Tinta Media: Hikmat Kebijaksanaan
Tampilkan postingan dengan label Hikmat Kebijaksanaan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikmat Kebijaksanaan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 24 September 2023

Hikmat Kebijaksanaan Tiang Kukuh bagi Pertumbuhan Pribadi

Tinta Media - Sobat. Orang yang bijaksana tepat pendapatnya, jauh pandangannya, dan baik tafsirnya. Dia dapat memilih mana yang baik dan mana yang salah, memilih mana yang patut dikerjakan dan mana yang patut ditinggalkan. Ia pun kenal tempat dan tahu waktu. Tampak kepadanya lubang yang akan dimasukinya dan jalan yang akan dilaluinya. Jika menegakkan suatu hukum, ia tidak akan memasukkan pengaruh hawa nafsunya dalam keputusan.Tidak berudang di balik batu. Dia adil.

Sobat. Hikmat kebijaksanaan adalah tiang yang kukuh bagi pertumbuhan pribadi. Timbulnya kebijaksanaan adalah karena ilmu, ketetapan hati, dan karena meletakkan sesuatu pada tempatnya, serta menilik sesuatu berdasarkan nilainya. 

Sobat. Hikmat kebijaksanaan adalah anugerah istimewa dari Allah kepada hamba-Nya. Allah memberikan hikmat kepada siapa saja yang dikehendaki. Barangsiapa yang dianugerahi hikmat, ia memperoleh anugerah yang sangat banyak. Buya Hamka dalam bukunya dengan judul pribadi yang hebat menjelaskan cara-cara untuk bijaksana sebagai berikut ; Bersiap dan tidak terburu-buru, ilmu dan pengalaman, cerdik cendekia,  teguh dan tetap hati.
 
Sobat. Pribadi yang bijaksana senantiasa berproses menuju kepada tahapan-tahapan cahaya hati. Imam alhakim al-Tirmidzi dalam kitabnya Istafti Qalbak menyebutkan mengenai cahaya-cahaya Hati itu ada empat :

1. Cahaya Islam : Rasa takut terhadap kesudahan hidup dan Rasa harap untuk mendapat balasan yang baik. Ada pada Dada hidup dengan ruh Islam. Nafs Ammarah, orangnya disebut muslim

2. Cahaya Iman : Rasa takut terhadap datangnya berbagai keburukan dan Rasa harap akan datangnya berbagai kebaikan setiap saat. Ada pada Hati hidup dengan ruh Iman. Nafs yang terilhami (malhamah) , orangnya disebut mukmin.

3. Cahaya makrifat : Rasa takut terhadap apa yang berlalu dan Rasa harap terhadap apa yang telah berlalu. Ada pada Fuada hidup dengan ruh makrifat dan penyaksian ruhani. Nafs yang mencela diri ( Lawwamah ), orangnya disebut Arif.

4. Cahaya Tauhid : Rasa takut terhadap berbagai hakikat dan Rasa harap terhadap berbagai hakikat. Ada pada Lubb hidup dengan ruh tauhid, lepas dari daya dan upaya, terhubung dengan al-Haqq. Nafs yang tenang (muthmainnah), orangnya disebut Muwahhid.

Sobat. Ada lima pantangan yang harus dijauhi agar sikap bijaksana itu terjaga : Terburu-buru. Terlalu panjang  berpikir. Kurang ilmu dan pengalaman. Salah berpikir Atau berpikir tidak teratur. Beku, lamban dan damban. 

Sobat. Bung Hatta  pernah mengatakan, “ Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun, tidak jujur, sulit memperbaikinya.”

Sobat. Jika menginginkan pribadi yang kuat, pandanglah alam dengan segala keindahannya dan berusahalah menegakkan kebajikan. Penyakit muram dan memandang buruk adalah sikap pesimistis yang sangat berbahaya bagi diri sendiri. Penyakit turunan dari hal itu sangat banyak, diantaranya benci dan dengki. Itulah pangkal sakit jiwa yang sulit diobati dan membuat runtuh pribadi.

Sobat. Keunggulan yang diberikan Allah kepada umat Muhammad ini adalah berupa cahaya yang bisa membuka tirai penutup hati mereka sehingga dengan terbukanya tirai itu, bagi mereka segala urusan menjadi sebuah anugerah yang nyata. Sebagaimana firman-Nya :
وَلَا تُؤۡمِنُوٓاْ إِلَّا لِمَن تَبِعَ دِينَكُمۡ قُلۡ إِنَّ ٱلۡهُدَىٰ هُدَى ٱللَّهِ أَن يُؤۡتَىٰٓ أَحَدٞ مِّثۡلَ مَآ أُوتِيتُمۡ أَوۡ يُحَآجُّوكُمۡ عِندَ رَبِّكُمۡۗ قُلۡ إِنَّ ٱلۡفَضۡلَ بِيَدِ ٱللَّهِ يُؤۡتِيهِ مَن يَشَآءُۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٞ 
“Dan janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu". Katakanlah: "Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Luas karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui" ( QS. Ali Imran (3) : 73)

Sobat. Allah mengungkapkan adanya perkataan pemimpin-pemimpin Yahudi yang melarang kaumnya menyatakan kepercayaan mereka kepada orang lain yang bukan Yahudi, bahwa kenabian itu boleh saja diberi oleh Allah kepada orang lain, selain orang-orang Yahudi. Sebab jika hal itu dikatakan kepada umat Islam tentu umat Islam akan menjadikannya alasan untuk menguatkan kerasulan Muhammad, yang diutus oleh Allah dari kalangan orang Arab, bukan dari kalangan orang Yahudi. 

Sikap semacam itu timbul karena orang-orang Yahudi itu memang mengetahui bahwa Allah dapat mengutus seorang rasul, biarpun tidak dari kalangan bangsa Yahudi, tetapi mereka mengingkari kenabian Muhammad adalah karena kesombongan dan kedengkian mereka.

Sobat. Sesungguhnya petunjuk yang baru diikuti itu ialah petunjuk Allah. Maksudnya bahwa petunjuk itu tidak hanya untuk satu bangsa tertentu di antara hamba-hamba-Nya. 

Petunjuk itu disampaikan melalui nabi-nabi yang diangkat oleh Allah sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh sebab itu orang yang diberi petunjuk oleh Allah swt, ia tidak akan sesat dan tidak ada seorang pun yang sanggup menyesatkannya. Maka tipu daya Ahli Kitab tidak akan memberi pengaruh sedikit pun kepada orang Muslim dan tidak ada yang dapat menghalangi kehendak Allah terhadap nabi-nabi-Nya.

Sobat. Kerasulan itu adalah karunia dari Tuhan yang berada di dalam kekuasaan-Nya secara mutlak. Allah Maha Pemberi dan Maha Mengetahui, siapa saja yang berhak mendapatkan karunia-Nya. Maka Allah akan memberikan karunia-Nya kepada orang yang berhak menerimanya. Dalam pernyataan ini terdapat peringatan bahwa orang-orang Yahudi. telah mempersempit pengertian tentang karunia Tuhan Yang Mahaluas.

Karunia Allah sangat luas dan rahmat-Nya diberikan secara merata menurut kehendak-Nya. Ini merupakan bantahan terhadap tuduhan Ahli Kitab yang mengatakan bahwa kenabian dan kerasulan itu hanya bagi orang-orang Bani Israil saja.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa Allah mempunyai hak mutlak untuk mengutus nabi dan rasul sesuai dengan keadilan dan rahmat-Nya.

Allah SWT berfirman :

ٱلَّذِينَ يَتَّبِعُونَ ٱلرَّسُولَ ٱلنَّبِيَّ ٱلۡأُمِّيَّ ٱلَّذِي يَجِدُونَهُۥ مَكۡتُوبًا عِندَهُمۡ فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَٱلۡإِنجِيلِ يَأۡمُرُهُم بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَىٰهُمۡ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡخَبَٰٓئِثَ وَيَضَعُ عَنۡهُمۡ إِصۡرَهُمۡ وَٱلۡأَغۡلَٰلَ ٱلَّتِي كَانَتۡ عَلَيۡهِمۡۚ فَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِهِۦ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَٱتَّبَعُواْ ٱلنُّورَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ مَعَهُۥٓ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ  

“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” ( QS. Al- A’raf (7) : 157 )

Sobat. Yaitu orang-orang yang terus menerus dengan penuh ketekunan mengikuti Rasul Nabi Muhammad, Nabi yang ummi, tidak pandai baca tulis, yang nama dan sifatnya mereka, para ulama Yahudi dan Nasrani, dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka hingga kini, walapun sebagian besar telah mereka hapus dan yang ada sekarang hanya secara tersirat. 

Di antara sifat Nabi Muhammad yang terdapat dalam Taurat dan Injil adalah dia yang menyuruh mereka berbuat yang makruf, sesuatu yang dikenal menurut agama, logika dan adat istiadat sebagai kebaikan, dan mencegah dari yang mungkar, sesuatu yang tertolak menurut agama dan logika serta adat istiadat. 

Dan selain itu, di antara tujuan kedatangan Nabi Muhammad adalah menghalalkan atas perintah Allah segala yang baik bagi mereka termasuk yang tadinya halal kemudian diharamkan sebagai sanksi atas mereka, seperti lemak (Lihat: Surah alAn'a m/6: 146). 

Dan mengharamkan, juga berdasar firman Allah segala yang buruk bagi mereka, seperti bangkai, darah, dan daging babi. Dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang tadinya ada pada mereka. 

Dalam syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad itu tidak ada lagi beban yang berat yang dipikulkan kepada Bani Israil, seperti mensyariatkan membunuh diri untuk sahnya tobat, wajib kisas pada pembunuhan baik yang disengaja atau tidak, tanpa boleh membayar diyat (ganti rugi), memotong anggota badan yang melakukan kesalahan, membuang atau menggunting kain yang kena najis, dan sebagainya. 

Adapun orang-orang yang beriman kepadanya dengan mengakui kenabiannya, memuliakannya, dengan mencegah siapa pun yang bermaksud buruk terhadapnya, menolongnya, mendukungnya dalam penyebaran ajaran Islam, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya, berupa tuntunan Al-Qur'an, mereka itulah orang-orang beruntung.

Allah memperkenalkan Nabi terakhir yang tercantum dalam kitab mereka dan kemuliaan para pengikutnya. Katakanlah wahai Nabi Muhammad, Wahai seluruh manusia tanpa kecuali! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, dan juga kepada makhluk jin, baik yang semasa denganku maupun tidak, tanpa terkecuali. Allah Yang mengutus aku itu adalah Yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia. Semuanya tunduk hanya kepada-Nya. Dia Yang Mahakuasa untuk menghidupkan dan mematikan, oleh karena itu maka berimanlah kamu kepada Allah Yang Maha Esa dan Mahakuasa itu, dan Rasul-Nya yang terakhir, yaitu Nabi yang ummi, yang tidak pandai membaca dan menulis, namun mendapat informasi yang pasti berupa wahyu dari Allah, yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya yaitu kitab-kitab-Nya. 

Ikutilah dia dalam sistem dan cara hidupnya, dan laksanakan apa yang yang diajarkannya, agar kamu mendapat petunjuk kepada jalan yang lurus.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
Penulis Buku BIGWIN  dan Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo.
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab