Tinta Media: Ideal
Tampilkan postingan dengan label Ideal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ideal. Tampilkan semua postingan

Senin, 23 September 2024

Maulid Nabi, Momentum Muhasabah Kembalikan Kepemimpinan Ideal



Tinta Media - Maulid Nabi saw. merupakan peristiwa penting bagi umat Islam untuk mengenang kelahiran sosok agung yang diutus Allah Swt. membawa risalah bagi seluruh umat manusia.

Baginda Nabi saw. lahir pada 12 Rabiul Awal pada tahun Gajah, bertepatan dengan Pasukan Gajah Raja Abrahah yang ingin menyerang dan menghancurkan Ka’bah. Namun, serangan tersebut gagal, karena Allah Swt. telah mengirimkan Burung Ababil yang membawa kerikil panas untuk meluluhlantakkan pasukan tersebut.

Tahun Gajah menjadi momen bersejarah, karena selain peristiwa kekalahan pasukan gajah akibat kekuasaan Allah Swt., tahun ini juga menjadi tanda kelahiran Nabi Muhammad saw. Ini menjadi titik awal perubahan dalam sejarah dunia.

Perhatian kaum muslimin terhadap momentum peringatan Maulid Nabi saw. merupakan salah satu bentuk ekspresi kecintaan dan penghormatan kepada beliau dengan tujuan untuk menguatkan kecintaan kepadanya, meneladani akhlak, mengenang perjuangannya, dan mempererat ukhuwah Islamiyah. 

Harus dipahami bahwa konsekuensi cinta adalah rela melakukan segalanya untuk orang yang dicintai, sehingga ketika sudah cinta maka kita harus meneladani seluruh perkataan, sikap, dan perbuatannya.

Rasulullah saw. adalah sosok mulia yang paling berjasa dalam kehidupan dan peradaban. Beliau merupakan satu-satunya contoh (_role model_) terbaik yang harus kita teladani dalam menapaki ragam sisi kehidupan.

Allah Swt. berfirman,

لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِىۡ رَسُوۡلِ اللّٰهِ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنۡ كَانَ يَرۡجُوا اللّٰهَ وَالۡيَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيۡرًا ؕ‏ ٢١

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (Q.S Al-Ahzab ayat 21)

Di samping itu, Rasulullah saw. adalah manusia dengan akhlak terbaik. Aisyah ra. menyebut bahwa akhlak beliau saw. adalah Al-Qur'án. Ia juga berkata,

“Rasulullah adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Tidak pernah berlaku keji. Tidak mengucapkan kata-kata kotor. Tidak berbuat gaduh di pasar. Tidak pernah membalas dengan kejelekan serupa. Akan tetapi, beliau pemaaf dan pengampun.” (HR Ahmad)

Ayat Al-Qur'an dan hadis di atas merupakan beberapa dalil yang menegaskan bahwa sebaik-baiknya sosok manusia yang dapat kita jadikan teladan adalah Nabi Muhammad saw. 

Ibnu Katsir, dalam tafsirnya mengatakan bahwa QS Al-Ahzab ayat 21 menjadi pokok besar untuk mengikuti Rasulullah dalam berbagai perkataan, perbuatan, dan kondisi beliau. Maka, meneladani Nabi saw. harus dilakukan dengan aksi nyata, termasuk meneladani beliau dalam kepemimpinan, bernegara, dan membangun peradaban.

Selain dikenal sebagai sosok yang berakhlak mulia, Nabi saw. juga dikenal sebagai kepala negara. Bentuk negara yang beliau dirikan adalah negara Islam yang merupakan cikal bakal lahirnya sistem pemerintahan khilafah, yaitu suatu kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin yang menerapkan syariat Islam secara total dalam kehidupan dan mendakwahkannya ke seluruh penjuru dunia.

Dengan sistem pemerintahan Islam Ini, Nabi saw. berhasil membangun peradaban manusia yang mulia. Sebelumnya, Bangsa Arab dan umat manusia hidup dalam peradaban jahiliah, tetapi beliau berhasil mengubah mereka menjadi masyarakat yang bertauhid, hanya berhukum pada hukum Allah Swt. Manusia berakhlak mulia, kemudian mampu menciptakan suasana kehidupan yang penuh keadilan, rasa aman, dan kesejahteraan.

Bahkan, keberhasilan beliau saw  dalam mengubah peradaban juga diakui oleh dunia Barat. Michel H. hart dalam bukunya _“The 100: A Ranking of the Most Influential Person in History”_, menempatkan Nabi Muhammad saw. di peringkat pertama sebagai tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah dunia. 

Hart berpendapat bahwa Nabi Muhammad tidak hanya sukses dalam menyebarkan Islam, tetapi juga merupakan pemimpin politik dan militer. Beliau membangun negara Islam yang sangat kuat di Jazirah Arab. Hart juga menganggap bahwa keberhasilan Nabi saw. dalam dua bidang ini merupakan sesuatu yang unik dan belum pernah terjadi dalam sejarah mana pun.

George Bernard Shaw, seorang penulis asal Irlandia juga mengatakan bahwa Ia yakin apabila di dunia modern ini seorang seperti Muhammad memegang kekuasaan tunggal, maka akan berhasil mengatasi segala permasalahan sedemikian rupa sehingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia.

Lantas, bagaimana dengan kondisi saat ini? Apakah kita punya sosok pemimpin seperti Nabi Muhammad saw? 

Bak jauh panggang dari api, saat ini kaum muslimin tidak mempunyai sosok seorang pemimpin. Pemimpin yang ada saat ini tidak lain hanyalah “boneka-boneka” yang sengaja dipilih untuk melanggengkan kekuasaan para kapitalis. Pemimpin boneka ini tidak akan pernah berpihak pada rakyat. 

Lihat saja bagaimana kondisi rakyat saat ini. Rakyat mengalami banyak kesulitan hidup akibat aturan-aturan yang diterapkan oleh penguasa. Akan tetapi, mereka hanya diam, tidak peduli dan terus saja membuat kebijakan bodoh. Parahnya, banyak nyawa melayang akibat ketidakpedulian mereka. 

Inilah potret kehidupan saat ini yang menerapkan sistem hidup sekuler kapitalis. Para pemangku kebijakan hanya peduli terhadap materi semata sehingga rakyat dibiarkan hidup dalam bayang-bayang ketakutan, tidak ada seorang pelindung yang mampu melindungi atau membelanya.

Momentum maulid Nabi ini seharusnya menjadi muhasabah bagi kaum muslimin untuk berjuang bersama dalam mengembalikan kehidupan Islam, karena mustahil kita berharap pada sosok pemimpin ideal dalam sistem kufur ini. Pemimpin Ideal hanya ada dalam sistem pemerintahan khilafah yang hanya menerapkan hukum Allah Swt. semata. Sistem inilah yang akan melahirkan sosok pemimpin yang mengayomi, melindungi, dan mementingkan rakyat.

Saat menjadi kepala negara, beliau saw. selalu bekerja keras untuk mengurus urusan rakyat dan memenuhi segala kebutuhan mereka. Inilah akhlak pemimpin yang sejatinya ada pelayan rakyat.

Rasulullah bersabda, “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.” (HR Abu Nu’aim al-Ashabani dari Anas ra.)

Di samping itu, kunci keberhasilan Nabi saw. dalam memimpin peradaban adalah dengan menjadikan akidah Islam sebagai landasan hidup bermasyarakat dan bernegara, menerapkan syariat Islam secara menyeluruh dalam kehidupan, dan memberlakukan hukum secara adil dan konsisten tanpa adanya perbedaan.

Dengan demikian, peringatan kelahiran Nabi saw. tidak boleh dianggap sebagai nostalgia masa lalu atau perayaan ulang tahun semata. Justru pada momen ini, kaum muslimin harus memperkuat semangat perjuangan untuk menegakkan agama Allah di dalam kehidupan.

Ini karena Nabi saw. telah mencontohkan bagaimana menciptakan kehidupan ideal bernegara dan bermasyarakat itu. Bahkan, hal ini telah terbukti selama 13 abad, yaitu dengan penerapan syariat Islam kaffah dalam kehidupan dalam bingkai khilafah.




Oleh: Aryndiah 
(Aktivis Dakwah)

Minggu, 17 Maret 2024

Pendidikan Ideal, Pendidikan ala Islam


Tinta Media - Kabar miris datang dari salah satu sekolah di kabupaten Bandung, yakni SMP Negeri 3 Baleendah yang diduga telah terjadi tindak kekerasan seksual kepada salah satu murid di sekolah tersebut. Keluarga korban melaporkan kasus tersebut karena merasa terancam oleh perbuatan pelaku yang merupakan guru dari korban. Setelah kasus ini diselidiki ternyata korban dari pelaku tak hanya satu orang saja melainkan beberapa murid yang sama-sama mendapatkan perlakuan tak senonoh dari beberapa oknum guru di sana. 

Lagi dan lagi, kita terus saja dihantui dengan perasaan takut terhadap dunia luar yang bisa berakibat buruk bagi anak. Kasus seperti ini bukanlah yang pertama kali, melainkan merupakan kasus berulang yang sering terjadi. Dunia pendidikan yang kita anggap menjadi lingkungan yang aman bagi anak, justru mengungkapkan fakta yang sebaliknya. Sekolah saat ini tak menjamin membuat siswa menjadi nyaman dalam belajar. Seperti kasus-kasus seperti ini yang membuat siswa menjadi tertekan dalam menjalani kegiatan belajar mengajar (KBM). 

Jika kita telisik mengenai kasus kekerasan seksual yang terjadi dalam dunia pendidikan, kita akan mendapati bahwa guru tak menempati posisi sebagaimana mestinya. Guru yang sering kita sebut-sebut sebagai "yang digugu dan ditiru" malah melakukan perbuatan yang buruk dan berdampak buruk pula bagi murid-murid yang diajarnya. Dengan didukung oleh sistem kapitalis yang diterapkan di negeri ini dan juga penerapan sekularisme atau sistem yang memisahkan agama dari kehidupan, maka orang dapat dengan bebas melakukan perbuatan, bahkan meski melanggar aturan norma masyarakat dan agama. 

Di samping itu, kurangnya edukasi dan pengarahan melalui program oleh pemerintah kepada guru terkait moral dalam dunia pendidikan, membuat guru saat ini hanya mengutamakan aspek ilmu saja. Dengan adanya kurikulum merdeka juga sedikit demi sedikit dapat menyingkirkan peran guru dalam pembelajaran siswa. Aturan kebanyakan sekolah kurang memperhatikan terkait kemaslahatan bagi guru dan siswa. Interaksi yang tidak dibatasi sehingga menimbulkan perlakuan yang tidak bermoral dari oknum-oknum pelaku kejahatan. Ditambah gaji yang tidak memuaskan para guru, membuatnya bekerja tak sepenuh hati dalam mendidik murid-muridnya. Dengan kata kasarnya, mereka bekerja sebagai formalitas semata, tak ada gairah untuk membentuk generasi yang unggul. Inilah sebab dari diterapkannya sistem kapitalisme dalam kehidupan. Sistem ini hanya menambah berbagai permasalahan dalam kehidupan seperti kasus pelecehan oleh guru kepada murid yang banyak terjadi saat ini.


Sedangkan Islam sangat menjunjung tinggi pendidikan, bahkan mewajibkan bagi umatnya untuk menuntut ilmu sebagaimana hadist yang sering kita jumpai yaitu 

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah dari Anas ra.).


Orang yang berada di jalan menuntut ilmu syar'i, dijanjikan kebaikan oleh Allah yaitu dimudahkan jalannya menuju surga 

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ 

Artinya: "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR Muslim, no. 2699). 

Islam sangat memperhatikan mutu pendidikan bagi generasi. Islam juga memperhatikan standar seseorang yang pantas dijadikan guru. Islam akan memilih orang yang tak hanya berkompeten dalam bidang ilmu, tapi hal yang justru lebih dulu diperhatikan adalah akidah dan ketakwaan orang tersebut. Kesesuaiannya dengan syariat Islam, sehingga pola pikir dan pola sikapnya menampakkan pemahamannya yang  sesuai dengan syariat Islam (kepribadian Islam). Hal tersebut meminimalisasi kemungkinan kejahatan yang terjadi dalam dunia pendidikan, apalagi disertai dengan kontrol masyarakat (lingkungan) yang menghidupkan amar makruf nahi mungkar, dan kuatnya negara dalam melakukan penjagaan melalui penerapan Islam kaffah. 

Negara di dalam Islam  mengatur pengelolaan pendidikan, mulai dari penentuan kurikulum dan tujuan pendidikan, pengadaan sarana-pra sarana pendidikan yang kondusif dan berkualitas, termasuk penyediaan para SDM guru yang memenuhi kompeten. Lingkungan sekolah terjaga dalam aspek pergaulannya, lingkungan pendidikan antara laki-laki dan perempuan terpisah, walaupun dibolehkan untuk interaksi belajar- mengajar antar laki-laki dan perempuan, sebagai siswa dan guru. Namun untuk menjaga, boleh jika  siswa perempuan muslimah akan diajarkan ilmu-ilmu oleh guru perempuan, sebaliknya begitu pun siswa laki-laki yang diajarkan oleh guru laki-laki.


Dalam pendidikan, Islam mengajarkan terkait adab guru terhadap murid dan juga murid kepada gurunya. Dengan akidah yang benar dan tertancap kuat dalam diri para guru serta siswa, maka umat muslim akan senantiasa memperhatikan setiap amal perbuatan yang dilakukannya atas dasar rasa takut kepada Allah, sehingga moral umat muslim akan terjaga. 

Dalam Islam, guru adalah seorang yang dihormati dan memiliki kedudukan mulia diantara umat. Karena Islam meyakini bahwa ilmu adalah harta yang sangat berharga. Dengan demikian, Islam pun akan sangat menghargai jasa seorang guru dalam dunia pendidikan. 

Gaji guru di dalam Islam tidak seperti gaji guru dalam sistem kapitalis yang berasaskan manfaat semata. Tercatat dalam sejarah, Umar bin Khattab menetapkan gaji bagi setiap pengajar sebanyak 15 Dinar setiap bulan. 1 koin dinar memiliki berat sekitar 4,25 gram emas atau 4 juta rupiah lebih yang jika dikalkulasikan maka 15 dinar kurang lebih setara dengan 60 juta. Dengan gaji yang luar biasa tersebut, guru akan mengupayakan sekuat tenaga jeri payahnya untuk membentuk generasi-generasi unggul yang dapat membangkitkan peradaban menuju kejayaan. 

Sebagai perbandingan, saat ini gaji guru di negeri kita berada pada kisaran 2 juta. Jika dinyatakan dalam dinar, gaji guru sekarang hanya berkisar 1 dinar saja. Ini sama saja menyatakan bahwa gaji guru sekarang hanya 1/15 dari gaji guru pada masa Khalifah Umar. 

Maka, tak ada solusi lain untuk mewujudkan  keamanan rakyat yang dijamin oleh negara, termasuk di dunia pendidikan, selain dengan penerapan kembali Islam dalam semua aspek kehidupan di bawah naungan kekhilafahan.


Wallahua'lam bisshawaab.



Oleh: Isnaeni Nur Azizah
Sahabat Tinta Media 

Minggu, 03 Maret 2024

Influencer: Diskusi Itu Mencari Pendapat Terkuat



Tinta Media - Influencer Dakwah Doni Riwayanto menjelaskan bahwa diskusi itu idealnya adalah mencari pendapat yang paling kuat. 

"Diskusi atau perdebatan idealnya adalah adu argumen untuk mencari pendapat yang paling kuat," ujarnya di akun telegram miliknya @Doni Riw, Sabtu (2/3/2024). 

Menurutnya, jika salah satu pihak ada yang tidak matang, baik secara intelektual maupun emosional, maka sering kali diskusi berujung pada ad hominem (menyerang pribadi). 

Ad hominem, terang Doni, muncul ketika seseorang yang tidak matang tadi, tidak mampu menandingi argumen lawan debat, namun dia ingin tampak hebat di depan publik. 

"Maka yang biasa dilakukan adalah dengan mengalihkan ke serangan bentuk lain," jelasnya. 

Ia memaparkan, setidaknya ada tiga jenis ad hominem. 

"Pertama, abusive ad hominem. Alih-alih mengonter dengan argumen yang lebih kuat, malah menyerang pribadi," terangnya. 

Ia mencontohkan ad hominem jenis pertama ini. 

"Berani ngomong agama, kamu mondok di mana? Kamu merasa paling benar! Mainmu kurang jauh," ungkapnya mencontohkan 

Kedua, circumstance ad hominem. Alih-alih menjawab substansi diskusi, malah mengalihkan pada lingkungan diskusi. 

"Bagaimana mungkin teorimu tercapai, sedangkan organisasimu dibubarkan," ujarnya mencontohkan 

Ketiga, tu quoque ad hominem, alih-alih menunjukkan kesalahan argumen lawan debat, malah justru menyatakan bahwa lawan debat tidak melakukan apa yang dibicarakan. 

"Contoh, sok-sokan mengkritik, kamu sendiri apa yang sudah disumbangkan untuk negeri ini," ucapnya mencontohkan 

Doni memandang, ad hominem sesungguhnya adalah sikap pengecut dalam dunia intelektual. 

"Maka sikap seperti ini wajib dihindari," sarannya. 

Ia memberikan tips untuk menghindari ad hominem. 

Pertama, buang hasad (penyakit hati); kedua, jaga tawadhu (rendah hati); ketiga,  sadari bahwa diskusi adalah untuk mencari kebenaran, bukan untuk gaya-gayaan saat menang. 

"Keempat, jika memang belum sepakat tetapi belum bisa membalas argumen, mending diam ketimbang ad hominem," pungkasnya.[] 'Aziimatul Azka

Jumat, 22 Desember 2023

Ciri-Ciri Mukmin yang Ideal


Tinta Media - Sobat. Orang yang beriman kepada Allah, maka ia akan terjaga dari segala sesuatu. Siapa yang tunduk kepada Allah, maka ia akan sedikit bermaksiat kepada-Nya. Jika ia bermaksiat, maka dia akan meminta ampunan, maka Allah akan mengampuninya. 

Sobat. Ada lima sifat mukmin yang sangat ideal yaitu mereka yang mampu menggabungkan amaliah lahir dan batin, antara iman dan Islam. Sebagaimana firman Allah SWT  QS  Al-Anfal ayat 2 – 4 : 

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقّٗاۚ لَّهُمۡ دَرَجَٰتٌ عِندَ رَبِّهِمۡ وَمَغۡفِرَةٞ وَرِزۡقٞ كَرِيمٞ  

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.” ( QS. Al-Anfaal : 2 – 4 ) 

Sobat. Allah menjelaskan bahwa orang-orang mukmin ialah mereka yang menghiasi dirinya dengan sifat-sifat seperti tersebut dalam ayat ini. Tiga sifat disebutkan dalam ayat ini, sedang dua sifat lagi disebutkan dalam ayat berikutnya. 

1. Apabila disebutkan nama Allah bergetarlah hatinya karena ingat keagungan dan kekuasaan-Nya. Pada saat itu timbul dalam jiwanya perasaan penuh haru mengingat besarnya nikmat dan karunia-Nya. Mereka merasa takut apabila mereka tidak memenuhi tugas kewajiban sebagai hamba Allah, dan merasa berdosa apabila melanggar larangan-larangan-Nya. 

Bergetarnya hati sebagai perumpamaan dari perasaan takut, adalah sikap mental yang bersifat abstrak, yang hanya dapat dirasakan oleh yang bersangkutan dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya. Sedang orang lain dapat mengetahui dengan memperhatikan tanda-tanda lahiriah dari orang yang merasakannya, yang terlukis dalam perkataan atau gerak-gerik perbuatannya. 

Sikap mental itu adakalanya tampak dalam perkataan, sebagaimana tergambar dalam firman Allah: 

"Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut, (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya". (al-Muminun/23: 60) 

Dan adakalanya tampak pada gerak-gerik dalam perbuatan, firman Allah : 

"Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan, "salam." Dia (Ibrahim) berkata, "Kami benar-benar merasa takut kepadamu." (al-Hijr/15: 52) 

2. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah, maka akan bertambah iman mereka, karena ayat-ayat itu mengandung dalil-dalil yang kuat, yang mempengaruhi jiwanya sedemikian rupa, sehingga mereka bertambah yakin dan mantap serta dapat memahami kandungan isinya, sedang anggota badannya tergerak untuk melaksanakannya. 

Dalam ayat ini terdapat petunjuk bahwa iman seseorang dapat bertambah dan dapat berkurang sesuai dengan ilmu dan amalnya, 

Rasulullah bersabda:
"Iman itu lebih dari 70 cabang, yang tertinggi adalah pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah) 

Dengan demikian bertambahnya iman pada seseorang dapat diketahui apabila ia lebih giat beramal. Iman dan amal adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tak dapat dipisahkan. 

Firman Allah Swt.:
(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya, "Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka," ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, "Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung." (ali Imran/3: 173) 

Dan firman Allah: 

Dan ketika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan (yang bersekutu) itu, mereka berkata, "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita." Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu menambah keimanan dan keislaman mereka. (al-Ahzab/33: 22) 

3. Bertawakal hanya kepada Allah Yang Maha Esa, tidak berserah diri kepada yang lain-Nya. Tawakal merupakan senjata terakhir seseorang dalam mewujudkan serangkaian amal setelah berbagai sarana dan syarat-syarat yang diperlukan itu dipersiapkan. Hal ini dapat dipahami, karena pada hakikatnya segala macam aktivitas dan perbuatan, hanya terwujud menurut hukum-hukum yang berlaku yang tunduk di bawah kekuasaan Allah. Maka tidak benar apabila seseorang itu berserah diri kepada selain Allah. 

Sobat. Allah menjelaskan sifat-sifat lahiriyah orang-orang mukmin sebagai kelanjutan dari sifat-sifat yang telah lalu. 

4. Selalu mendirikan salat lima waktu dengan sempurna syarat-syarat dan rukun-rukunnya, serta tepat pada waktunya, sedang jiwanya khusyu mengikuti gerak lahiriyah dan tunduk semata kepada Allah. 

5. Menginfakkan sebagian dari harta yang diberikan kepadanya. Yang dimaksud dengan membelanjakan harta dalam ayat ini ialah meliputi pengeluaran zakat, memberi nafkah kepada keluarga dekat ataupun jauh, atau membantu kegiatan sosial dan kepentingan agama, serta kemaslahatan umat. 

Sobat. Allah menegaskan bahwa orang-orang yang menghiasi dirinya dengan sifat-sifat tersebut adalah orang-orang mukmin yang sejati. Ibnu Hazm menjelaskan bahwa sifat-sifat ini adalah sifat-sifat yang dapat diketahui orang lain dari dirinya, maka apabila seseorang mengetahui bahwa dirinya telah beriman kepada Allah, kepada Rasul-Nya Muhammad Saw dan meyakini bahwa apa yang dibawa Nabi itu benar, sedang orang itu mengikrarkan semua pengakuannya itu dengan lisan, maka ia wajib mengatakan bahwa ia telah menjadi orang mukmin yang benar. 

Sobat. Di akhir ayat Allah menjelaskan imbalan yang akan diterima oleh orang-orang mukmin yang benar-benar beriman dan menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang telah disebutkan, yaitu mereka akan memperoleh derajat yang tinggi dan kedudukan yang mulia di sisi Allah, karena kuasa Allah semata. Kalau Allah berkuasa menciptakan segala macam bentuk kehidupan. Maka Dia berkuasa pula memberikan keutamaan kepada makhluk-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. 

Derajat yang tinggi itu, dapat berupa keutamaan hidup di dunia dan dapat berupa keutamaan hidup di akhirat, atau kedua-duanya. Allah berfirman: 

Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.(at-Taubah/9:20)
Dan firman Allah : 

Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain. (al-Anam/6: 165) 

Sobat. Orang mukmin itu sakinah. Sakinah adalah hadirnya Allah Yang Mahabenar (al-Haq) tanpa ada sebab, dan kembali kepada yang haq tanpa ada keraguan, kecuali untuk terpenuhinya penghambaan. Maka saat itu bagian jiwa adalah khidmah ( pelayanan kepada Tuhan), bagian hati adalah makrifat, bagian akal adalah tersingkapnya tabir ilahi (mukasyafah), dan bagian roh adalah cinta. 

Sobat, Yang diminta oleh Allah dari kaum mukmin tidaklah begitu banyak yaitu suasana hati yang patuh kepada Allah, kemudian  mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata sehari-hari. Mukmin yang demikian ini selalu memberikan kemanfaatan kepada orang lain. Allah sangat suka yang demikian itu. 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Jumat, 06 Oktober 2023

Karakter Pemimpin Ideal dalam Islam

Tinta Media - Majunya Muhaimin Iskandar atau biasa disapa Cak Imin sebagai cawapres 2024 menjadi suatu kebanggaan bagi masyarakat, terkhusus bagi kalangan para santri, sebab Cak Imin merupakan salah seorang aktivis dari kalangan santri, kalangan kader Nahdliyin dan saat ini menjadi kader DPP PKB.

Sebagai bentuk rasa syukur dan wujud rasa bangga bahwa kalangan santri dapat menjadi calon pemimpin nasional juga untuk memperingati hari maulid nabi, sebanyak 20 ribu santri anak-anak Nahdliyin yang ada di Kabupaten Bandung yang terdiri dari 31 kecamatan, bahkan di luar Kabupaten Bandung berkumpul di Pondok Pesantren Sa'adatuddaroin, Kabupaten Bandung, Jawa Barat untuk mendoakan Muhaimin Iskandar sebagai calon wakil presiden (cawapres) 2024.

Dengan berkumpulnya para santri di pesantren Sa'adatuddaroin ini, Cak Imin dan para pendukungnya bukan hanya meminta doa saja, tetapi sekaligus meminta restu. Para pendukung Cak Imin berharap, dengan dipanjatkannya do'a-do'a dan diberikannya restu oleh para santri yang setiap harinya dekat dengan aktivitas keagamaan, Gus Imin mendapatkan kemenangan dan diberikan kelancaran dalam setiap proses yang akan dilakukan menjelang pemilu 2024 mendatang.

Sosok kepemimpinan saat ini menjadi isu hangat yang tak henti-hentinya dibicarakan, terlebih pelaksanaan pemilu semakin dekat. Berbicara tentang kepemimpinan, tentunya erat kaitannya dengan sosok dan sistem kepemimpinan itu sendiri. Saat ini rakyat sangat berharap mempunyai seorang pemimpin yang bisa mengubah kondisi dunia menjadi lebih baik, yang mampu mewujudkan kesejahteraan, kemakmuran, dan keadilan bagi seluruh rakyat. 

Teringat akan perkataan seorang Khalifah Umar bin Khattab bahwa suatu negeri akan hancur walaupun dia makmur jika pengkhianat menjadi petinggi dan harta dikuasai orang-orang fasik. Perkataan tersebut telah terbukti hari ini. Indonesia telah memiliki banyak pemimpin yang silih berganti menduduki kursi jabatan. Namun sayang, pergantian pemimpin tak mampu mengubah kondisi negara menjadi lebih baik, malah yang terjadi adalah kerusakan dan kehancuran.

Sebab, rakyat hanya fokus pada pergantian pemimpin saja, sementara, aturan yang berlaku masih tetap menggunakan aturan kaum kafir yang  menjadikan umat lupa dengan jati diri mereka sebagai umat terbaik. 

Umat saat ini merasa cukup puas memiliki pemimpin di balik pencoblosan kertas suara lima tahunan, yang menerapkan aturan yang meracuni pemikiran umat dan  melalaikan potensi Islam untuk tampil sebagai negara adidaya. Umat lupa, bahwa sejatinya Islam pernah menguasai dunia selama 13 abad lamanya.

Semua kehancuran ini tiada lain disebabkan oleh sistem yang diterapkan, yaitu sistem demokrasi sekuler kapitalistik, yang menjadikan sosok kepemimpinannya jauh dari aturan Allah. Sesaleh dan sebaik apa pun sosok pemimpin yang dipilih oleh rakyat, jika sistem yang diterapkan masih sistem demokrasi, maka tak akan menjamin seorang pemimpin pilihan rakyat untuk menjadi seorang yang amanah dalam melaksanakan seluruh tugas-tugas kepemimpinannya. 

Sebab, amanah kepemimpinan itu bukan hanya terucap di bibir saja, bukan pula sekadar tebar pesona ke rakyat. Begitu pun jika pemimpin tak mempunyai kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin, maka kepemimpinannya akan tersandera kepentingan partai dan golongan. 

Umat harus mengingat bahwa karakter pemimpin ideal untuk membangun sebuah negara besar yang berdaulat dan mandiri telah direalisasikan dalam sistem Islam, di antaranya pemimpin itu harus orang yang paling takut kepada Allah, sehingga saat mengemban amanah kepemimpinan itu senantiasa berdasarkan kepada ketetapan aturan Allah Swt. Kemudian pemimpin itu juga harus mempunyai sifat jujur sehingga rakyat akan menaruh kepercayaan secara total kepadanya.

Selain itu, sifat yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin adalah amanah dalam mengemban tugas pemerintahan, tabligh atau mempunyai kemampuan berkomunikasi sehingga tercipta hubungan yang baik antara pemimpin dan rakyatnya, cerdas dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat dengan ditopang keilmuan yang mumpuni. Seorang pemimpin itu harus adil, dalam arti, di tangannya ditegakkan hukum Allah.

Karakter seperti itulah yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin yang didambakan umat secara keseluruhan. Maka dari itu, untuk mewujudkannya dibutuhkan perubahan pada sistem. Hanya dengan sistem Islam karakter pemimpin ideal akan kita dapatkan, yang mampu mencetak rakyat beriman dan bertakwa, kepribadiannya terdidik secara sistemis. 

Sistem pendidikan yang diterapkan adalah berbasis akidah Islam. Selain itu, sistem ekonomi Islam menjadikan keberkahan pada setiap bidang kehidupan. Sistem politiknya berbasis riayah suunil ummat, dan sistem sanksi akan memberi efek jera bagi pelanggar syariat Islam. Wallahu'alam Bishshawab.

Oleh: Tiktik Maysaroh (Aktivis Muslimah Bandung)

Minggu, 26 Juni 2022

Inilah Karakter Pemimpin Ideal untuk Membangun Negara Besar yang Berdaulat dan Mandiri


Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) menyampaikan, perlunya umat memahami karakter pemimpin ideal untuk membangun sebuah negara besar yang berdaulat dan mandiri.

“Perlu kiranya bagi umat memahami apa saja karakter pemimpin ideal untuk membangun sebuah negara besar yang berdaulat dan mandiri,” tuturnya dalam rubrik Serba-serbi MMC: Sistem Demokrasi Lahirkan Pemimpin pro Kapitalis? Sabtu (18/6/2022) di kanal YouTube Muslimah Media Center.

Narator menjelaskan karakter tersebut diantaranya adalah pertama, orang yang paling takut kepada Allah. “Pemimpin haruslah mereka yang paling merasa takut dosa dan paling merasa diawasi Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ketika pemimpin memiliki sifat ini ia akan memimpin berdasarkan ketaatan Allah subhanahu wa ta'ala. Dengan begitu kepemimpinannya tidak akan keluar dari batas syariat Islam,” jelasnya

Kedua, shidiq yang berarti jujur. Sifat teladan ini telah dicontohkan Rasulullah Saw sebagai sifat dasar beliau baik sebagai individu ataupun kepala negara. Lawan jujur adalah dusta. “Bila pemimpin jujur, ia akan dipercaya rakyatnya,” paparnya.

Ketiga, amanah. Lawan dari sifat ini ialah khianat. Amanah merupakan sifat wajib yang harus dimiliki seorang pemimpin. “Dengan sifat ini pemimpin akan menjaga kepercayaan rakyat atas tanggung jawab kepemimpinannya,” jelasnya.

Narator menyampaikan beratnya amanah tergambar jelas dalam Firman Allah yang terdapat dalam Alquran surah al-ahzab ayat 72:

“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit bumi dan gunung-gunung maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikul lah amanah itu oleh manusia sesungguhnya manusia itu amal zalim dan amat bodoh”

Keempat, tabligh atau komunikatif. Menurutnya, kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu karakter ideal pemimpin dambaan umat. Sebab pemimpin akan selalu berkomunikasi dengan rakyatnya. Komunikasi yang baik antara pemimpin dan rakyatnya akan menciptakan hubungan yang baik pula.

“Pemimpin harus terbuka dengan rakyatnya, mendengar keluhan mereka, dan menerima masukan serta nasihat mereka. Hal itu telah dicontohkan Nabi Shallallahu alaihi wasallam dan para khalifah sepeninggal beliau,” ungkapnya.

Kelima, fathonah atau cerdas. Kecerdasan seorang pemimpin akan memudahkannya memecahkan persoalan yang terjadi di masyarakat. “Pemimpin cerdas ditopang ilmuwan yang mumpuni makin berilmu ia makin memahami dan berusaha keras menyelesaikan persoalan dan solusi tepat bagi rakyatnya,” tuturnya.

Keenam, adil. Lawan dari adil adalah zalim. “Pemimpin haruslah adil, di tangannya hukum ditegakkan pujian Allah dan Rasul-Nya terhadap pemimpin adil termaktub dalam Al-Qur’an dan as-sunnah,” paparnya.

Narator menegaskan bahwa dalam Islam perkara kepemimpinan menjadi urusan penting. “Sebab dari sinilah bala atau berkah itu terjadi,” tegasnya.

Narator juga menyampaikan Syaikhul Islam yang menjelaskan tentang kriteria pemimpin yang baik. Ia menjelaskan selayaknya untuk diketahui siapakah orang yang paling layak untuk posisi setiap jabatan, karena kepemimpinan yang ideal itu memiliki dua sifat dasar yakni kuat atau mampu dan amanah.

“Yang dimaksud mampu adalah kapabilitas dalam semua urusan baik dalam urusan peperangan urusan pemerintahan yang terwujud pada kapasitas ilmu dan keadilan serta kemampuan dalam menerapkan syariat,” paparnya.

Sedangkan pemimpin yang kuat adalah mereka yang tidak tersandra kepentingan partai, golongan apalagi menghamba kepada penjajah dan kaum kafir.

“Kepemimpinan kuat adalah sikap berani melawan kezaliman dan menerapkan syariat Islam yang datang dari Allah Azza wa Jalla,” jelasnya.

“Adapun amanah direfleksikan pada takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak menjual ayat-ayatnya dengan harga murah dan tidak pernah gentar terhadap manusia apalagi pemilik modal,” jelasnya lebih lanjut.

Menurut narator, itulah beberapa karakter yang wajib dimiliki pemimpin ideal dambaan umat. Karakter ini nyaris tidak ada dalam sistem pemerintahan demokrasi sekuler.

Oleh sebab itu, untuk mewujudkan karakter pemimpin dambaan umat, dibutuhkan sistem baik yang mampu melahirkan sosok tersebut. “Tanpa sistem Islam dalam naungan khilafah, mustahil kita temukan pemimpin ideal dambaan umat,” tandasnya. [] Raras
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab