Tinta Media: Hikmah
Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 28 Desember 2022

Selami Dakwah Rasulullah, Ustazah Noval: Banyak Hikmah yang Bisa Jadi Pegangan

Tinta Media - Aktivis Muslimah Ustazah Noval Tawang menyampaikan ada banyak hikmah yang bisa menjadi pegangan dalam melakukan aktivitas dakwah jika menyelami perjalanan dakwah Rasulullah Saw. dan para sahabatnya dalam usia yang masih sangat muda.

“Banyak hikmah dari perjalanan dakwah Rasulullah Saw. tersebut yang bisa menjadi pegangan,” tuturnya dalam One Minute Booster Extra: Menjadi Pemuda Pengemban Dakwah, Rabu (21/12/2022) di kanal Youtube Muslimah Media Center. 

Menurutnya, diantara hikmah tersebut adalah dakwah ini tidaklah mudah tapi tetap bisa dikerjakan. Ada banyak pula tantangan yang dihadapi baik dari para pengemban dakwah maupun masyarakat yang didakwahi. 

Ustazah Tawang menyayangkan, para pengemban dakwah dengan usia yang masih sangat muda dan waktu yang banyak namun belum bisa mengoptimalkannya. “Padahal Allah Swt. memberikan usia dan waktu untuk dimaksimalkan dan dimanfaatkan untuk amal. Para pengemban dakwah justru banyak sibuk dan mencurahkan pada aktivitas yang mubah. Sedangkan dakwah yang merupakan aktivitas wajib sering terlalaikan. Akibatnya usia muda dan waktu luang terbuang sia-sia,” ujarnya dengan prihatin.

Yang disesalkan juga, menurutnya, kadang amanah dakwah dijalankan di sisa tenaga, pikiran, dan waktu yang dimiliki. “Ini menunjukkan bahwa pengemban dakwah belum menjadikan dakwah sebagai poros kehidupan mereka. Bahkan mereka terperosok di dalam kelalaian dan kemaksiatan. Akibatnya pengemban dakwah terhalang dan jauh dari kebaikan dan kemuliaan dakwah,” tegasnya.

Adapun untuk masyarakat umum, lingkungan keluarga, dan pergaulan yang kurang mendukung untuk menjadi insan yang bertakwa, lanjutnya, kadang menjadi alasan untuk tidak menjalankan kewajiban-kewajiban syariat. “Ditambah lagi dengan opini negatif tentang dakwah syariat Islam kaffah dari musuh-musuh Islam yang dihembuskan di sekitar mereka, makin membuat ciut masyarakat untuk mengkaji kewajiban-kewajiban syariat. Bahkan media sosial juga menggiring pada kehidupan hedon,” ungkapnya.

Ustazah Tawang mengingatkan para pengemban dakwah harus paham bahwa musuh-musuh Islam akan terus merancang berbagai upaya untuk menghancurkan Islam dan menjauhkan kaum muslim dari Islam kaffah. Sehingga bukan saatnya para pengemban dakwah berfikir untuk kepentingan dirinya sendiri, namun harus berpikir bagaimana menyelamatkan umat manusia.

“Saat ini umat membutuhkan pemahaman kenapa harus ada penerapan syariat Islam kaffah. Yaitu agar kita tidak terus berada dalam keadaan terpuruk dan terjajah oleh musuh-musuh Islam. Selain itu penerapan syariat Islam kaffah bisa membuat kita menjalankan semua kewajiban yang telah diberikan oleh Allah,” ucapnya.

Ustazah Tawang menegaskan tidak boleh ada alasan lagi bagi para pengemban dakwah untuk menghindari dakwah. “Mereka harus bergerak mengorbankan usia muda mereka berupa tenaga, waktu, harta bahkan jiwa mereka untuk berdakwah dengan penuh keikhlasan dan hanya mengharap ridho Allah Swt,” imbuhnya.

Ia juga meyakinkan para pengemban dakwah bahwa pertolongan Allah itu sangat dekat sehingga akan mengazamkan diri untuk berjalan dalam ketaatan dan menjauhi kemaksiatan yang membinasakan. Selain itu, para pengemban dakwah benar-benar harus memastikan bahwa dakwah telah menjadi poros hidupnya. “Semoga dengan amal dakwah menegakkan Islam kaffah para pengemban dakwah dikumpulkan oleh Allah bersama dengan Rasulullah dan para sahabat beliau kelak di akhirat. Aamiin Allahumma Aamiin,” pungkasnya.[] Erlina

Rabu, 12 Oktober 2022

YANG MENDOMINASI HATI

Tinta Media - Jika kalbu (hati) seorang hamba didominasi oleh kepentingan akhirat maka seluruh kepentingan dunianya (harta, jabatan, kekuasaan, dll) akan ia "wakaf"-kan di jalan Allah SWT demi sesuatu yang abadi di akhirat, yakni meraih surga-Nya.

Sebaliknya, jika kalbu (hati) seorang hamba didominasi oleh kepentingan dunia (harta, jabatan, kekuasaan, dll), maka akhirat (surga)-nya akan ia gadaikan untuk meraih apa saja yang menjadi ambisi dunianya itu. Ia akan "menjual" agamanya. Tak peduli halal-haram. Tak peduli surga atau neraka. Yang penting dunia (harta, jabatan, kekuasaan,dll) selalu ada dalam genggaman. Ia lupa bahwa semua itu pasti akan dia tanggalkan dan tinggalkan. Saat itulah yang akan ia rasakan adalah penyesalan.

Karena itu tepat apa dinyatakan oleh Abu al-Hakam rahimahulLaah:

الدنيا والآخرة يجتمعات في قلب العبد، فأيهما غلب، كان الآخر تبعاً له.

Dunia dan akhirat akan selalu berkumpul pada kalbu (hati) seorang hamba. Mana saja di antara keduanya yang dominan (mendominasi kalbu [hati]-nya) maka yang lain akan menjadi pengekor (pengikut)-nya.(Abu Nu'aim Al-Asbahani, Hilyah al-Awliyaa', 8/ 313).

Semoga kepentingan (menyiapkan bekal) akhirat selalu mendominasi kalbu (hati) kita. Dengan itu seluruh kepentingan dunia kita (harta, jabatan, kekuasaan dll), kita "wakaf"-kan untuk dapat meraih surga-Nya di akhirat. Aamiin.

Wa maa tawfiiqii illaa bilLaah, 'alayhi tawakkaltu wa ilayhi uniib.[]

Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar
Khadim Ma'had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor

[09102022]

Kamis, 12 Mei 2022

AGAR TETAP ISTIQAMAH PASCA RAMADHAN


Tinta Media - RAMADHAN memang telah berlalu. Suasana Idul Fitri kini juga sudah pergi. Ramadhan pun telah berganti Syawal.

Peralihan bulan ini mengisyaratkan hal yang tidak sama bagi setiap Muslim.

Adakalanya seorang Muslim tetap taat baik selama Ramadhan maupun setelah Ramadhan. Ia tetap istiqamah dalam ketaatan kepada Allah SWT.

Muslim yang lain ada yang biasa maksiat sebelum Ramadhan, taat saat Ramadhan, tetapi kembali maksiat pasca Ramadhan.

Muslim yang lainnya lagi ada yang bahkan sebelum Ramadhan, selama Ramadhan maupun setelah Ramadhan tetap “istiqamah” dalam kemaksiatan. Saat Ramadhan atau di luar Ramadhan, ia tak ada bedanya.

Yang terbaik tentu saja adalah yang selalu berupaya tetap istiqamah dalam ketaatan kepada Allah SWT, saat Ramadhan ataupun di luar Ramadhan.

Masalahnya, bersikap istiqamah tidaklah mudah. Selain karena tarikan hawa nafsu yang selalu mengajak pada keburukan, godaan setan juga tak pernah absen menghantam setiap orang.

*****

Seorang Sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, ajarilah aku dari Islam ini suatu ucapan yang mana aku tidak perlu lagi bertanya tentang hal itu kepada orang lain setelah engkau.”

Beliau menjawab, “Katakanlah, ‘Aku beriman kepada Allah,’ kemudian beristiqamahlah!". (HR Ahmad).

Ibnu Rajab mengatakan, “Wasiat Nabi saw. ini sudah mencakup wasiat dalam agama ini seluruhnya.” (Ibn Rajab al-Hanbali, Jaami’ al-‘Uluum wa al-Hikam, hlm. 246).

Istiqamah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) tanpa berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqamah mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Lahir dan batin. Meninggalkan semua bentuk larangan-Nya. Inilah pengertian istiqamah yang disebutkan oleh Ibnu Rajab al-Hanbali.

Imam an-Nawawi dalam Bahjah an-Nazhiriin, Syarh Riyaadh ash-Shaalihiin juga berkata, “Para ulama menafsirkan istiqâmah dengan luzuum thaa’atilLaah Artinya, tetap konsisten dalam ketaatan kepada Allah SWT.”

Lalu bagaimana agar kita bisa tetap istiqamah dalam ketaatan kepada Allah SWT?

Beberapa hal mesti dilakukan.

Pertama: Beriman secara benar dan lurus. Menyatu antara keyakinan, ucapan dan tindakan (Lihat: QS Ibrahim [14]: 27).

Kedua: Mengkaji, menghayati dan mengamalkan seluruh isi al-Quran (Lihat: QS an-Nahl [16]: 102; QS al-Furqan [25]: 32).

Ketiga: Menjalankan segala amal dengan ikhlas dan selalu berusaha terikat dengan syariah (QS al-Bayyinah [89]: 5).

Keempat: Banyak menjalankan amal-amal yang sunnah—seperti shalat malam, shaum sunnah, dll—selain tentu konsisten dalam menjalankan berbagai kewajiban.

Kelima: Membaca kisah-kisah orang shalih terdahulu sehingga bisa dijadikan teladan dalam beristiqamah. Dalam al-Quran banyak diceritakan kisah-kisah para nabi, rasul dan orang-orang yang beriman yang terdahulu. Kisah-kisah ini Allah jadikan untuk meneguhkan hati Rasulullah saw. dan tentu orang-orang Mukmin (Lihat: QS Hud [11]: 11).

Contohnya kita bisa mengambil kisah tentang sikap istiqamah Nabi Ibrahim as. saat dibakar oleh para penentangnya (QS al-Anbiya’ [21]: 68-70).

Ibnu ‘Abbas ra. berkata, “Akhir perkataan Ibrahim as. ketika dilemparkan ke dalam kobaran api adalah, ‘HasbiyalLaahu wa ni’ma al-Wakiil (Cukuplah Allah sebagai Penolong dan sebaik-baik Tempat bersandar)." (HR al-Bukhari).

Akhirnya, Ibrahim as. pun selamat.

Oleh karena itu, para salafush-shalih sangat senang sekali mempelajari kisah-kisah orang shalih terdahulu untuk diambil sebagai teladan. Basyr bin al-Harits al-Hafi mengatakan, “Betapa banyak orang-orang shalih yang telah wafat membuat hati menjadi hidup saat mengingat mereka.” (Ibn al-Jauzi, Shifaat ash-Shafwah, II /333).

Imam Abu Hanifah juga amat senang mempelajari kisah-kisah para ulama. Ia berkata, “Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai beberapa bab fikih. Itu karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlak luhur mereka.” (Al-Madkhal, I/164).

Nu’aim bin Hammad mengatakan, “Ibnu al-Mubarak biasa duduk-duduk sendirian di rumahnya. Kemudian ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah engkau tidak kesepian?” Ibnu al-Mubarak menjawab, “Bagaimana mungkin aku kesepian, sedangkan aku selalu bersama Nabi saw.?” (Ibn al-Jauzi, Shifaat ash-Shafwah, I/438).*

Maksudnya, Ibnu al-Mubarak tidak pernah merasa kesepian karena biasa sibuk mempelajari jalan hidup Nabi saw.

Keenam: Bergaul dengan orang-orang shalih. Allah SWT menyatakan dalam al-Quran bahwa salah satu sebab utama yang menguatkan para Sahabat adalah keberadaan Rasulullah saw. di tengah-tengah mereka. Allah SWT juga memerintahkan agar kita selalu bersama dengan orang-orang yang baik (Lihat: QS at-Taubah [9]: 119).

Para ulama pun memiliki nasihat agar kita selalu dekat dengan orang shalih. Fudhail bin ‘Iyadh berkata, “Pandangan seorang Mukmin kepada Mukmin yang lain akan mengkilapkan hati.” (Adz-Dzahabi, Siyar A’lam an-Nubalaa’, 8/435).

Maksudnya, hanya dengan memandang orang shalih saja, hati seseorang bisa kembali tegar.

Ketujuh: Memperbanyak doa kepada Allah SWT agar diberi keistiqamahan. Allah SWT memuji orang-orang yang beriman yang selalu berdoa kepada-Nya untuk meminta keteguhan iman ketika menghadapi ujian (Lihat: QS Ali ‘Imran [3]: 146-148; QS al-Baqarah [2]: 250; QS Ali Imran [3]: 8).

Doa yang paling sering Nabi saw. panjatkan adalah:

يا مقلب القلوب، ثبت قلبي على دينك

Yaa Muqallib al-Quluub, tsabbit qalbii 'alaa diinik (Duhai Zat Yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu) (HR at-Tirmidzi).

Imam Hasan al-Bashri juga mengajari kita untuk banyak memohon keistiqamahan kepada Allah SWT dengan doa:

اللهم أنت ربنا، فارزقنا الإستقامة

“AlLahumma Anta Rabbunaa, farzuqnaa al-istiqaamah (Ya Allah, Engkau adalah Tuhan kami, berilah kami keistiqamahan).” (Ibn Rajab al-Hanbali, Jaami’ al-‘Uluum wa al-Hikam, hlm. 245).

*****

Alhasil, Ramadhan boleh saja tinggal kenangan. Namun, selayaknya kita tetap menjadi orang-orang yang istiqamah dalam ketaatan kepada Allah SWT, termasuk dalam berdakwah demi memperjuangkan tegaknya syariah secara kaaffah.

Wa ma tawfiqi illaa bilLaah 'alayhi tawakkaltu wa ilayhi uniib.[]

Oleh: Al-Faqir Arief B. Iskandar
Khadim Ma'had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab