Tinta Media: History Insight
Tampilkan postingan dengan label History Insight. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label History Insight. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 27 Mei 2023

Al-Karaji, Ilmuwan Muslim Bidang Hidrologi

Tinta Media - Muslimah Media Center (MMC) mengisahkan ilmuwan Muslim yang ahli di bidang Hidrologi. 

"Al-Karaji sebagai ilmuwan muslim, beliau memahami betul bagaimana konsep mengenai pengelolaan air tanah. Namun beliau tidak memiliki kekuasaan untuk mengeksekusi secara praktis hal tersebut, karena kebijakan distribusi air dan derivatnya membutuhkan peran negara untuk mengaturnya," tutur narator dalam video History Insight: Sumur Air Bawah Tanah, Mastepiece Ilmuwan Muslim di bidang Hidrologi, Kamis (16/5/2023) di kanal YouTube Muslimah Media Center.

Sekitar abad ke-10, kisah narator, seorang ilmuwan muslim telah berjasa menemukan konsep dan teknis pengelolaan air di bawah tanah. "Al-Karaji ilmuwan yang menguasai bidang hidrologi, berhasil membuat konsep sarana persediaan sumber air bersih, mengatur gerakan air serta berbagai teknologi hidrologi.

Berbagai konsep pengelolaan air bersih oleh Al-Karaji, lanjutnya, memberikan manfaat yang cukup besar. Al-Karaji membuat teknologi pengelolaan pasokan air bersih di kota-kota modern Islam menjadi tetap melimpah sehingga membuat perkembangn kota semakin pesat.

"Salah satu teknologinya, Al-Karaji menyediakan terowongan air bawah tanah di salah satu tanah gersang di Isfahan," ungkapnya.

Bukti keahlian al-Karaji secara tekstual dalam bidang hidrologi, kata narator, tertuang di dalam kitab inbat Al-miyah Al-khafiya. Kitab ini memuat tentang ilmu ekstraksi pengelolaan air bawah tanah, siklus tanah, prinsip - prinsip siklus hidrologi air bawah tanah, gambaran akuifer tanah dan mencari air tanah. "Kitab ini dirangkum namun dibahas detail menjadi tujuh kelompok," ungkapnya. 

Pertama adalah bagian pengenalan diawali dengan basmalah. "Dan penegasan bahwa buku tersebut didedikasikan kepada Abu Ghanim Ma'ruf bin Muhammad, penguasa pada saat itu," terangnya. 

Kedua adalah penjelasan mengenai berbagai filosofi alami geologi dan aspek bumi, sumber air, air tanah, pegunungan, berbagai jenis air dan metode untuk membedakannya.

Ketiga, berisi tentang berbagai argumen dari berbagai faham atau aliran Islam mengenai hukum qanat (irigasi), karakteristik, penggalian dan penggunaannya di dalam Islam. "Bagian ketiga, adalah merupakan bagian sosial dan karya," jelasnya. 

Keempat adalah bagian yang membahas secara spesifik tentang hidrologi terutama yang relevan dengan transportasi air dan pengalian qanat, air akuaduk dan keterangan yang diperlukan untuk pemeliharaannya.

Kelima, membahas tentang instrumen, survei Teorema penggunaan pelaksanaan survei teknik di hidrologi.

Keenam, membahas tentang analisis survei metode dan instrumen lanjutan. "Al-Karaji menjelaskan survei instrumen tradisional dan prosedurnya," terangnya. 

Ketujuh, atau bagian akhir merupakan pengamalan dari semua bab, pada bab ini al-karaji memberikan beberapa nasihat praktis kepada sang menteri yang mendukung penelitian ini. "Tidak salah al-karaji pada bagian akhir menjelaskan tentang bagaimana tata cara praktis mengatur pengelolaan air bawah  tanah, agar pada saat itu bisa dijalankan oleh negara," ujarnya. 

Penguasa seperti ini, kata narator, hanya bisa ditemukan dalam Islam bernama khilafah bukan dalam sistem kapitalis," pungkasnya.[] Pakas Abu Raghib

Senin, 01 Mei 2023

MMC: Idul Fitri adalah Hari yang Istimewa

Tinta Media- Narator Muslimah Media Center (MMC) mengatakan bahwa Idul Fitri, hari Istimewa jika dirayakan bersama seluruh kaum Muslimin di seluruh dunia.

"Idul Fitri sesungguhnya merupakan hari yang istimewa, terlebih jika dirayakan bersama oleh seluruh kaum muslimin di seluruh dunia secara serentak," tuturnya dalam History Insight: Perayaan IdulFitri di Masa Abbasiyah di kanal YouTube Muslimah Media Center, Ahad (23/4/2023).

"Sesungguhnya akan tampak umat Islam di seluruh dunia bersatu," imbuhnya.

Menurutnya, lebih istimewa lagi jika semua ini terjadi ketika hukum-hukum syariat diterapkan secara sempurna dalam naungan Khilafah. Maka akan semakin nyata terwujud persatuan Islam.

"Namun di tengah sukacita perayaan hari raya, duka masih tetap mengikuti umat muslim hari ini. Tentara Israel menyerang dan menangkap sejumlah warga Palestina yang sedang berada di Masjid Al Aqsa, Yerusalem. Muslim di Xinjiang hidup terlunta-lunta dan selalu disiksa," ujarnya.

Ia menyatakan bahwa rentetan penderitaan menghujam kaum muslimin. Pemikiran-pemikiran liberal pun melemahkan kondisi umat Islam. Isu pluralisme melalui teori moderasi Islam dimasukkan untuk mengotori pemahaman kaum muslimin. Islamofobia sengaja disebar agar timbul benih-benih ketakutan dan permusuhan. Ide kesetaraan gender atau feminisme nasionalisme dan demokrasi terus didengungkan agar kapitalisme tetap mencengkram seluruh umat Islam. 

Demikianlah, kondisi umat Islam saat ini dalam menyambut hari raya Idul Fitri. Sungguh menyiksa lahir dan batin, Sangat jauh berbeda ketika khilafah ada ditengah mereka. "Maka, tidakkah kita merindukan hadirnya kembali khilafah di muka bumi ini?" tandasnya.[] Ajira

Jumat, 16 Desember 2022

Inilah Kebiasaan Ilmuwan Muslim dalam Mengawali Karyanya

Tinta Media - Muslimah Media Center (MMC) mengungkap kebiasaan para ilmuwan muslim dalam mengawali karyanya.

“Para ilmuwan muslim bahkan kerap mengawali karyanya dengan basmalah, hamdalah, dan shalawat kepada nabi,” beber narator MMC pada rubrik History Insight: Etika dan Adab Kepenulisan di Era Islam pada Rabu (14/12/2022) di kanal youtube Muslimah Media Center.

Menurutnya, penyebutan tiga hal ini lazim dan sudah menjadi ciri khas karya ilmuwan muslim. "Pada masa kejayaan Islam, para ilmuwan muslim melakukan aktivitas karya tulis ilmiah adalah sebagai bentuk ibadah dan bukti berserah diri kepada Allah," ujarnya. 

Narator mencontohkan salah satu karya tulis yang demikian seperti pada pembukaan naskah astronomi berjudul Mulakhkhas fi al-Hai’ah karya Syarf ad-Din Mahmud bin Umar al-Jighminy yang  berbunyi: ‘Segala puji bagi Allah, seutama-utama puji, shalawat atas nabi dan keluarganya. Berkata hamba Allah yang fakir kepada rahmat-Nya, Mahmud bin Muhammad Al jibrini. Semoga Allah merahmatinya.’ 

Selain itu, narator menyampaikan bahwa para ulama dan ilmuwan muslim senantiasa berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah agar tulisannya bermanfaat dan membawa keberkahan. “Bentuk kedekatan mereka kepada Allah adalah berwudhu,salat sunnah, dan mandi junub sebelum menulis karya mereka. Imam Al Bukhari dalam mengoleksi hadits salah satu kebiasaannya adalah salat sunnah sebelum mencatat dan menentukan derajat hadis,” tuturnya.

Narator juga menceritakan di era sebelum ditemukan mesin cetak, menyalin buku menjadi hal yang penting. Dalam konteks tersebut Umar Bin Khattab pernah berkata: ‘Seburuk-buruk tulisan adalah al-masyq atau memanjangkan tulisan; seburuk-buruk bacaan adalah Al hadzramah atau terlalu cepat bicaranya; dan sebaik-baik tulisan adalah yang paling jelas.’

Etika 

Menurutnya, etika Islam dalam menyalin sebuah karya ada empat, yaitu sidiq, tabligh, amanah, dan fathanah. “Sidiq atau jujur adalah penulis harus menyampaikan kebenaran dan tanggung jawab dalam tulisannya. Dia tak boleh menyembunyikan yang sesungguhnya. Sedangkan tabligh atau menyampaikan adalah bagian dari penyebaran ilmu,” ujarnya.

Untuk etika berikutnya yaitu amanah atau terpercaya adalah mengindikasikan bahwa penulis wajib selaras antara perkataan dan perbuatannya. “Amat tercela bagi penulis jika tulisannya menginformasikan sesuatu yang salah namun dirinya sama sekali tidak mengindahkannya,” ucapnya.
 
Etika terakhir adalah fathanah atau cerdas. “Fathanah ini adalah prasyarat ulama, ilmuwan, maupun penulis lainnya. Bahkan ketika terdapat bagian dari teks yang direvisi, pembaca dapat mengetahui tulisan sebelum direvisi. salah satu metode merevisi itu adakalanya dengan isyarat acuan atau ilhaq yaitu dengan tanda garis pendek lengkung yang mengarah ke bagian kiri atau kanan sebuah naskah. Model ini dilakukan karena tidak tersedianya ruang kosong untuk menuliskan kata atau kalimat yang dipandang relevan,” imbuhnya.

Kualitas tinta, menurut narator juga menjadi perhatian para penulis agar tulisan mudah dibaca dan tahan lama. Seorang murid disarankan narator harus memiliki buku untuk dipelajari baik dengan membeli, menyewa, maupun meminjam. Pemilik buku juga dianjurkan meminjamkannya kepada orang yang membutuhkan. Narator mengutip riwayat dari Sufyan ats-Tsauri yang berkata: ‘Barangsiapa yang pelit dari meminjamkan buku, maka dia akan mengalami tiga hal buruk yaitu pelupa, mati yang tidak bermanfaat, dan buku-bukunya hilang.’

Untuk menjaga kredibilitas dan independensinya, narator menuturkan para ilmuwan muslim saat itu memiliki sikap dan etika Islam. sikap ini dimiliki sehingga mereka tidak terpengaruh godaan dan tantangan apapun seperti harta atau jabatan. “Contoh yang bisa dilihat adalah tatkala penguasa menawarkan gaji yang besar kepada Ibnu al-Haitsam. Dia hanya mengambil sekedarnya saja. Demikian pula Al Khazini sang ahli hidrolika telah menolak hadiah 1000 dinar dan merasa cukup dengan 3 dinar saja dalam setahun. Ini mereka lakukan demi menjaga kredibilitas dan independensinya sebagai ilmuwan,” tambahnya.

Narator mengungkapkan betapa luar biasa peradaban Islam di kala itu yaitu ketika penerapan syariat Islam Kaffah dalam institusi Khilafah. Sebelum peradaban Islam  umat manusia belum mengenal adab dan etika dalam tulis menulis, salin-menyalin, dan pinjam meminjam buku. “Ini menunjukkan keseriusan umat Islam dalam bidang keilmuan yang tujuannya hanyalah mengharap ridha Allah semata,” tandasnya.

Dibandingkan dengan sekarang, menurut narator sangat jauh kondisinya di mana justru sekarang etika kepenulisan tidak dianggap penting sehingga banyak buku maupun hasil karya tulis sekarang yang justru menyesatkan bukannya memberi manfaat. Adapun jika bermanfaat bagi masyarakat malah digunakan sebagai ladang mengeruk keuntungan sebesar-besarnya oleh korporasi. 

“Inilah yang terjadi ketika syariat Islam dilalaikan dan diganti dengan aturan manusia, sebab syariat Islam membawa kemaslahatan sedangkan aturan manusia membawa kehancuran bagi umat manusia,” pungkasnya.[] Erlina

Minggu, 13 November 2022

Kebersihan dan Keindahan adalah Warisan Peradaban Islam

Tinta Media - Muslimah Media Center menuturkan kebersihan dan keindahan merupakan warisan peradaban Islam dan telah lama menjadi budaya hidup kaum muslimin yang tinggal dalam sistem Khilafah.

“Kebersihan dan keindahan telah lama menjadi budaya hidup kaum muslimin yang tinggal dalam sistem Khilafah. Bahkan ketika bangsa Eropa masih dalam kondisi kegelapan tidak mengenal kebersihan, bau, kasar, dan kotor, kebersihan dan keindahan telah melekat kuat dalam masyarakat Islam. Dalam peradaban Islam kebersihan itu bukan sekedar karena keindahan melainkan lahir dari akidah Islam,” papar narator Muslimah Media Center (MMC) pada rubrik History Insight: Kebersihan dan Keindahan adalah Warisan Peradaban Islam, Rabu (9/11/2022) di kanal Youtube Muslimah Media Center. 

Untuk menguatkan paparannya, narator menyampaikan sebuah hadits yang artinya: “Allah itu indah dan Dia mencintai keindahan.” Hadits ini ia kutip dari terjemahan hadits Riwayat Muslim nomor 131.

“Karenanya kebersihan sangat penting dalam Islam. Hal ini terlihat dari salah satu syariat Islam yaitu wudhu sebelum salat. Untuk melaksanakan kewajiban salat lima waktu kaum muslimin harus melakukan ritual wudhu,” paparnya. 

Masih menurutnya, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Quran surat al-maidah ayat 6 yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku dan sapulah kepalamu dan basuh kedua kakimu sampai kedua mata kaki.” 

Ada banyak peninggalan ilmuwan muslimin di mana keilmuannya mereka gunakan untuk kemuliaan Islam dan kebaikan untuk kaum muslimin. Kaitannya dengan hal ini, narator membeberkan bahwa pada abad ke-13 ada insinyur mesin terkemuka bernama Al Ghazali. "Dia membuat mesin wudhu robotik untuk memudahkan kaum muslimin berwudhu," ungkapnya. 

Menurutnya, kaum muslimin juga memperhatikan penampilan dalam masyarakatnya. Salah satu yang berupaya dalam hal demikian itu adalah Az Zahrawi, seorang dokter dan ahli bedah. "Dalam kitabnya asy'arif ada sebuah bab yang dikhususkan untuk membahas kosmetik yang disebut The Medicines of Beauty," ujarnya. 

Narator juga menyebutkan, ada ilmuwan lain yaitu Al Kindi yang lahir di kufah Irak, menulis buku tentang parfum yang berjudul Book of the Chemistry of Barfield and Destilations. "Bukunya berisi lebih dari 100 resep untuk minyak wangi, air aromatik, dan bahan pengganti atau tiruan dari bahan parfum yang mahal yang kemudian dapat diakses oleh semua orang," katanya. 

“Ahli kimia muslim juga menyuling tanaman dan bunga untuk membuat parfum dan zat untuk farmasi terapeutik. Ketika kaum muslimin menaklukkan Eropa, pengetahuan tentang parfum juga terbawa ke daratan itu, hingga mereka mengenal parfum dan kebersihan,” tambahnya.  

Narator juga mengungkapkan dalam Dokumenter BBC What the Ancient Did for Us: The Islamic Worrld menyebutkan bahwa pengetahuan muslim sampai di Haute Provence di selatan Prancis yang memiliki iklim sempurna dan tanah yang cocok untuk industri parfum yang masih berkembang setelah 700 tahun. “Kebersihan sebenarnya melekat dalam pribadi kaum muslimin dengan batasan syariat. Kaum muslimin melakukan berbagai inovasi agar kehidupan mereka senantiasa terjaga kebersihannya,” ujarnya

Terakhir, narator menyampaikan bahwa kebersihan dalam masyarakat kapitalisme saat ini yang bisa menikmati hanya sekelompok elit kapital. "Yang memiliki uanglah yang bisa menikmati kebersihan dan kenyamanan. Ini terjadi karena kebersihan dalam sistem kapitalisme bukan lahir dari akidah tetapi karena dorongan materi,” pungkasnya.[] Erlina YD

Rabu, 12 Oktober 2022

Kaum Muslim Cepat Mengadopsi Teknologi Baru dalam Militer

Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) mengatakan bahwa kaum muslim cepat mengadopsi teknologi baru dalam militer.

"Kaum muslim adalah umat yang terkenal sangat cepat mengadopsi teknologi baru dalam militer," tuturnya dalam History Insight: Meriam Sultan Mehmed II, Terbesar, Monster Raksasa yang Menakutkan di kanal YouTube Muslimah Media Center, Sabtu (8/10/2022).

"Hal ini adalah perhatian utama bagi setiap pemimpin atau Khalifah kaum muslim. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menjadi orang pertama yang mencontohkan hal ini ketika memerintahkan Salman Al Farisi untuk mempelajari teknologi militer Persia dalam merakit manjani untuk mengepung Thoif," imbuhnya.

Ia menyatakan bahwa bagi kaum muslim, jihad adalah puncak ibadah yang mengharuskan usaha terbaik dalam melakukan dan menyiapkannya, sehingga dapat memberikan tekanan kepada pihak musuh. Ini pula yang dilakukan oleh Sultan Muhammad Al Fatih dalam menghadapi tembok berlapis tiga Konstantinopel. Sultan Mehmed II harus menggunakan cara yang tidak biasa sebab bila mengandalkan cara frontal sebagaimana yang biasa digunakan pasukan Utsmani dalam berperang. Sudah dapat dipastikan, pasukan besar apapun akan luluh lantak sebelum mencapai musuh. 

"Maka strategi yang paling baik yang terpikirkan oleh Sultan Mehmed adalah menghabisi jumlah pasukan bertahan dengan mesin pengepung," bebernya.

Ia menilai bahwa untuk menghadapi pertahanan biasa di zaman itu, menggunakan pelontar batu semisal trebushet dan catapul sudah dipandang cukup. Namun dihadapan tembok Konstantinopel, keduanya laksana peralatan dari zaman purba. Untuk itu sebuah alat yang bisa melontarkan benda yang lebih kuat dari batu harus dibuat dan alat itu adalah meriam pelontar besi.

"Seolah jawaban dari Allah atas doa Sang Sultan, di suatu hari pada musim panas di tahun 1452 Masehi. Seorang ahli senjata berkebangsaan Hungaria datang menghadap Sultan Mehmed untuk menawarkan keahliannya membuat meriam. Dialah Orban, sang pembuat senjata yang telah mencoba menawarkan rancangan senjatanya kepada kaisar Constantine Palaiologos," ungkapnya.

Namun lanjutnya, keadaan Bizantium yang mengalami resesi ekonomi parah, tidak memungkinkan untuk berinvestasi dalam persenjataan militer. Apalagi saat itu, mereka merasa aman berada dalam lindungan temboknya. Untuk mencegah teknologi Orban dikuasai kaum muslim, kaisar Bizantium mencoba menahannya dalam kota dan berjanji mencukupi biaya bulanannya sebagai kompensasinya. "Namun kenyataan berkehendak lain, kompensasi yang dijanjikan tidak kunjung didapatkan," jelasnya.

Sejarah selanjutnya mencatat bahwa kedua kaki Orban berdiri didepan Sultan Mehmed II untuk mencoba peruntungannya. Sultan Mehmed segera memerintahkan bawahannya untuk memperlakukan Orban secara baik dan membayar empat kali lipat dari permintaan Orban. Sultan juga memobilisasi tentara untuk mengumpulkan bahan-bahan baku yang diperlukan Orban. Kemudian Orban membuat meriam-meriam. Meriam paling besar yang pernah dilihat siapapun di zaman itu. 5 meriam awal yang diselesaikan Orban dengan panjang 4,2 meter dipasang di Rumeli Hisari untuk pengamanan selat Bosphorus. "Meriam inilah yang menghancurkan kapal Antonio Rizzo pada November 1452 Masehi," paparnya.

Ia melanjutkan bahwa ketika Sultan mengetahui keefektifan meriam barunya, Sultan memerintahkan Orban untuk mencari cara agar ukuran dan kekuatan meriam dapat digandakan. Inilah Meriam yang kemudian mendapat julukan monster raksasa dan menakutkan oleh tentara Bizantium yang menyaksikannya. "Walaupun Sultan Mehmed sangat senang dengan meriam barunya namun keimanan Islam mengajarkan bahwa hanya Allah sumber kemenangan dan kemuliaan," tukasnya.

"Inilah yang harus diketahui oleh seluruh pasukannya agar mereka tidak bergantung selain kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala," ujarnya.

Inilah sejatinya yang ditakutkan peradaban kapitalisme. Saat sistem Islam tegak di dunia. Sebab semangat jihad yang berkobar di dalam jiwa menjadikan tentara-tentara Islam tidak akan pernah menyerah pada musuh. "Pada saat itulah, peradaban kapitalisme kehilangan eksistensi di dunia," pungkasnya.[] Ajira

Kamis, 29 September 2022

Indahnya Kota Cordoba, Bukti Khilafah Mampu Mengatur Tata Kota

Tinta Media - Keindahan kota Cordoba yang disulap menjadi kota pusat peradaban yang cantik, dinilai Muslimah Media Center (MMC) sebagai bukti bahwa khilafah mampu mengatur tata kota.

"Bukti bahwa Khilafah mampu mengatur tata kota dapat dilihat pada kota Cordoba," jelas Narator dalam segmen History Insight: Perencanaan Kota dalam Islam Menghasilkan Kota yang Indah, Senin (26/9/2022) di kanal YouTube MMC Lovers.

Menurutnya, ini karena kota-kota Muslim memang dirancang sesuai dengan kebutuhan penduduk setempat. "Berbeda dengan kota-kota peradaban kapitalisme yang meskipun maju namun menciptakan kesenjangan antara si miskin dan si kaya," ujarnya. 

Narator MMC mengatakan, ada empat kriteria yang secara teknis terlihat dari perencanaan wilayah dan tata kota Cordoba, yakni cuaca dan landscape, keyakinan agama dan budaya, syariah atau hukum Islam, dan kelompok sosial dan etnis.

Ia pun memaparkan dalam artikel yang berjudul Islamic and Christian Spain in the Early Middle Ages karya seorang profesor sejarah dari Universitas Boston, Thomas F. Glick, yang menguraikan keseluruhan area kota Cordoba terbagi menjadi pusat kota, pinggir kota, dan luar kota. 

"Di area pusat kota terkonsentrasi kantor-kantor pemerintah dan masjid pusat. Tujuannya agar masyarakat mudah menjangkau dan mengurus keperluannya. Di sebelah area pusat kota atau area masjid utama, dibangun sentra-sentra perdagangan seperti pasar perhiasan, kerajinan, toko buku, rempah-rempah, parfum, dan banyak lagi. Selain di pasar, perniagaan dan kegiatan sosial juga bisa berlangsung di ruas jalan tertentu atau pelataran," jelasnya.

Ia pun melanjutkan, demi menambah kenyamanan, area kota dihiasi taman-taman, pelataran yang luas dan juga air mancur. Lapangan rumput terdapat di beberapa bagian kota. Jalanan yang lebar memudahkan warga untuk beraktivitas. Karena itu, pemerintah menetapkan larangan agar disana tidak dibangun perumahan. 

"Adapun di wilayah pinggiran kota terdapat kawasan pemukiman. Jalanan di wilayah pemukiman, dirancang tidak seperti di pusat kota yang terlalu lebar, tapi hanya sekitar tiga meter. Jalan-jalan tersebut dibangun berkelok-kelok mengikuti kontur alam. Tujuannya agar sistem drainase dapat berfungsi baik tatkala musim hujan," paparnya.

Narator menjelaskan, tata letak pemukiman diatur menggunakan sistem blok. Satu blok terdiri dari 8 atau 10 bangunan rumah. Gambaran blok semacam ini seperti cluster perumahan pada masa modern. Pengaturan semacam ini melahirkan kerapian dan mengefektifkan pengamanan lingkungan. 

"Selain kawasan pemukiman Muslim, ada beberapa kawasan pemukiman dihuni oleh komunitas nonmuslim terutama penganut Yahudi dan Nasrani. Tempat-tempat yang terpisah ini tidak menghalangi masyarakat bersosialisasi karena kehidupan sosial masyarakat Khilafah mencerminkan Al-Qur'an surat Al Hujurat ayat 13," jelasnya.

Ia menggambarkan, adapun bagian terluar dari pemukiman ada benteng yang mengelilingi kota. Semuanya bergabung dengan jaringan jalan yang rumit ke tembok luar. Jalan utama disebut dengan zuqaq al kabir, terhubung dengan pintu gerbang. Sementara di luar tembok terdapat kuburan Muslim, Kristen, dan Yahudi. Ada taman, ladang pribadi, dan juga pasar mingguan dengan banyak kios hewan, tepat di luar gerbang utama.

"Pemandangan kota ketika malam hari semakin indah dengan lampu jalan yang terbuat dari pembakar minyak dan lentera. Lampu-lampu ini dinyalakan ketika matahari terbenam. Setiap distrik kota mempekerjakan orang untuk memeliharanya," terangnya.

Ia pun menambahkan, bahkan kota Cordoba juga memiliki sistem pengelolaan sampah. "Sampah dikumpulkan di punggung keledai yang membawanya ke luar tembok kota ke tempat pembuangan khusus. Jalan-jalan dikeringkan oleh sistem selokan besar dan dibersihkan setiap hari," pungkasnya.[] Lussy

Senin, 19 September 2022

Ada Hubungan Erat antara Jepang dengan Kekhilafahan Utsmani


Tinta Media - Narator Muslimah Media Center menyebut ada berbagai catatan sejarah yang menceritakan hubungan erat antara Jepang dengan Kekhilafahan Utsmani.

"Berbagai catatan sejarah menceritakan adanya hubungan erat antara Jepang dengan kekhilafahan Utsmani, yang membuka pintu masuknya Islam di negeri matahari tersebut," tuturnya dalam History Insight: Kaisar Jepang Meminta Khalifah Mengirimkan Da'i ke Negerinya, Ahad (28/8/2022), di kanal Youtube Muslimah Media Center.

Menurutnya, salah satunya diungkapkan oleh penulis sejarah Islam Jepang, Prof. Salih Mahdi S al-Samarrai, Ketua Islamic Center Jepang, dalam penelitiannya yang berjudul 'History of Islam in Japan'.

"Salih mengungkapkan kapal perang Utsmaniyah Ertugrul, melaksanakan kunjungan diplomatik ke Jepang. Ekspedisi ini merupakan balasan kunjungan Kaisar Meiji, atau Mutsuhito di Istambul," ujarnya.

Kapal Khilafah Utsmaniyah pun berhasil tiba di Jepang dengan selamat. Sesampainya di sana, lanjutnya, penumpang kapal utusan Utsmaniyah disambut dengan keramahan yang luar biasa oleh para pimpinan dan rakyat negeri matahari tersebut.

"Namun nahas, dalam perjalanannya ke Istambul pada tahun 1890, topan besar menghantam kapal Ertugrul, saat kapal itu sedang berada di perairan selatan Jepang. Bencana tersebut menyebabkan meninggalnya 550 penumpang kapal tersebut dan hanya menyisakan 69 orang yang selamat," terangnya.

Hanya Khilafah Utsmaniyah dan kekaisaran Jepang yang saat itu merupakan negara merdeka di Kawasan Asia. Mereka memutuskan untuk menjalin hubungan antar negara. 

"Alhasil, Khalifah Abdul Hamid II, berhasil mengirim utusan, Muhammad Ali untuk berkunjung ke Jepang dan membangun sebuah masjid di Yokohama, Jepang," ujarnya.

Berikut terjemahan surat yang pernah dikirim oleh Kaisar Meiji untuk Sultan Abdul Hamid II, pada tanggal 10 Mei 1888, "Kita masing-masing adalah raja (pemimpin) dari Timur (Asia). Menjadi keinginan kami dan rakyat kami untuk mengenal, menjalin persahabatan dan mengembangkan kerjasama. Sebagaimana negara-negara di Eropa yang memandang semua (negara dan penduduk) Asia sama saja, aku melihat orang Barat telah mengirim misionaris mereka ke negeri kami. Mereka melakukan penginjilan di negeri kami, karena adanya kebebasan beragama. Aku tidak melihat engkau melakukan hal yang sama. Aku ingin engkau mengirim da'i untuk mendakwahkan agamamu (Islam)."

Menurutnya, apa yang dilakukan oleh khalifah terhadap negeri Jepang ini adalah bagian dari politik luar negeri Khilafah.

Khilafah, ungkapnya, memosisikan Jepang sebagai kafir mu'ahid yang bisa diikat perjanjian antar negara. Politik luar negeri adalah mercusuar suatu negara. Peradaban emas khilafah terpancar dan menjadi buah bibir masyarakat dunia.

"Melalui politik luar negeri yang luar biasa, tentu saja politik luar negeri Khilafah tidaklah berdiri sendiri. Ia adalah bagian dari keseluruhan akidah dan syariah Islam dalam institusi khilafah," jelasnya.

Akidah Islam mengharuskan negara Khilafah untuk menyebarluaskan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia. Dakwah Islam oleh Khilafah, menjadi asas negara dalam membangun hubungannya dengan negara-negara lain, dalam bidang politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya.

"Tidak heran, hubungan yang dibangun Khalifah Abdul Hamid II dengan Jepang, telah berhasil membuat kaisar Jepang meminta Khalifah mengirimkan da'i ke negerinya," pungkasnya.[] 'Aziimatul Azka

Jumat, 16 September 2022

MMC: Mengembangkan Teknologi Berlandaskan Iman, Bermanfaat bagi Umat

Tinta Media - Muslimah Media Center (MMC) menyatakan bahwa mengembangkan teknologi dengan landasan iman akan bermanfaat bagi umat.

"Mengembangkan teknologi dengan landasan iman dan untuk bermanfaat bagi seluruh umat," tutur narator dalam History Insight: Keberhasilan Islam Dalam Menghadapi Krisis Energi Dunia di kanal YouTube Muslimah Media Center, Ahad (11/9/2022).

"Hanya dengan itu, keterbatasan energi benar-benar justru mendatangkan keberkahan," imbuhnya.

Menurutnya, umat muslim bukanlah pengguna energi air yang pertama, tetapi memberikan kontribusi yang luar biasa bagi penemuan mesin-mesin energi yang lebih efisien. "Dan meski umat Islam bukan penikmat revolusi industri, mereka telah memberikan kontribusi yang besar pada dunia pertambangan sehingga membuka jalan untuk eksploitasi dan pengelolaan energi fosil," bebernya.

"Banu Musa bersaudara pada abad ke 9 Masehi dan Al Jazari pada abad ke 12 Masehi adalah orang-orang yang mewariskan mesin-mesin yang sangat inovatif, baik dalam penggunaan energi air maupun untuk pertambangan," tukasnya.

Ia menjelaskan bahwa penambangan-penambangan yang dikelola oleh khilafah, sudah digunakan ventilator karya Banu Musa dan pompa air karya Taqiyuddin. 

"Tanpa alat-alat pertambangan yang dikembangkan kaum muslimin saat itu, eksploitasi batubara dan minyak bumi saat ini tidak bisa dibayangkan," ungkapnya.

Demikianlah ketika penerapan Islam kaffah hadir ditengah kaum muslimin. Teknologi bagaimanapun hanyalah alat semata. "Tanpa terdapat tata energi dan sumber daya mineral yang adil. Teknologi hanya makin memperkaya mereka yang kuat dan bermodal," tandasnya.[] Ajira

Minggu, 28 Agustus 2022

Piri Reis, Salah Satu Generasi Hasil Didikan Khilafah

Tinta Media - Narator MMC mengatakan bahwa Piri Reis adalah salah satu generasi hasil didikan khilafah.
 
“Piri Reis adalah salah satu dari sekian banyak generasi hasil didikan khilafah. Minatnya dalam bidang maritim diarahkan untuk berjihad di lautan mencari daratan yang belum terjamah Islam,” tuturnya di History Insight: Piri Reis dan Kitab-i-Bahriye: Ikonik Bahari Kekhilafahan Turki Utsmani, Rabu (24/8/2022) melalui kanal Youtube Muslimah Media Center.
 
Piri Reis, lanjut Narator,  hidup antara tahun 877 - 961 Hijriyah atau 1465 - 1554 Masehi. Nama lengkapnya adalah Hadji Muhidin Piri Ibnu Hadji Mehmed. Dia lahir di Gallipoli daerah pantai Aegea Turki.
 
“Reis  (laksamana) adalah gelar yang didapat oleh Piri. Sebelum mendapatkan gelar Reis  Piri kecil menghabiskan masa kanak-kanaknya hingga remaja bersama pamannya Kemal Reis , seorang pelaut terkemuka di masa kekhalifahan Turki Utsmani. Sang  paman lah yang mendorong Piri  mencintai laut, pelayaran, dan kartografi (ilmu pembuatan peta),” terangnya.
 
Sebelum menjadi laksamana, ahli geografi dan kartografer Utsmaniyah Turki yang terkenal, kisah Narator, Piri Reis telah memulai karir maritimnya menjelang  akhir abad ke-15 di bawah komando pamannya Kemal Reis seorang pelaut terkenal saat itu.
 
 “Dia bertempur di banyak pertempuran laut bersama pamannya dan kemudian juga bertugas di bawah Khahairdin Barbarossa. Dia  berpartisipasi dalam pertempuran bertahun-tahun melawan angkatan laut Spanyol , Genoa dan Venesia , termasuk pertempuran Lepanto pertama (pertempuran Zonchio)  pada tahun 1499 dan pertempuran Lepanto kedua (pertempuran Modon)n pada tahun 1500. Akhirnya dia memimpin pertempuran armada Ottoman melawan Portugis di laut Merah dan Samudra Hindia,” kisahnya.
 
Disela-sela aksi militer dan setelah kematian pamannya Kemal Reis  pada 1511, lanjut  Narator,  Piri Reis kembali ke Gallipoli untuk merancang peta dunia pertama pada tahun 1513.Ia kemudian menyusus dua versi bukunya Kitab-i Bahriye pada  tahun 1521 dan 1525. Setelah itu ia merancang dan menggambar peta dunia keduanya pada tahun 1528 hingga 1529.
 
“Untuk Kitab- i- Bahriye (buku tentang lautan)  yang ditulis pada 1521, kitab itu memuat sebanyak 132 peta yang menggambarkan dengan presisi kota-kota pelabuhan dunia. Piri  Reis mampu menjelaskan begitu rinci pantai-pantai yang ada di sekujur laut Mediterania termasuk Aljazair, Mesir, Tunisia, Prancis, Italia, Venesia, dan Triste,” bangganya.  
 
Tak hanya peta, tegas Narator, Kitab -i- Bahriye  versi pertama ini juga memuat berbagai uraian navigasi yang dijelaskannya dengan begitu detail serta bagaimana cara mengarungi lautan lepas.
 
“Kitab ini juga memuat informasi  tentang jenis badai, teknik menggunakan kompas, 132 bagan portolan dengan informasi rinci tentang  pelabuhan dan garis pantai, metode menemukan arah menggunakan bintang, karakteristik lautan utama dan daratan di sekitarnya,” bebernya.
 
Sedangkan Kitab -i - Bahriye yang diluncurkan  pada tahun 1525 hingga 1526, lanjut Narator,  memuat 210 bagan portolan.
 
“Kitab kedua dimulai dari diskripsi Selat Dardanelles  dan berlanjut dengan pulau-pulau dan  garis pantai Laut Aegea, Laut Lonia, Laut Adriatik, Laut Tyrrhenian, Laut Liguria, French Riviera, Kepulauan Balearic, Pantai Spanyol , Selat Gibraltar,  kepulauan Canary, Pantai Afrika Utara, Mesir dan sungai Nil, Levant dan garis pantai anatolia,” ungkapnya.
 
Bagian ini juga, imbuh  Narator,  mencakup deskripsi dan gambar monumen dan bangunan terkenal di setiap kota.
 
“Pada masanya Kitab- i- Bahriye  adalah salah satu sumbangsih terbesar di jagat kartografi . Buku ini merupakan petunjuk manual yang sangat berguna sebagai panduan ekspedisi bahari pada masa itu,” tandasnya.
 
 Adapun detail  salah satu contoh kekayaan informasi dalam masterpiece Kitab- i – Bahriye, jelasnya,  adalah bagaimana Piri Reis  mampu menjelaskan petunjuk tentang pesisir Mediterania,  laut yang menghubungkan tiga benua sekaligus yaitu Asia, Afrika  dan Eropa. Selain itu buku ini juga menampilkan profil kota-kota di wilayah pesisir Asia atau Afrika yang dikuasai Islam.
 
“Piri Reis  juga mampu menggambarkan pantai-pantai di Prancis dan melengkapi uraiannya dengan 4 peta khusus,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun

Rabu, 24 Agustus 2022

MMC: Ilmuwan Muslim Abul Wafa, Penemu Rumus Trigonometri

Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) mengungkap penemu rumus trigonometri, sin, cos dan tan dalam ilmu matematika ternyata adalah ilmuwan Muslim.

 “Ternyata ilmuwan muslim yang menemukan rumus tersebut. Sosok Abul Wafa’ dengan nama lengkap Abu Al Wafa’ Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Yahya Ibnu Ismail Busjani merupakan seorang astronom dan matematikawan asal Persia,” tutur Narator rubrik History Insight, Abul Wafa’ : Penemu Rumus Trigonometri, di kanal YouTube Muslimah Media Center (MMC), Minggu (21/8/2022).

Ia menceritakan, sejak kecil Abul Wafa’ sudah dipandang memiliki kecerdasan di atas rata-rata anak seumurannya. "Pada usia 19 tahun Abul Wafa’ pindah ke Baghdad yang merupakan ibukota Khilafah Abbasiyah pada saat itu dan terkenal sebagai pusat ilmu pengetahuan. Kemahirannya pada ilmu matematika menjadikan Abdul Wafa menghasilkan jasa terpenting pada bidang trigonometri,” kisahnya.

“Ia berhasil mengembangkan fungsi tangen dan menemukan metode perhitungan trigonometri,” lanjutnya. 

Ia menyampaikan bahwa Abul Wafa’ dianggap sebagai orang yang pertama memperkenalkan sinus dan cosinus. “Rumus-rumus dasar trigonometri yang dihasilkan oleh Abul Wafa’ hingga kini masih bertahan,” tuturnya.

Menurutnya, rumus trigonometri sendiri memiliki peran sangat vital di era matematika modern saat ini. “Salah satunya di bidang arsitektur dalam pembangunan gedung pencakar langit. Selain itu hasil perhitungan yang akurat dan analisis Abul Wafa’ diakui para ilmuwan terutama analisis terkait penentuan waktu tertutup matahari, perkiraan panjang musim dan derajat kemiringan bumi dari garis ekliptikanya,” jelasnya. 

“Karena itulah semasa hidupnya Abul Wafa' pernah dipercaya oleh khalifah untuk menjadi pemimpin observatorium astronomi,” jelasnya lebih lanjut.

Narator mengungkap fakta bahwa banyak ilmuwan muslim yang memberikan sumbangsih di bidang ilmu pengetahuan di masa peradaban Islam. "Diakui atau tidak, peradaban Islam dan cendekiawan hebat, bukan hanya menghasilkan lulusan sarjana dalam jumlah yang besar, namun minim kontribusi tetapi mereka menjadi penemu-penemu yang karyanya sangat dibutuhkan hari ini," ujarnya. 

“Bahkan ilmuwan-ilmuan Islam pada masa lalu berhasil membuat Eropa merasa berhutang besar pada peradaban Islam. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Montgomery Watt seorang orientalis dan sejarawan Eropa asal Skotlandia bahwa cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri,” paparnya 

Menurut Narator, tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi dinamonya barat bukanlah apa-apa. “Kehebatan Abul wafa’ dan ilmuwan-ilmuwan lainnya yang diakui oleh peradaban barat seharusnya tidak hanya membangkitkan romantisme sejarah Islam yang gemilang bagi umat Islam saat ini,” ucapnya.

Menurutnya, umat Islam hari ini harusnya menjadikannya sebagai retrospeksi sekaligus introspeksi yang tentu amati oleh mereka. Dengan itu kaum muslimin secara sadar dan jujur akan mampu melihat kembali kebesaran peradaban Islam di masa lalu sekaligus potensinya untuk kembali hadir pada masa depan untuk yang kedua kalinya. “Sebab harus diakui bahwa ilmuwan-ilmuwan Muslim hari ini masih dalam kungkungan sistem kapitalisme,” ungkapnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa pendidikan di bawah sistem kapitalisme hanya mencetak lulusan tukang yang menjadi pekerja di bawah industri korporasi kapitalisme golbal. “Bukan seorang ilmuwan yang mendedikasikan ilmunya agar memberi kemaslahatan bagi masyarakat, tetapi seorang ilmuwan yang diharapkan mampu menjadi perintis dalam segala bidang,” ungkapnya.
 
Menurutnya, selain meretrospeksi keagungan peradaban Islam masa lalu, harus ada upaya dari umat Islam hari ini untuk membangun kembali masa depan peradaban Islam di tengah-tengah hegemoni peradaban barat sekuler saat ini, yang sesungguhnya mulai tampak jompo dan makin kelihatan tanda-tanda kemundurannya. 

“Sementara Fajar kemenangan Islam dengan tegaknya kembali hukum-hukum Allah di dunia Islam mulai terlihat hilalnya,” pungkasnya. [] Raras

Kamis, 18 Agustus 2022

Al-Battani, Bukti Luar Biasanya Generasi dalam Sistem Islam


Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) menyatakan bahwa Al-Battani merupakan bukti betapa luar biasanya para generasi dalam sistem Islam.

"Kontribusi Al-Battani ini sekali lagi membuktikan betapa luar biasanya para generasi dalam sistem Islam," tuturnya dalam History Insight: Al-Battani, Penemu Jumlah Hari Dalam Setahun, Ahad (14/8/2022) di kanal YouTube Muslimah Media Center.

Dengan keilmuan yang dimilikinya, Al-Battani mampu memperbaiki tatanan tata surya, lunar dan mengembangkan teori Plotomeus dalam buku The Almagest menjadi lebih akurat.

"Pengamatan akurat Al-Battani ini juga memungkinkan ia memperbaiki pengukuran Plotomeus tentang kemiringan sumbu," ungkapnya.

Menurut Narator, Al-Battani juga melakukan pengamatan lebih akurat mengenai Equinox yakni, saat matahari tepat melewati garis ekuator bumi pada awal musim gugur. "Melalui pengamatan inilah Al-Battani menemukan bahwa dalam setahun ada 365,24 hari," bebernya.

Bahkan, lanjutnya, keakuratan pengamatan Al-Battani tersebut membuat seorang matematikawan asal Jerman bernama Christopher Clavius menggunakannya untuk memperbaiki kalender Julian atas izin Paus Gregorius ke 13. "Kalender lama akhirnya diubah menjadi kalender yang baru dan mulai digunakan pada tahun 1582," jelasnya.

"Kalender inilah yang kemudian banyak digunakan oleh masyarakat hingga hari ini," tukasnya.

"Dalam bidang matematika dia juga menguji dan memperbaiki aplikasi trigonometri," tambahnya.

 Narator MMC menjelaskan bahwa kemampuan dan pencapaian Al-Battani yang luar biasa ini tidak datang dengan sendirinya dari langit. "Ayahnya juga seorang ahli astronomi bernama Jabir ibn Hayyan al-Battani. Sehingga tidak heran bila sejak kecil dia sangat tertarik dengan bidang astronomi," ujarnya.

"Selain karena keluarganya, dia juga mendapat dukungan dari negara khilafah Islam," pungkasnya.[] Ajira

Kamis, 04 Agustus 2022

Khilafah Melahirkan Ilmuwan Luar Biasa

Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) menceritakan, khilafah mampu melahirkan ilmuwan-ilmuan yang luar biasa. Salah satu ciptaan mereka adalah gelas-gelas kristal yang terbuat dari kaca.

"Tidak dipungkiri bahwa peradaban Islam yang terbentuk melalui sistem khilafah mampu melahirkan para ilmuan yang begitu luar biasa. Setiap ilmuan yang tumbuh dan berkembang di wilayah khilafah pasti akan membawa kebaikan di daerah tersebut, seperti wilayah Andalusia, atau yang saat ini disebut Spanyol. Banyak hal baru di daerah ini yang diperkenalkan oleh kaum muslimin. Salah satu diantaranya adalah gelas-gelas kristal dari kaca," bebernya dalam History Insight yang berjudul 'Inovasi Kaca Kaum Muslimin: Dari Alat Makan hingga Planetarium' di channel YouTube MMC, Senin (1/8/2022). 

Gelas-gelas yang dikembangkan di daerah ini, lanjutnya, berkat kecerdikan ilmuwan muslim, yakni Abbas Ibnu Firnas. Melalui eksperimennya, Abbas Ibnu Firnas berhasil memproduksi kaca berbahan pasir, kristal dan kuarsa berkualitas tinggi.

"Kejernihan kaca atau gelas yang diciptakannya itu mengundang decak kagum penyair Arab Al-buhturi (820-897). Ia menggambarkan 'its colour hides the glass as of is standing in it without a container,' (wikipedians, "Chemistry", halaman 2)," jelasnya.

Ia menuturkan, barang-barang ini kemudian digunakan dan diperkenalkan sebagai alat makan penduduk setempat. "Terlebih pada saat itu ada sosok seniman bernama Ziryab yang memperkenalkan menu-menu makanan, etika ketika makan, dan mengubah gaya peralatan makanan menjadi lebih indah dan berkelas menggunakan gelas-gelas kaca kristal," ungkapnya.

Sebelumnya, ia melanjutkan, alat-alat makan masyarakat bawah Eropa masih sangat sederhana yang terbuat dari kayu, sedangkan alat-alat makan para rajanya, mereka menggunakan emas dan perak.

Namun, menurutnya, keberadaan peradaban khilafah di Andalusia mengubah peralatan makanan menjadi lebih indah dan berkelas untuk semua kalangan tanpa menggunakan emas dan perak. "Inovasi ini tentunya didasari pula dari pemahaman bahwa kaum muslimin dilarang menggunakan alat-alat yang berasal dari emas dan perak," terangnya.

Planetarium Berasal dari Islam

Selain memperkenalkan kaca kristal sebagai gelas minuman, paparnya, Abbas Ibnu Firnas menggunakan kaca untuk membangun planetarium, yaitu sebuah gedung teater untuk memperagakan simulasi susunan bintang dan benda-benda langit.

Ia mengatakan, di planetarium penonton bisa belajar mengenai pergerakan benda-benda langit di malam hari di berbagai tempat di bumi dan sejarah alam semesta.

Planetarium Abbas Ibnu Firnas, sambungnya, pada saat itu mampu menampilkan awan buatan, guntur, dan kilat. "Teknologi ini mengejutkan publik di abad kesembilan dan menjadi cikal bakal planetarium modern," tuturnya.

Ia menyebutkan, inilah gambaran berbagai teknologi inovasi yang dilakukan ilmuwan pada masa peradaban khilafah. Inovasi ini mampu memberikan kebaikan untuk seluruh umat dan bisa dinikmati oleh siapapun.

Menurutnya, hal tersebut berbeda dengan peradaban kapitalisme yang memang menghasilkan banyak penemuan, namun bersifat lanjutan. Itupun hanya orang-orang tertentu yang memilik akses pendidikan berkualitas. 

"Sementara mereka yang tidak berpendidikan atau yang tidak memiliki akses pengembangan teknologi tidak ada ruang bagi mereka untuk berinovasi. Padahal bisa jadi dari merekalah inovasi-inovasi brilian itu lahir. Jadi bisa dikatakan hasil pengembangan teknologi peradaban kapitalisme tereksklusif bagi rakyat miskin," pungkasnya.[] Wafi
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab