Tinta Media: IKN
Tampilkan postingan dengan label IKN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label IKN. Tampilkan semua postingan

Senin, 01 Juli 2024

Analis: Proyek IKN Dibuat Seperti Outlet


Tinta Media - Menanggapi klaim Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa Ibu Kota Nusantara (IKN) akan menjadi kota terhijau di dunia, Analis Kebijakan Hutan Agung Wibowo Ph.D. menilai proyek IKN dibuat seperti outlet.

"Saya melihat memang IKN ini dibuat seperti outlet," nilainya dalam program Kabar Petang: IKN Jadi Ibu Kota Terhijau Dunia Omong Kosong Jokowi? Di kanal YouTube Khilafah News, Kamis (20/6/2024).

Jadi, Agung lanjut menganalogikan, kalau seseorang punya toko, itu ada outlet di depan yang menampilkan segala hal yang bagus-bagus.

"Sementara dapurnya itu di belakang tidak kita tampilkan kepada orang. Tentu dapurnya itu ya biasa tempat bekerja, itu mungkin agak kotor, agak bau pengap dan lain-lain," tuturnya.

Ia melanjutkan, kemudian ditawarkan dan ditunjukkanlah kepada dunia, inilah kota yang menjadi representasi Indonesia.

Padahal sebenarnya, Agung mengingatkan, negara ini perlu malu kalau nanti yang terjadi malah berbeda tidak seperti apa yang dipropagandakan atau diklaim oleh Jokowi tersebut.

Agung lantas mengungkapkan fakta kondisi area IKN yang sebenarnya terjadi pada saat ini, bahwa lembaga riset
Center of Economic and Law Studies merilis data hasil temuan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat  (NASA) yang ternyata lokasi di IKN sekarang ini kondisinya telah berbeda dengan beberapa tahun yang lalu.

"Mereka membandingkan foto lokasi IKN yang pada April 2002 kelihatan di situ masih banyak daerah-daerah hijau, tetapi pada Februari 2024 warnanya menjadi cokelat. Artinya, daerah yang dulunya hijau berupa pepohonan sekarang sudah tidak ada lagi pepohonan diganti dengan  bangunan-bangunan fisik," ungkap Agung memungkasi. [] Muhar

Rabu, 13 Desember 2023

IKN Itu Memang Mengerikan


Tinta Media - Ucapan yang dilontarkan oleh Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono yang dilansir dari CNN Nasional itu memang relate banget menurutku, dengan keadaan Ibu Kota Nusantara (IKN), dari yang sedang menuju tahap pembangunan ataupun yang akan datang. Bagaimana tidak, dari perencanaan sampai pembangunannya saja semua bermasalah, dari pembiayaan, lahan, kependudukan, bahkan sampai ke depan ketika sudah jadi pun publik menilai itu tidak sesuai yang diharapkan.

Wajar memang, jika IKN itu dijadikan tempat hukuman. Walaupun hanya guyonan memang ada benarnya juga kalau hukuman untuk ASN yang kerjanya tidak baik adalah dikirim ke sana. Itu cukup merepresentasikan bahwa IKN ini dilihat dari mana pun, baik untuk rakyat ataupun bahkan sampai pejabat tingkat eselon sekali pun, IKN tidaklah cocok untuk disinggahi, apalagi dibangun.
Sebenarnya apa sih yang menjadi patokannya, hingga pemerintah itu berambisi memindahkan ibu kotanya ke Kalimantan Timur. Disokong dengan dana yang luar biasa yakni mencapai 460 triliun rupiah. Dengan anggaran sebesar ini dan hanya ditopang oleh 20% APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Padahal logikanya, 20% APBN itu tidak mungkin bisa menutupi pembiayaan pembangunan IKN.

Walhasil, untuk menutupi kekurangan anggaran yang sebesar itu, maka tidak bisa menutup kemungkinan akan adanya peran pengusaha ataupun investasi asing yang besar, yang ikut berinvestasi di IKN tersebut. 

Jika sudah begitu, khawatirnya kelak proyek tersebut menjadi proyek yang ambisius untuk kelompok kecil dengan syahwat kepentingan pribadinya tanpa memedulikan rakyat.
Memang sejak awal kontroversial dan banyak pihak yang menilai bahwa pembangunan IKN ini kurang adanya kajian saintifik yang mendalam untuk masyarakat, terkait urgentivitas pembangunan atau pemindahan ibukota ini. Kok bisa, pemerintah ngebet banget untuk membangun di saat perekonomian di negeri ini sedang dalam keadaan yang kurang baik. Akan sangat berbahaya jika banyak pembiayaannya itu diberikan kepada pengusaha, investor, asing ataupun negara lain.

Apalagi yang ditawarkan pemerintah kepada pengusaha ataupun investor adalah sektor yang sangat strategis seperti disektor publik kesehatan, pendidikan, dan juga infrastruktur. Bisa dibayangkan jika dua sektor pokok yakni pendidikan dan kesehatan yang sejatinya itu adalah kebutuhan hajat hidup orang banyak, itu dikuasai dan dikelola oleh pengusaha, yang terjadi adalah sektor tersebut akan dijadikan sebagai lahan bisnis mereka. Nah, jika sudah menjadi lahan bisnis atau berbayar tidak semua orang bisa akses, bisa akses pun layanannya akan tergantung pada pembiayaan yang diberikan, semakin mahal pelayanannya akan semakin istimewa pemberiannya.

Itulah sifat pengusaha, tidak mungkin pengusaha berpikiran akan gotong royong, suka rela berkorban, ataupun gratis. Jika sudah menyangkut bisnisnya, kepentingan masyarakat pasti akan tersingkirkan dengan sendirinya. Karena hakikatnya mindset mereka itu adalah untung-rugi bukan berjuang demi rakyat.

Dari sisi pembiayaan pembangunannya lebih ngeri lagi. Jika banyak ketergantungannya dengan investor ataupun berhutang kepada negara lain, maka tak bisa dipungkiri akan rentan didikte kebijakannya oleh investor ataupun negara lain yang sebenarnya problem ketergantungan ini, adalah PR buat rezim ini.
Jadi bisa kita bayangkan nasib negeri ini ke depan, jika kebijakan sudah didikte oleh negara lain ini tak terbendung, maka akan sangat terasa sekali ketidakberpihakan pada rakyat, dan lebih kepada investor ataupun negara-negara yang sudah memberikan jaminan hutang ataupun jaminan dana, dan pada akhirnya yang menjadi korbannya adalah masyarakat. Tentu ini tidak baik dan akan sangat berbahaya jika diterus-teruskan. Bahkan proyeknya pun tidak akan optimal, bisa jadi yang berkuasa di proyek ini nanti investor, pengusaha ataupun asing.

Oleh: Setiyawan Dwi
Sahabat Tinta Media

Rabu, 23 Agustus 2023

PDIP Menyerang Food Estate sebagai Permasalahan Ekologis, IJM: IKN Lebih Lagi!

Tinta Media - Tudingan PDIP yang mengatakan bahwa food estate bermasalah secara ekologis ditanggapi oleh Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM)  Agung Wisnuwardana dengan mengatakan IKN lebih lagi.

"Kalau PDI Perjuangan menyerang food estate sebagai permasalahan secara ekologi, IKN lebih-lebih lagi bermasalah secara ekologis. Mestinya PDI Perjuangan serang juga kebijakan itu," ungkapnya dalam PDIP Mendadak Serang Food Estate ‘Kejahatan Lingkungan’ | Manuver Politik? di kanal Youtube Justice Monitor pada Minggu (20/8/2023).

Agung menambahkan, PDI Perjuangan sebagai partai yang memiliki banyak politisi di DPR seharusnya sadar lebih awal akan dampak terhadap lingkungan yang dapat muncul dari program food estate.

"Kebijakan seharusnya mengedepankan faktor lingkungan dan kemaslahatan secara strategis dalam menyusun program karena kerusakan lingkungan memiliki dampak yang berkelanjutan. 

“Ini menjadi kesadaran buat kita semua bahwa program-program seharusnya memikirkan dampak-dampak ekologis, jangan sampai hanya menjadi alat politik. PDIP Perjuangan harusnya sejak lama berbicara tentang food estate,” pungkasnya. [ ]Yung Eko Utomo.

Rabu, 09 Agustus 2023

Banyak Investor Asing Tidak Tertarik IKN, INDEF: Skema Pembelian Tanah Belum Jelas



 
Tinta Media - Soal banyaknya investor asing yang tidak tertarik pada Ibu Kota Nusantara (IKN), Peneliti Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Dr. Muhammad Rizal Taufikurrahman menyampaikan karena skema pembelian tanahnya masih belum jelas.
 
“Ya ini yang paling penting sebenarnya, yaitu skema pembelian tanah di IKN masih belum jelas,” tuturnya dalam diskusi yang berjudul: IKN Untuk Cina? di kanal Youtube Media Umat, Ahad (6/8/23)
 
Ia berargumen, meskipun sudah gathering investor di dalam negeri, kemudian menawarkan ke investor di luar negeri, tapi masih sebatas komitmen Letter Of Intent (LOI) dan belum ada realisasi secara langsung di lapangan. “Ya masalahnya tadi skema lahan itu,” tandasnya.
 
Menurutnya, para investor banyak mempertimbangkan ulang  investasinya ke IKN, karena para investor tersebut butuh kenyamanan dan kepastian serta memperhitungkan investasinya dalam jangka pendek maupun jangkan panjang.
 
“Dan juga tentu saja sustainability dari investasi itu bagaimana? Return of investment-nya bisa terkalkulasi dengan baik tidak, kalau  tidak, ya untuk apa? Kan lebih baik investasi di sektor yang benar-benar bisa mendapatkan Return of investment atau Return of revenue dari investasinya,” tutupnya. [] Setiyawan Dwi

Jumat, 04 Agustus 2023

Jokowi Meminta Cina Menyusun Desain IKN, IJM: Sangat Disayangkan!


Tinta Media - Direktur  Indonesia Justice Monitor  (IJM) Agung Wisnuwardhana menyayangkan keputusan Presiden Joko Widodo yang meminta Cina menyusun detail desain Ibukota Negara Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.
 
“Tawaran Presiden Jokowi Widodo kepada Cina untuk menyusun detail desain IKN di Kalimantan Timur tentu sangat disayangkan,” tuturnya di kanal You Tube Justice Monitor : Minta Bantuan China Untuk Desain IKN | Ancaman Kedaulatan?, Rabu (2/8/2023).
 
 Menurutnya, detail perencanaan  IKN baru seharusnya tidak boleh disebar ke negara lain. “Ini lantaran IKN tidak hanya berisi gedung-gedung pusat pemerintahan, tapi juga pusat pertahanan dan keamanan suatu negara,” bebernya.
 
Selain itu, lanjutnya, ibukota negara adalah pusat paling penting di suatu negara yang jika desainnya diserahkan ke Cina maka seakan menyerahkan rahasia negara kepada Cina.
 
“Kita tentu khawatir Cina akan merancang sistem pertahanan dan persenjataan. Dikhawatirkan dampaknya nanti rakyat hanya akan menyaksikan kekuasaan negara lain di tanah airnya sendiri,” ulasnya.
 
Agung mempertanyakan, kenapa arsitek Indonesia tidak dipercaya untuk membuat desain IKN Nusantara, padahal banyak yang bersuara bahwa arsitek Indonesia banyak yang pintar.
 
“Dari perspektif ilmu pertahanan, salah satu pertimbangan penetapan ibukota adalah pengendalian keamanan nasional termasuk di dalamnya adalah pengendalian pertahanan negara dan sebagai markas Komando militer.  Kok desainnya diserahkan ke pihak lain apa nggak bahaya itu? ” pungkasnya.[]Erlina

Rabu, 02 Agustus 2023

Jokowi Menawarkan IKN ke Pengusaha Cina, Pengamat: Berbahaya Bagi Kedaulatan Indonesia




Tinta Media - Pengamat politik internasional Rif’an  Wahyudi menilai, tawaran Jokowi kepada pengusaha Cina untuk berinvestasi di 34.000 hektare lahan IKN di Kalimantan Timur, sebagai tindakan berbahaya bagi kedaulatan Indonesia.
 
“Tawaran ini tentu berbahaya bagi kedaulatan Indonesia. Belum lagi dari aspek lingkungan, masyarakat adat, itu sesuatu yang tidak tepat dan tidak menguntungkan,” tuturnya di Kabar Petang: Loh! Kok 34.000 ha Lahan IKN Ditawarkan ke Pengusaha Cina, melalui kanal You Tube Khilafah News, Senin (31/7/2023).
 
Cina, lanjutnya, sangat berkepentingan untuk meluaskan kepentingan geopolitiknya terutama di Asia Pasifik, namun telah dikunci oleh Amerika Serikat.  “Mulai dari Jepang, Korea Selatan, Taiwan bahkan Philipina, Singapura, semua sudah menjadi pangkalan militer Amerika Serikat sebagai pengunci Cina agar  Cina tidak leluasa bergerak, sehingga tawaran ini sangat berbahaya,” bebernya.
 
Ia menyesalkan, IKN ini seperti diobral murah kepada Cina. Tawaran ini, lanjutnya,  seperti langkah orang yang panik, tidak terukur, setelah beberapa harapan sebelumnya tidak sesuai dengan rencana. Mulai dari investasi yang ternyata  zonk (nol besar). Ada plan A, plan B, plan C, semua gagal.
 
“Seperti orang mau tenggelam lalu berusaha untuk menarik apa saja yang bisa digapai. Geraknya seperti ayam yang sekarat mengelepar tidak tentu arah. Ini gambaran kepanikan dari penggagas IKN saat ini,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
 
 

Rabu, 14 Juni 2023

Jokowi Ajak Warga Singapura Tinggal di IKN, IJM: Aneh!

Tinta Media - Ajakan dan tawaran Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap warga Singapura untuk tinggal di Ibu Kota Negara (IKN) dinilai aneh oleh Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana.

“Jelas aneh ketika Jokowi menawarkan IKN kepada masyarakat Singapura sebagai tempat tinggal baru dan ladang investasi yang menjanjikan,” tuturnya dalam kanal youtube Justice Monitor: Bikin Heran! Jokowi Ajak Warga Singapura Tinggal di IKN, Jumat (9/6/2023).

Selain aneh, menurut Agung ini sekaligus indikasi bahwa pemerintah mengalami sejumlah gejolak dalam mendapatkan pembiayaan untuk IKN. “Kalau skema pembiayaan Presiden Jokowi terkesan pragmatis, kami mempertanyakan, benarkah Hubungan diplomatik Indonesia dengan negara lain akan terwujud kesetaraan dan keadilan bagi Indonesia? Atau malah menjadikan Indonesia semakin terjerat dalam cengkraman negara-negara kapitalis?” ujarnya retorik.

Ia mengingatkan Indonesia harus waspada terhadap intervensi asing yang masuk melalui investasi IKN Nusantara. Ini, lanjutnya tak hanya soal investasi Singapura, China ataupun yang lain. Negara manapun yang ingin menjalin kerjasama dengan negeri muslim untuk menguasai baik ekonomi, budaya, politik, pertahanan, dan keamanan tidak boleh disepelekan. 

“Haram hukumnya menguasakan negeri muslim kepada negara kapitalis. Negara harus memiliki politik luar negeri dan politik ekonomi yang kuat. Tidak boleh memberi peluang bagi negara lain untuk menguasai umat dalam bidang apapun,” bebernya.

Ia juga menandaskan jika negara wajib memiliki kedaulatan penuh tanpa disetir negara lain termasuk dalam hal kepemilikan lahan kemudian properti. “Jangan sampai asing menguasai negara kita. Kelanjutan proyek ibukota nusantara di Kalimantan Timur penting untuk dikawal publik,” imbuhnya.

Selain itu, ia mempertanyakan akankah strategi investasi asing model Jokowi menjadi harapan melanjutkan pembangunan Negeri atau yang terjadi justru sebaliknya? “Skenario penjajahan berkedok investasi tentu berbahaya. “Bisa jadi di mana ada kemungkinan negara asing akan berhasil mencengkram negeri ini dan memasivkan penjajahannya,” pungkasnya.[] Erlina

Senin, 17 April 2023

Investasi Cina di IKN Merugikan Masyarakat

Tinta Media - Terkait ajakan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) kepada Presiden Jokowi agar mengundang Tiongkok untuk berinvestasi di IKN Nusantara dinilai Direktur Pusat Kajian Analisis Data (PAKTA) Dr. Erwin Permana tidak menguntungkan masyarakat sama sekali.

"Bagi masyarakat ini untungnya apa investasi dari Cina? Nyaris nggak ada. Untuk apa pun nggak," ungkapnya dalam Kabar Petang: RI - China Makin Lengket, Kini Luhut Rayu China Untuk... di Channel YouTube Khilafah Channel, Sabtu (8/4/2023)

Ia juga mempertanyakan apakah kemudian kesejahteraan masyarakat meningkat dengan adanya investasi dari Cina. "Nggak, kesejahteraan oligarki iya," pungkasnya.[] Wafi

Jumat, 07 April 2023

IKN Tambah Anggaran, Benarkah Berdampak pada Kesejahteraan Rakyat?

Tinta Media - Menyoal tambahnya anggaran pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) kini tak pernah usai. Pasalnya, Direktorat Jenderal Kementerian keuangan (Kemenkeu) yang mengungkapkan bahwa anggaran IKN diperkirakan akan membengkak sekitar Rp 30 triliun, dari anggaran awal Rp 23 triliun pada tahun ini. Hal ini disebabkan oleh permintaan tambahan anggaran sebesar Rp 7 – Rp 8 triliun yang diusulkan oleh Kementerian PUPR dan  Kementerian Perhubungan (CNBC Indonesia 21/3/2023).

Oleh sebab itu, pembengkakan mesti terjadi dalam proyek IKN. Anggaran pembangunan IKN yang dinilai belum juga final, dan kini sangat memungkinkan akan menguras APBN dalam jumlah yang besar. Padahal, kas APBN adalah uang rakyat namun hasil dari pembangunan IKN sudah pasti tidak banyak berdampak pada kesejahteraan rakyat.

Karena, pemasukan APBN selama ini dihasilkan oleh pajak, hibah, dan pendapatan negara bukan pajak. Dan pajak tersebut berasal dari pajak penghasilan, pajak ekspor, pajak bumi dan bangunan, pajak jual barang-barang mewah, pajak pertambahan nilai dan yang lainnya. Sudah kita ketahui bahwa semua pajak itu, pembayarannya diperoleh dari rakyat. Jadi, dapat diartikan pajak asalnya dari uang rakyat yang seharusnya dikelola untuk kesejahteraan rakyat pula.

Namun, saat ini kenyataannya tidak, uang rakyat yang jumlahnya triliunan kini justru dipakai untuk pembangunan IKN, dan pembangunan ini pun tidak berdampak secara langsung bagi kesejahteraan rakyat, melainkan hanya mereka yang mempunyai uang atau kaya saja. Sedangkan rakyat pinggiran yang miskin tetap dalam keadaan kekurangannya, tanpa menikmati hasil.

Sungguh tidak dipungkiri, begitulah hidup dalam sistem kapitalis, yang mengedepankan asas manfaat dan keuntungan tanpa pernah melihat penderitaan rakyat. Aturan kufur kapitalis ini, tentu berbeda dengan aturan yang dibawa Islam (Khilafah). Negara Khilafah akan bertanggungjawab penuh dalam memelihara urusan rakyatnya. Semua pembangunan infrastruktur dalam Khilafah berlangsung untuk memenuhi kebutuhan dan mempermudah rakyat dalam menikmatinya.

Negara Islam akan berfokus pada pengurusan kemaslahatan seperti pemenuhan layanan pendidikan dan kesehatan hingga pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) secara mandiri. Dan pembangunan infrastruktur dalam Khilafah akan disesuaikan dengan keperluan masyarakat per wilayah sehingga akan merata di berbagai kota dan Khilafah mudah untuk pindah ibu kota tanpa mengancam kedaulatan negara.

Terkait dananya, Islam akan dituntun pada penerapan ekonomi Islam yang terbagi menjadi tiga konsep kepemilikan yaitu kepemilikan individu, umum, dan negara. Dan dananya akan diambil dari Baitul maal yang akan digunakan untuk membangun infrastruktur. Hanya penerapan Islam secara Kaffah yang akan menjadi jaminan kemaslahatan rakyat. []

Oleh: Mariyam Sundari
Praktisi Komunikasi Penyiaran
,.

Rabu, 29 Maret 2023

Pindah IKN demi Oligarki, Banjir Hanya Alibi

Tinta Media - Salah satu alasan Presiden Jokowi memindahkan ibu kota negara (IKN) dari DKI Jakarta ke Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) adalah karena Jakarta kerap kali dilanda banjir. Faktanya, IKN baru ternyata langganan banjir juga. Setidaknya, ada tujuh kawasan di IKN baru masuk daftar langganan banjir. Di antaranya Desa Karang Jinawi, Kelurahan Sepaku, Desa Suka, Desa Bukit Raya, Desa Tengin Baru, Desa Bumi Harapan dan Kelurahan Pemaluan. 

Terbaru, pada Jum’at 17 Maret 2023, sejumlah kawasan di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, sedang dilanda banjir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Penajam Paser Utara pun melaporkan, sejak pukul 03.00 Wita, banjir di Kecamatan Sepaku di Kelurahan Pemaluan melanda empat RT dan di Desa Binuang. Ada satu RT yang terdampak air bah. 

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa salah satu alasan kepindahan IKN ke Kalimantan Timur karena banjir hanyalah alibi (alasan yang dicari-cari). Faktanya, IKN baru malah langganan banjir. Apalagi, menurut data BNPB, Paser Penajam Utara memang memiliki potensi kerawanan terjadinya bencana banjir sesuai sifat dan kondisi masing-masing kecamatan. Sampai saat ini, sda 30 kejadian banjir yang terjadi dari 2010 sampai 2019. 

Kalau memang salah satu alasan pindah IKN itu karena banjir, harusnya pemerintah sedari awal mencari wilayah atau kawasan yang memang bebas banjir. Bagaimana bisa, wilayah Kalimantan Timur yang langganan banjir malah dijadikan IKN baru? Apalagi, pemindahannya juga terkesan mendadak dan tanpa persiapan. 

Pertanyaan itulah yang ada di benak saya. Bagaimana dengan pembaca? Bisa jadi, apa yang kita rasakan sama. Banyak yang menduga bahwa ada yang tidak beres dengan kepindahan IKN, apakah pindahnya IKN baru ini untuk kepentingan rakyat banyak ataukah ada kepentingan yang lainnya? 

Jika dilihat faktanya, pemindahan IKN ini sarat dengan kepentingan para konglomerat/pengusaha yang memiliki kekuasaan di pemerintahan atau lebih tepatnya mereka itu disebut para oligarki. Pasalnya, pindahnya IKN tidak ada hubungannya dengan penyelesaian masalah, salah satunya banjir. 

Bahkan, pindahnya IKN dilakukan saat utang negara kian hari kian menggunung, ditambah bunga utang tahun 2023 sudah tembus Rp441,4 triliun. Itu dihitung untuk bunganya saja, belum termasuk cicilan utangnya, seram. Coba bayangkan, jika bunga utang tiap tahunnya dialihkan untuk membangun daerah, maka setiap tahun akan bertambah satu daerah yang infrastrukturnya sebaik IKN. 

Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) dalam Final Report IKN yang terbit pada 2019 silam dengan judul Ibukota Untuk Siapa?, menyatakan bahwa megaproyek ini disinyalir akan menguntungkan segelintir korporasi lahan. Tatkala pemindahan IKN terealisasi, para oligarkilah yang akan menikmati hasilnya. 

Adapun oligarki yang meraup untung dalam proyek IKN, di antaranya Sukanto Tanoto dan Hashim Djojohadikusumo (adik Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan) beserta pengusaha besar lainnya yang berhubungan dengan 158 konsesi tambang, sawit, serta hutan. 

Hashim Djojohadikusumo tercatat sebagai Komisaris Utama PT. International Timber Corporation Indonesia Kartika Utama (PT. ITCI KU) yang diberikan izin usaha memanfaatkan hasil hutan kayu dan hutan alam dengan luas 173.395 hektar. Sementara itu, Sukanto Tanoto, pemilik PT. International Timber Corporation Indonesia Hutani Manunggal (PT. ITCI HM), dengan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan hutan tanaman dengan luas l61.127 hektar, dan seluruh kawasan inti IKN baru seluas 5.644 hektar. 

Tak hanya itu, aset-aset yang ada di Jakarta, seperti tanah dan gedung-gedung akan dijual atau dikontrakkan untuk pembiayaan gedung kontrakan yang dibangun swasta atau asing di IKN. Meskipun sedari awal Presiden Jokowi mengatakan bahwa biaya pemindahan IKN tidak diambil dari APBN, tetapi nyatanya 53 persen biaya pemindahan diambil dari APBN. Itu artinya, separuh lebih uang itu adalah milik rakyat. Jika seperti itu, siapa coba yang diuntungkan, rakyat atau para oligarki?

Inilah yang terjadi di sistem kapitalis. Pindahnya IKN hanya demi kepentingan oligarki, bukan untuk kepentingan rakyat. Rakyat hanya dibuat menderita. Adapun alasan bahwa Jakarta tidak layak sebagai IKN karena banjir, semua itu hanya alibi saja.[]

Oleh: Siti Aisyah, S.Sos.
Koordinator Kepenulisan Komunitas Muslimah Menulis Depok

Selasa, 07 Maret 2023

Dr. Erwin Ungkap Penyebab Molornya Proyek IKN

Tinta Media - Direktur Pusat Analisis dan Kebijakan Pakta, Dr. Erwin Permana mengungkap penyebab proyek pembangunan ibukota negara (IKN) yang tidak selesai sesuai target.

“Jadi memang kekurangan pikiran, kekurangan rasa perikemanusiaan, kekurangan sense of crisis,” ungkapnya dalam Kabar Petang: Jokowi Paksakan IKN, APBN Boncos? di kanal YouTube Khilafah News, Rabu (1/3/2023). 

Ia juga mengungkapkan bahwa sebenarnya para pakar dan juga para pengamat sudah menasihati bahwa pindahnya ibukota di masa-masa seperti sekarang ini bukan prioritas pembangunan. Namun, ia menyayangkan, bagaimana Jokowi begitu ngotot, ketika pandemi proyek itu terus berlangsung.

Bahkan, herannya, di awal pemerintahannya, di saat pandemi, banyak orang sedang merenggut nyawa, tetap saja pembangunan IKN dilanjutkan. 

“Terus targetnya 2023 selesai, tapi sampai sekarang nggak satu pun ada gedung IKN selesai, berarti itulah pentingnya ketika kita melaksanakan sesuatu itu dengan rencana,” pungkasnya. [] Wafi

Minggu, 05 Maret 2023

Jokowi Bilang IKN Bukan Idenya, IJM: Ini Mengundang Beragam Persepsi

Tinta Media - Pernyataan Jokowi yang menyebut pembangunan IKN bukan idenya, menurut Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana mengundang beragam persepsi.

"Ada pernyataan mengejutkan dari Presiden Jokowi bahwa pembangunan IKN di Kalimantan Timur tidak lahir dari gagasannya, melainkan gagasan Soekarno katanya, ini mengundang beragam persepsi," tuturnya dalam acara Program Aspirasi Diprediksi Molor, Jokowi Bilang IKN Bukan Idenya, So What? melalui kanal Youtube Justice Monitor Channel, Rabu (1/3/2023).

Menurutnya, pembangunan IKN bukan perkara dadakan dan membutuhkan proses.

"Membangun IKN nggak bisa di dadakan seperti goreng tahu bulat gitulah dan ndak kudu selesai Januari 2024. Menurut kami, ini butuh waktu bertahun-tahun bukan short time, karena hingga kini belum ada satupun gedung-gedung vital IKN yang berdiri dan ini tidak sesuai target yang ditetapkan pemerintah," ungkapnya.

Menurut Agung, pemerintah tidak harus memaksakan memindahkan ibukota negara yang baru, jika tujuan utamanya hanya untuk pemerataan pembangunan ekonomi yang belum jelas.

 "Pemerintah seharusnya bisa lebih dahulu memperbaiki produksi dalam negeri, misalnya dengan memanfaatkan sumber daya alam yang sangat melimpah di negeri ini dengan meningkatkan nilai jual dan daya saing dalam hasil komoditi dan juga didukung dengan memperbaiki berbagai sarana yang mendukung infrastruktur lajunya industri, ini tentu akan sangat luar biasa," jelasnya.

 
Menurutnya, pemindahan IKN ke Penajam Paser Utara Kalimantan Timur seharusnya tidak dilakukan sekarang, karena memang APBN  dalam kondisi yang tidak baik-baik saja dan dikhawatirkan kalau APBN banyak kesedot ke sana.


"Presiden Jokowi Jangan sampai memaksakan APBN untuk menggenjot pembangunan infrastruktur vital di IKN, 
kebijakan APBN jangan boros agar tak memberikan dampak boncos untuk kantong-kantong ekonomi masyarakat," tuturnya.
 
Menurutnya akan berbeda, jika pemindahan IKN berdasarkan syariat Islam.


"Tentu ini berbeda jika pemindahan ibukota pertimbangannya adalah syariah Islam, maka bisa meminimalisir ditunggangi interest-interest yang bersifat pribadi, kelompok apalagi ditunggangi kepentingan oligarki dan Investasi asing  yang beresiko pada kedaulatan. Jadi negara itu betul-betul digerakkan dalam rangka ibadah, yakni ta'at pada Allah Swt," pungkasnya. [] Evi

Kamis, 22 Desember 2022

Pindah Ibukota Negara, IJM: Belum Urgen dan Prioritas

Tinta Media - Narator Indonesia Justice Monitor (IJM) menilai pemindahan ibukota negara belum urgen dan prioritas.

"Alhasil, pemindahan ibukota negara ke Kalimantan Timur sejatinya masih belum menjadi urgen dan prioritas dalam mendorong tumbuhnya ekonomi saat ini," tuturnya dalam Aspirasi Rakyat: Proyek IKN akan Jadi Hambalang Baru? Jumat (16/12/2022) di kanal YouTube Justice Monitor.

Ia menilai ambisi pemerintah melanjutkan proyek pembangunan ibukota negara atau IKN dianggap sebagian pengamat berpotensi gagal. "Pasalnya hingga kini dinilai masih terkendala pembiayaan," ungkapnya.

Ia melanjutkan bahwa sejumlah ekonom menilai iming-iming dan insentif yang ditawarkan pemerintah belum cukup menarik investor untuk menanamkan modalnya di ibukota negara (IKN Nusantara) terlebih investor asing. "Faktor lain yang membuat IKN tidak menarik investor global adalah faktor kelayakan," terangnya.

"Investor masih akan berpikir ulang untuk menanamkan investasi ke ibukota baru karena membutuhkan waktu lama untuk balik modal," bebernya.

Ia juga menyampaikan prediksi bahwa dalam waktu 10 hingga 15 tahun ke depan pembangunan IKN akan cenderung mengandalkan APBN. Sementara itu terutama investor lokal akan cenderung melihat potensi kota-kota sekitar misalnya kota Samarinda. "Penawaran pemerintah mungkin masih kurang menarik. Problemnya bukan pada insentif tetapi kepastian," ulasnya.

"Peneliti ekonomi dari INDEF Nailul Huda menuturkan sempat memprediksi proyek IKN akan berujung seperti Hambalang," tukasnya.

Menurutnya, seharusnya saat ini pemerintah lebih fokus menyelesaikan berbagai masalah ekonomi nasional yang tidak menguntungkan. Tidak hanya berat dan penuh tantangan. Salah satunya kondisi ekonomi global yang unpredictable yang mendorong ketidakpastian. Perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina serta pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat.

"Bahkan berbagai prediksi, dampak pelambatan ini akan mendorong resesi ekonomi di berbagai negara tanpa kecuali Indonesia," pungkasnya.[] Ajira

Selasa, 15 November 2022

Mengapa Pembangunan dan Pemindahan Ibu Kota Negara Diragukan Keberhasilannya?

Tinta Media - Apa kabar Ibu Kota Negara (IKN) yang baru? Sempat beberapa lama tidak mencuat beritanya, belum lama ini publik diingatkan kembali tentangnya. Ini bermula saat Presiden Jokowi menyampaikan sambutan seputar 'Ibu Kota Nusantara: Sejarah Baru Peradaban Baru' di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, pada Selasa (18/10/2022).

Dalam sambutannya, Jokowi menegaskan bahwa tidak ada yang perlu diragukan lagi terkait pemindahan IKN ke Nusantara (nama Ibu Kota Baru di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur) itu. Jokowi menyampaikan, “Kita harus tahu semuanya sudah disetujui 93 persen dari fraksi-fraksi yang ada di DPR. Kalau ada yang masih belum yakin, kurang apa lagi? Sampaikan, kurang apa lagi? Jadi sekali lagi, jadi sudah tidak perlu lagi untuk dipertanyakan." detikNews (18/10/2022). 

Jokowi menginginkan bahwa publik meyakini keberhasilan proyek pembangunan IKN baru. Jokowi juga mencoba meyakinkan semua orang bahwa perpindahan IKN tujuannya adalah agar aliran ekonomi tidak hanya berputar di Pulau Jawa saja. Pembangunan juga ia harapkan berbasis Indonesia-sentris, bukan Jawa-sentris. Menurutnya, ini karena di Indonesia perlu pemerataan pembangunan dan keadilan ekonomi. 

Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi Jokowi menjanjikan kemudahan bagi swasta yang ingin berinvestasi di IKN. Di Djakarta Theater, Jokowi tak segan menawarkan beragam insentif termasuk tax holiday selama 30 tahun serta super tax deduction sebesar 350%. Namun, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menilai, investor lebih memerlukan kepastian pangsa pasar di IKN daripada hanya sekadar tawaran insentif.

Ia juga menilai program-program yang ditawarkan pemerintah belum cukup untuk menarik minat investor untuk berinvestasi pada pembangunan IKN. Selain itu, insentif yang ditawarkan pemerintah dinilai tidak berbeda jauh dengan daerah lain. Insentif tersebut belum tentu mampu menutupi biaya pengeluaran yang tinggi akibat terbatasnya pasar di IKN Nusantara. 

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bima Yudhistira turut pula menyampaikan penilaiannya. Ia mengatakan bahwa nilai obral insentif bukan satu-satunya pertimbangan investor untuk menanamkan uangnya di IKN. Namun, yang menjadi faktor utama pertimbangan adalah kondisi makro ekonomi, termasuk ancaman resesi global, naiknya suku bunga, dan selisih kurs. 

Menurut Bima Yudhistira, sesungguhnya investor tidak hanya mengumpulkan dana dari internal, tetapi juga melalui skenario pinjaman, baik domestik ataupun luar negeri. Sedangkan di tengah naiknya suku bunga, biaya pinjaman pasti akan menjadi lebih mahal sehingga menambah cost of financing proyek di IKN. Hal ini yang seharusnya perlu perhitungan dengan matang dan cermat, sehingga menjadi pertimbangan pemerintah.

Terkait selisih kurs, kata Bima kepada Bisnis, Senin (24/10/2022), juga berpengaruh terhadap biaya material konstruksi, terutama yang didatangkan dengan impor. Penyesuaian upah juga akan lebih tinggi di tahun depan karena kondisi inflasi. Variabel-variabel tadi pasti  diperhitungkan dengan cermat oleh calon-calon investor. Ia juga menambahkan terkait variabel lain, yaitu kendati pemerintah telah menerbitkan UU IKN sebagai dasar hukum, tetapi investor tentu juga akan mempertimbangkan kepastian hukum dan kondisi negara pasca pemilu 2024. 

Menurut perkiraan, dengan kondisi resesi dan pelebaran defisit fiskal, bisa saja presiden terpilih 2024 akan menerbitkan Perppu untuk menunda sementara pembangunan IKN Nusantara. Risiko politik semacam ini pasti menjadi beban berat yang harus diperhitungkan oleh pengusaha dan investor. Apalagi, investasi yang dibutuhkan ini adalah investasi berorientasi jangka panjang. 

Selain itu, rencana awal pemindahan IKN adalah pemindahan Ibu Kota Pemerintahan, bukan pembangunan kawasan yang bernilai komersial dan industri. Faktor imbal hasil di proyek IKN ini pasti akan menentukan minat atau tidaknya para investor. Para investor tentu berhitung soal imbal hasil beberapa proyek infrastruktur komersial, seperti bandara dan jalan tol yang rendah. Ini karena IKN adalah pusat pemerintahan, bukan bisnis. 

Sejak pemerintah menggelar karpet merah kepada para investor tersebut, tak pelak, kepercayaan terhadap proyek IKN semakin menurun. Obral insentif yang ditawarkan Jokowi semakin jelas menunjukkan ketidakpastian kelanjutan proyek ini. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono pada Rabu (24/8/2022) sempat mengatakan, bahwa jalan lingkar Sepaku segmen 1 hingga segmen 3 hampir selesai dibangun dengan rata-rata progres fisik mencapai 77 persen. Namun, meski demikian, informasi tersebut tetap tidak berhasil melambungkan kepercayaan publik terhadap keberhasilan proyek IKN.

Apalagi, seperti diketahui bahwa alokasi APBN untuk pembangunan jalan lingkar tersebut telah menelan biaya total Rp103,772 miliar. Ini pasti akan menambah perasaan jengkel masyarakat karena pembangunan IKN ini semakin hari semakin memberatkan APBN. Sementara, upaya pemerintah menggaet para investor juga tidak berhasil sepenuhnya. Jadi negara tidak punya biaya, tetapi tetap memaksakan diri.  

Pembangunan IKN Nusantara akan dilaksanakan secara bertahap hingga 2045. Namun, walaupun digadang-gadang dibangun dengan mengusung konsep ‘Future Smart Forest City of Indonesia’ sehingga tetap memperhatikan aspek lingkungan, tetapi hal ini tidak berhasil pula mengerek interest masyarakat Indonesia. Faktanya, masyarakat tetap bersikap skeptis bahkan apatis terhadap proyek pembangunan dan pemindahan IKN. Hal ini tentu tidak terlepas dari sikap tidak berpihaknya pemerintah terhadap kondisi riil masyarakat. Sebagian besar masyarakat telah lama menjerit karena beratnya beban kehidupan yang harus ditanggung. 

Jadi intinya, pemerintah awalnya hanya berencana menjadikan IKN Nusantara menjadi Ibu Kota Pemerintahan, tetapi kemudian beralih rencana menjadikannya kawasan bisnis dan industri. Terbukti dari dijajakannya proyek pembangunan sarana bisnis dan infrastruktur di IKN tersebut. Padahal, faktanya wilayah IKN Nusantara yang berada jauh di pelosok tidak bisa dengan mudah dan cepat menjelma menjadi pusat bisnis komersial. 

Namun, pemerintah tampaknya terpaksa menjajakan insentif dan bebas pajak guna masuknya investasi karena APBN tidak cukup membiayai proyek pembangunannya. Pemerintah terbukti tetap bersikukuh melanjutkan pembangunan IKN tanpa mempertimbangkan kemampuan keuangan negara dan kondisi ekonomi masyarakat yang semakin terpuruk. Inilah faktor utama yang menyebabkan banyak pihak dan juga masyarakat luas meragukan keberhasilan pembangunan dan perpidahan IKN ini. 

Bayangkan, di tengah kesulitan ekonomi dengan melambungnya harga berbagai kebutuhan pangan akibat kenaikan harga BBM dan prosentase pajak, pemerintah tetap bersikukuh melanjutkan pembangunan IKN. Masyarakat yang belum lagi bangkit ekonominya usai dihantam Pandemi Covid-19, harus langsung berhadapan  dengan kenaikan harga-harga kebutuhan. 

Belum lagi ancaman resesi ekonomi dunia di tahun 2023 mendatang yang mau tidak mau harus dihadapi. Semua itu tentu membuat masyarakat negeri ini harus banyak berhitung dan bersiap. Secara otomatis, proyek IKN yang memerlukan biaya luar biasa besar menjadi semakin tidak poluler, bahkan ditentang oleh masyarakat. Masyarakat lebih perlu makan, karena kalau tidak makan mereka akan mati. Namun, pemerintah berjalan dengan rencana-rencananya sendiri, tidak peduli dengan kondisi masyarakat yang menderita. 

Inilah gambaran pemerintah ruwaibidhah, sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah saw. bersabda: 

“Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati, dan Ruwaibidhah turut bicara. Lalu beliau ditanya, Apakah Ruwaibidhah itu? beliau menjawab: Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan umum.” (HR Ibnu Majah). 

Ruwaibidhah adalah pemimpin yang tidak paham Islam, sehingga tidak mengerti bahwa Allah telah menurunkan peraturan untuk mengatur kehidupan agar menjadi baik dan berkah. Ruwaibidhah juga tidak yakin dengan kebenaran peraturan dari Allah dan tidak pula mau menerapkannya dalam negara. Akibatnya, tentu kehancuran akan terhampar di depan mata. Saat ini jurang kehancuran itulah yang menganga di depan kita dan kita sedang berjalan menuju ke arah itu. Proyek IKN ini adalah salah satu jalan menuju jurang kehancuran itu. []

Oleh:  Dewi Purnasari
Aktivis Dakwah Politik

Rabu, 09 November 2022

IKN: Investor Untung, Rakyat Buntung

Tinta Media - Di tengah karut-marut isu politik, rusaknya citra dan kinerja kepolisian, tumpang tindih dengan isu kekerasan dalam rumah tangga oleh pasangan artis tanah air, muncul lagi isu monsterisasi Islam dengan pemberitaan seorang perempuan bercadar membawa senjata api yang ditangkap di depan istana negara. Semua isu menutupi isu-isu sebelumnya, hingga isu proyek IKN tak lagi terdengar kabarnya. 

Ada sebuah kabar yang cukup memprihatinkan di tengah naiknya semua harga barang, membengkaknya utang negara dan bencana alam, yaitu pemerintah menyiapkan insentif untuk investor IKN demi proses percepatan pembangunan ibu kota baru negara. (www.republika.co.id., 5/10/2022).

Proyek IKN sejak awal mendapat kritik dari berbagai pihak, terkait urgensitasnya dan indikasi terkait dengan kepentingan oligarki. Namun, pemerintah tetap ngotot menyiapkan regulasi pendukung (PP/Peraturan Pemerintah dan Badan Usaha Milik Otorita), serta insentif bagi para investor. Kebijakan pembangunan IKN merupakan kebijakan prematur, padahal proyek ini bukan pembangunan yang biasa. 

Pembangunan ibu kota merupakan pembangunan “jantung” negara. Jika dilakukan dengan tergesa-gesa, akan menimbulkan bahaya yang luar biasa, karena berkaitan dengan pendanaan dan kedaulatan negara.

Ditinjau dari segi kajian lingkungan, pemindahan ibu kota ke Penajam, Paser, Kalimantan Timur tidaklah mendesak. Keberadaan IKN akan merusak lingkungan, walau dibangun dengan konsep Forest City. Apalagi, Kalimantan sejak dulu dikenal sebagai jantung oksigen dunia, tak hanya bagi Indonesia. 

Dikaji dari pendanaan, utang kita membengkak, karena mundurnya beberapa investor macam SoftBank, Arab Saudi, Jepang, dan beberapa investor asing lainnya. Hal ini akhirnya akan membebani APBN, yang berujung pada rakyat yang akan menanggung semuanya. 

Untuk siapa sebenarnya proyek IKN? Tentu saja untuk para pemilik lahan, yang nama-namanya terkait dengan para pengusaha-pengusaha sebagai shadow stakeholder pemerintah, serta investor yang bisa mengintervensi kebijakan pemerintah. 

Kita harus membayar untuk setiap pemanfaatan bangunan tersebut. Seperti halnya seseorang yang pindah dari rumah sendiri ke rumah kontrakan, otomatis harus mengeluarkan biaya terus-menerus ketika tinggal di rumah baru tersebut. Lebih parah lagi, tentu saja investor bisa melakukan intervensi terhadap pemanfaatan bangunan tersebut. Tidakkah ini sangat berbahaya bagi eksistensi dan kedaulatan negara?

Kebijakan memberi insentif tidaklah tepat. Hal ini malah menguntungkan pihak investor. Pemerintah seharusnya menunda proyek IKN, dan mengalokasikan dana untuk menyelesaikan persoalan nyata. Terlebih, hal ini membebani APBN, sementara ekonomi terancam resesi. 

Pemasukan APBN yang salah satunya adalah pajak, akan memberatkan rakyat. Nampak nyata pada siapa pemerintah selama ini berpihak, apakah pada para “dalang” yang telah mendanai suksesinya ataukah pada rakyat sebagai pihak yang telah memberinya amanat kepengurusan?

Indonesia membutuhkan penguasa yang dapat menjadi perisai dan mampu melindungi rakyat dalam menghadapi ancaman krisis multidimensi. Selama sistem kapitalisme tetap dipegang sebagai aturan main pengurusan umat, maka kesejahteraan rakyat bak api jauh dari panggang. 

Mari kita kembalikan sistem pengurusan yang lebih manusiawi, menentramkan jiwa dan sesuai dengan fitrah manusia, yaitu sistem Islam yang merupakan aturan yang dibuat oleh Sang Pencipta manusia.

Oleh: Hayyin
Sahabat Tinta Media

Rabu, 26 Oktober 2022

IKN Maju Terus Pantang Mundur, IJM Sampaikan Sejumlah Kritik

Tinta Media - Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana sampaikan sejumlah kritik terkait pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) yang tampak maju terus pantang mundur. “Kritik kita ada empat hal pokok,” tuturnya dalam Program Aspirasi Rakyat: IKN FOR SALE di kanal YouTube Justice Monitor, Sabtu (22/10/2022).

Pertama, Agung mengatakan, ada banyak kepentingan di balik pembangunan IKN, termasuk kepentingan oligarki. “Ada kepentingan oligarki di balik pembangunan Ibu Kota Negara, Nusantara,” katanya.

Kritik yang kedua,  terjadi peminggiran masyarakat adat. Seperti yang disampaikan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) yang juga mengatakan ada upaya peminggiran masyarakat adat. Sementara kritik yang ketiga, terkait dengan pembiayaan yang memberi peluang seluas-luasnya kepada swasta. 

“Pembiayaannya jelas memberikan peluang seluas-luasnya kepada swasta semaksimal mungkin. Bahkan dalam pidatonya, Jokowi menyampaikan 80% boleh diambil oleh swasta,” ungkapnya.

Menurutnya, pola pembiayaan public private partnership yaitu fasilitas publik yang dibiayai oleh swasta berbahaya karena berasaskan prinsip kapitalisme. “Pola public private partnership ini, jelas-jelas berlandaskan pada pemikiran dan prinsip ideologi kapitalisme,” tegasnya.

Agung menjelaskan, arah dari ideologi kapitalisme adalah penjajahan. “Ideologi kapitalisme itu ujungnya adalah imperialism,” ungkapnya menambahkan. 

Oleh karena itu, logika public private partnership dimana pemerintah memberikan keleluasaan kepada pihak swasta dalam hal pembiayaan dan pengelolaan urusan publik, ujungnya adalah penjajahan atau imperialism.  “Di belakangnya berlatar belakang kapitalisme,” imbuhnya. 

Adapun kritik yang keempat, Agung menyampaikan, dengan peluang investasi swasta yang begitu besar, akan mengganggu kedaulatan negara.  “Investasi yang begitu besar, termasuk di kawasan inti (IKN) tentu ini akan mengganggu kedaulatan negara. Jadi, batalkan proyek pembangunan IKN,” pungkasnya. [] Ikhty
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab