeka kita mengikuti perubahan metode penjajahan oleh negara kafir penjajah. Yakni dari penjajahan fisik yang parsial  ke penjajahan ideologi  yang komprehensif.

Dulu, hingga awal abad 20 para penjajah masih menjajah secara fisik. Sebagaimana Israel kepada Palestina saat ini. Namun mereka kemudian menyadari bahwa komunisme memberikan angin segar kepada bangsa bangsa terjajah sehingga melakukan gerakan kemerdekaan. Jika hal ini dibiarkan maka para penjajah akan kehilangan negeri jajahan yang kaya khususnya negri negri Islam.

Oleh karena itulah maka para penjajah merekayasa agar secara fisik militer boleh merdeka namun secara ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan hankam harus tetap dijajah. Akhirnya para penjajah membuat sistem nation state yang sekuler kapitalis dan menunjuk atau mengangkat orang pribumi sebagai penguasa boneka yang tunduk kepada penjajah. Penguasa agen penjajah inilah yang melaksanakan sistem warisan penjajah dan menjalankan agenda penjajahan gaya baru. Ini terjadi di seluruh negeri jajahan baik di Asia, Afrika maupun Amerika latin termasuk negeri-negeri Islam di Asia tenggara, Asia Tengah, Asia Selatan, Afrika Utara, Afrika Timur, Afrika Barat  dan timur tengah.

Itulah mengapa kita belum merdeka secara nyata. Karena mengikuti perubahan metode penjajahan dari penjajahan fisik militer ke penjajahan ideologi yang komprehensif.

Lihatlah sendiri bukankah kita sekarang dijajah semua sektor kehidupan? Ekonomi, politik, pendidikan, sosial budaya, hankam dll? Semua sektor kita tidak punya independensi. Tidak punya otoritas. Tidak punya kewenangan. Bahkan UU pun dibuat oleh para penjajah melalui agen agennya. Maka muncullah berbagai UU yang jika diterapkan makin menghancurkan kehidupan kita.

Terus bagaimana agar kita merdeka secara hakiki? 

Hanya dengan Islam kaffah, Islam sebagai ideologi. Sebab karakter ideologi Islam itu tidak menjajah. Tapi membebaskan. Lihatlah negri negri di Asia, Afrika, bahkan Eropa yang pernah dikuasai ideologi Isl tidak satupun dijajah tapi dimerdekakan. Tidak ada perbedaan hak dan kewajiban antara muslim yang datang dengan muslim lokal bahkan dengan semua warga lokal sekalipun tidak masuk Islam. 

Warga lokal ikutan bangkit bersama muslim yang datang. Sama-sama berjuang menegakkan Islam. Sama-sama meraih kejayaan dan kemenangan. Sama-sama mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan. Tidak ada diskriminasi. Itulah ideologi Islam yang membuat manusia merdeka secara hakiki. Yakni merdeka dari menyembah makhluk atau hawa nafsu. Dan fokus hanya menyembah Allah SWT sebagai satu satunya Pencipta, pengatur dan laa ilaaha illaLlaaah. 

Jadi kalo mau merdeka secara hakiki. Lahir batin fisik dan mental dunia akhirat maka hanya dengan menerapkan ideologi Islam secara totalitas. 

Selamat berjuang kawan, semoga umat manusia segera meraih kemerdekaan hakiki dengan tegaknya Islam kaffah dalam sistem khilafah. Wallaahu a'lam.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center

Jumat, 06 Oktober 2023

IJM: Kaum Muslim Harus Mewaspadai Penyebaran Ideologi Komunisme


Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana mengingatkan kaum Muslim agar selalu mewaspadai penyebaran ideologi komunisme.


"Kaum Muslim harus selalu mewaspadai penyebaran ideologi komunisme yang sesat ini," tuturnya dalam video:  Memerangi Komunisme, Ahad (1/10/2023) di kanal Youtube Justice Monitor.


Apalagi, imbuhnya, belakangan muncul keinginan segelintir orang yang ingin menghidupkan kembali paham tersebut.


“Sebuah ideologi tidak akan punah dari muka bumi, selama masih ada pengembannya. Begitu pula dengan komunisme, PKI memang telah dibubarkan dan dinyatakan sebagai partai terlarang. Komunisme sebagai ideologinya juga sudah dilarang. Namun simbol-simbolnya sering dijumpai di masyarakat. Berbagai pertemuan dan kajian seputar komunisme juga terus berlangsung sampai saat ini," terangnya.


Ia melihat, menguatnya komunisme di tanah air disebabkan oleh dua hal. Pertama, adanya pembiaran terhadap ideologi komunisme hingga terus berkembang,  termasuk membiarkan berbagai sikap  anti ulama yang lurus, anti syariah, anti Tuhan, dan juga adu domba antar kelompok masyarakat.

"Kedua, komunisme berkembang karena kelemahan pemahaman Islam di tengah umat dan kurangnya kesadaran politik Islam," tambahnya.


Ia mengungkapkan, bahwa tidak sedikit umat Islam yang menganut ideologi komunisme dan memperjuangkannya tanpa tahu kebatilan dan juga kesesatan dari komunisme.

"Kita perlu catat bahwa komunisme itu adalah ideologi batil, sesat dan tentu yang pasti bertentangan dengan ajaran Islam, baik dari sisi akidah maupun sisi syariahnya," ungkapnya.


Begitu pula, imbuhnya, haram hukumnya bergabung dengan kelompok yang menganut dan memperjuangkan komunisme.


“Dasar dari paham komunisme adalah materialisme yakni meyakini materi sebagai asal muasal kehidupan dan menolak Allah sebagai al-Khaliq. Bahkan komunisme mengajarkan kebencian kepada agama dan kepada umat beragama. Ideologi ini menghalalkan kekerasan untuk perubahan masyarakat yang mereka inginkan. Terutama menyerang dan membunuh para ulama," ujarnya.


Kapitalisme


Agung mengingatkan, selain komunisme, umat juga sedang terancam secara nyata oleh ideologi kapitalisme yang mencengkeram negeri ini.


“Kapitalisme liberal, melalui para pengusungnya menyebabkan berbagai kekayaan alam yang terkandung di negeri ini dikuasai oleh asing. Negeri ini juga rentan didominasi oleh asing, lewat utang luar negeri. Pada saat yang sama, kehidupan sosial umat dihancurkan dengan budaya liberalisme, semisal perzinaan, termasuk di dalamnya free sex, L68T dan lain sebagainya," bebernya.


Karenanya, ucap Agung,  bila umat ingin selamat dari ancaman komunisme juga kapitalisme liberal, hendaknya kembali  kepada Islam, satu-satunya sistem kehidupan yang mulia dan diterima oleh Allah Swt.


“Allah Swt. berfirman yang artinya, "Dan sungguh inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah. Jangan kamu ikuti jalan-jalan yang lain, yang akan menceraiberaikan kamu dari jalannya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa. (TQS. Al An'am: 153," tandasnya.


Terakhir ia mengajak kaum muslim agar menyadari bahwa komunisme bahaya laten dan kapitalisme bahaya nyata.[] Ajira

 

Minggu, 07 Mei 2023

Kepemilikan Umum Dikuasai Asing, MMC: Freeport merupakan Penjajahan Ideologi Kapitalisme


Tinta Media - Muslimah Media Center (MMC) menegaskan bahwa Freeport merupakan penjajahan ideologi kapitalisme yang meniscayakan pengelolaan kepemilikan umum dikuasai oleh asing.

"Sejatinya, Freeport merupakan penjajahan ideologi kapitalisme yang meniscayakan pengelolaan kepemilikan umum dikuasai oleh asing," tutur narator dalam program Serba Serbi MMC (Muslimah Media Center) bertema: Izin Ekspor Freeport Diperpanjang, Kekayaan Alam Negara Hanya Dinikmati Asing? Ahad (30/4/2023) di kanal YouTube Muslimah Media Center.

Padahal dalam Islam, kata narator, kekayaan alam merupakan harta yang jumlahnya tidak terbatas, sehingga dikategorikan harta kepemilikan umum. Rasulullah SAW bersabda
"Manusia berserikat atas Tigal hal, yaitu padang, api dan air" (HR. Ibnu Majah)

"Padang adalah tanah luas yang di dalamnya terdapat harta benda seperti emas, perak, tembaga bauksit dll. Sedangkan api adalah segala sesuatu yang bisa menghasilkan api seperti kayu, gas dan listrik. Sedangkan air adalah segala sesuatu yang sifatnya cair berupa air sungai, laut atau air sumur. Dalam hal ini, manusia diperbolehkan untuk memanfaatkan apa yang ada di dalamnya untuk mereka," terangnya. 

Sehingga, lanjutnya, larangan privatisasi kepemilikan umum merupakan sesuatu yang harus diperjuangkan. "Sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi SAW dalam kasus penarikan tambang yang diberikannya kepada seorang sahabat," pungkasnya. [] Sarinah

Minggu, 02 April 2023

Analis: Persaingan Ideologi Akan Terus Terjadi Selama Manusia Masih Ada

Tinta Media - Analis Senior Pusat Kajian dan Analis Data (PKAD) Fajar Kurniawan mengatakan bahwa persaingan ideologi senantiasa akan terus ada sepanjang peradaban manusia.

"Persaingan Ideologi antara negara-negara di dunia merupakan hal yang selalu ada dan akan terus terjadi selama peradaban manusia masih ada,” tuturnya dalam Kabar Petang: Tegang! Rusia dan Cina Jadi Musuh Nomor 1 Dunia? Sabtu (18/3/2023) di kanal YouTube Khilafah News.

Menurutnya, persaingan saat ini direpresentasikan oleh negara bangsa atau nation state, namun yang lebih mendasar adalah persaingan landasan peradaban di antara mereka, terutama dalam hal ideologi.

Fajar menyatakan bahwa Amerika Serikat dan sekutunya merepresentasikan ideologi kapitalisme liberal, sedangkan Rusia dan Cina masih dipersepsikan sebagai negara-negara yang mempresentasikan ideologi sosialisme komunisme. Namun, ia mengakui bahwa ideologi sosialisme dan komunisme sudah runtuh, namun sisa-sisa ideologi itu masih melekat di beberapa negara, termasuk Rusia dan Cina.

Menurut Fajar, persaingan tersebut menyebabkan saling lempar klaim antara negara-negara. Ketika ditanya siapa yang paling berbahaya bagi keberlangsungan kehidupan di dunia ini, Rusia dan China akan menjawab bahwa Amerika dan sekutunya dalam hal ini adalah NATO yang paling berbahaya, dan sebaliknya.

Fajar juga mengatakan bahwa negara-negara tersebut memiliki persamaan ketika memperlakukan Islam yakni memiliki kebijakan yang sama dalam mencegah terwujudnya Islam politik yang menjadi kekuatan dan ancaman bagi ideologi mereka.
“Ideologi Islam menjadi potensial Challenger yang menjadi penantang bagi kedua ideologi tersebut,” pungkasnya. [] Abi Bahrain

Minggu, 26 Maret 2023

Menguatkan Ideologi Partai

Tinta Media - Wajib bagi setiap gerakan jamaah berpegangan pada suatu ideologi yang kuat dan shahih, selain itu juga harus berpegangan pada ideologi agar tergerak sesuai aturan.

Apa Itu Ideologi?

Ideologi adalah pemikiran mendasar yang membuahkan aturan. Terdapat tiga ideologi besar yaitu Islam, Kapitalisme, dan Sosialisme. Masing-masing ideologi memiliki aturan hidup tersendiri. Seperti contoh kapitalisme, kapitalisme percaya manusia berasal dari tuhan dan akan kembali kepadanya. Akan tetapi, kapitalisme bertujuan memisahkan agama dengan kehidupan.

Sedangkan sosialisme adalah ideologi yang menganggap semua manusia itu dari materi bukan dari tuhan dan akan kembali menjadi materi, dan tujuan mereka hanya untuk materi. Jadi mereka tidak akan menanggapi suatu hal yang tidak dapat dijangkau oleh panca indera manusia seperti hal yang berbau spiritual atau agama.

Islam merupakan ideologi yang kuat, bahkan Islam pernah menaungi dunia selama 1300-an tahun. Islam menjadi ideologi yang kuat karena mereka percaya bahwa manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepadanya, sehingga umat muslim takut akan azab Allah. Maka mereka hidup bertujuan hanya sekedar mencari ridha Allah.

Bagaimana Ideologi yang Kuat?

Saat ini, di zaman ketiadaan khilafah. Islam makin kini makin melemah, angka kemiskinan terus melunjak karena sistem kapitalis, dan barat berusaha menjauhkan umat muslim dari ideologi Islam. Hal seperti ini tidak boleh dibiarkan karena salah satu sistem Islam yang paling penting yakni khilafah harus segera ditegakkan dengan menggunakan ideologi Islam yang kuat.

Ideologi yang kuat yakni ideologi yang mampu menjawab simpul besar (Uqdah al-Kubra) dengan benar yang berupa pertanyaan asal usul manusia, apa tujuannya, dan kemana manusia setelah kehidupan ini. Tidak hanya menjawab, namun juga harus memaminya dan melaksanakan isi jawaban dari Uqdah al-Kubra.

Bagaimana Cara Menguatkan Ideologi Pada Partai?

Cara menguatkan ideologi pada anggota partai yakni dengan memfokuskan anggotanya pada ideologi dan tujuannya, bukan memfokuskan pada partainya. 

Perjuangan partai sejak didirikan hendaknya membawa misi yang sama dan metode yang sama, yaitu mengembalikan khilafah dengan jalan dakwah fikriyah tanpa sama sekali terkompromi dengan politik praktis yang rusak saat ini.

Yang diperjuangkan semata-mata hanyalah Islam sendiri. Baik itu di belahan dunia manapun partai ini berada. Baik di Indonesia, Malaysia, Sudan, China, dan lain-lain.
Maka dari itu diperlukan ideologi Islam yang kuat untuk menyelamatkan masyarakat dari sistem demokrasi yang zalim, dan untuk mengibarkan serta menegakkan bendera tauhid kembali.

Oleh: Muchammad A’lauddin Al Aizar Nurichsan
Santriwan VIII IBS Al Amri

Kamis, 06 Oktober 2022

Kiai Budiman: Ideologi Selain Islam Wajib Diingkari

Tinta Media - Pengasuh Pondok Pesantren Al Ghuroba Patemon Probolinggo Kiai Budiman menyampaikan Ideologi yang datangnya bukan dari Islam maka wajib diingkari.

“Ideologi Komunis dan Ideologi Kapitalis ini tidak datangnya dari Islam dan wajib kita ingkari,” ujarnya dalam acara Multaqo Ulama Aswaja Tapal Kuda Probolinggo: Mengingat Tragedi G30S/PKI,Bahaya Mafsadat Dan Mudharat Ideologi Ciptaan Manusia, Pembelajaran Dari Pemberontakan PKI, Saatnya Kembali Kepada Islam Kaffah, Jumat (30/9/2022) di kanal YouTube Rumah Inspirasi Perubahan.

Karena menurutnya, orang beriman yang mengingkari Ideologi selain dari Islam, tidak diterima dan tidak diridhoi Allah swt.

"Karena syarat orang yang beriman itu adalah:
فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْ ۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ ﴿البقرة : ۲۵۶
Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 256),” jelasnya.

Begitu juga dengan sesuatu yang bertentangan dengan syari’at, lanjutnya, harus diingkari karena pasti akan menimbulkan kerusakan, seperti kekejaman Komunisme pada tahun 1948 yang memakan banyak korban dari orang Islam. 

“Jangan kalian menganggap enteng Ideologi komunis ini, karena ini berkaitan dengan Aqidah dan keimanan kita, kalau membiarkan masuk selain ideologi islam, bagaimana nasib kita dan anak cucu kita? Maka kehancuran akan datang pada diri kita dan anak cucu kita,” pungkasnya.[] Lukman Indra Bayu 

Kamis, 23 Juni 2022

Direktur Inqiyad: Hanya Tiga Ideologi yang Universal


Tinta Media - Direktur Institute of Islamic Analaysis and Development (Inqiyad)  Assoc.Prof. Dr. Fahmy Lukman, M.Hum. mengatakan, hanya tiga ideologi yang universal.

“Kalau kita baca bukunya Samuel Huntington dalam clash of civilizations, ideologi Islam, kapitalisme, sosialisme adalah tiga ideologi yang universal sifatnya,” tuturnya dalam FGD #32 Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa: Islam is Beyond Ideology, Sabtu (18/2/2022) di kanal Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa.

Fahmy memberikan alasan, hanya tiga ideologi itu yang memiliki pemikiran menyeluruh dan mendasar, memiliki solusi atas problematika manusia dan kehidupan dunia, serta memiliki metode penyebaran masing-masing.

Radiks

Fahmy menjelaskan, pembahasan ideologi terkait dengan pemikiran mendasar yang tidak didasari oleh pemikiran lainnya. “Jadi ini memang pemikiran yang sangat radiks,” tukasnya.

Menurutnya, ideologi mengandung pemikiran mendasar, adanya seperangkat aturan sebagai solusi terhadap persoalan yang dihadapi manusia, dan memiliki metode spesifik untuk menjaga pemikiran mendasar itu. “Jadi, ideologi itu memiliki dua kategori. Ada konsep, ada metode untuk menerapkan konsep,” jelasnya.

Berdasarkan kerangka tersebut, Fahmy lalu menyimpulkan bahwa ideologi di dunia ini ada tiga, kapitalisme, sosialisme dan Islam.

Kapitalisme

Menurutnya, akidah kapitalisme adalah sekuler yaitu pemisahan agama dari kehidupan. “Dalam kapitalisme agama ditempatkan pada wilayah private seperti persoalan tirual, persoalan ibadah,” ungkapnya.

“Sekularisme lahir dari latar belakang penolakan agama, dan meremehkan agama. Ini lahir di kalangan masyarakat Eropa pada masa-masa Abad Pertengahan yang lalu, di mana Eropa mengalami masa the dark ages (abad-abad kegelapan),” bebernya.

Mantan Atase Pendidikan KBRI di Cairo Mesir ini menegaskan bahwa sekulerisme sebagai sebuah keyakinan menyatakan bahwa dunia harus diatur oleh hukum manusia bukan hukum agama.

“Aturannya menggunakan aturan yang dibuat manusia. Jadi manusia menjadi sumber dari segala sumber hukum, serta menolak aturan agama,” tegasnya.

Sementara sistem pemerintahannya, kata Fahmy, kapitalisme menggunakan sistem pemerintahan demokrasi, dan sistem politiknya menggunakan sistem yang digagas Johnlock dan Montesque.

“Dari sisi tolok ukur perbuatan, asasnya manfaat. Oleh karena itu baik-buruk diukur berdasar manfaat, dan menolak batasan halal haram,” imbuhnya.

Dalam kapitalisme, lanjutnya, masyarakat terdiri dari individu. Kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat akan terwujud jika setiap individu diberi kebebasan sebebas-bebasnya. “Inilah yang melahirkan sistem ekonomi kapitalis,” jelasnya.

Sosialisme

Fahmy mengatakan bahwa akidah sosialisme adalah materialisme. “Kalau kita lihat filsafat materialisme , esensinya adalah pengingkaran terhadap eksistensi Tuhan,” terangnya.

Menurut Fahmy, sosialisme lahir dari dialektika materialisme yang dipengaruhi oleh  pandangan Feuerbach yang menyatakan bahwa tuhan adalah imajinasi manusia. “Jadi manusialah yang menciptakan tuhan, bukan sebaliknya,” ungkapnya.

“Agama seringkali disebut sebagai opium yang membius masyarakat, meninabobokkan masyarakat. Oleh karena itu agama harus dihapuskan,” tambahnya.

Aturan hidupnya, lanjut Fahmy, aturan yang dibuat oleh manusia, serta menolak aturan agama. Tolok ukur perbuatannya lahir dari evolusi materi. “Baik buruk berdasar evolusi materi, sehingga tidak ada standar nilai yang bersifat tetap, terus berubah sejalan dengan evolusi materi,” kritiknya.

Islam

Fahmy mengatakan Islam memiliki akidah dan sistematuran. Akidahnya keimanan kepada eksistensi Allah SWT. Pencipta dan Pengatur alam semesta. Sistem aturannya berasal dari Allah SWT.

“Aturan Islam berasal dari Allah SWT., manusia tinggal melaksanakannya. Dengan demikian maka  seluruh aturan yang mengatur manusia harus lahir dan bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah serta yang ditunjukkan oleh keduanya,” paparnya.

Menurut Fahmy, tolok ukur perbuatan dalam Islam adalah halal haram. Halal haram, baik-buruk perbuatan ditetapkan berdasarkan kesesuaiannya dengan hukum Allah SWT. “Terminologi halal-haram itu hanya ada dalam Islam, tidak ada dalam terminologi dua ideologi sebelumnya,” tandasnya.

Sedang terkait masyarakat, lanjutnya, ada empat aspek, yaitu sekumpulan manusia yang punya pemikiran, perasaan dan sistem aturan. “Empat unsur ini menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan,” tandasnya.

Fahmy juga menjelaskan bahwa Islam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang ada di tengah masyarakat dan tidak mentolerir masuknya nilai-nilai yang bisa merusak kemuliaan dan keluhuran masyarakat. “Hal yang bisa mendowngrade(menurunkan nilai luhur) seperti L68T, perzinahan, Islam mengharamkan keduanya dengan alasan apa pun,” tegasnya.

Lebih dari Ideologi

Menurut Fahmy, Islam bukan sekedar ideologi. “Saya ingin mengatakan bahwa Islam lebih dari persoalan ideologi. Kehidupan dalam konteks pemahaman Islam adalah ibadah. Ini yang tidak terdapat di dalam kapitalisme atau pun sosialisme,” tegasnya.

Tiga ideologi ini, menurut Fahmy, tidak pernah akur karena memang dasar pemikiran radiksnya berbeda.

“Oleh karena itu tiga ideologi ini akan selalu berbenturan, tidak pernah mencapai titik temu karena dasar pemikiran ideologinya saling menegasikan,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 
 

Kamis, 09 Juni 2022

Khilafah Sebagai Ideologi, Adakah Literaturnya?


Tinta Media - “Kalau ditinjau dari literasi dari para intelektual barat, tidak ada literatur yang mengatakan bahwa khilafah Itu adalah sebuah ideologi,” ungkap Pakar Fikih Kontemporer KH M. Shiddiq al-Jawi, S.Si., M.SI. dalam acara Menyorot Para Pembenci Khilafah, Ahad (5/6/2022) di kanal UIY Official.

Ia mencontohkan, buku karya Prof. Ebenstein yang berjudul Todays Isms. “Di dalamnya tidak ada ideologi khilafah. Padahal dia wawasannya global,” jelasnya.

“Demikian juga dalam buku Political Ideology  Today,  tulisan Prof., Ian Adams, itu juga tidak ada yang namanya ideologi Khilafah,” imbuhnya.

Kewajiban Syariah

Kyai Shiddiq menjelaskan bahwa khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW., lalu dilanjutkan oleh para khalifah setelah beliau yang menerapkan syariat Islam.

Khilafah bukan ideologi tapi kewajiban dalam syariah Islam. “Kalau mau disebut ideologi  dalam arti  way of life yang komprehensif mengatur seluruh aspek kehidupan, ya  Islam bukan khilafah,” tegasnya. 
 
Ia menilai terminologi ideologi khilafah itu sengaja di frame supaya ideologi khilafah bisa dipertentangkan dengan ideologi Pancasila. “Sebenarnya pemilihan diksi  ideologi khilafah  itu sudah didesain supaya nanti di dalam konstruksi hukum  bertentangan dengan ideologi Pancasila. Tujuannya itu ke sana,” jelasnya memberikan analisa. 

Tak Ada Bukti

Terkait dengan pernyataan bahwa khilafah itu berbahaya, Kyai Shidiq mengatakan, “Kalau misalnya orang mengatakan bahwa khilafah itu berbahaya, mestinya dia bisa menunjukkan bukti, karena yang namanya analisis mengenai suatu ancaman atau bahaya itu harus  ada analisisnya,” katanya.

Jadi kalau misalnya bahaya, lanjutnya, katakanlah bahaya dari segi harta benda, sudah berapa  milyar uang yang dikorupsi oleh aktivis-aktivis yang memperjuangkan Khilafah. “Mestinya ada data sekian miliar uang negara yang sudah dicuri oleh aktivis-aktivis khilafah,” tegasnya.

Kebencian Barat

Kyai Shidiq tegaskan bahwa sebenarnya  kebencian terhadap khilafah itu tidak muncul dari dunia islam, tapi muncul dari para intelektual muslim yang  terpengaruh oleh kebencian Barat terhadap khilafah.

Ia menggambarkan kebencian barat tersebut. Dalam kitab mafahim siyasiyyah karya Syekh Taqiyuddin an-Nabhani  diterangkan  bahwa sikap permusuhan dari negara-negara barat khususnya kepada khilafah  dan jihad  bermula pada abad 16. Pada waktu itu pasukan jihad dari khilafah Utsmaniyah melakukan futuhat-futuhat  di negara-negara Eropa. 

Karena futuhat itu, lanjutnya, terbentuklah perasaan kebencian kepada khilafah dan  jihad. “Negara-negara Eropa khususnya Eropa Barat lalu berhimpun dalam suatu komunitas negara-negara Kristen yang tujuannya menolak futuhat dari Usmaniyah pada waktu itu,” bebernya.

Komunitas negara-negara Kristen awalnya hanya  negara Kristen Eropa Barat lalu menyebar ke negara-negara Eropa Timur. Kemudian bergabung ke dalamnya berbagai negara non Kristen. “Nah itulah yang kemudian di abad 20 menjadi cikal bakal  LBB (Liga Bangsa-Bangsa). Kemudian tahun 1945 menjadi cikal bakal  PBB,” jelasnya.

Terakhir Kyai Shidiq menegaskan bahwa kebencian terhadap khilafah  itu menyebar karena propaganda khususnya propaganda yang dilahirkan dari tiga pihak, media, negara, sistem pendidikan.

“Tiga faktor ini yang menimbulkan apa yang disebut dengan Islamofobia di barat,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
 

Rabu, 01 Juni 2022

Aktualisasi Ideologi Islam Menyongsong Fajar Kebangkitan Hakiki


Tinta Media - Makna kebangkitan identik dengan rasa dan semangat persatuan, kesatuan, dan kesadaran sebuah bangsa yang memiliki tujuan satu melalui gerakan organisasi. Inilah yang tersirat pada perwujudan perjuangan sebelum kemerdekaan Indonesia, pertama kali dipelopori oleh pendiri organisasi Budi Utomo yaitu dr. Wahidin Soedirohoesodo pada tanggal 20 Mei 1908 silam.
 
Adapun maksud dan tujuan organisasi tersebut adalah tercapainya kemajuan bangsa di bidang pendidikan. Tidak berhenti di situ, melainkan sebagai tonggak pergerakan untuk mewujudkan kebangkitan di bidang pertanian, peternakan, perniagaan, industri, hingga kesenian. Dengan kata lain, rakyat harus bangkit dari keterpurukan dan menyongsong masa depan dengan mengaktualisasikan sebuah nilai, moral, dan prestasi yang gemilang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini dilakukan agar tercipta sebuah kemerdekaan bangsa Indonesia yang hakiki, adil, makmur, dan sejahtera. 
 
Seperti agenda yang diselenggarakan tahun 2022 ini, yaitu dengan mengangkat tema "Ayo Bangkit Bersama". Presiden Jokowi berpesan untuk saling bekerja sama dan bangkit untuk memajukan bangsa dari Sabang sampai Merauke, dengan semangat berkobar, penuh damai. Tidak boleh ada yang tertinggal dan tersisihkan (Kompas.com, 20/05/2022).
 
Adanya perayaan Harkitnas ini diharapkan menjadi pendorong bagi kemajuan seluruh elemen bangsa Indonesia, agar cita-cita bangsa dapat tercapai, sejalan dengan Pancasila dan UUD 1945. Namun, terhitung 114 tahun peringatan kebangkitan nasional, apakah kita sudah benar-benar bangkit dari keterpurukan?
 
Berbagai negara di dunia memberi label bangkit ketika berhasil mengadakan pembangunan infrastruktur, pemanfaatan teknologi canggih, pengelolaan SDM dan SDA yang melimpah. Namun, apakah semua manusia yang tinggal di dalamnya sudah sepenuhnya merasakan kebangkitan yang dimaksud? 

Tengoklah negara Indonesia. Dengan segala kekayaan yang dimiliki, nampak negeri ini sangat menjanjikan rakyatnya lebih maju dibanding negara lain. Namun, kenyataan justru sebaliknya, tidak memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat.
 
Sama saja kebangkitan yang tercipta hanya semu karena cukup dirasakan bagi segelintir orang. Bagi sebagian yang lain, terutama rakyat tidak meraih kebahagiaan secara merata. Keadaan ekonomi, sosial, politik, pendidikan, hukum justru kian memburuk. Wajar saja muncul berbagai permasalahan seperti kriminalitas tinggi, pengangguran, permusuhan antar golongan, dan lain-lain. Belum lagi sumber daya alam dikuasai asing dan aseng. Lagi-lagi rakyat tidak menikmati hasilnya, yang ada rakyat terbebani utang yang membengkak. 
 
Jika melihat kondisi umat saat ini, pada umumnya mereka sudah mulai sadar terhadap buruknya kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada mereka. Kekecewaan, marah, dan rasa tidak puas masyarakat terhadap penguasa diluapkan dalam bentuk sindiran maupun berbagai aksi. Namun, umat belum memahami bahwa berbagai kerusakan yang ada merupakan buah dari sistem yang diterapkan di negeri ini. Di sisi lain, umat kebingungan menentukan jalan mana yang harus ditempuh untuk mendapatkan solusi yang tepat dalam menyelesaikan semua problematika kehidupan.
 
Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat diketahui bahwa kebangkitan hakiki bukan dinilai dari taraf ekonomi maupun kemajuan teknologi. Namun, kebangkitan sebenarnya adalah meningkatnya taraf berpikir masyarakat di atas landasan akidah yang sahih, yaitu akidah islamiyah. Akidah sendiri merupakan pemikiran menyeluruh tentang alam, manusia, dan kehidupan, baik sebelum dunia maupun sesudahnya, serta hubungan antara keduanya. 
 
Maka potensi untuk bangkit berasal dari kejeniusan manusia untuk meraihnya. Namun, bukan berarti umat harus meraih pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan berlomba-lomba mendirikan banyak institusi pendidikan agar tercipta generasi yang pintar dan cerdas, melainkan adanya perubahan keadaan dari rendah (terpuruk) menjadi tinggi (berjaya).

Hal ini dijelaskan dalam TQS. Ar-Ra'du ayat 11, "Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum, hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."
 
Sungguh hanya ideologi Islamlah yang mampu mendorong ke arah kebangkitan hakiki dengan mengubah pemikiran mendasar (akidah), sehingga memuaskan akal, sesuai fitrah, dan menentramkan hati. Ini karena hanya ideologi Islam satu-satunya yang bersumber dari Sang Pencipta yang dapat menyelesaikan permasalahan kehidupan, bukan dari manusia yang serba terbatas. Apalagi jika terus berpijak pada ideologi kapitalis-sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan, tak akan mampu menyatukan pemikiran dan perasaan untuk bangkit.
 
Sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah saw. ketika membangun negara di Madinah. Rasul telah menyampaikan risalah Islam sebagai jalan hidup, menghantarkan manusia dari kejahiliyaan menuju cahaya keimanan. Tak jauh berbeda dengan kondisi sekarang, sangat jelas butuh perubahan untuk bangkit dari kebobrokan sistem kapitalis maupun sosialis, serta ragam turunan pemikiran lain yang rusak, kebijakan politik yang menyengsarakan rakyat. Tentu bukan sekadar perubahan kepemimpinan, tetapi perubahan dan kebangkitan menuju Islam kaffah.
 
Dalam artian, sebuah negara yang hendak bangkit dan maju harus mampu mengubah pola pikir masyarakatnya, memiliki tujuan hidup berdimensi ruhiyah, dan berdaulat dalam mengelola negara sesuai syariah Islam. Dengan begitu, negara tersebut akan benar-benar memberikan kebaikan pada masyarakat dan kehidupan alam semesta.
 
Wallahu’alam.

Oleh: Yeni Purnamasari, S.T
Muslimah Peduli Generasi

Senin, 09 Mei 2022

REZIM GAGAP IDEOLOGI!


Tinta Media  - Panca Sila dan UUD 1945, banyak meng "adopt" beberapa misi ekonomi Ideologi Islam. Contoh pasal 33 UUD 1945 banyak diambil dari doktrin Islam. 

Hiruk pikuk minyak goreng saat inipun tidak lepas dari tidak dijalankannya azas konstitusi dari doktrin Islam ini. Yaitu pengabaian bahwa ladang sawit yang aslinya adalah hutan yang sesuai pasal 33 ayat (2) UUD 1945  harus dikuasai Negara, tetapi disewakan ke swasta dalam bentuk HPH/HGU (Hak Pengelolaan Hutan/Hak Guna Usaha). 

Dan akhirnya ratusan hektar ladang sawit (bekas hutan lindung) ini dikuasai pengusaha minyak kelapa sawit. Artinya unsur strategis bisnis migor telah diserahkan ke mekanisme pasar bebas !  Dengan demikian Pemerintah telah abai di sisi hulu bisnis minyak kelapa sawit ini !

Dan wajar pula pengusaha minyak goreng ini kemudian memonopoli bisnis dimaksud.

Bila sebuah komoditas meskipun awalnya bersifat kepemilikan publik ( "Public good"), tetapi karena pejabatnya juga pengusaha (Peng Peng) maka dia akan berkonspirasi dengan Taipan 9 Naga merubah "Public good" menjadi "Commercial good" ( komoditas komersial ).

KESIMPULAN :

Kalau sebuah komoditas sudah berubah menjadi komersial maka mekanismenya akan mengikuti pasar bebas, dan selanjutnya secara alami tidak bisa di komando oleh Negara ! Dan justru aneh kalau "Commercial good" diatur secara politik oleh Presiden ! Baik satuan harga maupun terkait expor nya !

Makanya jangan heran kalau kebijakan Pemerintah akhirnya seperti "Srimulat" ! Malam hari Presiden berpidato melarang expor komoditas tersebut, paginya para pembantunya merevisi aturan sang  "boss" !

INILAH SEBUAH PARODI REZIM  GAGAP IDEOLOGI !!

MAGELANG, 4 MEI 2022

Oleh: Ahmad Daryoko
Koordinator INVEST.

Senin, 18 April 2022

MMC: Perjuangan Mahasiswa Harus Berpijak pada Ideologi Islam


Tinta Media - Menanggapi aksi demonstrasi ribuan anggota BEM SI (Badan Ekskutif Mahasiswa Seluruh Indonesia) pada 11 April lalu, narator MMC menyatakan bahwa perjuangan mahasiswa harus berpijak pada ideologi Islam.

"Perjuangan mahasiswa harus berpijak pada ideologi Islam," tuturnya dalam Serba-serbi MMC, Demo Mahasiswa: Harus Bebas dari Kepentingan Elit dan Oligarki, Selasa (12/4/2022) di kanal YouTube Muslimah Media Center.

Mahasiswa harus bergerak, lanjut narator, untuk mengerahkan waktu, pikiran dan energi untuk mewujudkan perubahan hakiki. Bukan hanya dengan pergerakan semu yang tidak membawa perubahan yang berarti.

Narator juga berharap kepada mahasiswa agar bersikap teguh dalam perjuangan dan mendasarkan pada asas yang sahih. "Sikap yang harus dilakukan oleh para mahasiswa adalah teguh dalam perjuangan. Mahasiswa juga harus mendasarkan pada asas yang sahih yaitu akidah Islam," ujarnya.

Akidah Islam, kata narator, harus dijadikan kaidah atau kepemimpinan berpikir, sehingga setiap tuntutan dan gerakan lahir dari kebenaran wahyu bukan kepentingan pragmatis yang berefek jangka pendek. Di samping itu, Islam juga akan menuntun mahasiswa pada arah perjuangan yang benar yaitu menjadikan penerapan ideologi Islam sebagai solusi atas permasalahan Indonesia.

Ia juga menjelaskan bagaimana seharusnya sikap mahasiswa Muslim. "Mahasiswa sebagai agen perubahan sosial semestinya memiliki asas perubahan yang benar dalam merespon persoalan. Sehingga bebas dari berbagai kepentingan yang melanggengkan kezaliman," paparnya.

Perubahan hakiki yang dimaksudkan narator adalah perubahan dari sistem yang salah yaitu kapitalisme liberal kepada sistem yang benar. Perubahan yang yang benar tidak akan terbeli oleh iming-iming uang dan kekuasaan.

Terakhir, narator menegaskan bahwa kebijakan penguasa yang pro elit dan oligarki bersumber dari sistem demokrasi yang lahir dari ideologi kapitalisme.

"Mahasiswa harusnya menyadari dan memahami bahwa semua kebijakan penguasa yang pro oligarki karena diterapkannya sistem demokrasi yang lahir dari ideologi kapitalisme liberal. Yang sudah sekian lama rezim berkuasa namun gagal dalam menyejahterakan rakyatnya. Selama rezim masih menjalankan ideologi kapitalisme Indonesia tidak akan pernah berubah," pungkasnya. [] Nur Salamah
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab